• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Skripsi 111 13 109 Ajeng Virga Sawitri Maro PAI 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PDF Skripsi 111 13 109 Ajeng Virga Sawitri Maro PAI 2018"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ETIKA PROFESI KEGURUAN

DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SALATIGA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Ajeng Virga Sawitri Maro

NIM: 111-13-109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jika ingin dihormati maka hormatilah dirimu sendiri,

Jika ingin disegani maka seganilah dirimu sendiri,

(7)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

a. Ayah saya (Sahroni) dan Ibu saya (Dra. Fajar Mawati) yang senantiasa

mendo’akan, membimbing, menasehati, serta mencurahkan segala kasih

sayangnya, turut juga adik saya Nimas Ulfatuz Zahro Maro dan Aulia Nan Tri

Veni Maro.

b. Keluarga besar saya di Yogyakarta maupun Palembang, atas segala

dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

c. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M,Si yang senantiasa dengan sabar dan telaten telah

membimbing penulis hingga skripsi ini selesai..

d. Bapak Martana S.Pd , Ibu Aprilia Dwi Astuti, A,Md, Bapak M. Syafi’i, S.Ag.,

S.H., M.Kn., M.Pdi. para guru dan staff serta seluruh warga SMK N 1 Salatiga

yang telah membantu dan mendukung selama penelitian berlangsung.

e. Sahabat-sahabat dekat saya yang senantiasa selalu memberikan semangat dan

motivasi Wahyu Nur Astuti, Nur Azizah, Nanda Dwi Putri, Ihda Arfiani

Abdillah.

f. Teman-teman PPL SMK N 1 Salatiga dan seluruh teman-teman seperjuangan

FTIK PAI angkatan 2013.

g. Mas Sukrisno Nino yang selalu memberikan motivasi dan semangat baru kepada

saya sehingga skripsi ini dapat selesai.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan

hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul IMPLEMENTASI ETIKA PROFESI KEGURUAN DI SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 2017.

Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung

Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang selalu setia dan

menjadikannya suri tauladan, yang mana beliaulah yang telah membawa umat

manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti saat ini,

melalui ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik moril

maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

A. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

B. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

C. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

D. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M,Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen

(9)
(10)

ABSTRAK

Maro, Ajeng Virga Sawitri. 2017. Implementasi Etika Profesi Keguruan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh M.Si.

Kata Kunci: Implementasi, Etika profesi keguruan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga tahun 2017. Rumusan masalah pada penelitian ini. 1) Bagaimana implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga tahun 2017? 2) Apa kendala yang dihadapi guru SMK N 1 Salatiga dalam implementasi etika profesi keguruan tahun 2017?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. Objek penelitian adalah guru SMK N 1 Salatiga, staf karyawan dan pesera didik.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian...5

E. Penegasan Istilah………6

F. Metode Penelitian ……….7

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka ... 13

A. Pengertian Etika Profesi Keguruan ... 13

B. Status Guru ... 22

a. Status Personal………23

b. Status Profesional ………..24

c. Status Sosial………...25

C. Peran dan Fungsi Guru ... 26

D. Profesi Keguruan ……….29

A. Kode Etik Profesi Keguruan ……….29

E. Sikap Profesional Keguruan Terhadap Peserta Didik ………….35

F. Etika Guru Terhadap Rekan Sejawat ………..37

G. Etika Guru Terhadap Masyarakat ………38

BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

a. Keadaan Fisik Sekolah ... 43

b. Keadaan Lingkungan Sekolah ... 47

c. Fasilitas Sekolah ... 48

d. Penggunaan Sekolah ... 53

e. Keadaan Guru Siswa ... 53

f. Pelaksanaan Tata Tertib ... 53

g. Bidang Pengelolaan Administrasi. ... 53

(13)

i. Daftar Guru SMK N 1 Salatiga ……….55

j. Jumlah Siswa dan Table Kelas ………..59

k. Gambaran Umum Informan ………...61

B. Hasil Temuan Penelitian Wawancara ... 64

C. Hasil Temuan Penelitian Observasi ……….70

BAB IV PEMBAHASAN 1. Implementasi Etika Profesi Keguruan di Sekolah Menengah Kejuruan N 1 Salatiga ………...74

2. Kendala yang dihadapi guru SMK N 1 Salatiga dalam mengimplementasikan etika profesi keguruan ………...77

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Daftar Guru SMK N 1 Salatiga ……… 55

TABEL 2. Daftar siswa kelas X SMK N 1 Salatiga ……….. 59

TABEL 3. Daftar siswa kelas XI SMK N 1 Salatiga ………. 60

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Guru ialah orang yang bertugas mengajar peserta didik. Dalam

kamus besar bahasa Indonesia pun diungkapkan bahwa pengertian guru

adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Alwi, 2002: 377) . Itulah

pengertian guru secara bahasa, sedangkan secara istilah Ahmad Tafsir

mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap

berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta

didik, baik potensi kognitif maupun potensi psikomotoriknya (Wiyani,

2015:27). Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa

guru adalah orang yang memikul tanggungjawab untuk mendidik, yaitu

manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggungjawab

terhadap pendidikan si terdidik (Wiyani, 2015:27).

Guru sebagai figur sentral dalam pendidikan, haruslah dapat

diteladani akhlaknya di samping kemampuan keilmuan dan akademisnya.

Selain itu, guru haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk

mendidik anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak

mengingat banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru mulai

dari tuntutan sebagai tenaga pendidik secara profesional yang mencakup

hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sampai hal yang berkaitan

dengan akhlak serta etika dalam mengajar dan bertingkah laku dalam

(16)

Berdasarkan definisi diatas, maka guru dapat diartikan sebagai orang

dewasa yang bekerja sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didik di

sekolah agar peserta didik dapat menjadi sosok yang berkarakter, berilmu

pengetahuan, serta terampil mengaplikasikan ilmu pengetahuannya.

Pengertian guru tersebut menunjukan bahwa guru memiliki tugas sebagai

pendidik dan pengajar. Sebagai seorang pendidik, guru mentransfer nilai

dengan harapan agar peserta didiknya menjadi pribadi yang berkarater.

Kemudian sebagai pengajar, guru mentransfer pengetahuan dan

keterampilan agar peserta didik menguasai berbagai ilmu pengetahuan serta

mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tugas guru yang demikian itulah yang nampaknya menjadikan

orang-orang seperti orang Jawa mengartikan guru sebagai sosok yang

digugu lan ditiru. Digugu berarti ucapannya selalu didengarkan

diperhatikan, dan diindahkan oleh orang yang mendengarnya. Sedangkan

ditiru berarti perilaku guru akan selalu dilihat dan dicontoh oleh orang lain.

Namun kini muncul sentilan bahwa guru bukan lagi menjadi sosok yang

digugu lan ditiru tetapi menjadi sosok yang wagu tur saru. Wagu karena

antara ucapan dan perbuatannya berbeda. Sedangkan saru karena memang

perbuatannya tergolong perbuatan buruk yang tidak pantas untuk ditiru oleh

orang lain. Khususnya peserta didiknya. Akibatnya muncul pula semboyan

guru kencing berdiri, murid kencing berlari (Wiyani, 2015:29).

Itulah problem yang kini tengah dihadapi oleh para guru, di beberapa

(17)

tugasnya sebagai pendidik yang mentransfer nilai dan lebih mengedepankan

mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Contohnya seperti

melakukan hal-hal yang kurang baik atau kasar dan melontarkan kata-kata

yang seharusnya tidak pantas dilontarkan oleh seorang guru. Alhasil kini

muncullah peserta didik yang cerdas secara intelektual tetapi miskin akan

kecerdasan spiritual dan belum menjadi pribadi yang berkarakter. Itulah

sebabnya harus ada kesadaran pada diri guru maupun calon guru bahwa

tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik peserta didiknya

dengan memberikan suri tauladan yang baik.

Adapun indikator etika profesi keguruan mencakup tiga aspek yang

pertama yaitu etika terhadap murid, guru harus berprilaku secara

professional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan

membimbing, guru harus menjalin hubungan baik dengan peserta didik dan

selalu taat pada norma sosial, norma kebudayaan, moral dan agama. Kedua

yaitu etika profesi keguruan dengan orang tua atau wali peserta didik, guru

harus bisa menjalin kerjasama yang baik dalam rangka menunjang proses

pendidikan. Yang ketiga adalah etika profesi keguruan dengan teman

sejawat, guru harus saling memotivasi dalam hal kebaikan, dan saling

mengingatkan serta dapat bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita

bersama.

Untuk dapat menjadi suri tauladan yang baik maka guru harus

beretika dalam mematuhi berbagai norma yang berlaku dimana ia berada

(18)

norma sosial, dan norma-norma lainnya yang berlaku di dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara (Wiyani, 2015:30). Dengan melihat banyaknya

tuntutan yang harus dilakukan sebagai seorang guru, penulis tertarik untuk

meneliti bagaimana IMPLEMENTASI ETIKA PROFESI KEGURUAN DI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SALATIGA TAHUN

2017.

2. Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1

Salatiga tahun 2017?

b. Apa kendala yang dihadapi guru di SMK N 1 Salatiga dalam

implementasi etika profesi keguruan tahun 2017?

3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan fokus penelitian yang telah dikemukakan diatas,

penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mendiskripsikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi etika profesi keguruan di SMK

N 1 Salatiga tahun 2017.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru di SMK N 1

Salatiga dalam mengimplementasikan etika profesi keguruan

(19)

4. Kegunaan penelitian

1. Manfaat teoritik

Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai

bahan pengembangan khazanah kajian keilmuan teoritis terkait etika

profesi keguruan yang dimiliki oleh mahasiswa, khususnya

mahasiswa lulusan IAIN Salatiga.

2. Manfaat praktis.

A. Dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan

mutu pendidikan di lembaga terkait.

B. Bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk terus mengabdi dan meningkatkan

profesionalitas profesi keguruan.

C. Dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu permasalahan dan

menemukan solusi.

5. Penegasan Istilah

Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi

ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan

beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsidi atas, yaitu:

a. Implementasi

Implementasi merupakan penerapan sesuatu yang memberikan

(20)

implementasi adalah penerapan dari sebuah rencana yang disusun secara

matang, terperinci dan memberikan hasil.

b. Etika Profesi Keguruan

Etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan

perbuatan buruk manusia yang dapat diterima oleh akal sehat. Sebagai

ilmu, etika mencari kebenaran mengenai perbuatan manusia. Sebagai

filsafat, etika mencari keterangan secara radiks mengenai kebaikan

perbuatan manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat, etika

menghendaki ukuran yang umum untuk semua perbuatan manusia.

Tujuannya adalah mencari ukuran tersebut dan bagaimana manusia

seharusnya berbuat (Wiyani, 2015: 1). Etika sebagai ilmu mengkaji

mana perbuatan manusia yang tergolong baik dan mana perbuatan

manusia yang tergolong buruk malalui akal.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang ataupun

kelompok orang dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilan

yang dimilikinya. Sedangkan guru diartikan sebagai orang yang

pekerjaannya mengajar. Sedangkan keguruan adalah perihal yang

menyangkut pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Jadi

keguruan adalah berbagai hal yang berhubungan dengan tugas pekerjaan

seorang guru (Wiyani, 2015: 57), maka profesi keguruan dapat diartikan

dengan pekerjaan sebagai seorang guru yang bertugas mendidik,

(21)

didik dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang

dimilikinya.

Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian adalah, penerapan

nilai-nilai yang sesuai dengan etika profesi dan lingkungan sekitar dalam

melaksanakan tugas sebagai seorang guru baik ditempat bekerja dengan

teman sejawat dan peserta didik ataupun sebagai masyarakat dalam

mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam berbangsa dan bernegara.

6. Metode Penelitian

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti

fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan

perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar

belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011:66)

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang mempunyai maksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, sikap, motivasi, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata. Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan

naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian tentang fenomena

(22)

2. Kehadiran Peneliti

Hubungan peneliti dengan subyek dalam penelitian kualitatif peneliti

secara aktif berinteraksi secara pribadi. Proses pengumpulan data dapat

diubah dan hal itu tergantung pada situasi (Moleong, 2004:30). Pada

penelitian kualitatif ini, kehadiran penelitian mutlak diperlukan. Hal ini

dikarenakan instrument penelitian dalam penelitian kualitatif adalah

penelitian itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif

cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan

data, analisis penafsiran data, dan pada akhiranya ia menjadi pelapor

hasil penelitiannya (Moleong,2008:168).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada guru SMK N 1 Salatiga pada tahun

2017 di SMK N 1 Salatiga.Penelitian dilakukan dalam rentang waktu

Juli-Agustus 2017 di SMK N 1 Salatiga.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi:

1. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat

penelitian. Menurut Lofland dalam (Moleong 2011:157) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

(23)

kurikulum, kepala bidang ketenagakerjaan dan guru SMK N 1

Salatiga

2. Data sekunder digunakan peneliti untuk memperkuat dan

melengkapi informasi yang di dapat dari data utama. Dalam

penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah berbagai

dokumen penunjang seperti penilaian dari peserta didik, tata

tertib guru, informasi tentang sekolah, dan foto-foto

dokumentasi.

5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara

yakni:

a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan

tujuan tertentu (Mulyana, 2010: 180). Wawancara merupakan

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Moleong, 2009:186).

Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi langsung

(24)

wawancara ini peneliti langsung mewawancarai guru-guru secara

langsung untuk memperoleh informasi dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dengan bertujuan agar guru menyampaikan

pendapat tentang implementasi etika profesi keguruan.

b. Observasi

Observasi adalah alat atau cara yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi baru yang dapat diuji kebenarannya.

Sehingga pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk

menggunakan teknik observasi sebagai salah satu cara pengumpulan

data. Adapun obsevasi yang dipilih adalah observasi partisipatif

pasif yakni peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati,

tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

dokumen bisa berbentuk gambar, tulisan. Dalam penelitian ini,

peneliti sengaja menggunakan dokumen sebagai alat pelengkat dari

observasi, dan kuisioner. Adapun yang akan menjadi alat

pelengkapnya adalah dokumentasi tentang kegiatan profesi

keguruan di lingkungan sekolah, dokumentasi kegiatan penelitian,

(25)

6. Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensinstesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menempatkan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,,

2009:248). Pada tahap ini hasil penelitian dianalisis sesuai dengan fokus

penelitian.

7. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan

terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya

sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan

runtut.

Bab 1: Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan isltilah, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Berisi tentang pembahasan mengenai etika profesi keguruan, hakikat dan

kode etik keguruan, etika guru terhadap peserta didik, etika guru terhadap

rekan sejawat dan etika guru terhadap masysrakat.

(26)

Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan temuan penelitian serta

analisis data.

Bab IV: Pembahasan

Berisi tentang pembahasan hasil temuan penelitian

Bab V: Penutup

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Etika Profesi Keguruan

Kata etika sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam kehidupan

sehari-hari, baik itu di lingkungan keluarga maupun di lingkungan

masyarakat, kita sering sekali menyebutkan kata etika. Setiap kali kata

etika kita sebut, maka biasanya hal itu merujuk pada suatu perbuatan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Akar kata etika

ialah ethos (Yunani) yang berarti kebiasaan, watak, perasaan, sikap, cara

berpikir, tempat tinggal, dan padang rumput. Bentuk jamak dari ethos

adalah ta etha yang berarti ada kebiasaan. Dalam bahasa latin, ethos itu

disebut dengan mores (mufradnya : mos). Dari kata latin inilah berasal

kata moral yang pengertiannya berbeda dengan etika. Moral dalam

bahasa Indonesia disebut dengan susila. Secara istilah moral merupakan

perbuatan yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima manusia,

mana yang baik dan mana yang wajar. Ide-ide tersebut bisa berasal dari

norma agama maupun norma adat.

Etika merupakan suatu kata benda, pada bahasa Inggris kata etika

disebut dengan ethic yang berarti system of moral principles or values,

mudahnya dapat diartikan dengan tata susila. Sementara itu, pada kamus

besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah ilmu mengenai

(28)

moral atau akhlak. Secara lebih detail, Sidi Gazalba menyajikan

pengertian etika seperti berikut ini:

1. Etika adalah kaidah-kaidah rasa moral dan ajaran filsafat tetang

ruhani.

2. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia.

3. Etika merupakan bagian filsafat yang mengembangkan teori

mengenai tindakan-tindakan, alasan-alasan tindakan,

tujuan-tujuan tindakan, dan arah tindakan.

4. Etika adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta

tetapi mengenai nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan

manusia tetapi mengenai idenya.

5. Etika adalah ilmu tentang moral yang mengkaji mengenai

prinsip-prinsip dan kaedah moral mengenai tindakan dan

kelakuan.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa etika merupakan

suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan perbuatan buruk

manusia yang dapat diterima oleh akal sehat.Sebagai ilmu, etika

mencari kebenaran mengenai perbuatan manusia.Sebagai filsafat,

etika mencari keterangan secara radiks mengenai kebaikan perbuata

manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki

(29)

adalah mencari ukuran tersebut dan bagaimana manusia seharusnya

berbuat.

Selanjutnya dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan

Kepala BAKN Nomor 57686/ MPK/ 1989 guru ialah pegawai negeri

sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh

pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penidikan di sekolah,

termasuk hak yang melekat dalam jabatan. Pada pasal 39 (2) UU

Nomor 20 Tahun 2003 pendidik merupakan tenaga professional

yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik pada

perguruan tinggi.

Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama

bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 3). Guru sebagai figur

sentral dalam pendidikan, haruslah dapat diteladani akhlaknya di

samping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu, guru

haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk

mendidik anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak.

(30)

dari bahasa India yang artinya “orang yang mengajarkan tentang

kelepasan dari sengsara. Dalam tradisi Agama Hindu, guru dikenal

sebagai ‘maha resi guru’. Yakni para pengajar yang bertugas untuk

menggembleng para calon biksu di bhinaya panti (tempat

pendidikan bagi para biksu). Rabindranath Tagore (1861-1941),

menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat

para guru mengamalkan tugas muliaya membangun spiritualitas

anak-anak bangsa di India. Dalam bahasa Arab, kosa kata guru

dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas membrikan

ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan

demikian, sama dengan pengertian guru dalam bahasa Hindu.

Al-mu’alim atau al-ustadz dalam hal ini memiliki pengertian yakni

orang yang memiliki tugas untuk membangun aspek spiritualitas

manusia. Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak

hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan

spiritual dan kecerdasan intelektual., tetapi juga menyangkut

kecerdasan kinestetik jasmaniah, seperti guru tari, guru olahraga,

guru senam dan guru musik.

Semua kecerdasan itu pada hakikatnya juga menjadi bagian

dari kecerdasan ganda sebagaimana telah dijelaskan oleh para pakar

psikologi terkenal Howard Gardner (Suparlan, 2004:36). Dengan

demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait

(31)

aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun

aspek lainnya. Dalam bahasa teknis edukatif guru terkait dengan

kegiatan untuk mengembangkan peserta didik dalam ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Dari aspek lain, beberapa pakar pendidikan telah menoba

memberikan batasan atau definisi untuk merumuskan pengertian

tentang guru. Definisi ini dirumuskan dari pengertian etimologi atau

menurut pandangan umum yang telah dijelaskan di depanguru

adalah orang yang kerjanya mengajar. Dengan definisi ini guru

diberi makna yang sama sebangun dengan pengajar

(Poerwadarminta 1996: 335). Dengan demikian, pengertian guru ini

hanya menyebutkan satu sisi sebagai pengajar, tidak termasuk

pengertian guru sebagai pendidik atau pelatih. Sedangkan Zakiyah

Darajat menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional,

karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orang tua

untuk ikut mendidik anak-anak (Darajat, 1992:39). Dalam hal ini,

orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi

anak-anaknya, sedangkan guru adalah tenaga professional yang

membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang

pendidikan sekolah. Secara legal formal, yang dimaksudkan guru

adalah siapa yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari

(32)

itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah.

Untuk menyatukan pandangan dari berbagai sudut pandang

tersebut, kita dapat mencoba untuk menjawab pertanyaan siapa guru

itu dengan dua pandangan. Pertama, dalam pandangan umum, guru

adalah siapa saja yang melaksanakan tugas sebagai pengajar,

pendidik, dan pelatih, baik yang dilaksanakan dalam lembaga

pendidikan keluarga formal, maupun informal. Dalam konteks ini,

guru adalah siapa saja yang melaksanakan misi untuk

mencerdasakan anak-anak bangsa sesuai dengan potensi yang

dimiliki. Kedua, dalam pandangan khusus, Surat Edaran (SE)

Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 57686/MPK/1989

menyatakan lebih spesifik bahwa, “Guru ialah pegawai negeri sipil

(PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh

pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah

(termasuk hal yang melekat dalam jabatan)”.

Sedangkan dalam percakapan sehari-hari sering terdengar

istilah profesi atau professional. Seorang mengatakan bahwa

profesinya sebagai dokter, yang lain mengatakan bahwa profesinya

sebagai arsitek, atau ada pula sebagai pengacara, guru, dan ada juga

yang mengatakan bahwa profesinya sebagai pedagang, penyanyi,

petinju, penari, tukang koran, dan sebagainya. Para staf dan

(33)

menyatakan akan meningkatkan keprofesionalitasannya. Ini berarti

bahwa jabatan mereka adalah suatu profesi juga.

. Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu

adalah jabatan yang sesui dengan pengertian profesi di bawah ini:

1. Melayani masyarakat, merupakan karir yang akan dilaksanakan.

Sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).

2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar

jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat

melakukannya).

3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek

(teori baru dikembangkan dari hasil penelitian)

4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai

persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut

memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang

ditentukan untuk dapat mendudukinya).

6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja

tertentu (tidak diatur oleh orang luar ).

7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan

untuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan

(34)

diputuskannya, tidak dipindah ke atasan atau instansi yang lebih

tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.

8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan

menekan kepada layanan yang diberikan.

9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya.

Relative bebas dari supervise dalam jabatan.

10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

11. Mempunyai asosiasi professional atau kelompok ‘elit’ untuk

mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya.

12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang

meragukan atau yang menyangsi yang berhubungan dengan

layanan yang diberikan.

13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan

kepercayaan diri setiap anggotanya.

14. Mempunyai status social dab ekonomi yang tinggi.

Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi (Suparlan

2004:37) mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai

berikut:

1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan sigifikansi sosial yang

menentukan.

(35)

3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui

pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode

ilmiah.

4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang

jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat

khalayak umum.

5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi

dengan waktu yang cukup lama.

6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan

sosialisasi nilai-nilai professional itu sendiri.

7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi

itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh

organisasi profesi.

8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan

judgement terhadap permasalahan profei yang dihadapinya.

9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi

otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.

10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat,

dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Bila dibandingkan kriteria yang dipakai Sanusi et al. ini dengan

(36)

simpulkan bahwa keduanya hampir mirip, dan saling melengkapi, dan

oleh karenanya dapat kita pakai sebagai pedoman dalam pembicaraan

selanjutnya.

Jadi yang dimaksud dengan etika profesi keguruan adalah,

penerapan nilai-nilai yang sesuai dengan etika profesi dan lingkungan

sekitar dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru baik ditempat

bekerja dengan teman sejawat dan peserta didik ataupun sebagai

masyarakat dalam mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam

berbangsa dan bernegara.

2. Status Guru

Konon guru dipandang memiliki status, peran, dan fungsi sangat

tinggi dan mulia. Sebagai contoh, guru dipandang memiliki status,

peran, dan fungsi setingkat dengan ‘manusia setengah dewa’. Guru

memiliki status dan tugas yang paling sulit, karena pekerjaannya adalah

membuat anak didik memahami. Membuat seseorang mengerti adalah

pekerjaan yang paling sulit.

Dalam buku bertajuk “Teachers in a changing world” karya

Dugumarti Bhaskara Rao (Suparlan,2004: 40) dijelaskan secara

skematis tentang status guru, baik secara pribadi, makhluk social,

maupun secara professional. Itulah sebabnya, maka Rao membagi

status guru menjadi tiga yakni status personal, status professional

(37)

terhadap tugas dan tanggung jawab, serta kebutuhan yang perlu

dipenuhi karena status yang melekat tersebut.

a. Status personal

1. Self esteem artinya memiliki harga diri sebagai guru.

2. Vision artinya visi, yaitu memiliki pandangan, wawasan, dan

atau cita-cita tentang masa depan.

3. Commitment artinya memiliki kepedulian dan kemauan yang

keras untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.

4. Conviction artinya memiliki keyakinan diri atau percaya diri

untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

5. Aspiration artinya keinginan diri tentag sesuatu yang

dicita-citakan dalam melaksanakan tugasnya.

6. Dignity artinya memiliki harkat dan martabat sebagai

pendidik untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan

ketentuan moral dan hukum yang berlaku.

b. Status professional

9. Responsibility artinya memiliki rasa tanggung jawab yang

tinggi untuk melaksanakan tugasnya dengan

sebbaik-baiknya.

10. Autonomy artinya memiliki kemandirian untuk

(38)

11. Accountability artinya rasa tanggung jawab terhadap

proses dan hasil dalam pelaksanaan tugasnya.

12. Competence artinya memiliki kompetensi dalam

melaksanakan tugasya sesuai denga standar yang telah

ditentukan.

13. Knowledge artinya memiliki pengetahuan yang luas dan

keahlian untuk dapat mengemban tugasnya.

14. Teacher Reaserch artinya dapat merancang dan

melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan tugasnya

sebagai guru.

15. Publication artinya dapat menyampaikan laporan tentang

pelakanaan tugasnya atau menerbitkan tulisan atau hasil

pelaksanan tugasnya terhadap public.

16. Professional organization artinya secara aktif dapat

mengikuti kegiatan organisasi pembinaan profesionalisme

guru.

17. Participative management artinya dapat bereperan serta

aktif dalam kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan

(39)

c. Status Sosial

12. Salary artinya menerima dan memiliki gaji yang memadai

sesuai dengan beban tugasnya.

13. Minimum working standart artinya memperoleh standar

ketja yang layak selaras dengan statusnya.

14. Welfare and fringe benefits artinya memperoleh

kesejahteraan yang memadai dan insntif tambahan yang

wajar sesuai tanggung jawabnya sebagai guru.

15. Respect artinya memperoleh penghargaan dari

masyarakat.

16. Communit standing artinya memperoleh dan dapat

melaksanakan kerjasama kemitraan dengan steakholder

pendidikan, kususnya orang tua siswa dan masyrakat.

17. Trust artinya memperoleh kepercayaan dari masyarakat.

18. Leadership artinya dipandang sebagai panutan bagi warga

masyarakat.

Dalam melaksanakan peran dan tugasnya, guru memiliki

berbagai status yang dapat diklasifikasikan antara lain sebagai

berikut. Guru sebagai pegawai negeri sipil, guru sebagai tenaga

(40)

3. Peran dan Fungsi Guru

Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak

terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar,

dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan

integrative, yang satu tidak dapat dipidahkan dengan yang lainnya.

Misalnya, seseorang yang dapat mendidik tetapi tidak memiliki

kemampuan membimbing, mengajar, dan melatih, maka ia tidak dapat

disebut sebagai guru yang paripurna. Seterusnya, seseorang yang

memiliki kemampuan mengajar, tetapi tidak memiliki kemampuan

mendidik, membimbing, dan melatih, juga tidak dapat disebut sebagai

guru sebenarnya. Guru harus memiliki kemampuan tersebut,

keempat-empatnya secara paripurna. Keempat kemampuan tersebut secara

terminologys akademis dapat dibedakan antara satu dengan yang lain.

Namun, dalam kenyataan praktik dilapangan, keempat hal tersebut

harus menjadi satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisah.

Meskipun demikian, seorang guru adalah manusia biasa. Ia sama

sekali bukan manusia super yang tanpa cacat. Guru adalah manusia

biasa yang sekaligus memiliki kelebihan dan kekurangan. Itulah

sebabnya, keempat kemampuan harus dimiliki oleh seorang guru

berada dalam generasi yang beraneka ragam. Ada guru yang memiliki

kelebihan dalam satu kemampuan, tetapi kurang dalam kemampuan

yang lainnya. Sebagai contoh. Ada guru yang dapat dijadikan panutan

(41)

pengetahuan yang akan ditransfer melalui proses belajar. Demikian

seterusnya, dengan kemampuan membimbing atau melatih.

Secara ideal, seorang guru sebaiknya memang harus memiliki

banyak pengetahuan dan keterampilan. Namun kompetensi akademis

pokok yang harus dimiliki adalah sebagai guru pengajar, yakni lebih

memiliki kemampuan dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan

teknologi pada peserta didik. Adapun kemampuan yang lainnya

sebagai pendukung terhadap kemampuan utamanya tersebut yakni;

1. Guru sebagai pendidik, guru lebih banyak sebagai sosok panutan

yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan

diteladani oleh siswa.

2. Guru sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan

yang luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu untuk

ditransfer kepada siswa.

3. Guru sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan

untuk dapat membimbing siswa, memberikan dorongan

psikologis agar siswa dapat menepikan factor-faktor internal dan

factor eksternal yang akan mengganggu proses pembelajaran

didalam dan diluar sekolah, serta memberikan arah dan

pembinaan karis siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan

(42)

4. Sebagai pelatih, guru harus memberikan sebanyak mungkin

kesempatan bagi siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau

teori kedalam praktik yang akan digunakan langsung dalam

kehidupan.

4. Profesi keguruan

1. Kode Etik Profesi Keguruan

Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu

harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian, jabatan

dokter, notaris, arsitek, guru dan lain-lain yang merupakan bidang

pekerjaan profesi sendiri mempunyai kode etik. Sama halnya dengan

kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum

memiliki pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan

beberapa pengertian kode etik, antara lain:

1. Pengertian kode etik

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian.Pasal 28 Undang-Undang ini

dengan jelas menyatakan bahwa “pegawai Negeri Sipil

mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan

perbuatan di dalam dan di luar kedinasa.” Dalam penjelasam

Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya

Kode Etik ini, pegawai negeri sipil sebagai aparatur Negara,

(43)

tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan

dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya, dalam Kode

Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip

pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai

negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik

merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di

dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni

sebagai ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru

Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku

guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan

pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari

pendapat Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan

bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur

pokok yakni: (1) sebagai landasan moral. (2) sebagai pedoman

tingkah laku.

Dari uraian tersebut kelihatan, bawa kode etik suatu

profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap

anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan

dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi

petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimanan mereka

melaksanakan profesinya dan larangan-larangannya, yaitu

(44)

dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah

laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya

sehari-hari di masyarakat.

2. Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu

profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan

organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan

kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1970):

1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan profesi. Setiap kode

etik akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan

anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik

profesi terhadap dunia luar.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para

anggotanya. Kode etik juga sering mengandung

peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang

tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam

berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah

mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya

(45)

4. Untuk meningkatkan mutu profesi. Untuk meningkatkan

mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan

anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka

diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif

berpartisipasi dalam membina organisasi dan

kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

Dari uraian ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi

menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat

profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,

meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan

mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

3. Kode Etik Guru Indonesia

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai

himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang

tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu system yang

utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah

sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru

warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdian sebagai

guru, baik dalam maupun di luar sekolah serta dalam

(46)

Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting

untuk pembentukan sikap professional para anggota profesi

keguruan.

Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru

Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh

seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari

seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres XIII di

Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam

Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta, adapun teks

Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut

adalah sebagai berikut.

4. Naskah Kode Etik Guru Indonesia

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah

bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa,

dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru

Indonesia yang berjiwa pancasila dan setiap pada

Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas

terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia

terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomi

(47)

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk

membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa

Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik

sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptaka suasana sekolah sebaik-baiknya yang

menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarat sekitarnya untuk membina peran peserta dan rasa

tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan

dan kesetiakawanan social.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu

organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam

(48)

5. Sikap Profesional Keguruan Terhadap Peserta Didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas ditulis bahwa : Guru

berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung

beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam

menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan pendidikan nasional,

prinsip membimbing, dan prinsip pembentuk manusia Indonesia

seutuhnya.

Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU

No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk

manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip lain ialah

membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja.

Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara dala sitem amongan. Tiga kalimat padat yang terkenal dari

system itu ialah ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangun karso, tut

wuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan

harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan

harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung

maksut membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya

sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani, berarti guru

mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau

mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti sikap

(49)

berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik., apalagi

memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri

handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang

manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh baik jasmani maupun rohan,

tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Guru dalam

mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau

perkembangan intelekual saja, tetapi juga harus memperhatikan

perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani,

sosial maupun lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini

dimaksud akan nantinya peserta didik dapat menjadi manusia yang

mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan sebagai insan dewasa.

Peserta didik tidak dipandang sebagai objek semata yang haus tunduk

dan patuh pada kemauan guru. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan

sebagai seorang guru dalam memperlakukan peserta didik yakni, guru

harus memahami perbedaan individu peserta didik, guru harus bisa

menjalin komunikasi dengan peserta didik, guru harus memandang

positif peserta didik, serta guru juga harus bisa menilai kemampuan

peserta didik secara objektif dan tidak ketingggalan bahwa guru dituntut

(50)

6. Etika Guru Terhadap Rekan Sejawat

Sekolah adalah sebuah organisasi, dimana di dalamnya terdapat

sekumpulan manusia yang bekerja secara bersama-sama untuk

mencapai suatu tujuan. Sekumpulan manusia tersebut adalah guru dan

tenaga kependidikan, sedangkan tujuan tersebut adalah visi sekolah

yang hendak dicapai. Keberhasilan sekolah mencapai visinya sangat

ditentukan oleh kemampuan guru dalam bekerjasama. Adapun

faktor-faktor yang harus dimiliki oleh seorang guru terhadap rekan sejawat

antara lain adalah, guru harus bisa mengenal dan memahami

kepribadian rekan sejawat agar bisa saling bekerja sama. Ada beberapa

faktor yang menjadikan guru enggan saling bekerja sama dalam

mencapai tujuan sekolah seperti adanya pembedaan antara guru senior

dan guru junior, adanya pembedaan perlakuan antara guru PNS dan Non

PNS, adanya ketidakjelasan aturan kerja sekolah, adanya ketidaksamaan

visi sekolah, adanya kelompok-kelompok tertentu di sekolah, dan lain

sebagainya. Itulah sebabnya, sebaiknya guru berupaya untuk saling

mengenal dan memahami kepribadian rekan sejawatnya agar perbedaan

kepribadian antara mereka tidak menjadi jurang pemisah yang

menghambat mereka untuk saling bekerjasama. Menjalin silaturahmi

dengan rekan sejawat dapat dapat dijadikan sebagai cara yang

digunakan oleh guru untuk mengenal dan memahami kepribadian rekan

(51)

Faktor selanjutnya adalah menjalin komunikasi dengan rekan

sejawat untuk kepentingan penddikan. Sama seperti manusia lainnya,

guru juga merupakan makhluk social. Ketika menjalankan tugasnya

sebagai pendidik dn pengajar, guru memerlukan bantuan orang lain,

termasuk guru lainnya. Hal itu dapat dilakukan oleh guru manakala ia

bisa bekerjasama dengan guru lainnya. Selain dengan modal mengenal

dan memahami kepribadian rekan sejawatnya, kerjasama juga dapat

dengan mudah dilakukan oleh guru manakala ia dapat menjalin

komunikasi dengan rekan sejawatnya baik komunikasi personal,

komunikasi kelompok, maupun komunikasi masa. Faktor selanjutnya

yakni melakukan persaingan kerja yang positif dengan rekan sejawat

serta mengelola konflik dengan rekan sejawat.

7. Etika Guru Terhadap Masyarakat

Adapun etika yang harus dimiliki seorang guru terhadap masyarakat

anata lain adalah menyesuaikan diri dengan adat istiadat masyarakat.

Kata masyarakat sudah sangat familiar ditelinga. Masyarakat adalah

sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu

kebudayaan yang mereka anggap sama. (alwi, 2002:721). Berdasarkan

pengertian tersebut maka masyarakat dapat diartikan sebagai

sekelompok individu yang berbeda pada suatu wilayah yang terikat oleh

suatu adat-istiadat di wilayah tersebut. Eksistensi adat istiadat pada

(52)

budaya yang dibuat oleh masyarakat, norma-norma yang dipatuhi oleh

masyarakat, dan mata pencaharian masyarakat. Adat-istiadat disetiap

wilayah yang ditempati oleh suatu masyarakat pun berbeda-beda.

Perbedaan tersebut menjadikan seorang individu, termasuk guru

harus bisa menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat di mana

ia tinggal, menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat di sekitar

sekolah tempat ia mengajar, maupun menyesuaikan diri dengan

adat-istiadat masyarakat lainnya yang sering ia singgahi. Ada beberapa

langkah yang dapat dilakukan oleh guru agar ia dapat menyesuaikan diri

dengan masyarkat yakni antara lain adalah menjalin komunkasi dan

kerjasama dengan masyarakat. Komunikasi antara guru dengan

masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Namun sebaiknya guru memilih berkomunikasi secara langsung dengan

masyarakat, itu dikarenakan dalam hidup bermasyarakat guru dituntut

untuk lebih intens bertatap muka, bertemu, berkumpul, dan berbicara

mengenai berbagai hal positif dengan masyarakat.Langkah selanjutnya

adalah menjadi partisipan dalam lembaga atau organisasi

kemasyarakatan misalnya menjadi partisipan maupun pengurus karang

taruna, koprasi unit desa dan lain sebagainya.

Kemudian dalam keseharian di masyarakat, guru juga harus bisa

menjadi sosok yang ucapannya “digugu” atau didengar dan perilakunya

ditiru oleh masyarakat. Mudahnya guru harus bisa menjadi teladan bagi

(53)

Muhammad Saw, keberhasilan beliau dalam membentuk masyarakat

Madinah yang berkarakter adalah karena beliau menjadi ssosok yang

(54)

BAB III

PAPARAN DAN TEMUAN PENELITAN

Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga berdiri pada tanggal 25 Mei

tahun 1968 berdasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor: 191/UUK-3/1969 yang pada waktu itu berisi tentang memberi

peningkatan status SMEA persiapan menjadi SMEA Negeri. Sehingga,

berdasarkan keputusan Menteri tersebut, SMEA persiapan Salatiga menjadi

SMEA Negeri Salatiga.

Awalnya, SMEA Negeri masih menumpang di gedung SMEP Negeri

Salatiga atas dasar jasa baik dari Kepala SMEP Negeri Salatiga yang

meminjamkan 4 lokal untuk SMEA Negeri. Kegiatan pembelajaran di sini

dilakukan pada siang hari. Dan pada tahun selanjutnya, SMEA Negeri

menempati gedung bangsal kesenian milik SPG Negeri Salatiga. Meskipun

sudah tidak masuk siang lagi, pada saat melakukan kegiatan pembelajaran di

gedung ini sering terjadi keributan karena ruang yang luasnya berkisar 300m2 ini dibagi menjadi lima ruangan dengan sekat dinding bambu yang masih

berlubang-lubang sehingga terjadi polusi suara.

Pada tahun 1970 SMEA Negeri Salatiga mendapat pinjaman 4 lokal lagi

milik SMA Negeri di Jalan Kemiri walaupun dengan syarat masih harus

menyelesaikan bangunannya terlebih dahulu. Kendala baru yang ditemui adalah

(55)

di SPG Negeri ke kelas yang ada di SMA Kemiri kurang lebih 2 km dengan

hanya mengayuh sepeda.

SMEA Negeri Salatiga yang masih diliputi dengan penuh perjuangan, pada

tahun 1973 atas perkenaan Bapak Walikotamadya Salatiga, yang pada saat itu

dijabat oleh Bapak Letkol. S.Soegiman diberi izin untuk menempati gedung

bekas Sekolah Cina milik BAPERKI yang digunakan untuk proses belajar

mengajar. Pada mulanya gedung hanya terdiri dari enam lokal saja, yang

kemudian seiring bertambah tahun dengan adanya bantuan BP, Pemda setempat,

dana pelita 1983 dan 1984, ruang-ruang belajar tersebut di rehab sehingga

menjadi lebih baik. Pada akhirnya SMEA Negeri Salatiga telah selesai

dibangunkan oleh Negara. Gedung yang baru di lokasi Desa Kembangarum

kurang lebih luas tananhnya 15.000 m2 dan ruang teori ada 18 kelas. Kemudian, SMEA Negeri Salatiga menempati gedung barunya pada tanggal 1 Agustus

1992. Boyongan keluarga besar SME Negeri Salatiga beserta alat-alatnya

dilaksanakan dengan upacara yang dihadiri pula oleh Bapak Kakanwil

Depdikbud Propinsi Jateng beserta ibu dan para pejabat setempat. Pada saat

boyongan, baru kelas I dan kelas II yang pindah ke lokasi baru, adapun kelas III

tetap berada di lokasi Jl. Jend. A. Yani 14 Salatiga hingga akhir Maret 1993.

Pengembangan SMK 1 menjadi SMK Besar terjadi pada tahun pertama

2004-2005 menerima 10 kelas, terdiri dari akuntansi 2 kelas, Administrasi

Perkantoran 2 kelas, Penjualan 2 Kelas, Tata Busana 2 kelas, Tata Boga 2 Kelas,

dan Tata Kecantikan 1 kelas. Pada Tahun kedua dan ketiga (2005-2006 dan

(56)

keahlian 2 kelas, sehingga komposisi kelas saat ini yaitu kelas I 12 kelas, kelas

II 12 kelas, dan kelas III 10 kelas. Total kelas di SMK Negeri Salatiga saat ini

adalah 34 kelas.

`1. Keadaan Fisik Sekolah

Luas tanah dan denah

SMK Negeri 1 Salatiga yang beralamat di Jalan Nakula Sadewa I/3

Kel Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga memiliki luas tanah

keseluruhan 15.795 m2. Denah sekolah (*terlampir).

Ruang kelas

Ruang-ruang kelas di SMK Negeri 1 Salatiga berukuran standar

sesuai standar Permen Diknas No. 20 Tahun 2008 yaitu 18 x 9 m. Ruang

kelas ini sudah layak digunakan untuk proses belajar mengajar dengan

kapasitas menampung sebanyak 36 siswa. Jumlah ruang kelas di SMK

Negeri 1 Salatiga yaitu sebanyak 39 kelas.

Ruang laboratorium

Terdapat dua ruang laboratorium di SMK Negeri 1 Salatiga yaitu

meliputi laboratorium umum dan laboratorium kejuruan. Laboratorium

umum antara lain Lab Komputer/KKPI, Lab. Bahasa, Lab. Ipa, Lab

Kesenian, Lab. Agama, Lab. Olahraga (lapangan). Sedangkan

laboratorium kejuruan adalah sebagai berikut:

1. Lab. Perkantoran (Lab. Mengetik, Lab. Model kantor, Lab.

(57)

2. Lab. Pemasaran (Lab. Pembelajaran dan lab. Pertokoan) = 10 x

12 m.

3. Lab Akutansi (Lab akutansi) = 10 x 12 m.

4. Lab. Kecantikan (Lab. Kecantikan Rambut) = 10 x 12 m.

5. Lab. Busana (Lab. Menjahit dengan mesin cepat dan lab.

Menjahit dengan mesin biasa/manual) = 9 x 12 m.

6. Lab. Boga (Lab. Kitchen dan lab. pastry) = 9 x 12 m

Bangunan Fisik

1. Ruang kelas luasnya 252 m2

2. Ruang kepala sekolah luasnya 24 m2

3. Ruang guru luasnya 120 m2

4. Ruang tata usaha luasnya 84 m2

5. Ruang BP luasnya 35 m2

6. Ruang laboratorium

7. Ruang UKS luasnya 30 m2

8. Masjid dengan luas 105 m2

9. Ruang aula dengan luas 288 m2

10. Perpustakaan dengan luas 170 m2

11. Ruang OSIS dengan luas 28 m2

(58)

Ruang toko

Ruang toko terdiri atas kantin dan koperasi. Kantin di SMK

Negeri 1 Salatiga diberi nama kantin kejujuran. Kantin ini menjual

makanan, minuman dan perlengkapan kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan koperasi menjual perlengkapan siswa disetiap unit

produksinya.

Ruang fotocopy

Ruang fotocopy luasnya 8 m2. Ruangan ini berfungsi untuk

memberikan pelayanan akses fotocopy untuk seluruh warga sekolah

SMK Negeri 1 Salatiga. Penugasannya dilakukan oleh siswa kelas

XI.

Ruang bank mini

Ruang bank mini melayani transaksi menabung karena bank mini

ini bertujuan untuk melatih siswa siswi agar gemar menabung. Bank

mini selain melayani siswa juga melayani guru dan karyawan.

Penugasannya dilakukan oleh siswa kelas XI.

Ruang penggandaan

Ruang ini berisi kumpulan data-data tiap ruang di SMK Negeri 1

Salatiga yang nantinya akan dikirim ke Dinas sebagai penjaaminan

mutu.

Kamar mandi

Kamar mandi di SMK Negeri 1 Salatiga jumlahnya sudah cukup

(59)

lokasi 1 digunakan untuk guru dan karyawan, dan lokasi 2, 3

digunakan untuk semua siswa.

Lapangan olahraga

Lapangan olahraga terdiri atas dua tempat yaitu lapangan basket

dan lapangan voli. Lapangan basket luasnya 427,5 m2, sedangkan lapangan voli luasnya 162 m2.

Green house

Green house merupakan rumah kaca yang didalamnya terdapat

banyak tanaman hijau yang sengaja dirawat sebagai bentuk

kepedulian terhadap lingkungan dan juga sebagai wahana untuk

belajar.

Lahan parkir

Fasilitas lainnya yaitu tempat parkir. Tempat parkir yang tersedia

yaitu tempat parkir bagi karyawan, guru, tamu dan siswaa. Untuk

parkir guru dan karyawan berada di samping, tamu di depan ruang

TU dan siswa di bagian dalam.

Tempat komposing/ daur ulang

Tempat ini digunakan sebagai tempat komposing atau tempat

mendaur ulang sampah yang bukan anorganik.

2. Keadaan Lingkungan Sekolah

Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah

Jenis bangunan yang mengelilingi SMK Negeri 1 Salatiga yaitu

(60)

Perkampungan yang mengelilingi SMK Negeri 1 Salatiga yaitu

perkampungan Kembang Arum.

Kondisi lingkungan sekolah

Tingkat kebersihan : kebersihan lingkungan sekolah bersih. Hal ini

dikarenakan sekolah menyediakan tempat sampah yang mencukupi

dan tersebar di setiap ruang dan lingkungan sekolah. Semua warga

sekolah SMK Negeri 1 Salatiga memiliki perhatian dan kepedulian

yang penuh akan kebersihan sekolah.

Tingkat kebisingan: Tingkat kebisingan ssekitar sekolah normal.

Bahkan jalan raya yang ada didekat sekolah tidak terlalu ramai

sehingga tidak menimbulkan kebisingan seperti jalan raya pada

umumnya.

Sanitasi: sanitasi lingkungan sekolah sudah cukup memadai. Tidak

terdapat sampah yang berserakan disekitar sekolah, proses

pembuangan sampah/TPS dilingkungan sekitar dikelola oleh

masyarakat dan pihak pengelola sampah oleh pemerintah.

Jalan penghubung dengan sekolah: kondisi jalan penghubung

disekolah dapat dikatakan baik. Kualitas jalan sudah diaspal

semua. Selain itu, letak SMK Negeri 1 Salatiga juga strategis

sehingga memudahkan dalam hal transportasi umum maupun

(61)

Kondisi masyarakat sekitar: Pemukiman warga perkampungan.

Kebanyakan warganya bekerja sebagai pegawai negeri dan

wiraswasta.

3. Fasilitas Sekolah

Ruang Kepala Sekolah

Ruang kepala sekolah terpisah dari ruang guru. Kepala sekolah

memiliki ruangan sendiri dengan maksud salah satunya agar kepala

sekolah dapat lebih konsentrasi dalam penyelenggaraan

kepemimpinan di sekolah. Fasilitas yang ada di ruang kepala sekolah

yaitu: perabot meneler, laptop, printer, telephone, 1 set sofa, jam

dinding, kamar mandi dalam, serta wifi.

Ruang guru

Ruang guru memiliki luas 120 m2 dengan jumlah satu buah. Di

SMK Negeri 1 Salatiga ruang guru difasilitasi perabotan mebeler,

komputer, printer, dispenser, jam dinding, loker, wifi.

Ruang BK dan BP

SMK Negeri 1 Salatiga juga memiliki ruang BK yang

menyediakan fasilitas berupa bimbingan penyuluhan atau

bimbingan konseling dengan tujuan untuk membantu para siswa

agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa tersebut

dengan seoptimal mungkin dengan cara pemahaman diri,

pemahaman nilai, dan pemahaman pembahasan lingkungan. Adapun

(62)

1. Menciptakan suasana tertentu agar tidak timbul masalah yang

dapat mengganggu PBM dan pengembangan dirinya.

2. Menyalurkan siswa ke bidang studi yang sesuai dengan bakat,

minat siswa.

Ruangan BK yang memiliki luas 35 m2 ini memberikan pelayanan bimbingan serta peenyuluhan kepada seluruh siswa.

Pelayanan ini tentunya diberikan oleh guru BK SMK Negeri 1

Salatiga sesuai dengan jadwal pelajaran para siswa yang dilakukan

secara teratur, terencana dan berkesinambungan. Fasilitas yang ada

di ruang BK ini adalah perangkat mebeler, ruang tamu, komputer,

printer, jamdinding, loker dan wifi.

Ruang Tata Usaha

Ruang tata usaha yang melayani administrasi bagi siswa

memiliki luas 84 m2. Guna melakukan pelayanan administrasi tersebut, ruang TU di beri fasilitas seperti halnya ruang lain yang

meliputi kursi staf, mesin fax, perabotan mebeler, komputer, printer,

jam dinding, kipas angin, dispenser, loker dan wifi.

Ruang OSIS

Ruang OSIS memiliki luas 28 m2, ruangan ini digunakan sebagai tempat organisasi para siswa yang belajar di SMK Negeri 1

Salatiga di bawah wewenang pihak sekolah, OSIS juga digunakan

(63)

dengan berbagai fasilitas antara lain Kursi, meja, komputer,almari

dan papan tulis pengurus.

Perpustakaan

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga memiliki

sebuah perpustakaan yang luasnya 170 m2 bersebelahan dengan ruang BP. Ruang perpustakaan ini terbagi atas dua bagian yaitu

ruangan baca dan ruangan ketua perpustakaan. Perpustakaan ini

melayani peminjaman buku-buku pelajaran yang dibutuhkan oleh

siswa dan guru. Selain itu, perpustakaan juga memberi pelayanan

kepada pegawai yang memerlukan tambahan ilmu pengetahuan

ataupun hanya sekedar untuk mengisi waktu luang.

Koleksi buku-buku yang tersedia di perpustakaan antara lain

yaitu buku-buku paket dai Depdiknas sebagai buku pegangan dalam

pembelajaran pokok, buku pelengkap buku paket, buku cerita fiksi

(bukan bacaan), serta buku-buku lainnya yang dapat dijadikan

sebagai sumber belajar dan menambah ilmu pengetahuan.

Pengolahan koleksi perpustakaan sekolah dilakukan sejak buku tiba

diperpustakaan sampai tersusun rapi di rak dan siap digunakan oleh

siswa, guru maupun karyawan.

Untuk proses peminjaman buku dilayani oleh petugas

perpustakaan. Perpustakaan SMK Negeri 1 Salatiga ini memiliki

koleksi buku yang lengkap sehingga dapat menjadi salah satu faktor

Gambar

No Tabel 1. Nama Guru
Tabel 2.JUMLAH SISWA KELAS 10
Tabel 3. JUMLAH SISWA KELAS 11

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai struktur kehidupan sosial yang terjadi pada masyarakat di Kampung Kauman, kini Kauman telah mengalami perubahan yang sangat besar seiring dengan

ZAENAL

Weiss (dalam Brehm, 2002) mengatakan bahwa kelompok dengan penghasilan yang lebih rendah cenderung mengalami kesepian.. Hal

Pada Foto hasil Elektroforesis polyacrilamide terlihat bahwa jarak antara Band – Band DNA sangat dekat.Hal tersebut dapat disebabkan karena waktu yang digunakan untuk

Prajurit Kulon 1650 KK 2018 86.000.000 Pembangunan Saluran Sumolepen (Lanjutan), Pembangunan Plengsengan Buzem Pulorejo (Lanjutan), Pembangunan Saluran Tenggilis

Memberikan aliran proses perpindahan kendaraan menjadi lebih efektif dengan memperpendek jarak tempuh kendaraan selama proses persiapan kendaraan antar station mulai

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

Bila kemungkinan terbukti bahwa saya temyata malakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar