• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TAKARAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) VARIETAS PERMATA F1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TAKARAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) VARIETAS PERMATA F1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH TAKARAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill)

VARIETAS PERMATA F1 Asep Etisna1)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi etisnaasep@yahoo.com

Undang2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Undang_msc@yahoo.com

Yaya Sunarya3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ayisunarya@yahoo.co.id

Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp. (0265) 323531 Fax (0265) 325812

ABSTRACT

The objective of this experiment was to determine the proper dose of compost on growth and yield of tomato plants. The experiment was conducted in August until November 2013, in Bolenglang. Subdistrict Kudat Kudat District, with altitude of 450 m above sea level, on the type of soil with a pH of 5.8 and latosol precipitation type C (rather wet). The experimental design used was a randomized block design (RBD) with four replications and six treatments, ie compost fertilizer with different doses consisting of A = 0 tons / ha, B = 5 tons / ha, C. = 10 tons / ha, D = 15 tons / ha, E = 20 tons / ha, and F= 25 tons / ha. The results showed that the dose of compost affect on fruit diameter and fruit weight per plot, but had no effect on plant height, number of leaves, number of fruit crop, weight per fruit, fruit weight per plant. Dose of compost 20 - 25 t/ha gave better results on the weight of fruit per plot that is equal to 50.67 kg / plot and 52.09 kg / plot or 67.56 t / ha and 69.45 t / ha

Keywords:compostfertilizer, tomato, permata F1 ABSTRAK

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui takaran pupuk kompos yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Percobaan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2013, dilingkungan Bolenglang, Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, dengan ketinggian tempat 450 m di atas permukaan laut, pada jenis tanah latosol dengan pH 5,8 dan curah hujan tipe C (agak basah). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan dan enam perlakuan, yaitu pupuk kompos sampah dengan takaran yang berbeda yang terdiri dari A = 0 ton/ha, B = 5 ton/ha, C = 10 ton/ha, D = 15 ton/ha, E = 20 ton/ha, dan F = 25 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa takaran pupuk kompos berpengaruh terhadap diameter buah dan bobot buah per petak, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah pertanaman, bobot per buah, bobot buah per tanaman. Takaran pupuk kompos 20 - 25 t/ha memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap bobot buah per petak yaitu sebesar 50,67 kg/petak dan 52,09 kg/petak atau 67,56 t/ha dan 69,45 t/ha

(2)

2

I. PENDAHULUAN

Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) termasuk komoditas sayur yang disukai oleh masyarakat luas, baik sebagai bahan masakan, minuman, maupun dikonsumsi dalam kondisi segar. Sosok buah tersebut selalu dijumpai di warung-warung kecil, pasar tradisional, maupun supermarket. Menurut data Pusdatin Kementan tahun 2008, konsumsi tomat rata-rata per kapita per tahun di Indonesia adalah 22,32kg (Wahyudi, 2012).

Tomat merupakan komoditas holtikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Penanaman tomat sebagai sayuran memang tidak bisa dihindari karena sejak semula tomat lebih banyak dipakai sebagai sayur atau lalapan. Sampai sekarang pun tomat sayuran masih tetap dicari. Padahal sesuai perkembangan, tomat juga sudah menjadi buah yang siap dinikmati. Saat ini luasan tanaman tomat secara nasional berkisar 30.000 hingga 50.000 hektar per tahun, permintaan tomat terus meningkat karena selain dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di supermarket (Emi Fitriani, 2012).

Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara (Rohendi, 2005). Pemanfaatan sampah organik dari pasar untuk dibuat kompos akan membantu mengatasi masalah sampah yang mencemari lingkungan terutama di kota besar. Selain itu kompos yang dibuat dari sampah pasar akan mengurangi ketergantungan akan pupuk anorganik yang semakin meningkat.

Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki stuktur tanah, memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap zat hara (Yovita Hety Indriani, 2013).

II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dilingkungan Bolenglang RT 05/ RW 05 Desa Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Waktu penelitian pada bulan Agustus sampai November 2013. Jenis tanah yaitu latosol dengan pH 5,8 dan ketinggian tempat 450 meter di atas permukaan laut. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: benih tomat varietas Permata F1, pupuk kompos sampah pasar sesuai perlakuan. Pupuk Urea 350 kg/ha

(3)

3

dan KCl 200 kg/ha, pestisida Furadan, pestisida Decis, fungsida Antracol. Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat pengolahan tanah, seperti cangkul, kored atau parang, ajir, meteran, hand sprayer, jangka sorong, timbangan, alat tulis, papan label, dan cuter. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen, dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: A = 0 ton/ha, B = 5 ton/ha, C = 10 ton/ha, D = 15 ton/ha, E = 20 ton/ha, F= 25 ton/ha

Pelaksanaan Percobaan terdiri dari persemaian, persiapan lahan, penanaman, pemberian pupuk, pemeliharaan, pemanenan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Rata-rata Tinggi tanaman pada umur 3, 4, 5 minggu setelah tanam.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa takaran pupuk kompos memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada umur 3, 4, 5 minggu setelah tanam (Tabel 3). Hal ini diduga karena semua unsur yang terkandung dalam tanah tersebut (terutama unsur N) telah mencukupi untuk pertumbuhan vegetatif. Selain itu, faktor lingkungan yang mendukung dengan baik, diantaranya suhu pada lahan percobaan termasuk suhu yang optimum yang berfungsi baik dan stabil untuk pertumbuhan tanaman tomat (Sri Setyadi Harjadi, 1993).

Salah satu faktor yang dapat menentukan respon tanaman dipengaruhi oleh keadaan suatu lahan yang didalamnya memiliki kandungan unsur-unsur yang dapat meningkatkan pertumbuhan suatu tanaman (Heru Prihmantoro, 2006). Karakteristrik suatu individu ditentukan oleh faktor genetik yang ditunjang oleh faktor lingkungan. Apabila kedua faktor tersebut tidak mendukung maka penampilan fenotif akan lebih jelek dari potensi genetiknya, serta tidak tumbuh baik yang menyebabkan tanaman terhambat. Jenis tanah berpengaruh dalam menentukan jumlah dan perimbangan unsur hara (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Perlakuan

Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

3 mst 4 mst 5 mst A (0 ton/ha) 64,09 a 68,64 a 70,09 a B (5 ton/ha) 68,06 a 72,83 a 77,64 a C (10 ton/ha) 67,81 a 70,12 a 73,09 a D (15 ton/ha) 62,12 a 66,91 a 67,56 a E (20 ton/ha) 72,22 a 75,16 a 78,00 a F (25 ton/ha) 72,94 a 74,06 a 77,24 a

(4)

4

Tabel 2. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Rata-rata Jumlah daun pada umur 3, 4, 5 minggu setelah tanam.

Pemberian pupuk kompos dengan berbagai takaran yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap semua umur pengamatan, hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang mendukung dan sesuai dengan komoditi tersebut, adapun faktor yang mendukung yaitu iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan. Iklim yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang sedang.

Menurut Liliek Agustina (1990), bahwa respons tanaman terhadap pemberian pupuk kompos mencapai hasil yang maksimum pada zone defisiensi (kekurangan), tetapi pada zone kecukupan tidak meningkat, sehingga pupuk yang diberikan baik dengan takaran pupuk kompos 5, 10, 15, 20 dan 25 ton/ha akan tetap sama. Hal ini menunjukkan nutrisi tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat.

Menurut Hasan Basri (1992), bahwa pertumbuhan dari organ penyimpanan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor-faktor ini secara langsung juga dipengaruhi oleh lajunya proses fotosintesa. Pengaruh faktor-faktor pembatas di atas bekerja melalui perubahan-perubahan status hara pada tanaman yang akhirnya menentukan laju fotosintesis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif.

Tabel 3. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Diameter Buah

Pemberian pupuk kompos D ( 15 t/ha) menunjukkan hasil yang lebih baik dari perlakuan A (0 t/ha), dan C ( 25 t/ha), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan, B (5 t/ha), F ( 25 t/ha) dan E ( 20 t/ha). Hal ini menunjukan bahwa pupuk kompos sebanyak 15 t/ha

Perlakuan

Rata-rata Jumlah Daun (helai)

3 mst 4 mst 5 mst A (0 ton/ha) 53,17 a 57,21 a 58,15 a B (5 ton/ha) 74,20 a 72,13 a 67,50 a C (10 ton/ha) 62,85 a 62,50 a 65,15 a D (15 ton/ha) 60,00 a 68,12 a 65,31 a E (20 ton/ha) 72,22 a 75,00 a 79,78 a F (25 ton/ha) 65,94 a 68,63 a 71,22 a

Perlakuan Diameter Buah (cm)

A ( 0 ton/ha) 4,21 a B (5 ton/ha) 4,94 abc C (10 ton/ha) 4,65 ab D (15 ton/ha) 5,62 c E (20 ton/ha) 5,15 abc F (25 ton/ha) 5,25 bc

(5)

5

memiliki kandungan hara yang sudah mencukupi, sehingga berpengaruh baik terhadap diameter buah tomat. Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukan manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil ( Sumpena, 2007). Tabel 4. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Jumlah buah per tanaman

Pemberian pupuk kompos dengan berbagai takaran yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Hal ini disebabkan karena kultivar yang digunakan dalam hal memperoleh unsur hara, air, dan cahaya sama, sehingga pada pertumbuhan fase generatif tomat relatif seragam. Pada hasil analisis jumlah buah per tanaman terlihat bahwa hasil yang didapatkan relatip sama, karena pada setiap penambahan takaran yang dilakukan merespon terhadap pertumbuhan yang menyebabkan jumlah buah pertanaman yang dihasilkan semakin banyak, sehingga potosintat yang dihasilkan menjadi banyak. Menurut Suparyono dan Setiyono (1993), menyatakan bahwa fase pertumbuhan vegetatif tanaman akan mempengaruhi fase generatif tanaman untuk memperoleh komponen hasil yang maksimal.

Tabel 5. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Bobot per buah

Pemberian takaran pupuk yang berbeda, tidak berbeda nyata terhadap bobot per buah. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk kompos akan memberikan pengaruh sifat fisik dan biologi tanah yang menjadi lebih gembur, sehingga tata ruang dalam tanah akan lebih baik, selain itu pula pemberian pupuk yang tepat pada dasarnya akan berpengaruh pada akar tanaman sehingga pertumbuhan akan baik karena unsur hara dari dalam tanah yang diambil oleh akar di translokasikan keseluruh tubuh tumbuhan, hingga tumbuhan akan tumbuh seragam. Pada dasarnya dengan terciptanya media tanam yang cocok maka bagian tanaman yang ada di dalam tanah (akar tanaman) dapat tumbuh lebih sempurna sehingga dapat

Perlakuan Jumlah Buah per tanaman ( butir)

A ( 0 ton/ha) 25,44 a B (5 ton/ha) 28,25 a C (10 ton/ha) 28,34 a D (15 ton/ha) 29,31 a E (20 ton/ha) 28,54 a F (25 tonha) 28,91 a

Perlakuan Bobot per buah (g)

A ( 0 ton/ha) 37,47 B (5 ton/ha) 40,28 C (10 ton/ha) 43,30 D (15 ton/ha) 40,58 E (20 ton/ha) 41,51 F (25 tonha) 43,94

(6)

6

meningkatkan seluruh pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen selain itu pemberian pupuk dapat memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal dan hasil panen yang optimal apabila memperhatikan takaran pemupukan, waktu pemupukan dan cara pemupukan (Bambang Cahyono, 2003).

Tabel 6. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Bobot buah per tanaman

Hasil bobot buah per tanaman menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap pemberian takaran pupuk kompos yang berbeda. Hal ini disebabkan karena tanah yang ditanami memiliki unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman sehingga hasil buah yang didapat cukup seragam.

Menurut Bambang Cahyono (2003). Menyatakan bahwa dengan terciptanya media tanam yang cocok maka bagian tanaman yang ada di dalam tanah (akar tanaman) dapat tumbuh lebih sempurna sehingga dapat meningkatkan seluruh pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen selain itu pemberian pupuk dapat memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal dan hasil panen yang optimal apabila memperhatikan takaran pemupukan, waktu pemupukan dan cara pemupukan. Selain itu juga faktor lingkungan yang mendukung dengan baik sehingga berpengaruh terhadap bobot buah per tanaman.

Tabel 7. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Bobot buah per petak dan per hektar

Takaran pupuk kompos memberikan pengaruh nyata terhadap bobot buah per petak. Dimana perlakuan F menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan A, B, C, dan D. Tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan E.

Perlakuan Bobot Buah per tanaman (kg)

A ( 0 ton/ha) 3,50 a B (5 ton/ha) 4,46 a C (10 ton/ha) 4,25a D (15 ton/ha) 5,44a E (20 ton/ha) 4,76a F (25 tonha) 5,37 a Perlakuan Total (kg/petak) Total (t/ha) A (0 ton/ha) 45,83 a 61,10 B (5 ton/ha) 46,33 a 61,77 C (10 ton/ha) 47,94a 63,92 D (15 ton/ha) 47,37 a 63.16 E (20 ton/ha) 50,67b 67,56 F (25 ton/ha) 52,09 b 69,45

(7)

7

Hal ini disebabkan karena pupuk kompos dengan takaran 20 dan 25 t/ha memiliki kandungan unsur hara yang lebih banyak dalam tanah, sehingga lebih tersedia hara yang di serap oleh tanaman, dan perlakuan A,B,C dan D tidak berbeda nyata. Hal ini ini di sebabkan karena pada fase generatif tanaman memerlukan unsur hara yang cukup untuk tanaman.

Menurut Yovita Heti Indriyani (2013). Menyatakan bahwa pengomposan atau dekomposisi merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologi dalam suhu tinggi dengan hasil akhir bahan yang cukup baik untuk digunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan

Pada dasarnya pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah, tetapi juga faktor iklim, sejalan dengan pendapat (Hasan Basri, 1992) fase genertif atau pemasakan tanaman ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan yang meliputi lama penyiraman hama dan penyakit, suhu, air, kelembaban, dan sebagainya selama musim tumbuh yang dapat memperoleh hasil yang maksimum.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Takaran pupuk kompos berpengaruh terhadap diameter buah dan bobot buah per petak, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah pertanaman, bobot per buah, bobot buah per tanaman.

2) Takaran pupuk kompos 20 - 25 t/ha memberikan hasil yang lebih baik terhadap bobot buah per petak yaitu sebesar 50,67 kg/petak dan 52,09 kg/petak atau 67,56 t/ha dan 69,45 t/ha.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di lapangan, maka disarankan:

1) Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian pupuk kompos sampah pasar untuk mendapatkan takaran yang optimum dengan hasil yang lebih baik 2) Dianjurkan untuk memberikan pupuk kompos sebesar 25 t/ha untuk meningkatkan hasil

(8)

8

V. DAFTAR PUSTAKA

Bambang Cahyono. 2003. Bertanam Tomat Aneka Ilmu. Semarang

Emi Fitriani. 2012. Untung Budidaya Tomat di Berbagai Media Tanam. Yogyakarta ; Pustaka Baru Press

Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Pers. Jakarta

Heru Prihmantoro, 2006. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta Liliek, Agustina. 1990. Nutrisi tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.

Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta, sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.

Rosmarkam, A danYuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta :Kanisius. Sri Styati Harjadi. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta

Suparyono dan Setiyono. 1993. Padi. Penebar swadaya. Jakarta

Sumpena , U. 2007. Budidaya Mentimun Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wahyudi. 2012. Bertanam Tomat di Dalam Pot & Kebun Mini. Jakarta Selatan ; PT AgroMedia Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Rata-rata Tinggi tanaman pada   umur 3, 4, 5  minggu setelah tanam
Tabel 2. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Rata-rata Jumlah daun pada umur 3, 4, 5 minggu  setelah tanam
Tabel 5. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Bobot per buah
Tabel 7. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos terhadap Bobot  buah per petak dan per hektar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami metode kalibrasi detektor ionisasi volume kecil dengan pengukuran daisy chaining serta observasi hasil penentuan

diberlakukan oleh timeshare tradisional (misalnya Anda terbatas pada minggu yang sama, pada saat tahun yang sama, di apartemen yang sama, di resor yang sama), Anggota Utama Club

Proses transaksi terjadi ketika Pelanggan melakukan pemesanan barang secara lisan kepada bagian penjualan, kemudian bagian penjualan mencatat pesanan yang akan

In Word, PowerPoint, or Excel, right-click selected text or an object and then choose Hyperlink from the pop-up menu, or press Ô -K, or from the main menu choose Insert ➪

Untuk mengkaji hal tersebut, artikel ini disandingkan dengan artikel lain yang ditulis oleh sejarawan misalnya Baha’uddin (dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah

Untuk itu perlu dilakukan perancangan tata letak penyimpanan komponen yang lebih baik sehingga dapat mengurangi waktu mencari komponen, mengurangi jarak perjalanan

dari Universitas Maritim Raja Ali Haji FT jurusan Teknik Elektro tahun 2013, yang berjudul “Perancangan Sistem Telemetri Wireless untuk Mengukur Suhu dan Kelembaban

Batang kelapa sawit yang merupakan bahan baku pembuatan papan partikel ini mengandung selulosa yang sangat tinggi yaitu sebesar 54,38% (Balfas, 2003). Selulosa adalah