• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT KARISMA MAGELANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT KARISMA MAGELANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

DI BMT KARISMA MAGELANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah

(A.Md.E.Sy)

Oleh :

ZUNITA MEGASARI

(

-

-

)

JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

ii

ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

DI BMT KARISMA MAGELANG

TUGAS AKHIR

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh :

ZUNITA MEGASARI

(

-

-

)

JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Salatiga, 30 Agustus 2016

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir

Kepada

Yth. Dekan FEBI IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan

seperlunya, maka Tugas Akhir saudari :

Nama : Zunita Megasari

NIM : 201-13-026

Jurusan : D III Perbankan Syariah

Judul :ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT

KARISMA MAGELANG”

Dapat diajukan dalam sidang munaqosah.

Demikian untuk menjadi periksa.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing

(4)

iv

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Zunita Megasari

NIM : 201-13-026

Jurusan : D III Perbankan Syariah

Fakultas : Eonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

Judul Tugas Akhir : ANALISIS PEMBIAYAAN QORDHUL HASAN DI

BMT KARISMA MAGELANG”

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan

mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Salatiga, 30 Agustus 2016

Penulis

Zunita Megasari

(6)

vi

MOTTO

“Jangan menunggu sampai esok, apa yang dapat anda kerjakan hari ini”

“Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmu lah kamu menggantungkan

pengharapan”

(Al-Insyirat - )

“Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tapi jadilah orang yang

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah swt atas karunia serta kemudahan yang Engkau

berikan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan karya

sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi:

1. Orang tuaku tercinta, Muhsholihan dan Lilis Sri Suryanti, yang telah

memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis tidak hanya dari segi

materi namun juga semangat dikala penulis putus asa. Menjadi tempat

bercerita dan selalu membuatku termotivasi, selalu menyirami dengan kasih

sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,

Terimakasih Ibu…Terimakasih Ayah…

2. Keluargaku, kakak dan adikku tersayang Novita Ayu Niawati, Niken Dewi

Tri Lestari, Zulfa Dewi Kartika, Anang Mufaro, Bumimas Braja Kusuma,

Handung Pandu Kusuma, Ricky Ramanda Dimas Abimanyu, terimakasih

buat semangat, canda tawa, dukungan dan bantuan kalian semua.

3. Personil dan crew “Ki Santri Kagol”, Mas Chepril, Mas Tono, Mas Tomo, Mas Muldy, Om, Tante, terimakasih telah memberiku semangat dan motivasi,

you’re the best.

4. Novi Setyaningrum, teller BMT Karisma terimakasih telah memberikan saran

dalam pemilihan judul Tugas Akhir ini.

5. Sahabat-sahabatku Diploma III IAIN Salatiga angkatan 2013.

6. Bapak Solekhudin, SEI selaku Manager Baitul Mal BMT Karisma,

(8)

viii

7. Bapak Alfred, terimaksih atas bimbingannya dari awal pembuatan tugas akhir

hingga selesai.

8. Jurusanku dan Almamaterku.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan

kepada penulis.

Salatiga, 30 Agustus 2016

Penulis

Zunita Megasari

(9)

ix

ABSTRAK

Zunita Megasari, Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma Magelang, Tugas Akhir, Program Studi Perbankan Syariah D III, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Drs. Alfred L.,M.Si.

Penelitian ini merupakan upaya untuk menganalisa pembiayaan qardhul

hasan yang diterapkan BMT Karisma Magelang. Kemudian bagaimana realisasi

pembiayaan dan perkembangan pembiayaan qardhul hasan ini di BMT Karisma

Magelang. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif, diskriptif, dengan menggunakan metode observasi dilakukan dengan cara mengamati

operasional pembiayaan qardhul hasan di BMT Karisma , dan metode wawancara

dilakukan dengan mengadakan tanya jawab kepada beberapa informan yang terlibat dalam proses pembiayaan, serta metode dokumentasi dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembiayaan qardhul

hasan.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa realisasi pembiayaan qardhul hasan

ini nasabah datang langsung ke BMT dengan membawa syarat-syarat yang sudah ditetapkan, kemudian nasabah mengisi formulir permohonan pembiayaan. Setelah pembiayaan diajukan dan disetujui bagian maal, maka nasabah dibuatkan akad

dan akan dijadwalkan pencairannya. Perkembangan pembiayaan qardhul hasan

ini semakin meningkat, hal tersebut dikarenakan pembiayaan ini mendapat respon yang baik dari masyarakat dan sifatnya adalah tolong menolong, dan nasabah tidak diterbebani dengan adanya bagi hasil.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma Magelang”. Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya (A.md) D III Perbankan Syariah, pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan,

saran, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan

segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si , selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Bapak Drs. Alfred L., M. Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Perbankan

Syariah D-III dan dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan

memberikan pengarahan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Masagung Munip, SE, selaku Manager BMT Karisma atas ijin dan

kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian

(11)

xi

5. Bapak Solekhudin, SEI, selaku Manager Baitul Maal yang telah menyisihkan

waktunya untuk membantu memberikan informasi-informasi dan

memberikan ilmunya untuk penyelesaian Tugas Akhir ini.

6. Seluruh staf dan para karyawan BMT Karisma yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu yang telah sabar, ikhlas, dan tulus memberikan

bimbingan, arahan dan semangat kepada penulis untuk mencapai yang

terbaik.

7. Bapak dan Ibuku tersayang serta saudara-saudaraku yang telah memberikan

do‟a dan senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.

8. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan masukan dan

motivasi dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tak ada gading yang tak retak,

begitu pula dengan Tugas Akhir ini yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya, mohon maaf atas keterbatasan penulis.

Besar harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat serta menambah

pengetahuan bagi pembaca.

Salatiga, 30 Agustus 2016

Penulis

Zunita Megasari

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN TUGAS AKHIR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Kegunaan ... 10

D. Penegasan Istilah ... 12

E. Penelitian Terdahulu ... 13

F. Metode Penelitian... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan ... 18

(13)

xiii

2. Unsur-Unsur Pembiayaan ... 19

3. Pengertian Prosedur Pembiayaan Kredit ... 20

4. Pengertian Perkembangan ... 23

5. Analisis Pembiayaan (Kredit) ... 23

6. Macam-Macam Pembiayaan ... 27

B. Qardhul Hasan ... 29

1. Pengertian Qardhul Hasan ... 29

2. Rukun Transaksi Pinjaman Qardhul Hasan ... 31

3. Syarat-Syarat Qardhul Hasan ... 32

4. Aplikasi Dalam Perbankan ... 32

5. Manfaat Qordhul Hasan... 32

6. Sumber Hukum ... 33

BAB III LAPORAN OBYEK A. Gambaran Umum BMT ... 35

1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 35

2. Sejarah Berdirinya BMT Karisma Magelang ... 36

3. Visi dan Misi BMT Karisma Magelang ... 38

4. Lokasi BMT Karisma ... 39

5. Struktur Organisasi BMT Karisma Magelang ... 40

6. Produk-Produk BMT Karisma Magelang ... 40

B. Data Deskriptif ... 47

(14)

xiv

1. Prosedur Permohonan Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT

Karisma Magelang ... 54

2. Prosedur Realisasi Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma

Magelang ... 57

3. Prosedur Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT

Karisma Magelang ... 58

B. Perkembangan Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma

Magelang ... 59 BAB V PENUTUP ...

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Muhammad dalam bukunya yang berjudul “Lembaga Keuangan Mikro Syariah” tahun 2009 menyatakan, Belakangan ini kita menyaksikan sejumlah fenomena dan realita sosial yang sangat

memilukan. Terjadinya gizi buruk yang melanda bayi-bayi tak berdosa,

busung lapar yang mengerikan dan bentrokan yang terjadi antara

pengunjuk rasa dengan kepolisian dalam masalah penutupan PT. Freeport

di Abepura Irian Jaya, konflik masal yang menelan korban material dan

kasus PT. Newmont di Sumbawa Nusa Tenggara Barat merupakan sederet

fenomena yang tidak hanya menelan biaya sosial (social cost) tetapi juga

merenggut nyawa manusia yang seharusnya tidak terjadi.

Kasus gizi buruk dan busung lapar menggambarkan realitas

kemiskinan yang diderita oleh masyarakat. Sedangkan kasus konflik

antara pengunjuk rasa dengan kepolisian dalam masalah penutupan PT.

Freeport merupakan sebuah ekspresi dari sebuah fenomena ketidakadilan

yang dirasakan oleh kelompok rakyat kalangan akar rumput.

Persoalan-persoalan tersebut, dalam spektrum yang lebih luas, terutama terkait

dengan relasi ketidakadilan sosial ekonomi antara elite pemerintah dengan

rakyat banyak, antara pusat dan daerah bahkan telah masuk melibatkan

(16)

Kemiskinan seolah menjadi raksasa yang menakutkan bagi semua

pihak. Pemerintah diberbagai belahan negara menjadikan kemiskinan

sebagai sebuah isu strategis yang harus dientaskan dari kehidupan

masyarakat. Menjadikan kemiskinan sebagai sebuah isu strategis

ditengah-tengah kemakmuran global sangat beralasan lantaran kemiskinan adalah

musuh kemanusiaan yang tak seorangpun mengharapkan terjadi dalan

hidupnya.

Meskipun kemiskinan menjadi musuh bagi setiap orang, tidaklah

berarti bahwa kemiskinan muncul sebagai sebuah realitas yang harus

diterima apa adanya sebagai sebuah takdir dari yang Maha Kuasa.

Pemahaman seperti ini tidak jarang kita jumpai dalam masyarakat kita.

Akibatnya, bangunan mental sebagian masyarakat kita betul-betul

menggambarkan mentalitas masyarakat miskin, masyarakat yang terisolir

karena kekeliruan pemahamannya sendiri.

Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi baik dalam skala

nasional maupun dalam skala global semakin membangkitkan kesadaran

dan keyakinan kita tentang kemampuan usaha mikro kecil sebagai tulang

punggung perekonomian Indonesia. Ekonomi mikro adalah simbol

pedagang pinggiran yang menjajakan kebutuhan banyak orang di

pinggiran jalan, namun mampu berdiri kokoh ditengah hempasan badai

yang menerjang bahkan mampu memberikan kontribusi riel bagi laju

(17)

Ketika krisis melanda Indonesia sejak 1997 silam, usaha kecil tampil sebagai pahlawan menggerakkan roda perekonomian. Pada saat

kondisi ekonomi dan keuangan global berada pada taraf yang sangat

parah, yang membuat usaha besar satu persatu sekarat kemudian gugur,

usaha kecil justru mampu menunjukkan eksistensinya meski ada sebagian

yang tidak mampu bertahan. Ketika ekonomi dunia dilanda prahara akibat

peristiwa politik, social dan ekonomi memukul usaha-usaha korporasi

raksasa (giant corporation), usaha kecil justru mampu bertahan, bahkan

mempunyai kemampuan pemulihan yang relatif lebih cepat jika

dibandingkan dengan unit usaha yang lebih besar.

Meskipun usaha kecil memiliki fungsi dan peran sebagai tulang

punggung ekonomi rakyat dan membantu mengatasi problem makro

ekonomi serta menopang pertumbuhan ekonomi daerah, namun usaha

ekonomi kecil sering menghadapi tantangan internal dan eksternal

sehingga sulit berkembang secara ideal.

Permasalahan yang berhasil diidentifikasi dari para pelaku usaha

kecil, salah satunya adalah permodalan. Permodalan bagi usaha ekonomi

kecil merupakan aspek krusial. Usaha kecil pada umumnya memiliki

modal yang sangat terbatas sehingga berkontribusi besar pada lambatnya

akumulasi modal yang menyebabkan kelompok usaha kecil ini tidak

memiliki cadangan modal. Akibatnya, ketika terjadi kelesuan (velocity)

(18)

Tambunan (2001) melihat beberapa masalah umum yang dihadapi oleh usaha kecil seperti misalnya keterbatasan modal kerja maupun modal

investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik dan

harga yang terjangkau, keterbatasan tegnologi dan sumberdaya manusia

(SDM), termasuk manajemen dan masalah pemasaran. Dua masalah

eksternal yang oleh banyak pengusaha kecil dan menengah dianggap

paling serius adalah keterbatasan akses ke kredit bank dan distorsi pasar

yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak

kondusif.

Sungguhpun demikian, kelompok ekonomi mikro kecil tetap

dipandang sebelah mata bagi para pemangku kebijakan. Mereka bisa

bertahan hidup dengan mengharapkan belas kasihan dari pemangku

kebijakan. Lembaga-lembaga donor dana seperti bank, jelas berpikir

panjang untuk menelorkan bantuan pada kelompok ekonomi ini, mereka

dianggap not bankable. Hal ini menjadi lantaran kelemahan manajemen

dan organisasi serta sumber daya yang dimiliki kelompok ekonomi mikro

(Muhammad, 2007).

Para pengusaha kecil yang percaya perbankan merupakan “agent

of development” yang berperan kunci dalam memberdayakan ekonomi

rakyat hanya bisa berharap menyaksikan kenyataan pahit sulitnya bank

bermitra akrab dengan pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang miskin.

Asumsi not bankable bagi para pelaku ekonomi mikro

(19)

Pada sisi lain, pencitraan tersebut merupakan refleksi nyata dari adanya

segmentasi dan stratifikasi-stratifikasi sosial dalam masyarakat

berdasarkan tingkat pendapatan atau kemakmuran. Kita melihat secara

jelas fragmentasi sosial masyarakat secara ekonomi ke dalam kelompok

mikro kecil (KMK), kelompok ekonomi menengah (KEM) dan kelompok

usaha besar (KUB). Kondisi tersebut berlangsung secara tidak wajar dan

mencolok sehingga menimbulkan ketidakadilan dan jurang antar

kelompok masyarakat.

Perbankan sebagai “agent of development” yang berperan kunci

dalam memberdayakan usaha kecil, seperti temuan penelitian Mubyarto

(2004) sulit bermitra akrab dengan pelaku-pelaku ekonomi kecil yang

miskin. Meskipun Pemda Kabupaten Kutai Barat sudah menunjukkan

Bank BPD Melak menyalurkan dana UMKM kepada usaha-usaha kecil

“ekonomi” sebesar Rp 7,5 milyar dari dana APBD namun belum ada perhatian dan perlakuan khusus terhadap mereka mereka sebagai

pihak-pihak yang berhak menerima perlakuan “istimewa” karena kemiskinannya

(Rudjito, dan Nugroho, 2003).

Permasalahan utama yang sering menjadi sorotan dalam praktik

ekonomi dan perbankan selama ini adalah adanya ketimpangan dan

ketidakadilan ekonomi yang disebabkan oleh sistem dan struktur ekonomi

yang diskontruksi oleh pihak yang memiliki modal untuk melanggengkan

(20)

Dalam kenyataannya, hal tersebut bisa dicermati dari praktik, bank

konvensional yang menerapkan sistem bunga dan memberikan peluang

dan fasilitas bagi golongan konglomerat. Sementara kelompok ekonomi

kecil meskipun memiliki keterampilan enterpreneursip masih tetap saja

dipandang not bankable, tidak layak mendapatkan fasilitas pembayaran.

Janganlah engkau membungakan kepada Saudaramu, baik uang

maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan”. (Kitab

Deuteronomy, Pasal 23 ayat 19)

Sikap selektif dalam pemberian fasilitas ini merupakan bentuk

ketidakadilan sistem dalam praktik ekonomi konvensional. Lembaga

keuangan menjadi kehilangan fungsi dan peran, gagal menjadi

intermediasi yang mempertemukan antara pihak surplus dana dan pihak

yang mengalami defisit dana serta gagal menjadi agent of development

bagi masyarakat secara luas.

Kehadiran lembaga keuangan syariah dalam berbagai ragamnya,

yang marak dalam beberapa tahun terakhir ini menggambarkan satu

realitas yang hadir untuk melakukan dekonstruksi ekonomi baik pada

tataran teoritik maupun praktis. Salah satu lembaga keuangan syariah yang

berkembang pesat adalah lembaga keuangan mikro syariah. Lembaga ini

hadir untuk menjembatani kebutuhan masyarakat akar rumput yang tidak

tersentuh oleh lembaga keuangan bank. LKM syariah hadir memenuhi jasa

(21)

Dalam konteks islam, lembaga keuangan mikro kecil ini tampil

dalam bentuk BMT. Lembaga ini secara empiris telah menunjukkan fungsi

dan peran penting dalam memerangi kemiskinan, menghilangkan

ketimpangan sosial-ekonomi dan memperkuat daya saing ekonomi kaum

musthaz‟afin/the lower level of community serta menciptakan ruang

perekonomian yang adil (Chapra, 1997).

Berbeda dengan bank konvensional, lembaga keuangan syariah

dapat menjadi primadona bagi kelompok miskin dalam membantu

pemenuhan kebutuhan modal usaha. Lembaga keuangan mikro juga

berorientasi pada penanganan kemiskinan, merubah mental dan gaya

hidup konsumtif masyarakat miskin menjadi gaya hidup yang berorientasi

pada upaya-upaya produktif.

Karakteristik utama lembaga keuangan mikro yang menerapkan

pendekatan syariah adalah free of interest, bunga bank dianggap sebagai

riba yang dilarang dalam hukum islam. Sejumlah intelektual Muslim,

seperti; Obaidullah (2002); Anouar, (2002); Chepra, (1996); Meenai,

(1992); Mannan, (1997); Gafoor, (1995). Para fukaha‟ (ahli hukum islam)

sepakat sistem bunga uang merupakan wujud dari ketidakadilan ekonomi

sebab sistem ini hanya meningkatkan penderitaan banyak pihak,

mempertebal sifat egosentris kaum kapitalis yang memiliki surplus unit,

bahkan dianggap tak berperasaan dan tidak manusiawi serta serakah.

Dampak dari penerapan bunga uang yang demikian luas

(22)

untuk menerapkan prinsip operasional ynang berdasarkan hukum

murabahah, ijarah dan qard al hasan dan sejenisnya yang dikenal dalam

fikhi klasik. Penerapan konsep-konsep ini memiliki tujuan; pertama, LKM

syari‟ah disamping memediasi diri sebagai lembaga bisnis yang bertujuan

untuk membantu para pelaku ekonomi mikro juga berfungsi sebagai

institusi bisnis yang melakukan injeksi nilai-nilai agama dan nilai-nilai

kemanusiaan agar terhindar dari praktik-praktik yang dianggap

bertentangan dengan hukum islam, seperti riba, maysir dan gharar

(tipuan). Kedua, LKM syariah menjadi lembaga ekonomi yang berupaya

menjembatani kesenjangan akses ekonomi dari lembaga keuangan formal

(bank). LKM memberikan akses yang luas kepada kelompok pengusaha

mikro sehingga kehadirannya dirasakan menjadi lembaga non-formal yang

menegakkan keadilan sosial ekonomi. Ketiga, membuka peluang berusaha

yang lebih besar kepada kelompok pengusaha mikro yang mayoritas

miskin. Melalui lembaga ini, kelompok marginal ini diarahkan bimbing

dan diarahkan sedemikian rupa agar memiliki mentalitas yang tidak

bergantung pada orang lain, merubah gaya hidup mereka dari gaya hidup

konsumtif menjadi kelompok gemar menabung dan memiliki

kesetiakawanan yang kuat dalam kelompok, yang ditandai dengan

kesediaan mereka untuk berpartisipasi menyisihkan dana tabbarru (dana

kemanusiaan).

Untuk mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang memiliki

(23)

memiliki stok tertentu, terutama modal yang dihimpun dari dana zakat,

infaq dan shadaqah kemudian dikemas dalam bentuk produk al Qard al

hasan, pinjaman kebaikan yang bisa disalurkan kepada mereka.

Dengan pemberian kesempatan yang sama antara satu dengan yang

lain nasabah, lembaga ekonomi syari‟ah menempatkan eksistensi dirinya

sebagai tonggak utama penyangga nilai-nilai kemanusiaan, kebenaran,

keadilan, kejujuran, transparansi dan pertanggungjawaban serta

mengedepankan prinsip-prinsip etika syariat islam yang mengajarkan

kebersamaan dan keadilan dalam muamalah iqtishady.

Dengan berbagai keunggulan ini LKM syariah memiliki peluang

dalam mewujudkan pembangunan ekonomi mikro yang

berkesinambungan dan berkelanjutan serta mampu mengubah mental

pelaku ekonomi untuk berkreasi secara lebih bebas selama tidak

bertentangan dengan nilai-nilai syariah, di antaranya amanah dan

kejujuran. Pelaku ekonomi mikro tidak akan sulit memperoleh

pembiayaan tanpa dibebani oleh pikiran bayar bunga tinggi karena sistem

yang dioperasionalkan adalah sistem bagi hasil atas dasar kerelaan dan

kesepakatan kedua belah pihak.

Kinerja lembaga keuangan mikro (BMT) yang beroperasi atas

dasar sistem syariah dimaksudkan untuk menggambarkan kemampuan

LKM dalam memediasikan diri sebagai banknya rakyat miskin,

(24)

keuangan formal (bank), yang selama ini lebih berpihak kepada orang

kaya daripada orang miskin.

Kehadiran LKM syariah diharapkan dapat mewujudkan suatu

rangkaian kebijaksanaan sosial-ekonomi yang komprehensif dan

operasional dalam pemberdayaan ekonomi mikro. Perwujudan ini dapat

dilakukan melalui program-program yang secara ekonomis tidak

memberikan keuntungan secara langsung, seperti pemberian pinjaman

modal kerja tanpa memberikan bagi hasil qard al hasan kepada kaum

dhua‟fa yang bertujuan sosial tanpa mengambil imbalan seperti salah satu

bentuk pembiayaan pada BMT Karisma Magelang.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian pada BMT Karisma Magelang dengan

judul “Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma Magelang”. B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Prosedur Permohonan, Realisasi, dan Prosedur

Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan yang dikelola BMT

Karisma Magelang?

2. Bagaimana Perkembangan Pembiayaan Qardhul Hasan Di BMT

Karisma Magelang?

C. Tujuan dan Kegunaan

(25)

a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur permohonan, realisasi,

prosedur pengembalian pembiayaan qardhul hasan yang dikelola

BMT Karisma Magelang.

b. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan di BMT Karisma

Magelang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Penulis

1) Sebagai alat ukur agar dapat mengetahui sejauh mana ilmu

yang diperoleh dibangku perkuliahan dan mempraktikan

teori-teori dari mata kuliah yang pernah diberikan.

2) Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya

pada program studi D III Perbankan Syari‟ah.

b. Bagi BMT Karisma Magelang

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi BMT untuk mempertahankan dan mengembangkan

kinerjanya dimasa yang akan datang.

c. Bagi IAIN Salatiga

1) Referensi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa IAIN

Salatiga program studi D III Perbankan Syariah dan sebagai

sarana kerjasama antara lembaga IAIN dengan BMT.

2) Untuk memberikan sedikit gambaran bagi pembaca tentang

BMT Karisma Magelang.

(26)

1) Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang

produk-produk perbankan syari‟ah khususnya produk-produk-produk yang ada di BMT Karisma Magelang.

2) Menjadi bahan perbandingan dalam memperoleh informasi

ketika melakukan penelitian ditempat yang berbeda, sehingga

dapat saling bertukar pikiran satu sama lain.

D. Penegasan Istilah

Analisis

Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab,

duduk perkaranya dan sebagainya (KBBI).

Pembiayaan

Pembiayaan (kredit) adalah kepercayaan. Dalam bahasa latin

disebut “credere”. Artinya, kepercayaan pihak bank (kreditor) kepada

nasabah (debitur), bahwa bank percaya nasabah pasti akan mengembalikan

pinjamannya sesuai kesepakatan yang telah dibuat. Dapat diartikan pula

bahwa, debitur memperoleh kepercayaan dari bank untuk memperoleh

dana dan untuk menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya serta

mampu untuk mengembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati kedua belah pihak (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 250).

Prosedur

Prosedur adalah suatu urutan klerikal atau pekerjaan, biasanya

(27)

untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2001:5, Muhammad Najib Setiadi, 2012:

19).

Perkembangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KKBI), Perkembangan

dapat berarti menjadi besar (luas, banyak, dan sebagainya; memuai;

perusahaan itu berkembang pesat.

Qardhul Hasan

Pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar

pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan

ketentuan syariah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang maka

ia tidak boleh meminta pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yang

diberikan. Namun, si peminjam boleh saja atas kehendaknya sendiri

memberikan kelebihan atas pokok pinjamannya (Siti

Nurhayati-Wasilah,2009: 247).

BMT

Baitul Maal wat Tamwil atau Balai Usaha Mandiri Terpadu

merupakan lembaga keuangan mikro dengan prinsip bagi hasil untuk

meningkatkan taraf hidup dan martabat kelompok miskin, yang modalnya

berasal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat melalui sistem ekonomi

syariah (Tri Hendro SP, S.E., M.B.A.,CFP, Conny Tjandra Rahardja, S.E.,

M.M.: 248).

(28)

Penelitian Siti Rondiatin (2010) “Analisa Pembiayaan Al Qordhul

Hasan Pada BMT AMAN Salatiga” menyimpulkan bahwa prosedur

realisasi pembiayaan al qordhul hasan adalah setelah menandatangani akad

pembiayaan, bagian pemasaran memberikan berkas catatan kepada bagian

pembiayaan, kemudian bagian pembiayaan membuat kwitansi yang berisi

nominal pembiayaan yang setelah itu ditandatangani oleh nasabah,

kemudian oleh bagian pembiayaan diserahkan kepada teller. Dan

perkembangan pembiayaan al qordhul hasan pada tahun tersebut sangat

kurang sekali dikarenakan pembiayaan ini dari pihak BMT tidak

menargetkan tiap hari, tetapi kalau ada nasabah yang datang ke BMT

AMAN untuk mengajukan pembiayaan al qordhul hasan juga diterima,

dengan ketentuan nasabah tersebut benar-benar membutuhkan dana

tersebut.

Penelitian Wahyu Setyani (2009) “Prosedur Pembiayaan Al

-Qordhul Hasan pada BMT WAHANA Wonogiri” menyimpulkan bahwa

sebelum seorang nasabah mengajukan pembiayaan al qordhul hasan,

terlebih dahulu harus melalui proses penilaian mulai dari proses pengajuan

pembiayaan, penilaian barang jaminan, prosedur dan analisa.

Penelitian Muhammad Fathoni (2008) “Analisa Pembiayaan Al

-Qordhul Hasan pada BMT SHOHIBUL UMMAT Rembang” menyimpulkan bahwa dalam analisa pembiayaan pemerolehan informasi

mengenai calon nasabah dalam hal kepentingan analisa maka dapat

(29)

data-data calon nasabah pembiayaan dari pihak BMT, ataupun informasi

dari pihak ketiga.

Penelitian Muhammad Najib Setiadi (2012) “Analisis Akad

Pembiayaan Qordh Di BMT MANDIRI Getasan” menyimpulkan bahwa

BMT tidak memberikan sanksi apabila nasabah terlambat membayar

qordh, apabila nasabah tidak mampu mengembalikan qordh, setelah

dilakukan analisa faktor-fator penyebab nasabah tidak bisa

mengembalikan qordh, maka pembiayaan qordh tersebut dialihkan

kedalam akad qordhul hasan, dimana nasabah tidak harus mengembalikan

pembiayaan qordh tersebut.

F. Metode Penelitian

1. Tipe penelitian

Dalam melakukan penelitian, metode yang digunakan adalah

metode diskriptif. Metode diskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan /

melukiskan keadaan subyek / obyek penelitian (seseorang, lembaga

masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya (Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,

1990: 63).

2. Jenis data yang digunakan

a. Data Primer, ialah data yang diperoleh secara langsung dari

(30)

b. Data sekunder, ialah data yang diambil dari data primer

(Winarno, 2010: 14). Bisa juga diartikan data yang diperoleh

secara tidak langsung misal, berupa arsip, dokumen, buku-buku

literatur dan laporan lainnya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan

berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu

dengan individu, maupun individu dengan kelompok (Prof. Dr.

Nyoman Kutha Ratna, SU, 2010: 222)

b. Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pen catatan

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek

penelitian (Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, 1990: 63).

c. Studi Pustaka

Teknik dalam memperoleh data yang dilakukan dengan cara

mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian penulis.

G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dilakukan analisis

kemudian di susun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika

(31)

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan, penelitian terdahulu, penegasan istilah, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi tentang pengertian pembiayaan, dan data

nasabah pembiayaan Al-Qardhul Hasan.

BAB III LAPORAN OBJEK

Menyajikan tentang gambaran umum BMT, sejarah berdirinya

BMT Karisma Magelang, visi dan misi, job discription, lokasi, struktur

organisasi, dan produk-produk BMT Karisma Magelang, serta informasi

lainnya.

BAB IV ANALISIS

Analisa yang berisikan prosedur pembiayaan Al Qardhul Hasan,

perkembangan dan keuntungan pembiayaan Al Qardhul Hasan.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini yang

(32)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Secara umum dikatakan bahwa arti pembiayaan (kredit) adalah

kepercayaan. Dalam bahasa latin disebut “credere”. Artinya, kepercayaan pihak bank (kreditor) kepada nasabah (debitur), bahwa

bank percaya nasabah pasti akan mengembalikan pinjamannya sesuai

kesepakatan yang telah dibuat. Dapat diartikan pula bahwa, debitur

memperoleh kepercayaan dari bank untuk memperoleh dana dan untuk

menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya serta mampu untuk

mengembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua

belah pihak (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 250).

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 tahun

1998 Kredit (Pembiayaan ) adalah:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, „saya

percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang

(33)

selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk

melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan

dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat

yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (Prof. Dr.

H. Veithzal Rivai, M.B.A., Andria Permata Veithzal, B. Acct.,

M.B.A.,2008: 3), sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa‟

[4]: 29 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan (mengambil) harta sesamamu dengan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu”.

2. Unsur Pembiayaan

Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan.

Dengan demikian, pemberian pembiayaan berarti pemberian

kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus

diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan

waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal

tersebut, unsur-unsur pembiayaan adalah:

a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan

penerima pembiayaan (mudharib).

b. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang

(34)

c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal

dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib

kepada shahibul mal.

d. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal

kepada mudharib.

e. Adanya unsur waktu (time element).

f. Adanya unsur resiko baik dari pihak shahibul mal maupun pihak

mudharib (Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A., Andria Permata

Veithzal, B. Acct., M.B.A.,2008: 4-5).

3. Pengertian Prosedur Pemberian Kredit

Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus

melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit

dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian

dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahap-tahap

dalam memberikan kredit ini kita kenal nama prosedur pemberian

kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan

kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan

kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan

penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada

kekurangan maka pihak dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan

langsung ditolak.

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan

(35)

Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak persyaratan dan

ukuran-ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan

pertimbangan masing-masing. Dalam praktiknya prosedur pemberian

kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan

dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula

ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh

badan hukum sebagai berikut:

a. Pengajuan proposal

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang

pertama permohonan kredit mengajukan permohonan kredit secara

tertulis dalam suatu proposal. Proposal kredit harus dilampiri

dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Yang

perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit

hendaknya yang berisi keterangan tentang:

1) Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis

bidang usaha, perkembangan perusahaan serta wilayah

pemasaran produknya.

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan

pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset

penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk

(36)

3) Besarnya kredit dan jangka waktu. Dalam proposal pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan

jangka waktu kreditnya.

4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu

dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam

mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau

dengan cara lainnya.

5) Jaminan kredit. Jaminan kredit yang diberikan dalam bentuk

surat atau sertifikat. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti

jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya, biasanya

jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.

b. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah

dipersyaratkan seperti:

1) Akte Pendirian Perusahaan.

Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk P.T

(Perseroan Terbatas) atau Yayasan yang dikeluarkan oleh

Notaris dan disahkan oleh Departemen Kehakiman.

2) Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit.

3) T.D.P (Tanda Daftar Perusahaan).

Tanda daftar perusahaan ada selembar sertifikat yang

dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan

dan biasanya berlaku 5 tahun dan jika masa berlakunya habis

(37)

4) N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Nomor Pokok Wajib Pajak, merupakan surat tentang wajib

pajak yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan.

5) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir.

6) Daftar penghasilan bagi perseorangan.

7) Kartu Keluarga (K.K) bagi perorangan (Kasmir, 2004: 123

-125).

4. Pengertian Perkembangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KKBI), Perkembangan

dapat berarti menjadi besar (luas, banyak, dan sebagainya; memuai;

perusahaan itu berkembang pesat.

5. Analisis Pembiayaan (Kredit)

Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk

menilai layak atau tidaknya suatu kredit di kucurkan oleh lembaga

keuangan seperti bank. Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai

alat analisis. Dalam praktiknya terdapat beberapa alat analisis yang

dapat digunakan untuk menentukan kelayakan suatu kredit.

Dengan 5 of C :

a. Character adalah sifat atau watak nasabah. Analisis ini untuk

mengetahui sifat atu watak seorang nasabah pemohon kredit,

apakah memiliki watak atau sifat yang bertanggung jawab terhadap

kredit yang diambilnya. Dari watak atau sifat ini akan terlihat

(38)

Namun sebaliknya jika nasabah tidak memiliki sifat yang mau

membayar, maka nasabah akan berusaha mengelak untuk

membayar dengan berbagai alasan tentunya. Watak atau sifat ini

akan dapat dilihat dari masalalu nasabah melalui pengamatan,

pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara dengan

nasabah.

b. Capacity yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan

nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini dapat dilihat dari

penghasilan pribadi untuk kredit komsumtif dan melalui usaha

yang dibiayai untuk kredit perdagangan atau produktif. Kemapuan

ini penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami kerugian.

Untuk menilai kemampuan nasabah dapat dinilai dari dokumen

yang dimiliki, hasil konfirmasi dengan pihak yang memiliki

kewenangan mengeluarkan surat tertentu (misalnya penghasilan

seseorang), hasil wawancara atau melalui perhitungan rasio

keuangan.

c. Capital adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah

untuk membiayai kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan

membiayai kredit tersebut 100 . Artinya, harus ada modal dari

nasabah. Tujuannya jika nasabah juga ikut memiliki modal yang

ditanamkan di kegiatan tersebut, maka nasabah juga akan merasa

(39)

agar usaha tersebut berhasil, sehingga mampu untuk membayar

kewajiban kreditnya.

d. Condition yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang

tentunya. Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat

ini, apakah layak untuk membiayai kredit untuk sektor tertentu.

Misalnya, kondisi produksi tanaman tertentu sedang membludak

pasaran (jenuh), maka kredit untuk sektor tersebut sebaliknya

dikurangi. Kondisi lainnya yang harus diperhatikan adalah kondisi

lingkungan sekitar, misalnya kondisi keamanan dan kondisi sosial

masyarakat.

e. Colleteral merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada

bank dalam rangka pembiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan

ini digunakan sebagai alternatif terakhir bagi bank untuk

berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan terhadap kredit yang dibiayai.

Mengapa colleteral atau jaminan menjadi penilaian terakhir dari 5

of C, hal ini disebabkan karena yang paling penting adalah

penilaian yang disebutkan sebelumnya, apabila sudah layak maka

jaminan hanyalah merupakan tambahan saja, untuk berjaga-jaga

karena ada faktor-faktor yang tidak dapat dihindari yang

menyebabkan kredit macet, misalnya bencana alam. Di samping

itu, juga untuk menjadi motivasi nasabah untuk membayar karena

jaminannya ditahan oleh bank (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 260).

(40)

a. Personality, atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan

untuk mengetahui kepribadian si calon nasabah. Dalam menilai

kepribadian yang dilakukan bank, hampir sama dengan character

atau sifat atau watak nasabah. Hanya saja hal hal personality lebih

ditekankan kepada orangnya, sedangkan dalam character termasuk

dalam keluarganya.

b. Perpose, atau tujuan mengambil kredit. Seperti diketahui

sebelumnya bahwa tujuan untuk mengambil kredit ada tiga yaitu,

untuk usaha yang produktif, atau untuk digunakan sendiri

(konsumtif), atau perdagangan. Penilaian dari ketiga tujuan ini

sedikit berbeda, oleh karena itu jangan sampai pemberian kredit

yang di kucurkan oleh bank disalah gunakan oleh nasabah.

c. Party, artinya dalam menyalurkan kredit, bank memilah milah

menjadi beberapa golongan. Hal ini dilakukan agar bank lebih

focus untuk menangani kredit tersebut, misalnya kredit usaha kecil,

menengah, atau besar. Atau dapat juga dipilih berdasarkan wilayah,

misalnya daerah pedesaan, perkotaan atau sektor usaha, misalnya

peternakan, industry, atau sector lainya.

d. Payment, adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian

yang dilakukan untuk menilai cara nasabah untuk membayar kredit,

apakah dari penghasilan (gaji) atau dari sumber objek yang di

biayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah dalam

(41)

e. Prospect, yaitu untuk menilai harapan kedepan terutama terhadap

objek kredit yang di biayai. Tentunya harapan yang diinginkan

adalah memberikan harapan yang baik atau cerah. Usaha yang

mengandung prospek cerah sebaiknya di tunda karena akan

menyulitkan bank dan nasabah nantinya, misalnya usaha yang

sudah memasuki titik jenuh.

f. Profitability, artinya kredit yang di biayai oleh bank akan

memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bank

ataupun nasabah. Jika tidak sebaiknya jangan di berikan.

Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa balas jasa yang

diberikan nasabah dari bunga atau bagi hasil. Sebaiknya bagi

nasabah adalah berkembangnya yang di biayai yang

ujung-ujungnya adalah keuntungan dan adanya tambahan modal baginya.

g. Protection, artinya perlindungan terhadap objek kredit yang di

biayai. Pelindungan tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan,

akan tetapi lebih dari itu yaitu jaminan si pengambil kredit seperti

asuransi meninggal dunia dan jaminan perlindungan terhadap

jaminan fisik yang di berikan dari kehilangan, kerusakan, atau

lainya (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 260).

6. Macam-macam Pembiayaan

a. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara shahibul

(42)

nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Jika usaha yang

dijalani mengalami kerugian maka seluruh kerugian akan

ditanggung oleh pemilik usaha, kecuali adanya kelalaian atau

kesalahan oleh pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan,

dan penyalahgunaan dana.

b. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah merupakan akad kerjasama atau pencampuran antara

kedua belah pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu

yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan

akan dibagikan sesuai dengan nisab yang disepakati dan resiko

ditanggung sesuai dengan porsi kerjasama.

c. Pembiayaan Murabahah

Murabahah merupakan bagian dari jenis bai‟, yaitu jual beli yang

ditambah dengan sejumlah keuntungan yang disepakati oleh

pembeli dan penjual. Pada transaksi murabahah ini, penyerahan

barang akan dilakukan saat pembayaran transaksi dilaksanakan

oleh pembeli baik secara tunai, ditangguhkan atau cicilan.

d. Pembiayaan Ijarah

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang sendiri. Transaksi ijarah dilandasi oleh

perpindahan manfaat, sehingga prinsip ijarah sama dengan prinsip

(43)

jual-beli transaksintya barang maka pada ijarah transaksinya adalah

jasa. Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa antara bank dan

nasabah. Setelah kontrak berakhir, penyewa mengembalikan

barang tersebut kepada pemilik (Tri Hendro SP, S.E., M.B.A.,

CFP, Conny Tjandra Rahardja, S.E., M. M.,2014: 194)

e. Pembiayaan Al Bai‟ Bitsaman Ajil

Bai‟ Bitsaman Ajil yaitu akad jual beli dengan membayar harga

pokok beserta keuntungannya secara angsuran dalam jangka waktu

tertentu sesuai kesepakatan bersama (KH. Abdul Wahid Hasyim:

17).

f. Pembiayaan Al-Qardhul Hasan

Pinjaman (qardh) adalah jenis pinjaman yang tidak

mempersyaratkan adanya imbalan atas dana pinjaman. Bank hanya

boleh mengenakan biaya administrasi. Pinjaman ini biasanya

bersifat sosial dan dikucurkan untuk keperluan yang bersifat sosial

seperti pendidikan dan kesehatan, tetapi tidak menutup

kemungkinan apabila disalurkan kedalam sektor ekonomi seperti

untuk membantu pengusaha kecil.

B. Qordhul Hasan

1. Pengertian Qardhul Hasan

Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya

wajib membayar sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti

(44)

kalau meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian

yang lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Namun, si peminjam

boleh saja atas kehendaknya sendiri memberikan kelebihan atas pokok

pinjamannya.

Pinjaman qardh bertujuan untuk diberikan pada orang yang

membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan

sosial atau kemanusiaan. Cara pelunasan dan waktu pelunasan

pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.

Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk

dibebankan kepada peminjam. Jika peminjam mengalami kerugian

bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi

jumlah pinjaman.

Walaupun sifat utang ini sangat lunak tidak berarti pihak yang

berutang dapat semaunya sendiri, karena dalam islam, utang yang

tidak dibayar akan menjadi penghalang dia di akhir nanti walaupun ia

gugur dalam jihad di medan perang yang pahalanya sudah dijamin

bahkan rasul tidak bersedia menshalatkan jenazah yang masih

memiliki utang.

Sumber dana qardhul hasan dapat berasal dari eksternal

maupun internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qardh yang

diterima entitas bisnis dari pihak lain (misalnya dari sumbangan,

infak, shadaqah, dan sebagainya). Sedangkan contoh sumber dana

(45)

non halal dan denda dan lain sebagainya (Siti

Nurhayati-Wasilah,2009: 247). Dalam PSAK 59 paragraf 142 dan PAPSI bagian

III tentang pinjaman qardh disebutkan bahwa pinjaman qardh diakui

sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya. Pengenaan

biaya administrasi diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.

Sekiranya, bank syariah menerima imbalan yang tidak dipersyaratkan

sebelumnya, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan operasi

lainnya sebesar jumlah yang diterima ((Rizal Yaya, Aji Erlangga

Martawireja, Ahim Abdurahim, 2009: 331).

2. Rukun Transaksi Pinjaman Qordhul Hasan

a. Transaktor

Transaktor pada transaksi pinjaman qardh terdiri atas pemberi

pinjaman dan penerima pinjaman.

b. Objek Qardh

Objek qardh dapat berupa uang atau benda habis pakai.

c. Ijab dan Kabul

Ijab dan Kabul dalam transaksi pinjaman qardh merupakan

pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak dengan cara

penawaran dari pemberi pinjaman (bank syariah) dan penerimaan

yang dinyatakan oleh penerima pinjaman (nasabah). Pelafalan

perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak

dapat bicara), tindakan maupun tulisan, bergantung pada praktik

(46)

untuk meminjamkan sejumlah dana (objek qardh) dan pihak lain

untuk menerima dan melunasi pinjamannya (Rizal Yaya, Aji

Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, 2009: 329).

3. Syarat-syarat yang harus dipenuhi:

a. Dana yang digunakan ada manfaatnya.

b. Ada kesepakatan diantara kedua belah pihak (Prof. Dr. H. Veithzal

Rivai, M. B. A, Andria Permata Vithzal, B. Acct., M. B. A, 2008:

196).

4. Aplikasi dalam Perbankan

Mengingat sifatnya bukan transaksi komersial dan tanpa kompensasi,

maka qardh menggunakan sumber dana yang berasal:

a. Untuk membantu dana talangan yang bersifat jangka pendek,

digunakan modal bank.

b. Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial,

digunakan dana yang bersumber dari zakat, infaq, dan sedekah

(Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M. B. A, Andria Permata Vithzal, B.

Acct., M. B. A, 2008: 196-197).

5. Manfaat Qardh

a. Memungkinkan nasabah atau anggota mendapatkan talangan

jangka pendek.

b. Memperjelas identitas BMT dengan LKM lain termasuk bank,

(47)

c. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan mengakibatkan citra

baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap lembaga

keuangan syariah (Antonio, 2001: 134)

6. Sumber Hukum

a. Al-Qur‟an

“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah

tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian

atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.

(QS. 2: 280)

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang

baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu

untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (QS.

Al-Hadid [57]: 11)

b. As-sunnah

“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di

dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan

Allah senantiawsa menolong hamba-Nya selama ia (suka)

menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

Dari Abu Qatadah: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika aku

berjihad dengan jiwa dan hartaku, aku bertempur dengan penuh

sabar demi mengharap pahala Allah dan maju terus pantang

mundur, apakah aku masuk surga? “Rasulullah menjawab: “ya”

(48)

“kecuali jika kamu mati dan kamu punya utang serta kamu tidak

(49)

35

BAB III LAPORAN OBYEK

A. Gambaran Umum BMT

1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal wat Tamwil atau Balai Usaha Mandiri Terpadu

merupakan lembaga keuangan mikro dengan prinsip bagi hasil untuk

meningkatkan taraf hidup dan martabat kelompok miskin, yang

modalnya berasal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat melalui

sistem ekonomi syariah (Tri Hendro SP, S.E., M.B.A.,CFP, Conny

Tjandra Rahardja, S.E., M.M.: 248).

Baitul Maal Wat Tamwil atau biasa dikenal dengan sebutan

BMT, dari segi bahasa atau bila di terjemahkan kedalam bahasa

Indonesia yang benar berarti rumah uang dan (rumah) pembiayaan,

sehingga bila diartikan secara terpisah, Baitul Maal adalah rumah

uang. Baitul Maal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial

keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan

harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) berdasarkan

ketentuan yang telah ditetapkan Al-qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya.

Karena berorientasi sosial keagamaan, ia tidak dapat dimanipulasi

untuk kepentingan bisnis atau mencari laba (profit). Sedangkan yang

dimaksud dengan Baituttamwil adalah lembaga keuangan yang

kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk

(50)

kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.

Dengan demikian perlu ditegaskan bahwa untuk bisa disebut BMT,

sebuah lembaga keuangan de facto harus memiliki 2 unit usaha

sekaligus dalam bidang pengelolaan ZIS dan perbankan syariah. Bila

salah satunya tidak ada, maka bukanlah yang demikian disebut

sebagai BMT tetapi Baitul Maal saja atau Baituttamwil saja.

Keduanya merupakan suatu sistem dalam wadah BMT yang bekerja

sinergi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Makhalul Ilmi,

2002: 65-66).

2. Sejarah Berdirinya BMT Karisma Magelang

BMT Karisma hadir dikota Magelang pada tahun 1996,

tepatnya diresmikan oleh bapak Prof. Dr. Ing. H B. J. Habibie bersama

dengan 17 BMT lain pada tanggal 21 April 1995. Pada mulanya BMT

Karisma adalah sekelompok anak muda yang mendirikan sebuah

pengajian rutin yang diberi nama Karisma kependekan dari Keluarga

Remaja Islam Magelang. Setiap hari ahad mereka berkumpul untuk

mengadakan TAD (telaah ahad dhuha) yang dipandu oleh para

mahasiswa sebagai senior dari karisma dan juga ustadz-ustadz di kota

magelang.

Pada tahun 1994, seiring dengan bangkitnya semangat umat

untuk mengamalkan “ekonomi syariah” yang dirintis dan

(51)

mengirimkan utusan untuk belajar tentang ekonomi syariah ini dan

kemudian mendirikan sebuah BMT. BMT Karisma didirikan dengan

modal awal patungan dari teman-teman anggota karisma total Rp.

1.875.000. Seiring perjalanan waktu selama kurang lebih 15 tahun aset

BMT menjadi sebesar 13.649.924.437 per 31 Desember 2009.

BMT Karisma adalah unit otonomi dari KSU Harapan

Makmur yang mempunyai Badan Hukum 12734/KWK.II/VI/1996.

Demikianlah setelah mempunyai badan hukum ini, gerak langkah

BMT Karisma semakin mantap dan dapat merambah dikota

Magelang. Pada tahun 2008, mengingat JUKLAK dari kementrian

koperasi perihal legalitas usaha dimana mengharuskan BMT merubah

Anggaran Dasar dari Koperasi Serba Usaha menjadi Koperasi Jasa

Keuangan Syariah, maka BMT Karisma berubah menjadi KJKS BMT

Karisma yang operasinya mencakup wilayah seluruh Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan operasional pertama BMT Karisma berada di kios

Jl. Singosari Magelang. Setelah itu BMT Karisma menyewa ruko dua

lantai di Jl. Singosari 952 B sampai tahun 2004 karena bertambahna

jumlah nasabah. BMT Karisma juga membuka kantor kas di Pasar

Gotong Royong Magelang. Seiring dengan usaha yang semakin besar,

BMT Karisma membeli rumah dua lantai di Jl. Beringin I/ 49 kiringan

(52)

pada bulan November yang dikemudian digunakan sebagai Kantor

Pusat dan Kantor Cabang Utama.

Secara bertahap BMT Karisma membuka beberapa kantor

cabang lagi. Yang pertama adalah Kantor Cabang Pasar Gotong

Royong yang sebelumnya kantor kas dirubah menjadi kantor cabang

dimana bangunannya telah menjadi milik sendiri. Yang kedua adalah

Kantor Cabang Grabag tahun 2008 di Krajan Kauman Grabag dan

yang terakhir Kantor Cabang Skylight Plaza pada tahun 2009.

Kelembagaan BMT:

Nama koperasi : KJKS BMT Karisma

Tanggal berdiri : 21 April 1995

Alamat koperasi : Jl. Beringin I/ 49 Rt 01/ 01 tidar utara Kota

Magelang

No Akta pendirian : 12734/BH/KWK.11/VI/1996

a. No dan tanggal pengesahan badan hukum

1) Sama dengan akta pendirian

2) 12374/a/PAD/BH/KWK.11-35/v/1999 tanggal 10 Mei 1999.

3. Visi dan Misi BMT Karisma Magelang

Baitul Maal Wattamwil (BMT) Karisma Magelang mempunyai Vsisi

sebagai berikut:

 Menjadi bagian dari gerakan dakwah sosial ekonomi yang

menumbuhkan ekonomi umat di Indonesia.

(53)

 Merupakan bagian dari gerakan keluarga Remaja Islam Magelang

(KARISMA) untuk mengembangkan kegiatan dakwah dibidang

sosial dan ekonomi yang rahmatan lil alamin.

 Menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang mandiri,

Profesional, dan Terpercaya.

 Merupakan Lembaga Intermediasi bagi kaum muslim dengan

pengusaha untuk bisa maju dan berkembang bersama-sama,

 Memberikan layanan sosial kepada anggota dan masyarakat

umum dengan pengelolaan ZISWAF melalui Baitul Maal.

 Memberikan kesempatan kepada generasi muda Muslim untuk

menerapkan ilmunyabagi kepentingan dunia dan akhiratnya.

4. Lokasi BMT Karisma

Kantor Pusat BMT Karisma terletak di Jl. Jeruk Raya Sanden

Magelang. Akan tetapi BMT Karisma juga sudah membuka beberapa

Kantor Cabang di beberapa tempat:

a. Kantor Cabang Utama, Jl. Beringin I / No. 49 Kota Magelang,

Telp. 0293-361269.

b. Kantor Cabang Pasar Gotong-Royong Magelang, Kios No. 153,

Telp. 0293-5586402b

c. Kantor Cabang Temanggung, Jl. Gatot Subroto 10 Temanggung

(depan POM Bensin Manding), Telp. 0293-361269

d. Kantor Cabang Grabag, Jl. Raya Grabag-Magelang Ds. Krajan I

(54)

5. Struktur Organisasi BMT Karisma Magelang

6. Produk-Produk BMT Karisma Magelang

a. Simpanan

1) Simpanan Karisma

Simpanan karisma adalah simpanan pihak ketiga yang

setoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu.

Setoran pertama simpanan Karisma adalah Rp. 10.000,- dan

setoran selanjutnya tidak dibatasi. Untuk maksimal

pengambilan, anggota harus menisihkan setidaknya Rp.

10.000,-. Jika anggota ingin tutup buku, saldo yang harus

disisihkan adalah Rp. 5.000,- sebagai biaya administrasi.

(55)

BMT Karisma siap membantu dalam perencanaan ibadah

Qurban. Dengan layanan ini anggota dapat mengambil

simpanan menjelang ibadah Qurban, baik berupa uang tunai

ataupun berupa hewan qurban dengan ukuran yang

disesuaikan dengan saldo simpanannya.

3) Simpanan Pendidikan

Merupakan keikutsertaan BMT Karisma dam membantu

pengelolaans dana pendidikan sejak dini, mulai tingkat TK

sampai Perguruan Tinggi yang aman, mudah dan terencana

dengan persyaratan mudah. Tabungan dari murid atau guru

yang akan mendapatkan bagi hasil atau bonus setiap

bulannya sesuai besar kecilnya tabungan masing-masing

anggota.

4) Simpanan Berjangka Mudharabah

BMT Karisma siap mengelola/menginvestasikan dana

anggota dengan bagi hasil yang kompetitif, dengan sistem

berjangka yaitu 3, 6, 12 bulan.

b. Pembiayaan

1) Pembiayaan Murabahah

Merupakan pembiayaan untuk pembelian barang dengan

cara angsuran. Layanan pembiayaan anggota, untuk

pembelian sepeda motor, mobil, rumah, tambah modal,

(56)

2) Pembiayaan Musyarakah

Adalah menambah modal usaha nasabah dengan sistem

angsuran yang fleksibel bagi hasil ditentukan berdasarkan

kesepakatan bersama.

3) Qordhul Hasan

Qordhul hasan adalah pembiayaan lunak bagi anggota yang

kurang mampu tanpa bagi hasil. Dana diambil dari maal.

c. Produk Maal:

BMT Karisma mempunyai program Baitul Maal Karisma yaitu

program penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah dari

seluruh umat muslimuntuk di tasyarufkan sesuai ketentuan yang

ada. Saat ini sedang dirancangkan kerjasama dengan Dompet

Dhuafa Republika, menjadi bagian dari jaringan penghimpunan

ZIS ditingkat lokal serta pengelolaan untuk pemberdayaan

ummat.

Pentasyarufan kepada :

1) Beasiswa Pendidikan (Pendidikan Siswa Tidak Mampu)

Kota magelang menjadi barometer pendidikan yang bermutu

ditingkat nasional sehingga tepatlah kalau kota Magelang

dijuluki juga sebagai kota pelajar. Banyak orang tua yang

diluar kota magelang baik pendidikan Dasar (SD), Menengah

(SMP), maupun Tingkat Atas (SMA/SMK) bahkan di

(57)

tidak semua masyarakat baik di kota ataupun di luar kota

Magelang mampu menyekolahkan anaknya meskipun saat ini

ada program wajib belajar dan didukung dana Bantuan

Operasional Sekolah karena kebutuhan sekolah tidak hanya

bayar SPP saja tetapi ada banyak pelengkap yang mesti

dipenuhi oleh siswa/siswi untuk bisa mengikuti pelajaran.

Baitul Maal Karisma mencoba menjembatani kondisi ini

dengan membuat program beasiswa bagi anak kurang mampu

atau anak yatim melalui PROGRAM BEASISWA

PENDIDIKAN generasi cerdas berakhlaq.

Program Penghimpunan dana ZIS dan pemberian bantuan

pendidikan bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK diharapkan

tidak hanya menjembatani anak yatim/dhuafa sekolah saja

akan tetapi lebih dari itu mereka juga memiliki prestasi yang

membanggakan. Donasi untuk anak SD sebesar RP. 25.000,-

per bulan, SMP sebesar Rp. 50.000,- dan SMA/SMK Rp.

150.000,-. Donasi bisa diantar langsung ke kantor Baitul Maal Karisma.

2) Pemberdayaan Umat

Pinjaman Kebajikan (Qardhul Hasan)

Adalah program pembinaan dan pemberian bantuan pinjaman

modal usaha, kepada para pedagang mikro (lesehan) di

(58)

Tujuan program :

a) Memutus lingkaran kemiskinan dengan meningkatkan

ekonomi keluarga.

b) Meningkatkan harkat martabat kaum dhuafa.

Program Gaduh Ternak

Adalah program kerjasama pemeliharaan ternak (khususnya)

kambing di daerah bencana.

Tujuan Program :

a) Memberdayakan para peternak kecil di daerah rawan

bencana.

b) Menyediakan hewan ternak khususnya kambing untuk

persiapan hari raya Idul Adha.

Program Tebar Hewan Qurban

Adalah Program kerjasama pengadaan dan penyaluran hewan

qurban antara Baitul Maal Karisma dengan Dompet Dhuafa

Republika Jakarta.

Tujuan Program :

Menyalurkan Hewan Qurban di daerah yang jarang ada

warga menyembelih hewan qurban.

Garansi :

a) Kambing Berkualitas dan Memenuhi Syarat.

b) Gratis Potong dan antar dalam kota sesuai syariah dan

Gambar

Tabel IV.1.Data Diskriptif.Q.H.Th 2014-2016
TABEL AKUMULASI JUMLAH NASABAH TAHUN

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenanya untuk menghindari kegagalan program perbankan tersebut, karyawan senantiasa termotivasi dalam melaksanakan fungsi dan perannya sesuai tugas yang

Usaha yang dijalankan telah dapat memenuhi kebutuhan anggota dan satuan kerja yang berlokasi di Menara Radius Prawiro yaitu pelayanan makan siang dan konsumsi

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DENGAN METODE PERMAINAN LOMPAT KOLAM IKAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI PENGALUSAN KECAMATAN MREBET KABUPATEN

segala rahmat dan hidayahNya sehingga penelitian tugas akhir yang berjudul “ Kesesuaian Elemen Rancang Kawasan Pendidikan Kota Barat dalam Mendukung Kota Surakarta..

Kepentingan non pengendali mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari entitas anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung oleh

Kereta Api untuk meningkatkan jumlah konsumen yang dapat terpenuhi dari berbagai aspek diantaranya Kepuasan, Promosi dan Persepsi Harga yang sesuai dengan keinginan

Hal ini mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan, apabila pihak manajemen tidak bisa mengolah informasi dengan baik, maka pihak-pihak berkepentingan yang menggunakan

The class NP (‘Nondeterministic Polynomial’) consists of those decision problems for which there exists a fast (polynomial time) algorithm that will verify, given a problem