• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN KITAB FATHUL QARIB DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH ANNIBROS AL-HASYIMREKSOSARI SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI DiajukanUntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN KITAB FATHUL QARIB DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH ANNIBROS AL-HASYIMREKSOSARI SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI DiajukanUntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan Islam"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM

PEMBELAJARAN KITAB FATHUL QARIB

DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

ANNIBROS AL-HASYIMREKSOSARI

SURUH KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

DiajukanUntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan Islam

(S.Pd.I)

Oleh:

LAILA AROFATUH MUFIDAH

NIM: 111111225

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Segala sesuatu membutuhkan proses Dan Segala sesuatu membutuhkan usaha dan doa.

(7)

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Mufid Saifudin dan ibuUmi Sa’adah, yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, mendidik dan membimbingku, dan do’a restunya yang tak pernah putus serta nasihat- nasihatnya yang selalu kurindukan.

2. Ketiga adikku tercinta Nur Aini Zulfa, Muhammad Safik Sodiq, dan Ahmad Asiqur Rahmanyang senantiasa selalu membuatku semangat dalam belajar dan membuatku lebih bertanggungjawab dalam segala hal.

3. Tunanganku yang sedang bertugas di Makassar yang selalu memberiku semangat untuk menyelasaikan skripsi ini Andi Agustian.

4. Keluarga besarku yang tak henti- hentinya memberi semangat dan bimbingan kepadaku.

5. Kepada beliau IbuDra. Ulfah Susilowati, M.SI selaku pembimbing skripsi yang senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan penuh ketulusan dan kesabaran.

(8)

KATA PENGANTAR

هرلا ِ هاللَّ ِمْسِب ِمْيِحهرلا ِنَمْح

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, serta hidayah- Nya skripsi dengan judul Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kab. Semarang Tahun 2015 bisa diselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada bagindan Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, serta kepada para sahabat, keluarga, dan orang yang senantiasa mengikuti dan mengamalkan ajaran- ajaran Beliau.

Penulis mengakui dan sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih dengan setulusnya kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Dra. Ulfah Susilawati, M. SI. selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

4. Teman- teman mahasiswa jurusan PAI angkatan 2011yang telah bersedia meluangkan waktunya membantu penulis dalam pengambilan data skripsi ini. 5. Sahabat- sahabatku tercinta yang telah memberikan bekal baik material

(9)

6. Seluruh pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, banyak kekurangan yang perlu diperbaiki baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu penulis selalu mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 25 September 2015

Laila Arofatul Mufidah

(10)

ABSTRAK

Mufidah, Laila Arofatul. 2015. Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab

Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kab. Semarang Tahun 2015. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Ulfah Susilawati, M.Si.

Kata Kunci: Internet, Perpustakaan, kitabdan Hasil Belajar

Metode sorogan adalah metode yang dilaksanakan dengan cara santri satu persatu mendatangi kyai yang akan membacakan beberapa baris kitab bahasa Arab dan mengartikannya kedalam bahasa tertentu, kemudian santri mengulangi dan menerjemahkan seperti yang dilakukan kyai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(1) Bagaimanakah Proses Pelaksanaan Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kab. Semarang Tahun 2015, (2) apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam prose pelaksanaan Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kab. Semarang Tahun 2015.

Untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Objek peneliti adalah pengasuh, pengurus, dan

sebagian santri di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh.

Temuan peneliti adalah (a) Proses Pelaksanaan Metode Sorogan dalam

Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. TujuanPenelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian... 10

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Pembelajaran di Pondok Pesantren ... 19

1. Pengertian Pembelajaran ... 19

2. Pengertian Pondok Pesantren ... 20

3. Unsur-unsur Pondok Pesantren ... 21

4. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren ... 21

5. Tujuan Pembelajaran di Pondok Pesantren ... 28

B. Metode Sorogan ... 29

1. Pengertian Metode Sorogan ... 29

2. Penerapan Metode Sorogan... 31

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan ... 32

C. Kitab Fathul Qarib... 33

1. Pengertian Kitab Fathul Qarib ... 33

2. Ruang Lingkup Pembahasan Kitab Fathul Qarib ... 33

3. Isi Kitab Fathul Qarib... 33

4. Tujuan Mempelajari Kitab Fathul Qarib ... 36

BAB III PAPARAN DATA ... 37

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Semarang ... 37

1. Sejarah Singkat berdirinya ... 37

2. Letak Geografis ... 39

3. Visi dan Misi ... 40

4. Struktur Korganisasi Kepeguruan ... 42

(12)

6. Keadaan Sarana dan Prasarana... . 47

7. Tahun Ajaran dan Penerimaan Santri... 49

8. Jenjang Pendidikan dan Jumalh Santri... 50

9. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren... 53

B. Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim ... 56

1. Kegiatan di pondok pesantren... 56

2. Pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren ... 57

3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren... 57

4. Proses pembelajaran menggunakan metode sorogan... 58

5. Tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan... 59

6. Kitab yang digunakan dalam metode sorogan... 60

C. Faktor yang Mempengaruhi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim... 61

1. Faktor Pendukung... 61

2. Faktor Penghambat... 62

3. Solusi untuk mengatasi hambatan... 63

BAB IV ANALISIS DATA... 65

A. Analisis Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim...65

B. Faktor yang mempengaruhi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim ... 67

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara muslim terbesar di dunia, dimana penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim. Oleh sebab itu maka lembaga yang berkembang di Indonesia banyak di warnai dengan pola pendidikan Islam.Pendididkan Islam di Indonesia, jika kita melihat dari sejarahnya dan perkembanganya hingga saat ini banyak mengalami kemajuan dalam berbagai hal diantaranya adalah dalam pelaksanaanya, terdapat berbagai jenjang dan jalur pendidikan. Berbagai jenjang dan jalur yang dapat di tempuh dalam proses pendidikan adalah melalui berbagai jalur pendidikan. Di antaranya jalur tersebut adalah pendidikan informal, jalur pendidikan formal, dan jalur pendidikan non-formal.

Jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang dilaksanakan melalui pendidikan keluarga, dengan menentukan dan melibatkan anggota keluarga sebagai pendidik kodrati (Nawawi, 1993:185). Melalui jalur ini peran utama yang dilibatkan dalam proses pendidikan adalah keluarga, terutama ayah dan ibu.

(15)

sebagai khalifah di muka bumi (Nawawi, 1993:194). Melalui jalur sekolah seorang siswa akan berkembang dan akan menambah wawasan untuk dirinya.

Jalur pendidikan non-formal di sebut pendidikan luar sekolah, yang berpengaruh langsung atau tidak atau tidak langsung pada perkembangan anak-anak. Di dalam jalur ini terdapat kegiatan kursus-kursus, baik di bidang umum maupun khusus di bidang keagamaan misalnya di pondok pesantren (Nawawi, 1993:204).

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang dipimpin oleh seseorang ulama atau kyai yang di dalamnya terdapat berbagai macam kegiatan yang melibatkan para santri dan kyai (Dhofier, 1994:44).Melalui jalur pesantren seorang santri akan di didik mandiri yaitu dengan tinggal sementara di pondok pesantren. Dan di pesantren mereka akan dituntut untuk mengikuti kegiatan yang ada di pondok pesantren yaitu mengikuti pelajaran tentang agama Islam dan menerpakanya dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya sendiri dan untuk lingkungan sekitar.

Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindhu-Budha (Nurcholish, 1997:3). Model pendidikan pesantren tentu sedikit banyak juga terpengaruh oleh model pendidikan pola ritual Hindhu-Budha.

(16)

Hindhu, dimana terdapat penghormatan yang besar oleh murid (santri) kepada gurunya (kyai).

Kyai adalah sebuah elemen dari beberapa elemen dasar sebuah pesantren. Begitu pentingnya keberadaan seorang kyai dalam lingkungan sebuah pondok pesantren, hingga dapat diibaratkan jantung bagi kehidupan manusia. Kyai dapat juga dikatakan tokoh non formal yang ucapan-ucapan dan seluruh perilakunya akan di contoh oleh komunitas di sekitarnya. Kyai berfungsi sebagai sosok model atau teladan yang baik (uswah hasanah) tidak saja bagi para santri tetapi juga bagi seluruh komunitas di sekitar pesantren (Nurcholish, 1997:3).

Dalam pembelajaran di pesantren diterapkan berbagai metode serta model. Model dan metode tersebut diterapkan dengan melihat situasi kondiri dan kepentingan dari masing-masing pesantren. Berbagai metode tersebut diantaranya adalah metode sorogan, dan metode wetonan atau bandongan.

(17)

Para santri yang sudah mampu mengikuti pelajaran dari seorang kyai akan duduk berkumpul mengitari kyai. Ketika kyai tersebut membaca kitab, santri memberikan tanda pada kitabnya. Inilah yang disebut dengan metode wetonan. Di Sumatra dikenal dengan metode halaqoh.

Dalam proses pembelajaran wetonan, kyai memberikan pelajaran terus-menerus. Setiap kali tatap muka, kyai selalu memberikan pelajaran baru. Namun ia jarang mengevaluasi tingkat pemahaman santrinya. Para santri pun pada umumnya sangat jarang melakukan tanya jawab dengan kyai. Tanya jawab dengan kyai hanya di lakukan oleh santri yang penguasaan pelajaranya sudah benar-benar tinggi. Sedangkan santri yang biasa-biasa saja mearsa cukup bertanya pada guru bantu. Dari sinilah di ketahui bahwa hubungan antara santri dengan kyai dan guru bantu pada umumnya bercorak ketaatan tanpa batas. Ketaatan seperti ini sangat kondusif bagi tumbuhnya sikap taqlid (Saerozi, 2013:31-32).

Salah satu upaya untuk mempersiapkan para santri sebagai penerus ulama’ adalah mampu menguasai kitab kuning. Antara lain dengan

mengajarkan kepada mereka bagaimana mereka dapat membaca kitab kuning dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah nahwu dan shorof. Kemudian dapat memahami isinya dengan baik agar nantinya mereka memiliki pengetahuan agama Islam yang mampu serta dapat menjawab setiap permasalahan yang muncul.

(18)

nahwu dan shorof yang dijadikan alat atau kunci utama untuk membaca kitab kuning. Sehingga, dalam pembelajaran mereka sangat lambat. Dengan demikian, mereka tidak bisa memahami kitab kuning secara baik sebab bahasanya saja tidak menguasai. Sehingga hasilpembelajaran kitab kuningtidak maksimal, termasuk pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis sebagai santri di pondok tersebut ketika mengamati masih ada generasi muda di era moderen, yang mau menyempatkan waktu untuk mempelajari dan mendalami kitabkuning. Meskipun kesibukan atau aktifitas para santri banyak yang padat. mayoritas santri di pondok pesantren Salafiyah AnnibrosAl-Hasyim bukan hanya belajar khusus mempelajari kitab kuning. Akan tetapi, mereka para santri juga belajar di sekolah umum. Disisi lain kebanyakan para santri juga berasal dari luar daerah, ada juga yang berasal dari luar Jawa, diantaranya berasal dari daerah Sumatra.

Kitab kuning yang di pelajari di pesantren dan yang dalam pembelajarannya menggunakan metode sorogan salah satunya adalah kitab Fathul Qarib. Kitab Fathul Qarib karangan Syech Muhammad bin Qasim as-Syafi’i RA adalah termasuk kitab kuning. Pembahasan kitab ini mengenai

ruang lingkup fiqih.

Kitab ini diajarkan dibanyak pesantren sebagai kitab fiqih dasar, disamping mempelajari kitab ushul fiqh, kitab fiqih mazhab Syafi’i ini ditulis

(19)

Bertolak dari paparan diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang ini, dengan mengambil judul “

Implementasi Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Ktab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun 2015”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana proses pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

(20)

Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

D. kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik yang bersifat teoritis maupun praktis, antara lain adalah:

1. Teoritis

Dapat menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

2. Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

(21)

E. Penegasan Istilah 1. Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan. Susilo mengatakan bahwa implementasi merupakan suatu penerapan, ide, konsep, kebijaksanaan, inovasi, dalam suatu tindahan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa peruubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap (2007:174).

Dalam penelitian ini implementasi diartikan sebagai pelaksana atau penerapan dari metode sorogan.

2. Metode

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “metode” adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai kegiatan yang telah ditentukan”.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis, dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan (Arief, 2002: 87).

3. Sorogan

Sorogan berasal dari bahasa jawa “sorog” artinya sodor. Jadi sorogan mempunyai arti “sodoran”. Sorogan adalah pengajian yang

(22)

4. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistematik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun diluar kelas (Azra, 1999:111).

Pembelajaran ialah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistematik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas (Arifin, 2011:10).

5. Fathul Qarib

Kitab Fathul Qarib adalah kitab fiqih karangan Syech Muhammad bin Qasim as-Syafi’i RA. Kitab ini diajarkan dibanyak pesantren sebagai kitab fiqih dasar, disamping mempelajari kitab ushul fiqh, kitab fiqih mazhab Syafi’i ini ditulis ulang dalam format

(23)

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Di sini penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini (Muhadjir, 2002:38).

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan melakukan penyelidikan yang hati-hati, sistematika dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan dapat digumakan dengan segera untuk keperluan tertentu (Nazir, 1993:30).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitianya adalah Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

3. Instrumen Penelitian

(24)

merupakan peneliti sekaligus pelaksanaan, pelaksanaan pengumpulan data analisis dan penafsiran data dan akhirnya menjadi pelopor-pelopor hasil penelitianya. Pengertian intrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian (2009:121). 4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009:225). Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari pengasuh, pengurus, dan santri.

b. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009:225). Dokumen yang digunakan meliputi lokasi pondok pesantren, profil pondok pesantren, sejarah pondok pesantren, visi-misi pondok pesantren. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah ditemukan.

5. Teknik Pengumpulan Data

(25)

di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Pengamatan (Observasi)

Metode observasi adalah suatu metode penelitian yang di gunakan dengan jalan pengamatan suatu objek dengan seluruh indra, jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, peraba, dan pengecap (Arikunto, 1999:146). Lebih fokus lagi metode yang digunakan adalah pendekatan pengamatan peserta yaitu, pendekatan yang bercirikan suatu periode interaksi sosial yang intensif antara penelitian dengan subyeknya, di dalam lingkungan subyek itu (Furchan, 1992:23).

Metode ini digunakan penulis sebagai metode utama dalam mengumpulkan sebuah data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Jalan yang dilakukan penulis yaitu dengan cara pengamatan secara langsung terhadap pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Suruh, Kabupaten Semarang. Dalam pengamatan ini yang diamati secara umum adalah, semua kegiatan yang ada dalam pesantren. Akan tetapi, yang lebih fokus adalah metode sorogan dalam pembelajaran kitab fathul qarib yang dilakukan oleh pesantren ini.

b. Metode Wawancara/interview

(26)

lain kiai atau pengasuh, para ustadz dan para santri dengan maksud di wawancarai mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, dan kepedulian (Moleong, 2002:135).

Metode ini di gunakan penulis sebagai metode bantu dalam melakukan observasi yaitu, selain melakukan pengamatan, penulis juga langsung bertanya terhadap responden apabila terdapat sesuatu yang ingin di ketahui.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi kami pergunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, bahan yang tertulis atau film. Namun dalam penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan pribadi yaitu tempat orang mengungkapkan dengan kata-kata sendiri, pandangan mereka tentang seluruh kehidupan mereka atau beberapa aspek tentang diri mereka sendiri (Furchan,1992:25).

6. Analisis Data

(27)

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dilapangan adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi

b. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Muhadjir, 2002:6).

c. Penyajian Data

Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan (Miles, 1992:16). Penyajian data ini dilakukan supaya data dapat terorganisasikan dan mudah dipahami.

d. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2009:253).

7. Pengecekan Keabsahan Data

(28)

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:

a. Trianggulasi sumber data

Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011:241).

b. Trianggulasi metode

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik penggumpulan dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011:331). 8. Tahap-tahap penelitian

Menurut Moloeng (2009:127-128) tahap-tahap penelitian kualitatif harus memuat:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan kepada pihak pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim, menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

(29)

Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dianalisiskan konsep analisis data juga dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan data dan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi, maka penulis perlu merumuskan skripsi ini. Yang meliputi tiga bagian.

1. Bagian Muka

Pada bagian muka ini yang meliputi: halaman judul, skripsi, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi tabel dan halaman daftar lampiran.

2. Bagian Isi

(30)

Berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II:LANDASAN TEORI

Meliputi:Pengertian pembelajaran, Pengertian pondok pesantren, Macam-macam pondok pesantren, Berbagai metode yang ada di pondok pesantren, Pengertian metode sorogan, Penerapan metode sorogan, Kekurangan dan kelebihan metode sorogan, pengertian kitab fathul qarib, ruang lingkup pembahasan kitab fathul qarib, Isi kitab fathul qarib.

BAB III:PAPARAN DATA

Meliputi: Gambaran umum pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim, Metode sorogan dalam pembelajaran Kitab Fathul Qarib di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim dan faktor pendukung dan faktor penghambat metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim.

BAB IV:PEMBAHASAN

(31)

Salafiyah Annibros Al-Hasyim, solusi yang di tempuh dalam mengatasi faktor penghambat.

BAB V:PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir

(32)

BAB III

PAPARAN DATA

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim berdiri pada tahun 1940. Pendirinya adalah KH. Hasyim bersama istri beliau yang bernama H. Nyai Siti Khoiriyah. Pondok pesantren tersebut berdiri di atas tanah milik pribadi yang mendapat dorongan dari masyarakat sekitar. KH. Hasyim pada mulanya pertama kali menerima dan menampung para santri putra dari lingkungan sekitar dan beberapa lama kemudian diikuti oleh santri putra dari daerah lainya. Adapun santri putri waktu itu dikelola oleh Kyai Abdul Syukur yang sekarang sudah berdiri sendiri pondok pesantren putri dan pondok pesantren tersebut bernama pondok Pesantren Darul Ulum Reksosari Suruh, yang sekarang dipimpin oleh Kyai Khalim.

Seiring dengan perkembangan zaman pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim dituntut pula untuk menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan lagi. Untuk itu pada tahun 1950 KH. Hasyim bersama para tokok ulama’ sekitar mendirikan

(33)

Melihat keadaan santri pondok Salafiyah Annibros Al-Hasyim kebanyakan membantu orang tua dan bekerja di lingkungan masyarakat sekitar pondok maka pengajian Madrasah Diniyah dimulai ba’do Ashar

(15.30 RIB) kemudian dilanjutkan ba’da Magrib sampai ba’da Isya’ ( jam 21.00 WIB). Setelah itu istirahat dan dilanjutkan lagi ba’da Subuh sampai

jam 06.00 pagi. Proses pendidikan madrasah ini hanya dapat berjalan sampai tahun 1961. Sebab KH. Hasyim wafat dan pada waktu itu belum ada yang siap menggantikan kedudukanya.

Pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim mengalami kekosongan pengasuh sampai pada tahun 1967, selama itu santri morat maret tidak bisa menetap di pondok. Pada tahun 1967, cucu dari KH. Hasyim pulang dari pesantren Klasem dan langsung diminta oleh para kyai sekitar untuk menempati kedudukan KH. Hasyim yakni sebagai pengasuh pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim.

(34)

Selang lima tahun K. M. Nur Salim Mawardi memimpin yang tepatnya pada tahun 2005 beliau mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan yang ada baik Madrasah Diniyah maupun pengajian pondok, selain itu beliau juga membekali santrinya ketrampilan yang berupa kegiatan extra pesantren antara lain: khitobiyah, qiroatul Qur’an, kaligrafi dan lainya.

Meskipun pondok ini merupakan pondok salafy atau tradisional akan tetapi untuk ketrampilan lebih ditekankan bahkan dijadikan kurikulum tambahan yang wajib di ikuti oleh semua santri terutama ketrampilan pertanian yaitu bercocok tanam dan permebelan.

2. Letak Geografis

Berdasarkan observasi yang dilakukan ternyata pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim di tengah-tengah desa Reksosari Kelurahan Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Lokasi ini terletak kurang lebih 1 km di tengah-tengah desa yang cukup padat penduduknya, sehingga dari arah Barat dan Timur lokasi dibatasi oleh rumah-rumah penduduk, sedang dari arah Utara dibatasi persawahan. Sementara dari arah selatan dibatasi dengan jalan alternatif Gemolong-Tingkir.

(35)

3. Visi da Misi

Visi dan misi pendiikan dari sistem pendidikan yang ada di seluruh pondok pesantren berbeda-beda belum ada keseragaman antara pondok pesantren yang satu dengan pondok pesantren yang lainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa cita-cita dari Ulama dalam mendirikan pondok pesantren adalah untuk mencetak insan-insan muslim yang tafaqquh fi al-ddin, insan-insan muslim yang mendukung ajaran Allah secara utuh (kaffah).

Adapun yang menjadi visi pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim ini adalah: mempertahankan sifat wirai yang telah lama dipegang oleh para ulama’ Salafy.

Sikap wirai (menjaga kehormatan dan kewibawaan diri sendiri) tersebut antara lain:

a. Keikhlasan

Keikhlasan disini mempunyai arti kebersihan hati dari segala perbuatan yang tidak baik, sehingga akan terciptalah hidup gotong royong dan saling membantu satu sama lainnya, serta persatuan di kalangan para santri dalam menegakkan ajaran Islam seperti yang di perintahkan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

b. Kesederhanaan

(36)

mereka mencuci pakaian sendiri, membersihkan kamar tidurnya sendiri, menyetrika baju sendiri, mencuci piring sendiri, mandi rela antri dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang memasak sendiri. c. Mewujudkan Lembaga Sosial Pendidikan yang Islami Bermutu Tinggi

dan Amanah

Misi pendidikan pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim, secara umum yaitu membina para santri agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam serta menanamkan rasa keagamaan tersebut di berbagai segi kehidupan, sehingga menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan misi pendidikan pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim secara khusus dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Mendidik para santri untuk menjadi Insan muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan ketrampilan serta sehat lahir batin.

b. Mendidik para santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-kader ulama dan muballigh berjiwa ikhlas, tangguh serta berjuang menegakkan kebenaran Islam.

(37)

4. Struktur Organisasi Keperguruan Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

Lembaga pondok pesantren dan lembaga madrasah diniyah yang ada di Dukuh Reksosari di bawah naungan pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim yang di ketahui oleh Bapak Kyai Nur Salim Mawardi (pengasuh pondok).

Adapun struktur organisasi kepengguruan pondok pesantren ini terdiri dari pengasuh atau pelindung yang membawahi secara langsung pengurus harian. Pengurus harian ini bertugas melaksanakan kebijakan yang digariskan pengasuhnya tentang pengelolaan pondok baik masalah pendidikan maupun masalah rumah tangganya.

(38)

Adapun struktur kepengguruan pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim susunanya sebagai berikut

SKEMA

STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN

PONDOK PESANTREN AN NIBROS, AL HASYIM, AS SALAFY

PERIODE 2015

Pengurus

Ketua 1

Bendahara Ketertiban Sekretaris

Seksi-seksi

Perangan Pendidikan Perairan

(39)

Keterangan:

1. Pengasuh : K.M Nur Salim Mawardi

2. Ketua : M. Yasin

3. Bendahara : Zakaria 4. Ketertiban : 1. Khoirun N

2. Ma’rufidin 5. Sekretaris : M. Sururi 6. Seksi Penerangan : Syaifullah 7. Seksi Pendidikan : 1. M. Yasin

2. M. Samudi 8. Seksi Perairan : 1. Mustofa

2. N. Aziz 9. Seksi Kesehatan : N. Aziz 10.Seksi Kebersihan : 1. Kirno

2. Heru W 11.Seksi Pembangunan : 1. S. Muslih

2. A. Sholeh

5. Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

(40)

Ustadz yang berada di pesantren dan Ustadz part time atau guru tidak tetap. Ustadz yang berada di pesantren merupakan ustadz yang bertempat tinggal di pesantren tersebut yaitu bersama-sama bertempat tinggal dengan para santri di asrama atau kompleks. Sedangkan ustadz part time atau guru tidak tetap adalah ustadz-ustadz yang mengajar di pesantren tetapi tidak tinggal di pondok (asrama). Akan tetapi beliau-beliau ini berasal dari daerah di sekitar pesantren sehingga beliau-beliau datang ke pesantren bila ada jam mengajar saja (hasil wawancara dengan ustadz Mashudi tanggal 14 juni 2015)

Adapun ustadz-ustadz yang mengajar di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim dan Madrasah Diniyah tercantum dalam tabel berikut ini:

TABEL 1

KEADAAN USTADZ PONDOK PESANTREN AN NIBROS, AL HASYIM, AS SALAFY

No Nama Pendidikan Mata Pelajaran

(41)

3 Ustadz

(42)

Rukamha

6. Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur pendukung pelaksanaan proses belajar mengajar serta mendukung pembelajaran ketrampilan di pesantren ini. Dalam pengadaan sarana dan prasarana ini sangat erat kaitanya dengan perolehan sumber dana ataupun lahan praktek. Setelah pengadaan penelitian di pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim di ketahui bahwa sumber dana atau penyiapan lahan praktik berasal dari satu orang saja, yaitu pendiri pesantren (KH. Hasyim Almarhum). Hal ini senada dengan pendapat salah satu cucu KH. Hasyim Almarhum:“Beliau (KH. Hasyim Almarhum) sebagai pendiri tunggal sekaligus yang mengfasilitasi pesantren ini, terutama lahan pondok dan areal sawah yang selama ini di kelola oleh para santri”.

(43)

hasil mebel yang semuanya itu di jual keluar daerah (Karanggede, Wonosegoro, Suruh dan lainya).

Sementara untuk sarana dan prasarana yang ada di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:

a. Mushola dengan luas bangunan 12x7 m : 2 Mushola b. Asrama kompleks A dengan luas bangunan 4x10 m : 5 Ruang c. Asrama kompleks B dengan luas bangunan 7x12 m : 10 Ruang d. Asrama kompleks C dengan luas bangunan 7x20 m : 7 Ruang e. Asrama kompleks D dengan luas bangunan 6x15 m : 5 Ruang f. Gedung madrasah lantai I seluas 9x20 m : 3 Lokal g. Gedung madrasah lantai II seluas 9x20 m : 3 Lokal h. Ruang teori dengan luas 7x10 m : 2 Lokal

i. Ruang tata usaha : 2 Ruang

j. WC : 8 Ruang

k. Kamar mandi : 3 Lokal

l. Lapangan volly : 1 Lokal

m. Alat transportasi : 2 Buah

n. Papan pengumuman : 1 Buah

o. Sumur dan tempat suci : 1 Lokal

p. Areal jemuran : 1 Lokal

q. Dapur : 2 Lokal

r. Papan tulis : 4 Buah

(44)

t. Kursi belajar : 100 Buah

u. Meja ustadz : 7 Buah

v. Kursi ustadz : 7 Buah

7. Tahun Ajaran dan Penerimaan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Seperti lazimnya pendidikan-pendidikan yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Nasional (DIKNAS), maka pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim memaknai sistem semester untuk mengadakan evaluasi pembelajaran. Sementara untuk memualai ajaran baru, perpindahan jenjang kelas maupun kelulusan santri dilakukan pertahun dan sudah terbiasa dimulai pada tanggal 15 Syawal tahun Hijriyah. Adapun penerimaan santri dalam pondok ini tidak mengacu pada kebijakan Dinas Pendidikan Nasional (DIKNAS) akan tetapi mengacu pada pengasuh atau pimpinan pondok itu sendiri yaitu menerima seluruh santri dengan catatan dari pihak orang tua santri atau yang mewakili memberikan kepercayaan kepada pimpinan pondok (pasrah) untuk memberikan pendidikan kepada anak atau calon santri baru.

(45)

mengetahui kelayakan atau kecakapan dan kecenderungan calon murid. Adapun pretes untuk madrasah diniyah di pesantren ini meliputi bidang:

a. Ujian tulis (imla’ atau menulis Arab)

b. Ujian lisan (membaca Al-Qur’an, hafalan Juz Amma)

c. Ujian praktik (Wudhu, adhan, iqomah, shalat wajib, doa harian). 8. Jenjang Pendidikan dan Jumlah Santri Pondok Pesantren Salafiyah

Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan menggunakan sistem pendidikan yang sangat operasional baik itu materi pendidikan dan pengajaran yang diajarkan di dalam kelas (pendidikan formal) maupun yang diajarkan di luar kelas (pendidikan non-formal).

Adapun jenjang pendidikan yang diajarkan di dalam kelas (formal) adalah sebagai berikut:

a. Tingkat Dasar 1 Ula

Diberikan kepada santri awal sebagai dasar dalam mempelajari agama di pondok pesantren (madrasah diniyah)

b. Kelas II Ula

Setelah menamatkan tingkat dasar maka para santri melanjutkan ke tingkat II yakni II Ula

c. Kelas III Ula

(46)

d. Kelas I Wustho

Setelah menamatkan III Ula maka santri melanjutkan ke jenjang lebih tinggi yaitu I Wustho

e. Kelas II Wustho

Lanjutan dari kelas I Wustho adalah II Wustho. Keterangan:

Dari tingkat I Ula sampai II Wustho tersebut dilaksanakan pada waktu yang bersamaan yaitu pada:

1) Ba’da Dzuhur mulai pukul : 14.00-16.00 WIB 2) Ba’da Isya’ mulai pukul : 19.15-20.30 WIB 3) Ba’da Subuh mulai pukul : 05.00-06.00 WIB

Masa waktu pembelajaranya sampai lulus selama lima tahun. f. Keterampilan yang dibekali kepada para santri dan merupakan

keterampilan wajib yaitu:

1) Pertanian atau bercocok tanam 2) Peternakan

3) Permebelan Keterangan:

(47)

Sedang pendidikan yang diajarkan di luar kelas (non formal) adalah sebagai berikut:

1) Pengajian wetonan/bandongan 2) Pengajian sorogan

(48)

10

9. Kerikulum Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

Keberadaan pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim di tengah-tengah masyarakat semakin di dukung oleh lingkungan desa Reksosari. Kenyataan ini mendorong untuk berupaya melayani seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kebutuhan dari masalah sosial, keagamaan/kemasyarakatan, pendidikan dan lain sebagainya.

Upaya-upaya yang telah dilakukan diantaranya Madrasah Diniyah pondok pesantren, dan lama pendidikan yang di tempuh adalah lima tahun. Pendidikan Diniyah tersebut wajib di ikuti oleh semua santri tanpa terkecuali. Di samping itu juga di wajibkan mengikuti kegiatan pengajian di luan madrasah.

Adapun kurikulum madrasah diniyah dalam pondok pesantren ini adalah sebagai berikut:

a. Tingkat Dasar I Ula

Pada tahap awal materi yang di ajarkan antara lain: 1) Hidayatus Sibyan

(49)

3) Fasholatan 4) Al Qur’an 5) Mabadil Fiqih 6) Tuhfatul Atfal 7) Aq’datul Awam

8) Alala (Ta’lim Muta’alim) b. Kelas II Ula

Adapun materi yang diajarkan di tingkat II Ula antara lain: 1) Ta’lim Muta’alim

2) Madharijul Su’ud 3) Safinatun Najjah 4) Risalatul Makhid 5) Al-Qur’an

c. Kelas III Ula

Adapun materi yang diajarkan di kelas III Ula antara lain: 1) Al Jurumiyah

2) Amsilatut Tasrifiyah 3) Sulam Taufiq

(50)

d. Kelas I Wustho

Setelah menamatkan kelas III Ula, maka santri melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu I Wustho. Adapun pelajaran yang di terima santri di I Wustho adalah sebagai berikut:

1) Al Imprithi 2) Matnul Ghoyah 3) Qowaidul I’rab e. Kelas II Wustho

Lanjutan setelah I Wustho adalah II Wustho, adapun pelajarannya antara lain:

1) Alfiyah 2) Fathul Mu’in 3) Jawahirul Bukhari

Keterangan:

Dari tingkat I Ula sampai II Wustho tersebut dilaksanakan pada waktu yang bersamaan yaitu pada:

1) Ba’da dhuhur pukul : 14.00-16.00 WIB 2) Ba’da Isya’ pukul : 19.15-20.30 WIB

(51)

B. Penerapan Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

1. Kegiatan di Pondok Pesantren

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kegiatan di pondok pesantren dapat dilihat dari wawancara berikut:

Kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Annibros

Al-Hasyim menekankan pada mengaji al-Qur’an dan kitab kuning. Pengajian Al-Qur’an dilaksanakan setelah Magrib dengan menggunakan metode sorogan, karena santri menyodorkan Al-Quur’an kepada kyai, sedangkan pembelajaran kitab kuning setelah sholat subuh, setelah ashar, dan setelah isya’ dengan menggunakan metode sorogan dan wetonan”. (wawancara

dengan kyai Nur Salim tangga 22 Agustus 2015 di kediaman). Sumber lain menyebutkan:

“kegiatan di pondok pensantren ada banyak yaitu shalat jama’ah,

membersihkan lingkungan pondok pesantren, menjaga pondok pesantren (jadwal pos kampling), gotong royong, dan musyawarah bersama untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pondok pesantren” (hasil wawancara dengan ustadz Muhammad Wahyudi tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).

(52)

pembelajaran kitab kuning sholat berjama’ah dan kebersamaan semua

santri.

2. Pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren

Mengenai pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

“Sejak awal berdirinya pada Tahun 1940 pelaksanaan

pembelajaran di Pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim dibuka yaitu dengan memadukan pembelajaran kitab kuning dan Al-Qur’an (hasil wawancara dengan ustadz sururi tanggal 22 Agustus 2915 diruang pengurus)

Sumber lain menyebutkan:

“Bahwa pelaksanaan pembelajaran di pesantren ini dimulai dari

setelah sholat subuh sampai malam sekitar jam 11, pelajanya kitab dan al-Qur’an (hasil wawancara dengan ustadz Yasin tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).

pembelajaran di pondok pesantren ini terdiri atas kyai, pengurus

dan santri. Dan yang menjadi tautadan yang harus dianut oleh semua santri yang ada di pondok pesantren ini” (hasil wawancara dengan ustadz

Sururi tanggal 22 Agustus diruang kepengurusan).

3. Metode yang di gunakan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren

(53)

“Metode yang dipakai secara global kyai/pengurus membacakan

dan santri membaca satu-persatu, dan yang sedang kita giatkan adalah kelompok individu, jadi santri langsung setor kepada kyai, menghafal, menyampaikan materi dan diskusi” (hasil wawancara dengan kyai Nur

Salim tanggal 22 Agustus 2015 dirumah beliau).

“Metode yang digunakan adalah metode sorogan, wetonan atau

bandongan dan metode diskusi atau musyawarah. Metode sorogan yaitu santri menyodorkan kitab kepada kyai. Metode bandongan yaitu kyai membacakan kitab dan santri ngesahi atau memberi arti. Sedangkan metode diskusi digunakan untuk memecahkan masalah yang belum terselesaikan yaitu mencari jawaban dari masalah itu” (hasil wawancara

dengan ustadz Mahfudz tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan). Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui metode pembelajaran kitab kuning yang digunakan di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah metode sorogan, metode wetonan atau bandongan, dan metode musyawarah atau diskusi yang digunakan untuk membahas masalah tertentu, biasanya masalah-masalah fiqih yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

4. Proses pembelajaran menggunakan Metode sorogan

Hasil wawancara mengenai proses pembelajaran menggunakan metode sorogan adalah sebagai berikut:

“pembelajaran menggunakan metode sorogan sangatlah

(54)

dalam memahami isi dari kitab dan kyai lebih dekat dengan santri” (hasil

wawancara dengan kyai Nur Salim tanggal 22 Agustus 2015 di rumah beliau).

Metode sorogan ini sangat membantu karena lebih kena kepada santri, terjalinya hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, menambah kosa kata bahasa Arab, dan membuat santri lebih aktif” (hasil

wawancara dengan ustadz sururi tanggal 22 Agustus 2015 di kepengurusan).

Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan metode sorogan sangallah efektik dan sangat membantu santri dalam hal menghafal dan memahami isi dari kitab tersebut.

5. Tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan

Hasil wawancara mengenai tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan adalah sebagai berikut:

lebih kena terhadap sasaran (santri), lebih mantap, karena

santri akan lebih cepat paham materi atau isi dalam kitab tersebut” (hasil wawancara dengan kyai Nur Salim tanggal 22 Agustus 2015 dirumah beliau).

antara Kyai dan santri lebih dekat dan santri lebih cepat

(55)

wawancara dengan ustadz Muhammad Wahyudi tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).

“Untuk melatih ketrampilan santri dalam menerapkan nahwu

sorof yang dipelajari, memperdalam kitab yang di pelajari, menambah kosa kata bahasa Arab” (hasil wawancara dengan ustadz Muhammad

Sururi tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).

Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan adalah agar terjalin hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, agar santri lebih cepat paham, menambah kosa kata bahasa Arab, untuk melatih santri dalam menerapkan nahwu sorof, dan lebih bisa mengawasi santri.

6. Kitab yang digunakan dalam metode sorogan

Adapun kitab-kitab yang dalam pembelajarannya menggunakan metode sorogan sebagaimana hasil wawancara dengan kyai Nur Salim tanggal 22 Agustus 2015 di rumah beliau sebagai tersebut:

“kitab –kitab yang memakai metode sorogan diantaranya kitab

(56)

C. Faktor yang mempengaruhi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

1. Faktor pendukung penerapan metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib

Hasil wawancara mengenai faktor pendukung pembelajaran menggunakan metode sorogan adalah sebagai berikut:

“lebih kena kepada santri karena kiyai dan santri bertatapan

langsung, untuk melatih ketrampilan para santri dalam menerapkan nahwu sharaf yang dipelajari, antara guru dan murid lebih dekat dan murid lebih paham” (hasil wawancara dengan kyai Nur Salim tanggal 22 Agustus 2015

di rumah beliau)

“memperlancar untuk belajar kitab kuning, kiai lebih bisa

mengawasi santri, kesabaran para ustadz/kyai dalam membimbing para murid/santri, ketekunan dan keuletan para santri dalam mengikuti sorogan, santri lebih aktif, banyak menguasai kosa kata bahasa Arab, santri akan lebih cepat paham dan cepat dalam menguasai materi yang ada dalam kitab tersebut” (hasil wawancara dengan ustadz Muhammad Sururi tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).

“menjadikan santri lebih aktif untuk belajar, dan cepat paham

karena para santri menggunakan metode menghafal dan menambah kosa kata bahasa Arab” (hasil wawancara dengan santri bernana Muhammad

(57)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui manfaat pembelajaran menggunakan metode sorogan yaitu agar menjadikan santri lebih aktif, menambah kosa kata bahasa Arab, terjalin hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, memperlancar untuk belajar kitab kuning, santri dapat menerapkan nahwu sorof, santri cepat paham dalam menguasai materi yang ada dalam isi kitab tersebut.

2. Faktor penghambat metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib Hasil wawancara mengenai faktor penghambat dalam pembelajaran menggunakan metode sorogan, adalah sebagai berikut:

“pembelajaran menggunakan metode sorogan ini sebenarnya kurang efektik karena santri yang maju membawa kitabnya itu satu persatu sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama jadi kendalanya pada waktu dan energi Karena kegiatan pondok itu dari sebelum subuh santri harus sudah bangun dan pengasuh maupun pengurus harus siap-siap untuk sholat jama’ah di aula, dan setelah itu ada pembelajaran kitab kuning dan pembelajaran kitab kuning itu mulai jam 9 malam sampai selesai, dan kadang selesai sampai jam 12 malam” (hasil wawancara dengan kyai Nur

Salim tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).

“Karena kita mengajar di pesantren itu dari subuh sampai

malam, jadi hambatannya ya waktunya kurang buat istirahat dan banyak energi yang terkuras,harus banyak sabar dan masih banyak santri yang kesulitan dalam membaca kitab kuning” (hasil wawancara dengan ustadz

(58)

“kurangnya keaktifan ustadz atau kiai dan santri dalam

mengikuti sorogan dan selalu datang tidak tepat waktu, santri pagi sekolah pagi, selesai sekolah sore, dan setelah itu mengikuti kegiatan pondok yaitu dari mulai jamaah sampai ngaji al-Qur’an dan ngaji kitab, itupun selesai sampai sangat malam” (hasil wawancara dengan santri bernama

Muhammad Sodiq tanggal 22 Agustus 2015 di aula pondok pesantren putra).

Dari hasil wawancara tersebut kendala yang sangat di hadapi adalah dalam hal waktu dan energi.

3. Solusi yang ditempuh untuk mengatasi hambatan pembelajaran menggunakan metode sorogan

Dari wawancara mengenai solusi yang ditempuh untuk mengatasi hambatan pembelajaran menggunakan metode sorogan, solusinya adalah sebagai berikut:

“Cara mengatasi hambatanya yaitu dengan menambah guru

bantu agar kiyai ada yang membantu dan selesainya tidak membutuhkan waktu yang lama, dan kyai maupun santri bisa mempunyai waktu istirahat yang cukup, memberi sanksi kepada santri yang tidak ikut sorogan agar dia jera, mengingatkan santri untuk aktif dalam setiap kegiatan yang ada di pondok pesantren, menambah jam atau hari untuk proses belajar menggunakan metode sorogan” (hasil wawancara dari kyai, pengurus, dan

(59)
(60)

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kab.Semarang.

Kegiatan pembelajaran yang ada di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim sudah terjadwal secara rinci. Sholat jama’ah setiap hari dari sholat subuh, sholat dhuhur, sholat ashar, sholat magrib, dan sholat isya’.

Dan semua santri diwajibkan untuk mengikuti jadwal tersebut. Sedangkan pembelajaran kitab kuning setelah sholat subuh, dan setelah sholat ashar. Sedangkan untuk jadwal mengaji Al-Quran yaitu setelah sholat magrib.

(61)

Metode sorogan merupakan salah satu metode konversional yang dilakukan dipesantren dalam mengkaji kitab kuning, kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab. Zamakshsyari Dhofier menyebutkan metode sorogan ialah seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris Al-Qur’an dan kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa tertentu yang pada giliranya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata seperti yang dilakukan gurunya (1994:28). Dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim juga menggunakan metode tersebut, yaitu kyai menyuruh santrinya untuk membaca kitabnya dengan tmenerjemahkan seperti yang dilakukan kyainya.

Pembelajaran menggunakan metode sorogan perencanaannya atau penyeluruhanya sangatlah efektif dan membantu dalam proses belajar mengajar selain memudahkan santri dalam menguasai isi kitab, juga membantu kyai dalam mengawasi santri. Karena proses pembelajaranya hanya satu santri yang maju secara bergantian dengan membawa kitabnya.

Pendapat dari kyai Nur Salim tentang proses pembelajaran menggunakan metode sorogan di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim:

“pembelajaran menggunakan metode sorogan sangatlah membantu

(62)

Jadi proses pembelajaran menggunakan metode sorogan di anggap efektik selain memudahkan kyai untuk bisa mengawasi santri, juga dapat menjadikan santri lebih mudah untuk memahami isi kitab yang di sorogankan dan akan lebih cepat untuk menambah kosa kata bahasa Arab.

Tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan yaitu agar terjalin hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, agar santri lebih cepat menghafal arti kitab dan dapat menambah kosa kata bahasa Arab, kyai lebih bisa mengawasi santri karena proses pembelajaranya santri langsung bertatap muka dengan kyai, agar menjadikan santri lebih aktif dalam menghafal dan memahami isi kitab, dapat melatih santri dalam menerapkan nahwu srorofnya dan kyai dapat mengawasi secara langsung proses belajar santri yaitu kyai dapat mengetahui mana santri yang sudah paham dan mana santri yang belum paham. Kitab yang digunakan dalam metode sorogan di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim untuk saat ini adalah kitab Fathul Qarib. Dipilihnya kitab fathul qarib adalah karena isi kitab tersebut mempelajari tentang ruang lingkup fiqih.

B. Faktor yang mempengaruhi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

1. Faktor pendukung

(63)

faktor pendukung penerapan metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib, antara lain adalah:

a. Terjadi hubungan yang erat dan harmonis anatar guru dengan murid b. Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan

membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab.

c. Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan terjadinya tanya jawab

d. Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya

e. Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kitab), sedangkan yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama (Arief, 2002:152).

Sedangkan kelebihan pembelajaran kitab kuning menggunakan metode sorogan menurut kyai Nur Salim Mawardi sebagai pengasuh pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:

“lebih kena kepada santri, karena bertatapan langsung kepada

para santri, dan lebih bisa mengawasi santri, santri bisa memperdalam tentang nahwu shorof dan bahasa Arab”.

(64)

“untuk melatih ketrampilan para santri dalam menerapkan

nahwu sharaf yang dipelajari, antara guru dan murid lebih dekat dan murid lebih paham, memperlancar untuk belajara kitab kuning, menambah kesabaran bagi para pengajar, santri lebih aktif, banyak menguasai kosa kata bahasa Arab, santri akan lebih cepat paham dan cepat dalam menguasai materi yang ada dalam kitab tersebut”.

Sedangkan pembelajaran menggunakan sistem sorogan menurut Muhammad Bilal sebagai santri di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:

“lebih cepat paham isi kitab dan menjadikan kita aktif untuk

bertanya apbila tidak tau arti, menambah kosa kata bahasa Arab”.

Kesimpulan faktor pendukung proses pelaksanaan metode sorogan adalah antusias para pengasuh, pengurus, dan santri. Dan dukungan dari masyarakat sekitar, yang selalu ikut mengawasi kegiatan pembelajaran yang ada di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim.

2. Faktor penghambat

(65)

a. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebihdari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat

b. Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi

c. Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.

Kelemahan pembelajaran menggunakan metode sorogan menurut kiai Nur Salim Mawardi sebagai pengasuh di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:

“waktu dan energi, karena membutuhkan waktu yang lama dan

menguras banyak energi. Karena sorogan dimulai dari jam 9 sampai selesai dan selesainya sampai tengah malam”.

Kelemahan pembelajaran menggunakan metode sorogan menurut ustadz Yasin sebagai pengurus di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:

“waktu, energi, kelelahan, istiqomah (rutin), karena kita mengajar dan kegiatan terlalu padat, jadi kurang istirahat”.

Kelemahan pembelajaran menggunakan metode sorogan menurut Muhammad Sodiq sebagai santri di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:

“menguras banyak otak karena kita belajar dari pagi sampai malam,

(66)
(67)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode Sorogan dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kabupaten Semarang

Proses pelaksanaan pembelajaran dipondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim sudah berjalan dengan baik dan lancar, hal ini dibuktikan dengan rencana pembelajaran yang tertuang dalam bentuk jadwal. Metode sorogan dilaksanakan dengan santri satu persatu menyodorkan kitabnya kepada kyai, kemudian kyai membacakan beberapa bagian dari kitab itu, dan santri mengulang bacaannya dibawah tuntutan kyai sampai santri benar-benar dapat membacanya dengan baik. Bagi santri yang sudah menguasai materi pelajaranya, maka akan ditambahkan materi baru, sedangkan santri yang belum menguasai materi harus mengulangi lagi. Proses evaluasi dalam metode sorogan dilaksanakan secara langsung oleh kyai, apabila ada santri yang salah dan kyai langsung membenarkan kesalahan santri.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kabupaten Semarang

(68)

hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, kesalahan santri dalam membaca kitab dapat langsung diluruskan dan dibenarkan oleh kyai, bertambahnya kemampuan gramatika (nahwu shorof) dan pembendaharaan kosa kata bahasa Arab santri, dan kesempatan untuk lebih berkembang bagi santri yang aktif dan memiliki kemampuan lebih dalam menerima materi dari santri lainya.

Adapun faktor penghambat dalam pembelajaran menggunakan metode sorogan yaitu minimnya pengajar, menghabiskan banyak waktu, karena waktu untuk istirahat bagi santri dan kyai berkurang, metode sorogan dianggap kurang efisien karena kyai hanya menangani satu santri, dan dalam pembelajaran ini membuat santri mudah bosan.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama melakukan penelitian, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberikan saran kepada kyai, pengurus, dan santri yang ada di pondok pesantren untuk mengatasi kendala yang di hadapi dalam pembelajaran menggunakan metode sorogan sebagai berikut:

1. Menambah pengajar, yaitu pengurus yang di anggap mampu dan sudah memahami isi yang ada di dalam kitab tersebut

2. Membagi jadwal lagi, yang harusnya satu malam untuk seluruh santri, maka akan di jadikan dua hari dan santri di bagi menjadi dua yaitu hari pertama dan hari kedua

(69)

4. Memberikan sanksi kepada santri yang tidak mengikuti sorogan agar santri mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode sorogan 5. Kyai harus lebih memahami santri yaitu jangan terlalu banyak memberi

materi agar santri tidak banyak beban

6. Harus terjadi hubungan yang baik antara kyai dengan santri agar memudahkan dalam proses belajar yang baik

7. Kegiatan yang tidak penting bisa ditinggalkan agar santri dapat belajar dan dapat memahami apa yang akan di sorogan kepada kyai

8. Menyusun kembali waktu yang tepat dalam penerapan sorogan ini yang sekiranya semua santri dapat mengikuti semuanya.

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Ruhana. Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Press.

Arifin, Zaenal. 2011. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdaknya.

Azizy A Qodri, Faiqoh, dan Mahmud. 2003. Pola Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta: Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.

Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Daradjat, Zakiyah. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.CV Ruhana.

Dhofier, Zamakhsari. 1994. Tradisi Pesantren. Jakarta:LP3IS.

Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI.

Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Masyhud, Sulton, M. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka. Moh, Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. LKS Printing Cemerlang.

Moleong. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhammad, Asy-Syekh dan Ghazaly al-Qasim. 1991. Terjemahan Fathul Qarib. Surabaya: Al-Hidayah.

(71)

Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

N. K. Roestiyah. 1986. Masalah-masalah Keguruan. Jakarta: PT. Bima Aksara. Rosyad, Aminudin. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Unhamka

Press.

Saerozi, Moh. 2013. Pembaharuan Pendidikan Islam, Studi Historis Indonesia dan Malaysia 1900-1942. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Shabir, Muslih. 2010. Kajian Kitab Fiqih di Pondok Pesantren Salaf di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarka. Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang.

Sugiyono. 2009. Cetakan VIII. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&G. Bandung: Alfabeta.

Susilo, Muhammad Joko. 2007. Manajemen Pelaksanaan & Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.

Yunus, Mahmud. 1962. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

(72)

PEDOMAN WAWANCARA I

1. Kegiatan di pondok pesantren

a. Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren?

2. Metode pembelajaran kitab kuning yang digunakan di pondok pesantren a. Metode apa saja yang digunakan di pondok pesantren?

b. Bagaimana dengan proses pembelajaran menggunakan metode sorogan?

c. Apa saja tujuan menggunakan metode sorogan?

d. Kitab apa yang di gunakan dalam metode sorogan tersebut? 3. Hamabatan dan faktor pendukung

a. Apa saja faktor pendukung proses pembelajaran menggunakan metode sorogan?

b. Apa saja hambatan proses pembelajaran menggunakan metode sorogan?

4. Solusi apa yang ditempuh untuk mengatasi hambatan atau probem yang dihadapi

(73)

PEDOMAN WAWANCARA II

Nama :

Usia :

1. Kegiatan di Pondok Pesantren

a. Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren? b. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan tersebut?

c. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren? 2. Metode pembelajaran di pondok pesantren?

a. Apa saja metode yang digunakan

b. Apa manfaat menggunakan metode sorogan?

c. Kitab apa saja yang diguanakan dalam metode sorogan?

d. Baimana penerapan metode sorogan menggunakan kitab fathul qarib 3. Faktor pendukung dan faktor penghambat

a. Apa saja faktor pendukung metode sorogan dalam pembelajaran kitab fathul qarib?

(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)

Gambar

TABEL 1
TABEL II REKAPITULASI SANTRI PUTRA

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini mendiskusikan keterkaitan antara komunikasi dan budaya Islam di Indonesia. Penulis memfokuskan tiga isu yaitu pertama, hubungan antara komuikasi dan budaya;

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi salinitas dan varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang, diameter akar, kerapatan stomata adaksial dan

Pada penelitian ini membuat program aplikasi yang telah dibuat yaitu sebuah sistem informasi penilaian siswa yang berbasis komputerisasi dan berjalan dengan teknik stand alone (PC)

Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan

Efek positif yang didapat jika hubungan kontak sosial antara orang tua dan anak berjalan secara konsisten adalah anak merasa lebih aman dalam pengasuhan, tumbuhnya

Proses pelaksanaan pembelajaran membaca kitab kuning dengan menggunakan metode sorogan di pondok pesantren Nurul Huda Banin Simbangkulon yaitu para santri

Jika melihat dari ciri-ciri pasar yang ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan dimana tidak ada kesulitan berarti dalam memasuki pasar, banyaknya penjual dan

y PRAKTIK MEDIK TANPA SOP MEDIK y KAMI MENJUAL JASA ALAT MEDIS y TENAGA KAMI TIDAK KOMPETEN..