• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KOTA PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KOTA PASURUAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

10.1. Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM

bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kota Pasuruan telah mengakomodasi prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan

pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas

antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan

Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan

prinsip-

prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu

lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,

penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya

tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk

menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar

dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen

Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

(2)

Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau

UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota

dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan

iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,

peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan

daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di

bidang program dan kegiatan.

(3)

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

10.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian

Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah

dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM

bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini,

KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau

program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang

berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan

Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait

langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten.

Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer

pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan

(4)

Gambar 10. 1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam

RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti

(1)

perubahan iklim,

(2)

kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,

(3)

peningkatan

intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran

hutan dan lahan,

(4)

penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

(5)

peningkatan alih

fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

(6)

peningkatan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

(7)

peningkatan

risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah

rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap

isu-isu tersebut.

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 10.1.

Penapsan

Usulan Program Cipta Karya

Signifikan ? perlu dilaksanakan (dilampirkan) Surat Pernyataan KLHS tidak Tidak Signifikan

terhadap lingkungan

Signifikan terhadap lingkungan

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Kab/Kota

Idendifikasi Kebijakan /Rencana/Program (KRP) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Identifikasi Masyarakat dan Pemangku kepentingan lainnya

Pengkajian pengaruh KRP terhadap Lingkungan Hidup

Perumusan Alternative penggunaan KRP

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil

KLHS

(5)

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas

tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap

kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang

Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat

Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas

RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh terhadap

kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD)

dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

Tabel 10.1 Kriteria Penapisan Usulan Program / Kegiatan Bidang CK

No Kriteria Penapisan Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/tidak)

1 perubahan iklim

2

Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

3

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

4

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

5

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

6

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

7

Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

(6)

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan,

dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan

KLHS;

2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau

program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk

menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang

pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 10.2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS

Masyarakat dan Pemangku Kepentingan

Contoh Lembaga

Pembuat Keputusan a. Bupati/Walikota

b. DPRD

Penyusunan Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program

a. Dinas PU cipta karya

b. BPLHD Masyarakat Yang Memiliki

Informasi dan/atau Keahlian (Perorangan/Tokoh/Kelompok)

a. Perguruan Tinggi Atau Lembaga Penelitian Lainnya

b. asosiasi profesi

c. Forum-Forum Pembangunan Berkelanjutan Dan Lingkungan Hidup

d. LSM/Pemerhati Lingkungan Hidup

e. Perorangan/Tokoh

f. Kelompok Yang Memiliki Data Dan Informasi Berkaitan Dengan SDA

Masyarakat Terkena Dampak a. Lembaga Adat b. Asosiasi Pengusaha

c. Tokoh Masyarakat

d. Organisasi Masyarakat

(7)

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan

berkelanjutan:

1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,

ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 10.3 Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

di Kota Pasuruan

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat

Lingkungan Hidup Permukiman

Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air

Kota Pasuruan mempunyai sumber air baku dari sungai Welang, Gembng, Petung, Sodo, Kepel, dan Calung. Selain sungai, dengan adanya dam, mata air, pompa air dan sumur bor maka kebutuhan air baku di Kota Pasuruan sudah tercukupi.

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman

Persoalan banjir yang terjadi di Kota Pasuruan diakibatkan oleh buruknya saluran drainase dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah.

Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan.

Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

Ekonomi

Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan

Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

Sosial

(8)

berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

c)

Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 10.4. Tabel Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

No. Komponen

kebijakan/rencana/program Kegiatan Lokasi (Kecamatan/Kelurahan) 1 Pengembangan Permukiman

1.

2.

3.

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

1.

2.

3.

3 Pengembangan Air Minum

(9)

3.

4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1.

2.

(10)

d)

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Kota Pasuruan

Tabel 10.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Kota Pasuruan

No.

Komponen kebijakan, rencana dan/atau

program*

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-aspek Pembangunan Berkelanjutan**

Bobot Lingkungan Hidup

Permukiman Bobot Sosial Bobot Ekonomi Total

Bobot

Isu 1 Isu 2 Isu 1 Isu 2 Isu 1 Isu 2

1 Pengembangan Permukiman

1.

2.

3.

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

1.

(11)

3.

3 Pengembangan Air Minum

1.

2.

3.

4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1.

2.

(12)

2.

Perumusan

Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk

mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan

berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau

program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan

berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan

atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk

menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana,

dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau

bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau

program.

c.

Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritaspelaksanaan kebijakan,

rencana, dan/atau program.

d.

Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 10.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

No. Komponen kebijakan, rencana dan/atau

program Alternatif Penyempurnaan KRP

1 Pengembangan Permukiman

1.

2.

3.

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

1.

2.

3.

3 Pengembangan Air Minum

(13)

4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1.

2.

3.

3.

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel 10.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

No. Komponen Kebijakan, Rencana

dan/atau Program Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

1 Pengembangan Permukiman  Penanggulangan kawasan kumuh di bagian Kota

Pasuruan melalui :

 Pengembangan Perumahan vertical

 Pengembangan RUSUNAWA

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan  Pembanguna dan pengembangan koridor jalan.

 Pembanguna sarana dan prasaran penunjang

3 Pengembangan Air Minum Peningkatan jaringan air minum melalui :  Pipanisasi

 Pembangunan bak penampung  Pembangunan sumur bor 4 Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

 Pembangunan dan revitalisasi fasilitas pengendalian banjir seperti danau buatan, wadung/embung, sumur resapan, situ, tanggul sungai, tanggul laut, boezem, dan pompa air.

(14)
(15)

4.

Hasil Penilaian KLHS RTRW Kota Pasuruan

Tabel 10… Rekomendasi Perbaikan KRP RTRW Kota Pasuruan Tahun 2011

-2031

No.

Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

1 PembangunaJalan Lingkar Utara

Banjir

Alih Fungsi Lahan

Global Warming

Peningkatan Aksesbilitas

Polusi

Pengembangan wilayah pertumbuhan

ekonomidaerah/wilayah pesisir utara Kota Pasurun.

Meningkatkan aksesbilitas wilayah utara Kota Pasuruan khususnya dan kawasan regional umumnya

Meredukasi kemacetan di wilayah pusat kota.

 Berkurangnya lahan tambak kaerna dipegunakan untuk pembanguna JLU.

Menurunnya produktivitas tambak.

Berkurangnya daerah resapan air di wilayah utara.

Konflik dengan masyarakat terkait pembebasan lahan.

Polusi udara dan suara

 Program intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas tambak.

Pembebasan lahan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pengadaan sumur resapan (individu dan komunal) dan lubang biopori di permukiman kepadatan tinggi wilayah utara.

Penanaman vegetasi di sepanjang JLU untuk mereduksi polusi.

 Pada pengembangan JLU dilakukan juga penanaman vegetasi pada sisi kiri dan kanan jalan untuk mengurangu polusi udara dan suara.

Perlu penyediaan jalur hijau dan pulau jalan untuk menambah kawasan RTH.

Penyediaan Studi kelayakan AMDAL dalam proses pengembangannya.

2 Pengembangan

Kawasan Pelabuhan

Banjir

Alih Fungsi Lahan

Global Warming

Rusaknya Ekosistem Laut

Peningkatan Aksesbilitas

Polusi

 Pengembangan wilayah pertumbuhan

ekonomidaerah/wilayah pesisir utara Kota Pasurun.

Sebagai salah satu bangkitan perekonomian bagi masyarakat Kota Pasuruan.

Sebagai pusat kegiatan pesisir di kawasan utara Kota Pasuruan.

Penigkatan pelayanan transportasi laut dengan biaya murah, cepat, dan mudah

 Pengembangan kawasan pelabuhan mengurangi kawasan pelestarian hutan bakau di pesisir utara Kota Pasuruan.

 Rusaknya ekosistem pantai akibat pembangunan pelabuhan.

 Terjadi penggusuran perumahan warga yang menyewa lahan PT. PELINDO.

 Pengembangan kawasan hutan bakau sebagai RTH sempadan pantai di sekitar kawasan pelabuhan.

Pelestarian ekosistem pantai di sekitar kawasan pelabuhan.

 Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangannya.  Sosialisasi pada masyarakat,

(16)

3 Revitalisasi Industri rumah tangga mebel

 Global Warming  Polusi

 Meningkatkan perekonomian bagi masyarakat Kota

Pasuruan, terutama pada kawasan yang

 Pengembangan industry mebel jadi satu dengan dengan permukiman, mengakibatkan sedikit kesulitan dalam Pemetaannya.

Terjadi polusi udara dan limbah industry.

 Menyediakan RTH untuk kawasan resapan air guna mendukung penyediaan RTH Kota.

Penyediaan instalasi limbah untuk industry yang menghasilkan limbah berbahaya.

 Pengembangan industry mebel disertai dengan penyediaan RTH dan system pengolahan limbah (IPAL) yang berfungsi untuk mereduksi pencemaran.

Penyediaan IPAL dilakukan pada masing-masing sentra industry secara kamunal.

4 Peningkatan Pelayanan

Alih Fungsi Lahan

Global Warming

polusi

 Dengan pengembangan fasilitas akan

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.

Pengembangan kawasan Blandngan diharapkan dapat mengurangi kepadatan aktivitas masyarakat di pusat kota.

 Jika pengembangan terminal tidak diimbangi dengan penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung, dapat menyebabkan masalah baru seperti emanfaatan terminal yang tidak optimal.

 Mempertahankan keberadaan RTH yang telah ada,

sertapenambahan infrastruktur pendukung terminal sesuai dengan tipe terminal.

Peningkatan kelembagaan terminal.

 Penyediaan lahan bagi RTH untuk kawasan resapan air.

Penyediaan fasilitas pendukung pengembangan terminal yang lengkap dan memadai.

Peningkatn kelembagaan terminal.

Upaya pemenuhan akan kebutuhan hunian layak bagi masyarakat

 Pengembangan perumahan

vertical.

Pembangunan RUSUNAWA.

Rehabilitasi rumah tidak layak huni.

Penyediaan RTH taman di setiap kelompok taman.

Penanggulangan kawasan kumuh di bagian utara kota melalui :

Pengembangan perumahan vertical.

(17)

permukiman kumuh.

Menjadikan rumah sehat/layak huni.

Normalisasi den pengembangan jaringan drainase tersier di wilayah utara kota.

setiap kelompok lingkungan.

Peningkatan pelayanan persampahan di wilayah utara kota.

Normalisasi jaringan drainase tersier di wilayah utara kota.

6 Pembangunan

Pasar di

Kecamatan Bugul Kidul

 Banjir

Alih Fungsi Lahan

Global Warming

polusi

 Merupakan pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kota Pasuruan

Mengurangi tingkat pengangguran.

Pemerataan/mengurangi kesenjangan agar timbul pertumbuhan ekonomi.

 Adanya limbah pasar dan sampah.

Kemacetan pada ruas jalan yang dibangun pasar.

Berkurangnya daerah resapan air.

Meningkatnya polusi di kawasan sekitar pasar.

 Penyediaan TPS khusus bagi kawasan perdagangan.

Penyediaan saluran limbah perdagangan aga tidak mencemari lingkungan.

Perlu adanya rekayasa lalulintas.

Penyediaan RTH di kawasan perdagangan.

Penyediaan lahan parker off street yang mampu

menampung kendaraan pengguna pasar.

 Pembangunan pasar di Bugul Kidul yang dilengkapi dengan fasilitas TPS, saluran limbah, RTH, dan lahan parker off street yang memadai.

7 Pengembangan

wisata bahari terkolaborasi dengan wisata religi dan budaya

 Global Warming

polusi

 Mengembangan pelestarian kawasan bakau di pesisir utara kota.

Mengembangkan wisata bahari sehingga mampu menjadi salah satu sumber perekonomian kota.

Melestarikan wisata religi dan budaya.

 Munculnya sektor informal yang tidak terkendali.

Rusaknya ekosistem pesisir jika tidak

dikendalikan dengan baik.

Pengembangan kawasan wisata juga dapat menimbulkan limbah dan sampah.

Meningkatnya polusi kota

 Harus ada perencanaan dan pelaksanaan peletarian kembali ekosistem pesisir untuk mengganti kawasan yang sudah dieksploitasi, terutama kawasan hutan bakau dan tambak.

Penyediaan TPS khusus bagi kawasan yang dikembangkan untuk kawasan wisata pesisir.

Standarisasi ramah lingkungan untuk kendaraan paket wisata.

 Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangannya.

Penyediaan lahan bagi RTH untuk resapan air.

Standarisasi ramah

(18)

karena bertambahnya jumlah wisatawan dan kendaraan.

8 Penanggulangan Banjir

 Menanggulangi semua

dampak negatif banjir.

Mitigasi bencana banjir.

 Membuat danau buatan,

waduk atau embung di beberapa tempat termasuk di tengan kota untuk menampung kelebihan air hujan agar dapat dimanfaatkan saat musim kemarau.

Pembuatan sumur resapan supaya mempercepat aliran air.

Memanfaatkan situ-situ yang ada untuk mengembalikan keseimbangan air.

Meningkatkan tanggul plesengan penahan banjir.

Normalisasi sungai secara berkala.

Membuat tanggul laut untuk mencegah intrusi air laut maupun gelombang pasang.

Embangun boezem untuk menampung air dari saluran drainase dari catchment area serta mengurangi dampak dan resiko banjir.

Membangun pompa air, pos pantau banjir, dan bangunan

 Penyediaan RTH lebih diperluas hingga mencapai standart kota yaitu 30%, guna mengurangi bahaya banjir.

Meningkatkan kapasitas dan kualitas saluran drainase kota melalui beberapa langkah seperti yang telah disebutkan dalam alternatif mitigasi.

Pembangunan dan revitalisasi fasilitas

pengendalian banjir seperti danau buatan,

(19)

10.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha

dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun

2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan

Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Tabel 10.8 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

a) Rujukan Peraturan Perundangan

 UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS

 UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL.

 Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usahadan/atau kegiatan Wajib AMDAL

b) Pengertian Umum

 Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

 Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yangdiperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat

menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

c) Kewajiban pelaksanaan

 Pemerintah dan Pemerintah Daerah  Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL

(Pemerintah/swasta) d) Keterkaitan

studi lingkungan dengan

 Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM.

 Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan.

(20)

e) Mekanisme pelaksanaan

 pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;

 perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan

 . rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

 Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL .

 Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.

 Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya.

 Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

f) Muatan Studi Lingkungan

 Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan.

 Kajian pengaruh rencana/program dengan isu-isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan.

 Alternatif rekomendasi untuk rencana/program

 Kerangka acuan;

 Andal; dan

 RKL-RPL.

Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

g) Output  Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.

 Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

h) Outcome  Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

 segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.

 Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan

 Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan.

 Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL.

i) Pendanaan  APBD Kabupaten/Kota  Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL)

didanai oleh pemrakarsa,

 Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD,

 Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.

 Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota

j) Partisipasi Masyarakat

 Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat

(21)

dalam proses AMDAL

k) Atribut Lainnya: a. Posisi

 Hulu siklus pengambilan keputusan  Akhir sklus pengambilan keputusan

b. Pendekatan  Cenderung pro aktif  Cenderung bersifat reaktif

c. Fokus analisis  Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

 Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

d. Dampak kumulatif

 Peringatan dini atas adanya dampak komulatif

 Amat terbatas

e. Titik berat telaahan

 Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan

 Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

f. Alternatif  Banyak alternatif  Alternatif terbatas jumlahnya

g. Kedalaman  Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum

 Sempit, dalam dan rinci

h. Deskripsi proses

 Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu

 Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir

i. Fokus pengendalian dampak

 Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan

 Menangani gejala kerusakan lingkungan

j. Institusi Penilai

 Tidak diperlukan institusi yang berwenang

memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

 Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi

dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 10.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No.

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

A Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

 Luasan kawasan TPA, atau ≥ 10 ha

 Kapasitas total ≥ 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:

 luas landfill, atau semua kapasitas/

besaran

 Kapasitas Total

c. Pembangunan transfer station:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

(22)

terpadu:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:

 Kapasitas semua kapasitas

f. Composting Plant:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

 Kapasitas ≥ 500 ton/hari

B Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha

b. Kota besar, luas ≥ 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha

Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

 luas, atau ≥ 2 ha

 Kapasitas ≥ 11 m3/hari

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

 luas, atau ≥ 3 ha

 Kapasitas ≥ 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

 luas layanan, atau ≥ 500 ha

 Debit air limbah ≥ 16.000 m3/hari

C Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang: ≥ 10 km

D Jaringan Air Bersih Di Kota Besar / Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

 Luas layanan ≥ 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi

 panjang ≥ 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

(23)

Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi

dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 10.10

Tabel 10.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi

Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk

instansi penunjang:

 Luas kawasan, atau < 10 Ha  Kapasitas total < 10.000 ton

 TPA daerah pasang surut  Luas landfill, atau < 5 Ha  Kapasitas total < 5.000 ton

 Pembangunan Transfer Station  Kapasitas < 1.000 ton/hari

 Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu  Kapasitas < 500 ton

 Pembangunan Incenerator  Kapasitas < 500 ton/hari

 Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos  Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air Limbah Domestik/Permukiman

 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

 Luas < 2 ha

 Atau kapasitas < 11 m3/hari

 Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah  Luas < 3 ha

 Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

 Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

 Luas < 500 ha

 Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

c. Drainase Permukaan Perkotaan

 Pembangunan saluran primer dan sekunder  Panjang < 5 km

 Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman  Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

 Pembangunan jaringan distribusi: · luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi

 Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km  Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km  Pedesaan, Panjang : -

 Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

 Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps  Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

 Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

(24)

· Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

e. Pembangunan Gedung

 Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2. 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2.

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan Pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2. 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan

keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

 Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2. 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2.

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2. 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan

keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL.

 Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan

bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2. 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2.

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2. 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan

keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

(25)

 Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

 Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

 Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

 Luas kawasan: < 10 ha

 Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

 Luas kawasan: < 10 ha

 Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP).

 Luas kawasan: < 10 ha

h. Penanganan Kawasan Kumuh

Perkotaan

 Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

 Luas kawasan: < 5 ha

Gambar

Gambar 10. 1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Tabel 10.1 Kriteria Penapisan Usulan Program / Kegiatan Bidang CK
Tabel 10.2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS
Tabel 10.4. Tabel Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seharusnya, pada setiap model pembelajaran, siswa dengan AQ Climber memiliki prestasi belajar matematika yang sama baiknya, tetapi karena pada model pembelajaran

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing dan memberkati peneliti hingga menyelesaikan skripsi dengan judul OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN

Adalah gedung hiburan tempat mendengarkan musik (dari piringan hitam) dan berdansa atau menari mengikuti irama musik.Suasana di dalam gedung yaitu hingar-bingar, dihiasi

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif berupa deskripsi dari hasil survei primer yang dilakukan pada pihak bank dan nasabah yang digunakan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa rasio Return On Equity (ROE), ,Book Value (BV), Price Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS) Berpengaruh signifikan terhadap

Seluruh Pimpinan dan staf PT Indo Semar Sakti yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian khususnya kepada Bapak Julius Wijaya yang telah

Penerapan permainan bowling pada anak kelompok A TK Eka Puri Mandiri I Manahan dimulai dengan mengadakan observasi proses pembelajaran anak, wawancara terhadap

Membuat suatu paper yang berhubungan dengan jenis dan kegunaan isolator pada mesin listrik.. Evaluasi dilakukan dengan metoda mahasiswa harus mampu menjelaskan paper