• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 88d66ec3dc BAB I5. BAB I PENDAHULUAN NEW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 88d66ec3dc BAB I5. BAB I PENDAHULUAN NEW"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

B

BA

AB

B

I

I

P

P

E

E

N

N

D

D

A

A

H

H

U

U

L

L

U

U

A

A

N

N

1

11...111... LLLAAATTATAARRR BBBEEELLLAAAKKKAAANNNGGG

Untuk dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur seperti

yang dicita-citakan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2005-2025, diperlukan penyelenggaraan pembangunan nasional yang

mantap, termasuk penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta

Karya/Permukiman. Peran pembangunan Bidang Cipta Karya khususnya dalam

peningkatan Sosial ekonomi masyarakat Indonesia antara lain dengan (i)

mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, (ii) mewujudkan lingkungan

perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik,

berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, serta

(iii) pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang diarahkan

untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan

sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,

pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam pembangunan penyediaan prasarana dan sarana dasar kawasan perkotaan

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pendekatan lebih ditekankan pada

pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) dibandingkan pendekatan yang

ditekankan pada pengembangan ekonomi (economic development approach). Hal

ini sesuai dengan RPJPN juga mengamanatkan bahwa pembangunan bidang air

minum dan sanitasi diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat serta untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan

kebutuhan dasar ini ditekankan kembali dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan pada Rencana Strategis

kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan tahun 2015 -2019 yang

(2)

perumahan permukiman adalah meningkatkan aksesibiltas masyarakat

terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai dengan

mentargetkan Universal Access 100-0-100 pada tahun 2019 atau 100%

akses air minum, 0% permukiman kumuh dan 100% akses sanitasi.

Arahan dalam RPJPN dan RPJMN terkait pembangunan infrastruktur

permukiman merupakan amanat yang harus diemban bersama oleh

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007 bahwa Pemerintah

Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik

bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur,

pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia.

Kemudian dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah dinyatakan bahwa kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

bidang Pekerjaan umum untuk ciptakarya meliputi persampahan, Air Minum,

Air Limbah, Drainase, Permukiman, Bangunan Gedung dan Penataan Bangunan

dan Lingkungan adalah pengelolaan, pengembangan dan peyelenggaraan

masing-masing sub urusan di wilayah Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai

kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini, dimana

pemerintah daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan

mensejahterakan masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu merencanakan

pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu dengan

mendayagunakan sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sesuai

dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Di dalam Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

2015-2019 dinyatakan bahwa pengembangan permukiman tidak sekedar

sebagai pendukung sarana kebutuhan kehidupan, tetapi merupakan proses

bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk

memasyarakatkan dirinya, menampakkan jati diri, memberikan kontribusi

(3)

memiliki multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi dan wilayah,

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta penciptaan lapangan kerja.

Dalam pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach),

pengembangan prasarana dilakukan dengan target pemenuhan kebutuhan

pelayanan terhadap masyarakat yang belum terlayani. Dengan pendekatan ini,

maka orientasi pengembangan PSD diarahkan ke lokasi-lokasi permukiman yang

selama ini belum terlayani. Keuntungan dari pendekatan ini adalah target untuk

dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat relatif dapat diwujudkan.

Kelemahannya adalah karena orientasinya pada tingkat pelayanan maka penekanan

fungsi pengembangan prasarana untuk mengarahkan perkembangan wilayah akan

terabaikan.

Didalam arahan kebijakan permukiman wilayah nasional, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung termasuk dalam Kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (Kota

Pangkal Pinang) dan 2 Kota sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu Kota

Sungai Liat dan Kota Tanjung Pandan. Adapun kota-kota lainnya termasuk dalam

Kota sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sementara dalam arahan pola

pemanfaatan ruang kawasan budidaya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

termasuk dalam Kawasan Andalan Bangka dan Kawasan Andalan Belitung, yang

diprioritaskan pengembangannya secara berturut-turut yaitu prioritas 2

(2009-2013) dan prioritas 3 (2014-2018).

Untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah yang tercermin dari

meningkatnya peran perdesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi agar

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan; meningkatnya

pembangunan pada daerah-daerah terbelakang dan tertinggal; meningkatnya

pengembangan wilayah yang didorong oleh daya saing kawasan dan

produk-produk unggulan daerah; serta meningkatnya keseimbangan pertumbuhan

pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil dengan

memperhatikan keserasian pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah.

Sehingga diperlukan penyusunan prioritas dan arah kebijakan yang sangat

penting dalam meningkatakan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya

(4)

Dalam megurangi ketimpangan pembangunan wilayah maka diperlukan

berbagai strategi yang perlu ditempuh oleh pemerintah daerah dengan

pemerintah pusat antara lain dengan :

a) Keterpaduan Infrastruktur Wilayah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan

wilayah melalui percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dengan

menekankan keunggulan kompetitif perekonomian daerah berbasis sumber

daya alam yang tersedia,sumber daya manusia berkualitas, penyediaan

infrastruktur, serta meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologi secara terus

menerus untuk mendorong pengembangan wilayah tersebut perlu adanya

keterpaduan pembangunan baik antar sektor, antarwilayah, antar kawasan,

maupun antar pemerintahan;

b) Meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan

wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah-wilayah-wilayah tersebut dapat

tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan

pembangunannya dengan daerah lain;

c) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan; mewujudkan keamanan nasional yang

mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan

mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian

Indonesia sebagai negara kepulauan; serta

d) untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh

warga Negara

e) Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan,

besar, menengah, dan kecil secara hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasional;’

f) Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi yang berada di wilayah perdesaan

dengan yang berada di perkotaan;

g) Mengoperasionalisasikan ’Rencana Tata Ruang’ sesuai dengan hirarki

perencanaan (RTRW-Nasional, RTRW-Pulau, RTRW-Provinsi,

RTRW-Kabupaten/Kota) sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan

(5)

1

11...222... RRRUUUMMUMUUSSSAAANNN PPPEEERRRMMAMAASSSAAALLLAAAHHHAAANNN

Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian

Pekerjaan Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai perumus dan pelaksana

kebijakan dan standar teknis bidang Cipta Karya, mengambil inisiatif untuk

mendukung pemerintah kabupaten/kota dalam menyiapkan perencanaan

program khusus bidang Cipta Karya yang diberi nama Rencana Program

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya. RPIJM ini dikembangkan

sebagai upaya Ditjen Cipta Karya dalam melaksanakan pembangunan

infrastruktur permukiman secara merata di seluruh wilayah tanah air

dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan efektif sehingga dapat memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) merupakan suatu dokumen

yang perlu disusun sebagai dokumen perencanaan pembangunan di daerah (UU no

25/ 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional) yang mengacu kepada Propeda,

Poldas, RTRD dan lain - lain maupun visi pembangunan daerah sesuai dengan

tujuan dan cita cita bangsa Indonesia. Dokumen RPIJM harus dapat memberikan

arahan dan strategi pembangunan daerah serta kebijakan program pembangunan

yang akan dilaksanakan oleh daerah secara bersama baik pemerintah daerah, dunia

usaha maupun masyarakat yang didukung oleh pemerintah. Secara jelas RPIJM

harus dapat menggambarkan agenda ataupun rencana investasi program daerah,

aturan main ataupun pengaturan dan kebijakan yang dilakukan dalam mencapai

tujuan dan sasaran pembangunan serta adanya informasi situasi dan kondisi

daerah secara lengkap dan transparan dengan didukung oleh adanya analisis

terhadap potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh masing masing daerah.

RPIJM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran. Mengingat fungsinya

yang cukup penting, maka RPIJM sudah sepatutnya memiliki kualitas yang baik

serta disiapkan secara rasional, inklusif, dan terpadu. Oleh karena itu, dalam

rangka peningkatan kualitas RPIJM perlu dilakukan penyempurnaan

Penyusunan RPIJM. Dalam RPIJM yang baru, substansi dokumen akan

ditajamkan sesuai dengan kebijakan baru dan perubahan pengaturan terkait

(6)

mempertimbangkan kemampuan keuangan, kelembagaan daerah, serta dampak

pembangunan infrastruktur permukiman terhadap lingkungan dan kondisi sosial

setempat. Dengan RPIJM, diharapkan Pemerintah Kabupaten Bangka dapat

menggerakkan semua sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan

pembangunan infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan

pencapai sasaran nasional pembangunan bidang Cipta Karya.

1

11...333... MMMAAAKKKSSSUUUDDD DDDAAANNN TTTUUUJJJUUUAAANNN

Maksud penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka ini adalah

untuk mewujudkan kemandirian kabupaten dalam penyelenggaraan

pembangunan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, menciptakan

kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera selaras dengan tujuan

pembangunan nasional.

Sedangkan tujuan RPIJM Kabupaten Bangka adalah sebagai dokumen

yang dijadikan acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai

sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota,

maupun sumber pendanaan lainnya. RPIJM memuat rencana program dan

investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup sektor-sektor

yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya, yaitu Pengembangan Permukiman,

Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan

Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan,

dan drainase) dalam jangka waktu 5(lima) tahun kedepan.

1

11...444... KKKEEEDDDUUUDDDUUUKKKAAANNN RRRPPPIIIJJJMMM

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat

sebagai RPIJM Cipta Karya Kabupaten Bangka adalah dokumen rencana dan

program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka

(7)

Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang

mengacu pada rencana pembangunan, rencana tata ruang dan rencana

wilayah pengembangan strategis, untuk menjamin keberlangsungan

kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan

infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan

Dokumen bersifat multi sektoral, multi stakeholder, dan multi pendanaan.

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan multi sektor adalah RPIJM meliputi

sektor-sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya yaitu Pengembangan Air Minum,

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan

Permukiman, dan Penataan Bangunan dan Lingkungan. Adapun maksud

dari multi stakeholder adalah para pemangku kepentingan yang terkait turut

dilibatkan dalam proses penyusunan dan implementasi RPIJM sesuai kewenangan

dan peranannya masing-masing. Stakeholder yang terkait dalam RPIJM meliputi

pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha.

Sedangkan maksud dari multi-pendanaan adalah sumber pembiayaan

infrastruktur permukiman dalam RPIJM tidak hanya berasal dari pemerintah

pusat, tetapi juga pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta dunia

usaha dan masyarakat.

Sebagai dokumen teknis, RPIJM sudah harus menampung aspirasi

pemangku kepentingan lokal dan aspirasi masyarakat. Dalam

penyusunannya, RPIJM harus ditekankan pada proses partisipasi melalui dialog

dengan seluruh pemangku kepentingan sehingga dapat diterima oleh semua

pihak sebagai acuan pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian,

maka pembangunan infrastruktur permukiman bisa ditangani atau dibiayai

secara bersamasama oleh para pemangku kepentingan.

RPIJM tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi RPJMD ataupun

Renstra SKPD, namun RPIJM merupakan dokumen teknis operasional

pembangunan bidang Cipta Karya yang berisikan rencana investasi sesuai

kebutuhan dan kemampuan daerah. RPIJM disusun dengan mengacu pada

kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat nasional maupun daerah.

(8)

Kabupaten/Kota. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN,

RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kabupaten/Kota. Disamping itu, RPIJM juga

mengacu pada Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan

dan Strategi Perkotaan Daerah. Adapun, skema kedudukan RPIJM dalam

sistem perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilihat pada

gambar 1.1

Gambar 1.1

(9)

1

11...555... MMUMUUAAATTTAAANNN RRRPPPIIIJJJMMM

BAB I Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya, serta muatan RPIJM Bidang Cipta Karya.

BAB II Profil Kabupaten , berisi mengenai arahan kebijakan dalam skala nasional dan Bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah,

demografi dan urbanisasi, serta isu strategis Kabupaten/Kota.

BAB III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya, berisi Pada bab ini berisi arahan kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya dan rencana strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya.

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan, berisi Pada Bagian ini membahas tentang analisis sosial, ekonomi, dan lingkungan antara lain Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan analisis kemiskinan.

BAB V Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya, berisi Bagian ini membahas mengenai kebutuhan investasi, potensi pendanaan, dan

alternatif pendanaan.

BAB VI Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten, berisi Bagian ini membahas mengenai kerangka kelembagaan dan kerangka regulasi yang ada

di kabupaten.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya, berisikan Bagian ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta

Karya untuk masing-masing sektor, yaitu sektor Pengembangan Kawasan

Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengembangan SPAM,

dan Pengembangan PLP. Pada setiap sektor dijelaskan kondisi eksisting,

analisis kebutuhan, serta usulan kebutuhan program dan pendanaan

masing-masing sektor.

BAB VIII Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya, berisikan Pada bab ini berisi mengenai matriks program investasi RPIJM Kabupaten dan matriks keterpaduan program pada kawasan prioritas

Gambar

Gambar 1.1 Skema Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPI2JM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program

Bidang Cipta Karya yang terintegrasi berupa Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya , sebagai upaya mewujudkan keterpaduan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang

Laporan ini berisi tentang Pendahuluan; Profil Kabupaten Rembang; Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya; Analisis Sosial, Ekonomi

Bidang Cipta Karya, rencana dan program pembangunan infrastruktur yang terdapat pada. RPIJM dioperasionalkan melalui RPIJM Bidang Cipta Karya, untuk

Khusus untuk Bidang Cipta Karya, rencana dan program pembangunan infrastruktur yang. terdapat pada RPIJM dioperasiona lkan melalui RPIJM Bidang Cipta

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA TERHADAP KABUPATEN PEMALANG