i
ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN
DI BMT KARISMA MAGELANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah
(A.Md.E.Sy)
Oleh :
ZUNITA MEGASARI
(
-
-
)
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
ii
ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN
DI BMT KARISMA MAGELANG
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh :
ZUNITA MEGASARI
(
-
-
)
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Salatiga, 30 Agustus 2016
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada
Yth. Dekan FEBI IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan
seperlunya, maka Tugas Akhir saudari :
Nama : Zunita Megasari
NIM : 201-13-026
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Judul :“ANALISIS PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT
KARISMA MAGELANG”
Dapat diajukan dalam sidang munaqosah.
Demikian untuk menjadi periksa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Zunita Megasari
NIM : 201-13-026
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Eonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga
Judul Tugas Akhir : “ANALISIS PEMBIAYAAN QORDHUL HASAN DI
BMT KARISMA MAGELANG”
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan
mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Salatiga, 30 Agustus 2016
Penulis
Zunita Megasari
vi
MOTTO
“Jangan menunggu sampai esok, apa yang dapat anda kerjakan hari ini”
“Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmu lah kamu menggantungkan
pengharapan”
(Al-Insyirat - )
“Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tapi jadilah orang yang
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah swt atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan karya
sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi:
1. Orang tuaku tercinta, Muhsholihan dan Lilis Sri Suryanti, yang telah
memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis tidak hanya dari segi
materi namun juga semangat dikala penulis putus asa. Menjadi tempat
bercerita dan selalu membuatku termotivasi, selalu menyirami dengan kasih
sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,
Terimakasih Ibu…Terimakasih Ayah…
2. Keluargaku, kakak dan adikku tersayang Novita Ayu Niawati, Niken Dewi
Tri Lestari, Zulfa Dewi Kartika, Anang Mufaro, Bumimas Braja Kusuma,
Handung Pandu Kusuma, Ricky Ramanda Dimas Abimanyu, terimakasih
buat semangat, canda tawa, dukungan dan bantuan kalian semua.
3. Personil dan crew “Ki Santri Kagol”, Mas Chepril, Mas Tono, Mas Tomo, Mas Muldy, Om, Tante, terimakasih telah memberiku semangat dan motivasi,
you’re the best.
4. Novi Setyaningrum, teller BMT Karisma terimakasih telah memberikan saran
dalam pemilihan judul Tugas Akhir ini.
5. Sahabat-sahabatku Diploma III IAIN Salatiga angkatan 2013.
6. Bapak Solekhudin, SEI selaku Manager Baitul Mal BMT Karisma,
viii
7. Bapak Alfred, terimaksih atas bimbingannya dari awal pembuatan tugas akhir
hingga selesai.
8. Jurusanku dan Almamaterku.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
Salatiga, 30 Agustus 2016
Penulis
Zunita Megasari
ix
ABSTRAK
Zunita Megasari, Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma Magelang, Tugas Akhir, Program Studi Perbankan Syariah D III, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Drs. Alfred L.,M.Si.
Penelitian ini merupakan upaya untuk menganalisa pembiayaan qardhul
hasan yang diterapkan BMT Karisma Magelang. Kemudian bagaimana realisasi
pembiayaan dan perkembangan pembiayaan qardhul hasan ini di BMT Karisma
Magelang. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif, diskriptif, dengan menggunakan metode observasi dilakukan dengan cara mengamati
operasional pembiayaan qardhul hasan di BMT Karisma , dan metode wawancara
dilakukan dengan mengadakan tanya jawab kepada beberapa informan yang terlibat dalam proses pembiayaan, serta metode dokumentasi dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembiayaan qardhul
hasan.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa realisasi pembiayaan qardhul hasan
ini nasabah datang langsung ke BMT dengan membawa syarat-syarat yang sudah ditetapkan, kemudian nasabah mengisi formulir permohonan pembiayaan. Setelah pembiayaan diajukan dan disetujui bagian maal, maka nasabah dibuatkan akad
dan akan dijadwalkan pencairannya. Perkembangan pembiayaan qardhul hasan
ini semakin meningkat, hal tersebut dikarenakan pembiayaan ini mendapat respon yang baik dari masyarakat dan sifatnya adalah tolong menolong, dan nasabah tidak diterbebani dengan adanya bagi hasil.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma Magelang”. Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya (A.md) D III Perbankan Syariah, pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan,
saran, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan
segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si , selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Drs. Alfred L., M. Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Perbankan
Syariah D-III dan dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan
memberikan pengarahan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Masagung Munip, SE, selaku Manager BMT Karisma atas ijin dan
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian
xi
5. Bapak Solekhudin, SEI, selaku Manager Baitul Maal yang telah menyisihkan
waktunya untuk membantu memberikan informasi-informasi dan
memberikan ilmunya untuk penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Seluruh staf dan para karyawan BMT Karisma yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah sabar, ikhlas, dan tulus memberikan
bimbingan, arahan dan semangat kepada penulis untuk mencapai yang
terbaik.
7. Bapak dan Ibuku tersayang serta saudara-saudaraku yang telah memberikan
do‟a dan senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan masukan dan
motivasi dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tak ada gading yang tak retak,
begitu pula dengan Tugas Akhir ini yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya, mohon maaf atas keterbatasan penulis.
Besar harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat serta menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Salatiga, 30 Agustus 2016
Penulis
Zunita Megasari
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN TUGAS AKHIR ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan dan Kegunaan ... 10
D. Penegasan Istilah ... 12
E. Penelitian Terdahulu ... 13
F. Metode Penelitian... 15
G. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan ... 18
xiii
2. Unsur-Unsur Pembiayaan ... 19
3. Pengertian Prosedur Pembiayaan Kredit ... 20
4. Pengertian Perkembangan ... 23
5. Analisis Pembiayaan (Kredit) ... 23
6. Macam-Macam Pembiayaan ... 27
B. Qardhul Hasan ... 29
1. Pengertian Qardhul Hasan ... 29
2. Rukun Transaksi Pinjaman Qardhul Hasan ... 31
3. Syarat-Syarat Qardhul Hasan ... 32
4. Aplikasi Dalam Perbankan ... 32
5. Manfaat Qordhul Hasan... 32
6. Sumber Hukum ... 33
BAB III LAPORAN OBYEK A. Gambaran Umum BMT ... 35
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 35
2. Sejarah Berdirinya BMT Karisma Magelang ... 36
3. Visi dan Misi BMT Karisma Magelang ... 38
4. Lokasi BMT Karisma ... 39
5. Struktur Organisasi BMT Karisma Magelang ... 40
6. Produk-Produk BMT Karisma Magelang ... 40
B. Data Deskriptif ... 47
xiv
1. Prosedur Permohonan Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Karisma Magelang ... 54
2. Prosedur Realisasi Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma
Magelang ... 57
3. Prosedur Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Karisma Magelang ... 58
B. Perkembangan Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma
Magelang ... 59 BAB V PENUTUP ...
A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Muhammad dalam bukunya yang berjudul “Lembaga Keuangan Mikro Syariah” tahun 2009 menyatakan, Belakangan ini kita menyaksikan sejumlah fenomena dan realita sosial yang sangat
memilukan. Terjadinya gizi buruk yang melanda bayi-bayi tak berdosa,
busung lapar yang mengerikan dan bentrokan yang terjadi antara
pengunjuk rasa dengan kepolisian dalam masalah penutupan PT. Freeport
di Abepura Irian Jaya, konflik masal yang menelan korban material dan
kasus PT. Newmont di Sumbawa Nusa Tenggara Barat merupakan sederet
fenomena yang tidak hanya menelan biaya sosial (social cost) tetapi juga
merenggut nyawa manusia yang seharusnya tidak terjadi.
Kasus gizi buruk dan busung lapar menggambarkan realitas
kemiskinan yang diderita oleh masyarakat. Sedangkan kasus konflik
antara pengunjuk rasa dengan kepolisian dalam masalah penutupan PT.
Freeport merupakan sebuah ekspresi dari sebuah fenomena ketidakadilan
yang dirasakan oleh kelompok rakyat kalangan akar rumput.
Persoalan-persoalan tersebut, dalam spektrum yang lebih luas, terutama terkait
dengan relasi ketidakadilan sosial ekonomi antara elite pemerintah dengan
rakyat banyak, antara pusat dan daerah bahkan telah masuk melibatkan
Kemiskinan seolah menjadi raksasa yang menakutkan bagi semua
pihak. Pemerintah diberbagai belahan negara menjadikan kemiskinan
sebagai sebuah isu strategis yang harus dientaskan dari kehidupan
masyarakat. Menjadikan kemiskinan sebagai sebuah isu strategis
ditengah-tengah kemakmuran global sangat beralasan lantaran kemiskinan adalah
musuh kemanusiaan yang tak seorangpun mengharapkan terjadi dalan
hidupnya.
Meskipun kemiskinan menjadi musuh bagi setiap orang, tidaklah
berarti bahwa kemiskinan muncul sebagai sebuah realitas yang harus
diterima apa adanya sebagai sebuah takdir dari yang Maha Kuasa.
Pemahaman seperti ini tidak jarang kita jumpai dalam masyarakat kita.
Akibatnya, bangunan mental sebagian masyarakat kita betul-betul
menggambarkan mentalitas masyarakat miskin, masyarakat yang terisolir
karena kekeliruan pemahamannya sendiri.
Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi baik dalam skala
nasional maupun dalam skala global semakin membangkitkan kesadaran
dan keyakinan kita tentang kemampuan usaha mikro kecil sebagai tulang
punggung perekonomian Indonesia. Ekonomi mikro adalah simbol
pedagang pinggiran yang menjajakan kebutuhan banyak orang di
pinggiran jalan, namun mampu berdiri kokoh ditengah hempasan badai
yang menerjang bahkan mampu memberikan kontribusi riel bagi laju
Ketika krisis melanda Indonesia sejak 1997 silam, usaha kecil tampil sebagai pahlawan menggerakkan roda perekonomian. Pada saat
kondisi ekonomi dan keuangan global berada pada taraf yang sangat
parah, yang membuat usaha besar satu persatu sekarat kemudian gugur,
usaha kecil justru mampu menunjukkan eksistensinya meski ada sebagian
yang tidak mampu bertahan. Ketika ekonomi dunia dilanda prahara akibat
peristiwa politik, social dan ekonomi memukul usaha-usaha korporasi
raksasa (giant corporation), usaha kecil justru mampu bertahan, bahkan
mempunyai kemampuan pemulihan yang relatif lebih cepat jika
dibandingkan dengan unit usaha yang lebih besar.
Meskipun usaha kecil memiliki fungsi dan peran sebagai tulang
punggung ekonomi rakyat dan membantu mengatasi problem makro
ekonomi serta menopang pertumbuhan ekonomi daerah, namun usaha
ekonomi kecil sering menghadapi tantangan internal dan eksternal
sehingga sulit berkembang secara ideal.
Permasalahan yang berhasil diidentifikasi dari para pelaku usaha
kecil, salah satunya adalah permodalan. Permodalan bagi usaha ekonomi
kecil merupakan aspek krusial. Usaha kecil pada umumnya memiliki
modal yang sangat terbatas sehingga berkontribusi besar pada lambatnya
akumulasi modal yang menyebabkan kelompok usaha kecil ini tidak
memiliki cadangan modal. Akibatnya, ketika terjadi kelesuan (velocity)
Tambunan (2001) melihat beberapa masalah umum yang dihadapi oleh usaha kecil seperti misalnya keterbatasan modal kerja maupun modal
investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik dan
harga yang terjangkau, keterbatasan tegnologi dan sumberdaya manusia
(SDM), termasuk manajemen dan masalah pemasaran. Dua masalah
eksternal yang oleh banyak pengusaha kecil dan menengah dianggap
paling serius adalah keterbatasan akses ke kredit bank dan distorsi pasar
yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak
kondusif.
Sungguhpun demikian, kelompok ekonomi mikro kecil tetap
dipandang sebelah mata bagi para pemangku kebijakan. Mereka bisa
bertahan hidup dengan mengharapkan belas kasihan dari pemangku
kebijakan. Lembaga-lembaga donor dana seperti bank, jelas berpikir
panjang untuk menelorkan bantuan pada kelompok ekonomi ini, mereka
dianggap not bankable. Hal ini menjadi lantaran kelemahan manajemen
dan organisasi serta sumber daya yang dimiliki kelompok ekonomi mikro
(Muhammad, 2007).
Para pengusaha kecil yang percaya perbankan merupakan “agent
of development” yang berperan kunci dalam memberdayakan ekonomi
rakyat hanya bisa berharap menyaksikan kenyataan pahit sulitnya bank
bermitra akrab dengan pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang miskin.
Asumsi not bankable bagi para pelaku ekonomi mikro
Pada sisi lain, pencitraan tersebut merupakan refleksi nyata dari adanya
segmentasi dan stratifikasi-stratifikasi sosial dalam masyarakat
berdasarkan tingkat pendapatan atau kemakmuran. Kita melihat secara
jelas fragmentasi sosial masyarakat secara ekonomi ke dalam kelompok
mikro kecil (KMK), kelompok ekonomi menengah (KEM) dan kelompok
usaha besar (KUB). Kondisi tersebut berlangsung secara tidak wajar dan
mencolok sehingga menimbulkan ketidakadilan dan jurang antar
kelompok masyarakat.
Perbankan sebagai “agent of development” yang berperan kunci
dalam memberdayakan usaha kecil, seperti temuan penelitian Mubyarto
(2004) sulit bermitra akrab dengan pelaku-pelaku ekonomi kecil yang
miskin. Meskipun Pemda Kabupaten Kutai Barat sudah menunjukkan
Bank BPD Melak menyalurkan dana UMKM kepada usaha-usaha kecil
“ekonomi” sebesar Rp 7,5 milyar dari dana APBD namun belum ada perhatian dan perlakuan khusus terhadap mereka mereka sebagai
pihak-pihak yang berhak menerima perlakuan “istimewa” karena kemiskinannya
(Rudjito, dan Nugroho, 2003).
Permasalahan utama yang sering menjadi sorotan dalam praktik
ekonomi dan perbankan selama ini adalah adanya ketimpangan dan
ketidakadilan ekonomi yang disebabkan oleh sistem dan struktur ekonomi
yang diskontruksi oleh pihak yang memiliki modal untuk melanggengkan
Dalam kenyataannya, hal tersebut bisa dicermati dari praktik, bank
konvensional yang menerapkan sistem bunga dan memberikan peluang
dan fasilitas bagi golongan konglomerat. Sementara kelompok ekonomi
kecil meskipun memiliki keterampilan enterpreneursip masih tetap saja
dipandang not bankable, tidak layak mendapatkan fasilitas pembayaran.
“Janganlah engkau membungakan kepada Saudaramu, baik uang
maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan”. (Kitab
Deuteronomy, Pasal 23 ayat 19)
Sikap selektif dalam pemberian fasilitas ini merupakan bentuk
ketidakadilan sistem dalam praktik ekonomi konvensional. Lembaga
keuangan menjadi kehilangan fungsi dan peran, gagal menjadi
intermediasi yang mempertemukan antara pihak surplus dana dan pihak
yang mengalami defisit dana serta gagal menjadi agent of development
bagi masyarakat secara luas.
Kehadiran lembaga keuangan syariah dalam berbagai ragamnya,
yang marak dalam beberapa tahun terakhir ini menggambarkan satu
realitas yang hadir untuk melakukan dekonstruksi ekonomi baik pada
tataran teoritik maupun praktis. Salah satu lembaga keuangan syariah yang
berkembang pesat adalah lembaga keuangan mikro syariah. Lembaga ini
hadir untuk menjembatani kebutuhan masyarakat akar rumput yang tidak
tersentuh oleh lembaga keuangan bank. LKM syariah hadir memenuhi jasa
Dalam konteks islam, lembaga keuangan mikro kecil ini tampil
dalam bentuk BMT. Lembaga ini secara empiris telah menunjukkan fungsi
dan peran penting dalam memerangi kemiskinan, menghilangkan
ketimpangan sosial-ekonomi dan memperkuat daya saing ekonomi kaum
musthaz‟afin/the lower level of community serta menciptakan ruang
perekonomian yang adil (Chapra, 1997).
Berbeda dengan bank konvensional, lembaga keuangan syariah
dapat menjadi primadona bagi kelompok miskin dalam membantu
pemenuhan kebutuhan modal usaha. Lembaga keuangan mikro juga
berorientasi pada penanganan kemiskinan, merubah mental dan gaya
hidup konsumtif masyarakat miskin menjadi gaya hidup yang berorientasi
pada upaya-upaya produktif.
Karakteristik utama lembaga keuangan mikro yang menerapkan
pendekatan syariah adalah free of interest, bunga bank dianggap sebagai
riba yang dilarang dalam hukum islam. Sejumlah intelektual Muslim,
seperti; Obaidullah (2002); Anouar, (2002); Chepra, (1996); Meenai,
(1992); Mannan, (1997); Gafoor, (1995). Para fukaha‟ (ahli hukum islam)
sepakat sistem bunga uang merupakan wujud dari ketidakadilan ekonomi
sebab sistem ini hanya meningkatkan penderitaan banyak pihak,
mempertebal sifat egosentris kaum kapitalis yang memiliki surplus unit,
bahkan dianggap tak berperasaan dan tidak manusiawi serta serakah.
Dampak dari penerapan bunga uang yang demikian luas
untuk menerapkan prinsip operasional ynang berdasarkan hukum
murabahah, ijarah dan qard al hasan dan sejenisnya yang dikenal dalam
fikhi klasik. Penerapan konsep-konsep ini memiliki tujuan; pertama, LKM
syari‟ah disamping memediasi diri sebagai lembaga bisnis yang bertujuan
untuk membantu para pelaku ekonomi mikro juga berfungsi sebagai
institusi bisnis yang melakukan injeksi nilai-nilai agama dan nilai-nilai
kemanusiaan agar terhindar dari praktik-praktik yang dianggap
bertentangan dengan hukum islam, seperti riba, maysir dan gharar
(tipuan). Kedua, LKM syariah menjadi lembaga ekonomi yang berupaya
menjembatani kesenjangan akses ekonomi dari lembaga keuangan formal
(bank). LKM memberikan akses yang luas kepada kelompok pengusaha
mikro sehingga kehadirannya dirasakan menjadi lembaga non-formal yang
menegakkan keadilan sosial ekonomi. Ketiga, membuka peluang berusaha
yang lebih besar kepada kelompok pengusaha mikro yang mayoritas
miskin. Melalui lembaga ini, kelompok marginal ini diarahkan bimbing
dan diarahkan sedemikian rupa agar memiliki mentalitas yang tidak
bergantung pada orang lain, merubah gaya hidup mereka dari gaya hidup
konsumtif menjadi kelompok gemar menabung dan memiliki
kesetiakawanan yang kuat dalam kelompok, yang ditandai dengan
kesediaan mereka untuk berpartisipasi menyisihkan dana tabbarru (dana
kemanusiaan).
Untuk mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang memiliki
memiliki stok tertentu, terutama modal yang dihimpun dari dana zakat,
infaq dan shadaqah kemudian dikemas dalam bentuk produk al Qard al
hasan, pinjaman kebaikan yang bisa disalurkan kepada mereka.
Dengan pemberian kesempatan yang sama antara satu dengan yang
lain nasabah, lembaga ekonomi syari‟ah menempatkan eksistensi dirinya
sebagai tonggak utama penyangga nilai-nilai kemanusiaan, kebenaran,
keadilan, kejujuran, transparansi dan pertanggungjawaban serta
mengedepankan prinsip-prinsip etika syariat islam yang mengajarkan
kebersamaan dan keadilan dalam muamalah iqtishady.
Dengan berbagai keunggulan ini LKM syariah memiliki peluang
dalam mewujudkan pembangunan ekonomi mikro yang
berkesinambungan dan berkelanjutan serta mampu mengubah mental
pelaku ekonomi untuk berkreasi secara lebih bebas selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai syariah, di antaranya amanah dan
kejujuran. Pelaku ekonomi mikro tidak akan sulit memperoleh
pembiayaan tanpa dibebani oleh pikiran bayar bunga tinggi karena sistem
yang dioperasionalkan adalah sistem bagi hasil atas dasar kerelaan dan
kesepakatan kedua belah pihak.
Kinerja lembaga keuangan mikro (BMT) yang beroperasi atas
dasar sistem syariah dimaksudkan untuk menggambarkan kemampuan
LKM dalam memediasikan diri sebagai banknya rakyat miskin,
keuangan formal (bank), yang selama ini lebih berpihak kepada orang
kaya daripada orang miskin.
Kehadiran LKM syariah diharapkan dapat mewujudkan suatu
rangkaian kebijaksanaan sosial-ekonomi yang komprehensif dan
operasional dalam pemberdayaan ekonomi mikro. Perwujudan ini dapat
dilakukan melalui program-program yang secara ekonomis tidak
memberikan keuntungan secara langsung, seperti pemberian pinjaman
modal kerja tanpa memberikan bagi hasil qard al hasan kepada kaum
dhua‟fa yang bertujuan sosial tanpa mengambil imbalan seperti salah satu
bentuk pembiayaan pada BMT Karisma Magelang.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian pada BMT Karisma Magelang dengan
judul “Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Karisma Magelang”. B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prosedur Permohonan, Realisasi, dan Prosedur
Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan yang dikelola BMT
Karisma Magelang?
2. Bagaimana Perkembangan Pembiayaan Qardhul Hasan Di BMT
Karisma Magelang?
C. Tujuan dan Kegunaan
a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur permohonan, realisasi,
prosedur pengembalian pembiayaan qardhul hasan yang dikelola
BMT Karisma Magelang.
b. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan di BMT Karisma
Magelang.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
1) Sebagai alat ukur agar dapat mengetahui sejauh mana ilmu
yang diperoleh dibangku perkuliahan dan mempraktikan
teori-teori dari mata kuliah yang pernah diberikan.
2) Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
pada program studi D III Perbankan Syari‟ah.
b. Bagi BMT Karisma Magelang
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi BMT untuk mempertahankan dan mengembangkan
kinerjanya dimasa yang akan datang.
c. Bagi IAIN Salatiga
1) Referensi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa IAIN
Salatiga program studi D III Perbankan Syariah dan sebagai
sarana kerjasama antara lembaga IAIN dengan BMT.
2) Untuk memberikan sedikit gambaran bagi pembaca tentang
BMT Karisma Magelang.
1) Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang
produk-produk perbankan syari‟ah khususnya produk-produk-produk yang ada di BMT Karisma Magelang.
2) Menjadi bahan perbandingan dalam memperoleh informasi
ketika melakukan penelitian ditempat yang berbeda, sehingga
dapat saling bertukar pikiran satu sama lain.
D. Penegasan Istilah
Analisis
Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab,
duduk perkaranya dan sebagainya (KBBI).
Pembiayaan
Pembiayaan (kredit) adalah kepercayaan. Dalam bahasa latin
disebut “credere”. Artinya, kepercayaan pihak bank (kreditor) kepada
nasabah (debitur), bahwa bank percaya nasabah pasti akan mengembalikan
pinjamannya sesuai kesepakatan yang telah dibuat. Dapat diartikan pula
bahwa, debitur memperoleh kepercayaan dari bank untuk memperoleh
dana dan untuk menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya serta
mampu untuk mengembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati kedua belah pihak (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 250).
Prosedur
Prosedur adalah suatu urutan klerikal atau pekerjaan, biasanya
untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2001:5, Muhammad Najib Setiadi, 2012:
19).
Perkembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KKBI), Perkembangan
dapat berarti menjadi besar (luas, banyak, dan sebagainya; memuai;
perusahaan itu berkembang pesat.
Qardhul Hasan
Pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar
pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan
ketentuan syariah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang maka
ia tidak boleh meminta pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yang
diberikan. Namun, si peminjam boleh saja atas kehendaknya sendiri
memberikan kelebihan atas pokok pinjamannya (Siti
Nurhayati-Wasilah,2009: 247).
BMT
Baitul Maal wat Tamwil atau Balai Usaha Mandiri Terpadu
merupakan lembaga keuangan mikro dengan prinsip bagi hasil untuk
meningkatkan taraf hidup dan martabat kelompok miskin, yang modalnya
berasal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat melalui sistem ekonomi
syariah (Tri Hendro SP, S.E., M.B.A.,CFP, Conny Tjandra Rahardja, S.E.,
M.M.: 248).
Penelitian Siti Rondiatin (2010) “Analisa Pembiayaan Al Qordhul
Hasan Pada BMT AMAN Salatiga” menyimpulkan bahwa prosedur
realisasi pembiayaan al qordhul hasan adalah setelah menandatangani akad
pembiayaan, bagian pemasaran memberikan berkas catatan kepada bagian
pembiayaan, kemudian bagian pembiayaan membuat kwitansi yang berisi
nominal pembiayaan yang setelah itu ditandatangani oleh nasabah,
kemudian oleh bagian pembiayaan diserahkan kepada teller. Dan
perkembangan pembiayaan al qordhul hasan pada tahun tersebut sangat
kurang sekali dikarenakan pembiayaan ini dari pihak BMT tidak
menargetkan tiap hari, tetapi kalau ada nasabah yang datang ke BMT
AMAN untuk mengajukan pembiayaan al qordhul hasan juga diterima,
dengan ketentuan nasabah tersebut benar-benar membutuhkan dana
tersebut.
Penelitian Wahyu Setyani (2009) “Prosedur Pembiayaan Al
-Qordhul Hasan pada BMT WAHANA Wonogiri” menyimpulkan bahwa
sebelum seorang nasabah mengajukan pembiayaan al qordhul hasan,
terlebih dahulu harus melalui proses penilaian mulai dari proses pengajuan
pembiayaan, penilaian barang jaminan, prosedur dan analisa.
Penelitian Muhammad Fathoni (2008) “Analisa Pembiayaan Al
-Qordhul Hasan pada BMT SHOHIBUL UMMAT Rembang” menyimpulkan bahwa dalam analisa pembiayaan pemerolehan informasi
mengenai calon nasabah dalam hal kepentingan analisa maka dapat
data-data calon nasabah pembiayaan dari pihak BMT, ataupun informasi
dari pihak ketiga.
Penelitian Muhammad Najib Setiadi (2012) “Analisis Akad
Pembiayaan Qordh Di BMT MANDIRI Getasan” menyimpulkan bahwa
BMT tidak memberikan sanksi apabila nasabah terlambat membayar
qordh, apabila nasabah tidak mampu mengembalikan qordh, setelah
dilakukan analisa faktor-fator penyebab nasabah tidak bisa
mengembalikan qordh, maka pembiayaan qordh tersebut dialihkan
kedalam akad qordhul hasan, dimana nasabah tidak harus mengembalikan
pembiayaan qordh tersebut.
F. Metode Penelitian
1. Tipe penelitian
Dalam melakukan penelitian, metode yang digunakan adalah
metode diskriptif. Metode diskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan /
melukiskan keadaan subyek / obyek penelitian (seseorang, lembaga
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya (Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
1990: 63).
2. Jenis data yang digunakan
a. Data Primer, ialah data yang diperoleh secara langsung dari
b. Data sekunder, ialah data yang diambil dari data primer
(Winarno, 2010: 14). Bisa juga diartikan data yang diperoleh
secara tidak langsung misal, berupa arsip, dokumen, buku-buku
literatur dan laporan lainnya.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan
berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu
dengan individu, maupun individu dengan kelompok (Prof. Dr.
Nyoman Kutha Ratna, SU, 2010: 222)
b. Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pen catatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian (Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, 1990: 63).
c. Studi Pustaka
Teknik dalam memperoleh data yang dilakukan dengan cara
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian penulis.
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dilakukan analisis
kemudian di susun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan, penelitian terdahulu, penegasan istilah, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi tentang pengertian pembiayaan, dan data
nasabah pembiayaan Al-Qardhul Hasan.
BAB III LAPORAN OBJEK
Menyajikan tentang gambaran umum BMT, sejarah berdirinya
BMT Karisma Magelang, visi dan misi, job discription, lokasi, struktur
organisasi, dan produk-produk BMT Karisma Magelang, serta informasi
lainnya.
BAB IV ANALISIS
Analisa yang berisikan prosedur pembiayaan Al Qardhul Hasan,
perkembangan dan keuntungan pembiayaan Al Qardhul Hasan.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini yang
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Secara umum dikatakan bahwa arti pembiayaan (kredit) adalah
kepercayaan. Dalam bahasa latin disebut “credere”. Artinya, kepercayaan pihak bank (kreditor) kepada nasabah (debitur), bahwa
bank percaya nasabah pasti akan mengembalikan pinjamannya sesuai
kesepakatan yang telah dibuat. Dapat diartikan pula bahwa, debitur
memperoleh kepercayaan dari bank untuk memperoleh dana dan untuk
menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya serta mampu untuk
mengembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua
belah pihak (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 250).
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 tahun
1998 Kredit (Pembiayaan ) adalah:
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, „saya
percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang
selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk
melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan
dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat
yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (Prof. Dr.
H. Veithzal Rivai, M.B.A., Andria Permata Veithzal, B. Acct.,
M.B.A.,2008: 3), sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa‟
[4]: 29 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan (mengambil) harta sesamamu dengan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu”.
2. Unsur Pembiayaan
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan.
Dengan demikian, pemberian pembiayaan berarti pemberian
kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan
waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal
tersebut, unsur-unsur pembiayaan adalah:
a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan
penerima pembiayaan (mudharib).
b. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang
c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal
dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib
kepada shahibul mal.
d. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal
kepada mudharib.
e. Adanya unsur waktu (time element).
f. Adanya unsur resiko baik dari pihak shahibul mal maupun pihak
mudharib (Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A., Andria Permata
Veithzal, B. Acct., M.B.A.,2008: 4-5).
3. Pengertian Prosedur Pemberian Kredit
Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus
melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit
dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian
dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahap-tahap
dalam memberikan kredit ini kita kenal nama prosedur pemberian
kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan
kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan
kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan
penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada
kekurangan maka pihak dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan
langsung ditolak.
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan
Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak persyaratan dan
ukuran-ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan
pertimbangan masing-masing. Dalam praktiknya prosedur pemberian
kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan
dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula
ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.
Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh
badan hukum sebagai berikut:
a. Pengajuan proposal
Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang
pertama permohonan kredit mengajukan permohonan kredit secara
tertulis dalam suatu proposal. Proposal kredit harus dilampiri
dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Yang
perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit
hendaknya yang berisi keterangan tentang:
1) Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis
bidang usaha, perkembangan perusahaan serta wilayah
pemasaran produknya.
2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan
pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset
penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk
3) Besarnya kredit dan jangka waktu. Dalam proposal pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan
jangka waktu kreditnya.
4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu
dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam
mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau
dengan cara lainnya.
5) Jaminan kredit. Jaminan kredit yang diberikan dalam bentuk
surat atau sertifikat. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti
jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya, biasanya
jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.
b. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan seperti:
1) Akte Pendirian Perusahaan.
Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk P.T
(Perseroan Terbatas) atau Yayasan yang dikeluarkan oleh
Notaris dan disahkan oleh Departemen Kehakiman.
2) Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit.
3) T.D.P (Tanda Daftar Perusahaan).
Tanda daftar perusahaan ada selembar sertifikat yang
dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan
dan biasanya berlaku 5 tahun dan jika masa berlakunya habis
4) N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak).
Nomor Pokok Wajib Pajak, merupakan surat tentang wajib
pajak yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan.
5) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir.
6) Daftar penghasilan bagi perseorangan.
7) Kartu Keluarga (K.K) bagi perorangan (Kasmir, 2004: 123
-125).
4. Pengertian Perkembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KKBI), Perkembangan
dapat berarti menjadi besar (luas, banyak, dan sebagainya; memuai;
perusahaan itu berkembang pesat.
5. Analisis Pembiayaan (Kredit)
Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk
menilai layak atau tidaknya suatu kredit di kucurkan oleh lembaga
keuangan seperti bank. Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai
alat analisis. Dalam praktiknya terdapat beberapa alat analisis yang
dapat digunakan untuk menentukan kelayakan suatu kredit.
Dengan 5 of C :
a. Character adalah sifat atau watak nasabah. Analisis ini untuk
mengetahui sifat atu watak seorang nasabah pemohon kredit,
apakah memiliki watak atau sifat yang bertanggung jawab terhadap
kredit yang diambilnya. Dari watak atau sifat ini akan terlihat
Namun sebaliknya jika nasabah tidak memiliki sifat yang mau
membayar, maka nasabah akan berusaha mengelak untuk
membayar dengan berbagai alasan tentunya. Watak atau sifat ini
akan dapat dilihat dari masalalu nasabah melalui pengamatan,
pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara dengan
nasabah.
b. Capacity yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan
nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini dapat dilihat dari
penghasilan pribadi untuk kredit komsumtif dan melalui usaha
yang dibiayai untuk kredit perdagangan atau produktif. Kemapuan
ini penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami kerugian.
Untuk menilai kemampuan nasabah dapat dinilai dari dokumen
yang dimiliki, hasil konfirmasi dengan pihak yang memiliki
kewenangan mengeluarkan surat tertentu (misalnya penghasilan
seseorang), hasil wawancara atau melalui perhitungan rasio
keuangan.
c. Capital adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah
untuk membiayai kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan
membiayai kredit tersebut 100 . Artinya, harus ada modal dari
nasabah. Tujuannya jika nasabah juga ikut memiliki modal yang
ditanamkan di kegiatan tersebut, maka nasabah juga akan merasa
agar usaha tersebut berhasil, sehingga mampu untuk membayar
kewajiban kreditnya.
d. Condition yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang
tentunya. Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat
ini, apakah layak untuk membiayai kredit untuk sektor tertentu.
Misalnya, kondisi produksi tanaman tertentu sedang membludak
pasaran (jenuh), maka kredit untuk sektor tersebut sebaliknya
dikurangi. Kondisi lainnya yang harus diperhatikan adalah kondisi
lingkungan sekitar, misalnya kondisi keamanan dan kondisi sosial
masyarakat.
e. Colleteral merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada
bank dalam rangka pembiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan
ini digunakan sebagai alternatif terakhir bagi bank untuk
berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan terhadap kredit yang dibiayai.
Mengapa colleteral atau jaminan menjadi penilaian terakhir dari 5
of C, hal ini disebabkan karena yang paling penting adalah
penilaian yang disebutkan sebelumnya, apabila sudah layak maka
jaminan hanyalah merupakan tambahan saja, untuk berjaga-jaga
karena ada faktor-faktor yang tidak dapat dihindari yang
menyebabkan kredit macet, misalnya bencana alam. Di samping
itu, juga untuk menjadi motivasi nasabah untuk membayar karena
jaminannya ditahan oleh bank (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 260).
a. Personality, atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan
untuk mengetahui kepribadian si calon nasabah. Dalam menilai
kepribadian yang dilakukan bank, hampir sama dengan character
atau sifat atau watak nasabah. Hanya saja hal hal personality lebih
ditekankan kepada orangnya, sedangkan dalam character termasuk
dalam keluarganya.
b. Perpose, atau tujuan mengambil kredit. Seperti diketahui
sebelumnya bahwa tujuan untuk mengambil kredit ada tiga yaitu,
untuk usaha yang produktif, atau untuk digunakan sendiri
(konsumtif), atau perdagangan. Penilaian dari ketiga tujuan ini
sedikit berbeda, oleh karena itu jangan sampai pemberian kredit
yang di kucurkan oleh bank disalah gunakan oleh nasabah.
c. Party, artinya dalam menyalurkan kredit, bank memilah milah
menjadi beberapa golongan. Hal ini dilakukan agar bank lebih
focus untuk menangani kredit tersebut, misalnya kredit usaha kecil,
menengah, atau besar. Atau dapat juga dipilih berdasarkan wilayah,
misalnya daerah pedesaan, perkotaan atau sektor usaha, misalnya
peternakan, industry, atau sector lainya.
d. Payment, adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian
yang dilakukan untuk menilai cara nasabah untuk membayar kredit,
apakah dari penghasilan (gaji) atau dari sumber objek yang di
biayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah dalam
e. Prospect, yaitu untuk menilai harapan kedepan terutama terhadap
objek kredit yang di biayai. Tentunya harapan yang diinginkan
adalah memberikan harapan yang baik atau cerah. Usaha yang
mengandung prospek cerah sebaiknya di tunda karena akan
menyulitkan bank dan nasabah nantinya, misalnya usaha yang
sudah memasuki titik jenuh.
f. Profitability, artinya kredit yang di biayai oleh bank akan
memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bank
ataupun nasabah. Jika tidak sebaiknya jangan di berikan.
Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa balas jasa yang
diberikan nasabah dari bunga atau bagi hasil. Sebaiknya bagi
nasabah adalah berkembangnya yang di biayai yang
ujung-ujungnya adalah keuntungan dan adanya tambahan modal baginya.
g. Protection, artinya perlindungan terhadap objek kredit yang di
biayai. Pelindungan tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan,
akan tetapi lebih dari itu yaitu jaminan si pengambil kredit seperti
asuransi meninggal dunia dan jaminan perlindungan terhadap
jaminan fisik yang di berikan dari kehilangan, kerusakan, atau
lainya (Kasmir, S. E.,M. M, 2010: 260).
6. Macam-macam Pembiayaan
a. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara shahibul
nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Jika usaha yang
dijalani mengalami kerugian maka seluruh kerugian akan
ditanggung oleh pemilik usaha, kecuali adanya kelalaian atau
kesalahan oleh pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan,
dan penyalahgunaan dana.
b. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah merupakan akad kerjasama atau pencampuran antara
kedua belah pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu
yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan
akan dibagikan sesuai dengan nisab yang disepakati dan resiko
ditanggung sesuai dengan porsi kerjasama.
c. Pembiayaan Murabahah
Murabahah merupakan bagian dari jenis bai‟, yaitu jual beli yang
ditambah dengan sejumlah keuntungan yang disepakati oleh
pembeli dan penjual. Pada transaksi murabahah ini, penyerahan
barang akan dilakukan saat pembayaran transaksi dilaksanakan
oleh pembeli baik secara tunai, ditangguhkan atau cicilan.
d. Pembiayaan Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang sendiri. Transaksi ijarah dilandasi oleh
perpindahan manfaat, sehingga prinsip ijarah sama dengan prinsip
jual-beli transaksintya barang maka pada ijarah transaksinya adalah
jasa. Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa antara bank dan
nasabah. Setelah kontrak berakhir, penyewa mengembalikan
barang tersebut kepada pemilik (Tri Hendro SP, S.E., M.B.A.,
CFP, Conny Tjandra Rahardja, S.E., M. M.,2014: 194)
e. Pembiayaan Al Bai‟ Bitsaman Ajil
Bai‟ Bitsaman Ajil yaitu akad jual beli dengan membayar harga
pokok beserta keuntungannya secara angsuran dalam jangka waktu
tertentu sesuai kesepakatan bersama (KH. Abdul Wahid Hasyim:
17).
f. Pembiayaan Al-Qardhul Hasan
Pinjaman (qardh) adalah jenis pinjaman yang tidak
mempersyaratkan adanya imbalan atas dana pinjaman. Bank hanya
boleh mengenakan biaya administrasi. Pinjaman ini biasanya
bersifat sosial dan dikucurkan untuk keperluan yang bersifat sosial
seperti pendidikan dan kesehatan, tetapi tidak menutup
kemungkinan apabila disalurkan kedalam sektor ekonomi seperti
untuk membantu pengusaha kecil.
B. Qordhul Hasan
1. Pengertian Qardhul Hasan
Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya
wajib membayar sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti
kalau meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian
yang lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Namun, si peminjam
boleh saja atas kehendaknya sendiri memberikan kelebihan atas pokok
pinjamannya.
Pinjaman qardh bertujuan untuk diberikan pada orang yang
membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan
sosial atau kemanusiaan. Cara pelunasan dan waktu pelunasan
pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.
Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk
dibebankan kepada peminjam. Jika peminjam mengalami kerugian
bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi
jumlah pinjaman.
Walaupun sifat utang ini sangat lunak tidak berarti pihak yang
berutang dapat semaunya sendiri, karena dalam islam, utang yang
tidak dibayar akan menjadi penghalang dia di akhir nanti walaupun ia
gugur dalam jihad di medan perang yang pahalanya sudah dijamin
bahkan rasul tidak bersedia menshalatkan jenazah yang masih
memiliki utang.
Sumber dana qardhul hasan dapat berasal dari eksternal
maupun internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qardh yang
diterima entitas bisnis dari pihak lain (misalnya dari sumbangan,
infak, shadaqah, dan sebagainya). Sedangkan contoh sumber dana
non halal dan denda dan lain sebagainya (Siti
Nurhayati-Wasilah,2009: 247). Dalam PSAK 59 paragraf 142 dan PAPSI bagian
III tentang pinjaman qardh disebutkan bahwa pinjaman qardh diakui
sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya. Pengenaan
biaya administrasi diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.
Sekiranya, bank syariah menerima imbalan yang tidak dipersyaratkan
sebelumnya, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan operasi
lainnya sebesar jumlah yang diterima ((Rizal Yaya, Aji Erlangga
Martawireja, Ahim Abdurahim, 2009: 331).
2. Rukun Transaksi Pinjaman Qordhul Hasan
a. Transaktor
Transaktor pada transaksi pinjaman qardh terdiri atas pemberi
pinjaman dan penerima pinjaman.
b. Objek Qardh
Objek qardh dapat berupa uang atau benda habis pakai.
c. Ijab dan Kabul
Ijab dan Kabul dalam transaksi pinjaman qardh merupakan
pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak dengan cara
penawaran dari pemberi pinjaman (bank syariah) dan penerimaan
yang dinyatakan oleh penerima pinjaman (nasabah). Pelafalan
perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak
dapat bicara), tindakan maupun tulisan, bergantung pada praktik
untuk meminjamkan sejumlah dana (objek qardh) dan pihak lain
untuk menerima dan melunasi pinjamannya (Rizal Yaya, Aji
Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, 2009: 329).
3. Syarat-syarat yang harus dipenuhi:
a. Dana yang digunakan ada manfaatnya.
b. Ada kesepakatan diantara kedua belah pihak (Prof. Dr. H. Veithzal
Rivai, M. B. A, Andria Permata Vithzal, B. Acct., M. B. A, 2008:
196).
4. Aplikasi dalam Perbankan
Mengingat sifatnya bukan transaksi komersial dan tanpa kompensasi,
maka qardh menggunakan sumber dana yang berasal:
a. Untuk membantu dana talangan yang bersifat jangka pendek,
digunakan modal bank.
b. Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial,
digunakan dana yang bersumber dari zakat, infaq, dan sedekah
(Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M. B. A, Andria Permata Vithzal, B.
Acct., M. B. A, 2008: 196-197).
5. Manfaat Qardh
a. Memungkinkan nasabah atau anggota mendapatkan talangan
jangka pendek.
b. Memperjelas identitas BMT dengan LKM lain termasuk bank,
c. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan mengakibatkan citra
baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap lembaga
keuangan syariah (Antonio, 2001: 134)
6. Sumber Hukum
a. Al-Qur‟an
“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah
tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian
atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
(QS. 2: 280)
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu
untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (QS.
Al-Hadid [57]: 11)
b. As-sunnah
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di
dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan
Allah senantiawsa menolong hamba-Nya selama ia (suka)
menolong saudaranya”. (HR. Muslim)
Dari Abu Qatadah: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika aku
berjihad dengan jiwa dan hartaku, aku bertempur dengan penuh
sabar demi mengharap pahala Allah dan maju terus pantang
mundur, apakah aku masuk surga? “Rasulullah menjawab: “ya”
“kecuali jika kamu mati dan kamu punya utang serta kamu tidak
35
BAB III LAPORAN OBYEK
A. Gambaran Umum BMT
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Baitul Maal wat Tamwil atau Balai Usaha Mandiri Terpadu
merupakan lembaga keuangan mikro dengan prinsip bagi hasil untuk
meningkatkan taraf hidup dan martabat kelompok miskin, yang
modalnya berasal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat melalui
sistem ekonomi syariah (Tri Hendro SP, S.E., M.B.A.,CFP, Conny
Tjandra Rahardja, S.E., M.M.: 248).
Baitul Maal Wat Tamwil atau biasa dikenal dengan sebutan
BMT, dari segi bahasa atau bila di terjemahkan kedalam bahasa
Indonesia yang benar berarti rumah uang dan (rumah) pembiayaan,
sehingga bila diartikan secara terpisah, Baitul Maal adalah rumah
uang. Baitul Maal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial
keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan
harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan Al-qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya.
Karena berorientasi sosial keagamaan, ia tidak dapat dimanipulasi
untuk kepentingan bisnis atau mencari laba (profit). Sedangkan yang
dimaksud dengan Baituttamwil adalah lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.
Dengan demikian perlu ditegaskan bahwa untuk bisa disebut BMT,
sebuah lembaga keuangan de facto harus memiliki 2 unit usaha
sekaligus dalam bidang pengelolaan ZIS dan perbankan syariah. Bila
salah satunya tidak ada, maka bukanlah yang demikian disebut
sebagai BMT tetapi Baitul Maal saja atau Baituttamwil saja.
Keduanya merupakan suatu sistem dalam wadah BMT yang bekerja
sinergi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Makhalul Ilmi,
2002: 65-66).
2. Sejarah Berdirinya BMT Karisma Magelang
BMT Karisma hadir dikota Magelang pada tahun 1996,
tepatnya diresmikan oleh bapak Prof. Dr. Ing. H B. J. Habibie bersama
dengan 17 BMT lain pada tanggal 21 April 1995. Pada mulanya BMT
Karisma adalah sekelompok anak muda yang mendirikan sebuah
pengajian rutin yang diberi nama Karisma kependekan dari Keluarga
Remaja Islam Magelang. Setiap hari ahad mereka berkumpul untuk
mengadakan TAD (telaah ahad dhuha) yang dipandu oleh para
mahasiswa sebagai senior dari karisma dan juga ustadz-ustadz di kota
magelang.
Pada tahun 1994, seiring dengan bangkitnya semangat umat
untuk mengamalkan “ekonomi syariah” yang dirintis dan
mengirimkan utusan untuk belajar tentang ekonomi syariah ini dan
kemudian mendirikan sebuah BMT. BMT Karisma didirikan dengan
modal awal patungan dari teman-teman anggota karisma total Rp.
1.875.000. Seiring perjalanan waktu selama kurang lebih 15 tahun aset
BMT menjadi sebesar 13.649.924.437 per 31 Desember 2009.
BMT Karisma adalah unit otonomi dari KSU Harapan
Makmur yang mempunyai Badan Hukum 12734/KWK.II/VI/1996.
Demikianlah setelah mempunyai badan hukum ini, gerak langkah
BMT Karisma semakin mantap dan dapat merambah dikota
Magelang. Pada tahun 2008, mengingat JUKLAK dari kementrian
koperasi perihal legalitas usaha dimana mengharuskan BMT merubah
Anggaran Dasar dari Koperasi Serba Usaha menjadi Koperasi Jasa
Keuangan Syariah, maka BMT Karisma berubah menjadi KJKS BMT
Karisma yang operasinya mencakup wilayah seluruh Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah.
Kegiatan operasional pertama BMT Karisma berada di kios
Jl. Singosari Magelang. Setelah itu BMT Karisma menyewa ruko dua
lantai di Jl. Singosari 952 B sampai tahun 2004 karena bertambahna
jumlah nasabah. BMT Karisma juga membuka kantor kas di Pasar
Gotong Royong Magelang. Seiring dengan usaha yang semakin besar,
BMT Karisma membeli rumah dua lantai di Jl. Beringin I/ 49 kiringan
pada bulan November yang dikemudian digunakan sebagai Kantor
Pusat dan Kantor Cabang Utama.
Secara bertahap BMT Karisma membuka beberapa kantor
cabang lagi. Yang pertama adalah Kantor Cabang Pasar Gotong
Royong yang sebelumnya kantor kas dirubah menjadi kantor cabang
dimana bangunannya telah menjadi milik sendiri. Yang kedua adalah
Kantor Cabang Grabag tahun 2008 di Krajan Kauman Grabag dan
yang terakhir Kantor Cabang Skylight Plaza pada tahun 2009.
Kelembagaan BMT:
Nama koperasi : KJKS BMT Karisma
Tanggal berdiri : 21 April 1995
Alamat koperasi : Jl. Beringin I/ 49 Rt 01/ 01 tidar utara Kota
Magelang
No Akta pendirian : 12734/BH/KWK.11/VI/1996
a. No dan tanggal pengesahan badan hukum
1) Sama dengan akta pendirian
2) 12374/a/PAD/BH/KWK.11-35/v/1999 tanggal 10 Mei 1999.
3. Visi dan Misi BMT Karisma Magelang
Baitul Maal Wattamwil (BMT) Karisma Magelang mempunyai Vsisi
sebagai berikut:
Menjadi bagian dari gerakan dakwah sosial ekonomi yang
menumbuhkan ekonomi umat di Indonesia.
Merupakan bagian dari gerakan keluarga Remaja Islam Magelang
(KARISMA) untuk mengembangkan kegiatan dakwah dibidang
sosial dan ekonomi yang rahmatan lil alamin.
Menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang mandiri,
Profesional, dan Terpercaya.
Merupakan Lembaga Intermediasi bagi kaum muslim dengan
pengusaha untuk bisa maju dan berkembang bersama-sama,
Memberikan layanan sosial kepada anggota dan masyarakat
umum dengan pengelolaan ZISWAF melalui Baitul Maal.
Memberikan kesempatan kepada generasi muda Muslim untuk
menerapkan ilmunyabagi kepentingan dunia dan akhiratnya.
4. Lokasi BMT Karisma
Kantor Pusat BMT Karisma terletak di Jl. Jeruk Raya Sanden
Magelang. Akan tetapi BMT Karisma juga sudah membuka beberapa
Kantor Cabang di beberapa tempat:
a. Kantor Cabang Utama, Jl. Beringin I / No. 49 Kota Magelang,
Telp. 0293-361269.
b. Kantor Cabang Pasar Gotong-Royong Magelang, Kios No. 153,
Telp. 0293-5586402b
c. Kantor Cabang Temanggung, Jl. Gatot Subroto 10 Temanggung
(depan POM Bensin Manding), Telp. 0293-361269
d. Kantor Cabang Grabag, Jl. Raya Grabag-Magelang Ds. Krajan I
5. Struktur Organisasi BMT Karisma Magelang
6. Produk-Produk BMT Karisma Magelang
a. Simpanan
1) Simpanan Karisma
Simpanan karisma adalah simpanan pihak ketiga yang
setoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu.
Setoran pertama simpanan Karisma adalah Rp. 10.000,- dan
setoran selanjutnya tidak dibatasi. Untuk maksimal
pengambilan, anggota harus menisihkan setidaknya Rp.
10.000,-. Jika anggota ingin tutup buku, saldo yang harus
disisihkan adalah Rp. 5.000,- sebagai biaya administrasi.
BMT Karisma siap membantu dalam perencanaan ibadah
Qurban. Dengan layanan ini anggota dapat mengambil
simpanan menjelang ibadah Qurban, baik berupa uang tunai
ataupun berupa hewan qurban dengan ukuran yang
disesuaikan dengan saldo simpanannya.
3) Simpanan Pendidikan
Merupakan keikutsertaan BMT Karisma dam membantu
pengelolaans dana pendidikan sejak dini, mulai tingkat TK
sampai Perguruan Tinggi yang aman, mudah dan terencana
dengan persyaratan mudah. Tabungan dari murid atau guru
yang akan mendapatkan bagi hasil atau bonus setiap
bulannya sesuai besar kecilnya tabungan masing-masing
anggota.
4) Simpanan Berjangka Mudharabah
BMT Karisma siap mengelola/menginvestasikan dana
anggota dengan bagi hasil yang kompetitif, dengan sistem
berjangka yaitu 3, 6, 12 bulan.
b. Pembiayaan
1) Pembiayaan Murabahah
Merupakan pembiayaan untuk pembelian barang dengan
cara angsuran. Layanan pembiayaan anggota, untuk
pembelian sepeda motor, mobil, rumah, tambah modal,
2) Pembiayaan Musyarakah
Adalah menambah modal usaha nasabah dengan sistem
angsuran yang fleksibel bagi hasil ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama.
3) Qordhul Hasan
Qordhul hasan adalah pembiayaan lunak bagi anggota yang
kurang mampu tanpa bagi hasil. Dana diambil dari maal.
c. Produk Maal:
BMT Karisma mempunyai program Baitul Maal Karisma yaitu
program penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah dari
seluruh umat muslimuntuk di tasyarufkan sesuai ketentuan yang
ada. Saat ini sedang dirancangkan kerjasama dengan Dompet
Dhuafa Republika, menjadi bagian dari jaringan penghimpunan
ZIS ditingkat lokal serta pengelolaan untuk pemberdayaan
ummat.
Pentasyarufan kepada :
1) Beasiswa Pendidikan (Pendidikan Siswa Tidak Mampu)
Kota magelang menjadi barometer pendidikan yang bermutu
ditingkat nasional sehingga tepatlah kalau kota Magelang
dijuluki juga sebagai kota pelajar. Banyak orang tua yang
diluar kota magelang baik pendidikan Dasar (SD), Menengah
(SMP), maupun Tingkat Atas (SMA/SMK) bahkan di
tidak semua masyarakat baik di kota ataupun di luar kota
Magelang mampu menyekolahkan anaknya meskipun saat ini
ada program wajib belajar dan didukung dana Bantuan
Operasional Sekolah karena kebutuhan sekolah tidak hanya
bayar SPP saja tetapi ada banyak pelengkap yang mesti
dipenuhi oleh siswa/siswi untuk bisa mengikuti pelajaran.
Baitul Maal Karisma mencoba menjembatani kondisi ini
dengan membuat program beasiswa bagi anak kurang mampu
atau anak yatim melalui PROGRAM BEASISWA
PENDIDIKAN generasi cerdas berakhlaq.
Program Penghimpunan dana ZIS dan pemberian bantuan
pendidikan bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK diharapkan
tidak hanya menjembatani anak yatim/dhuafa sekolah saja
akan tetapi lebih dari itu mereka juga memiliki prestasi yang
membanggakan. Donasi untuk anak SD sebesar RP. 25.000,-
per bulan, SMP sebesar Rp. 50.000,- dan SMA/SMK Rp.
150.000,-. Donasi bisa diantar langsung ke kantor Baitul Maal Karisma.
2) Pemberdayaan Umat
Pinjaman Kebajikan (Qardhul Hasan)
Adalah program pembinaan dan pemberian bantuan pinjaman
modal usaha, kepada para pedagang mikro (lesehan) di
Tujuan program :
a) Memutus lingkaran kemiskinan dengan meningkatkan
ekonomi keluarga.
b) Meningkatkan harkat martabat kaum dhuafa.
Program Gaduh Ternak
Adalah program kerjasama pemeliharaan ternak (khususnya)
kambing di daerah bencana.
Tujuan Program :
a) Memberdayakan para peternak kecil di daerah rawan
bencana.
b) Menyediakan hewan ternak khususnya kambing untuk
persiapan hari raya Idul Adha.
Program Tebar Hewan Qurban
Adalah Program kerjasama pengadaan dan penyaluran hewan
qurban antara Baitul Maal Karisma dengan Dompet Dhuafa
Republika Jakarta.
Tujuan Program :
Menyalurkan Hewan Qurban di daerah yang jarang ada
warga menyembelih hewan qurban.
Garansi :
a) Kambing Berkualitas dan Memenuhi Syarat.
b) Gratis Potong dan antar dalam kota sesuai syariah dan