• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII

SMP DWIJENDRA DENPASAR

Analisis terhadap data kalimat kompleks karangan siswa kelas VII SMP Dwijendra Denpasar ditemukan berbagai pola dan tipe kalimat. Pola dan tipe kalimat tersebut dijelaskan sebagai berikut.

2.1 Pola Kalimat Majemuk dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Dwijendra Denpasar

2.1.1 Pola kalimat kompleks subjek-predikat, subjek-predikat (SP+SP)

Pola kalimat (SP+SP) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi dan. Misalnya:

(2-1) nenek tersenyum, saya tertawa

Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur Subjek dan Predikat, yaitu berpola SP+SP. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai

(2)

anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa kontruksi setelah kalimat nenek tersenyum merupakan anak kalimat.

(2-1) nenek tersenyum dan saya tertawa

IK AK

Konstruksi saya tertawa menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi saya tertawa terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang berpola SP+SP (2-1) Nenek tersenyum dan saya tertawa

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek

saya tertawa

Subjek Predikat

(3)

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: nenek, predikat: tersenyum, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi dan (menyatakan penggabungan) dan subjek saya, serta predikat tertawa.

Dengan demikian, anak kalimat dan saya tertawa mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat nenek tersenyum. Jadi, Pola kalimat kompleks nenek tersenyum dan saya tertawa yang mengandung konjungsi dan adalah subjek-predikat, subjek-predikat (SP+SP).

Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi sehingga,

(2-2) Tack dan Burs ketakutan sehingga mereka berlari.

Konstruksi mereka berlari setelah didahului konjungsi sehingga berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata sehingga) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata sehingga) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan akibat. Unsur kalimat Tack dan Burs ketakutan disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat mereka berlari.disebut anak kalimat (AK).

(2-2) Tack dan Burs ketakutan sehingga mereka berlari.

(4)

Konstruksi mereka berlari menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi mereka berlari terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SP+SP (2-2) Tack dan Burs ketakutan sehingga mereka berlari

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek

mereka berlari

Subjek Predikat

(5)

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek: Tack dan Brus, predikat: ketakutan, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi sehingga (menyatakan akibat) dan subjek: mereka, serta predikat: berlari.

Dengan demikian, anak kalimat sehingga mereka berlari mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat tack dan burs ketakutan. Jadi, Pola kalimat kompleks tack dan burs ketakutan sehingga mereka berlari yang mengandung konjungsi sehingga adalah subjek-predikat, subjek-predikat (SP+SP). Selain penjelasan di atas, ada enam contoh pola kalimat kompleks (SP+SP) sebagai berikut.

(2-3) Ia berusaha berdiri tetapi ia tidak berhasil bangun.

S P S P

(2-4) Keluarga itu hidup sederhana tetapi mereka tetap bahagia.

S P S P

(2-5) Kami berangkat sebab kami takut terlambat.

S P S P

(2-6) Kakaku sudah dewasa dan dia memang cantik.

S P S P

(2-7) Ayah berkebun sebelum matahari terbenam.

(6)

2.1.2 Pola kalimat kompleks subjek-predikat, subjek-predikat-keterangan (SP+SPK) Pola kalimat (SP+SPK) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi karena. Misalnya:

(2-1) Aku bersyukur, aku diberikan rumah sederhana.

Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur Subjek Predikat dan Subjek, Predikat, Keterangan yaitu berpola SP+SPK. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah kalimat aku diberikan rumah sederhana merupakan anak kalimat.

(2-1) Aku bersyukur karena aku diberikan rumah sederhana.

IK AK

Konstruksi aku diberikan rumah sederhana menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi aku diberikan rumah sederhana terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

(7)

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SP+SPK

(2-1) Aku bersyukur karena aku diberikan rumah sederhana

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: aku, predikat: bersyukur, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi karena (menyatakan akibat) dan subjek:aku, predikat: diberikan, serta keterangan: rumah sederhana.

Dengan demikian, anak kalimat karena aku diberikan rumah sederhana mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk aku bersyukur. Jadi, Pola kalimat kompleks aku bersyukur karena aku diberikan rumah sederhana

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek Subjek Predikat

Aku bersyukur aku diberikan rumah sederhana

Keterangan

(8)

yang mengandung konjungsi karena adalah subjek-predikat, subjek-predikat-keterangan (SP+SPK).

Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi sehingga,

(2-2) Dia sangat terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu.

Konstruksi dia ditakuti di hutan itu setelah didahului konjungsi sehingga berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata sehingga) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata sehingga) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan akibat. Unsur kalimat dia sangat terkenal disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat dia ditakuti di hutan itu disebut anak kalimat (AK).

(2-2b) Dia sangat terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu.

IK AK

.

Konstruksi dia ditakuti di hutan itu menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi dia ditakuti di hutan itu terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

(9)

2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SP+SPK (2-2) Dia terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek:dia, predikat: sangat terkenal, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi sehingga (menyatakan akibat) dan subjek: dia, predikat:ditakuti, serta keterangan: di hutan itu.

Dengan demikian, anak kalimat sehingga dia ditakuti di hutan itu mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk dia sangat terkenal. Jadi,

sehingga

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek Subjek Predikat

Dia terkenal dia ditakuti di hutan itu

(10)

Pola kalimat kompleks dia sangat terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu yang mengandung konjungsi sehingga adalah subjek predikat, subjek predikat keterangan (SP+SPK). Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SP+SPK) sebagai berikut.

(2-3 ) Aku senang sekali karena aku berlibur di rumah nenek K

S P S P K

(2-4)Ibu merasa bahagia jika anakku menemui sukses di kemudian hari

K

S P S P O K (2-5)Tia terharu ketika diamenerima penghargaan malam itu

K

S P S P O K

2.1.3 Pola kalimat kompleks subjek-predikat-objek, subjek-predikat-objek (SPO+SPO)

Pola kalimat (SPO+SPO) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi sehingga. Misalnya:

(2-1) Ia lupa belajar bahasa Indonesia, ia bertanya pada temannya.

Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur Subjek Predikat dan Subjek, Predikat, Keterangan yaitu berpola SPO+SPO. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa

(11)

tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah kalimat Ia lupa belajar bahasa Indonesia merupakan anak kalimat.

(2-1) Ia lupa belajar bahasa Indonesia sehingga ia bertanya pada temannya.

IK AK

Konstruksi ia bertanya pada temannya menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi ia bertanya pada temannya terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

(12)

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPO+SPO (2-1) Ia lupa belajar bahasa Indonesia sehingga ia bertanya pada temannya

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: ia, predikat: lupa belajar, objek: bahasa Indonesia dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi sehingga (menyatakan akibat) dan subjek: ia, predikat: bertanya, serta objek: pada temannya.

Dengan demikian, anak kalimat sehingga ia bertanya pada temannya mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk ia lupa belajar

Predikat Subjek

Ia bertanya pada temannya Pelengkap

sehingga

Konjungsi Kalimat Dasar

Ia lupa belajar Bhs. Indonesia

Keterangan (Anak Kalimat) Subjek Predikat Pelengkap

(13)

bahasa Indonesia. Jadi, Pola kalimat kompleks ia lupa belajar bahasa Indonesia sehingga ia bertanya pada temannya yang mengandung konjungsi sehingga adalah subjek-predikat-objek, subjek-predikat-objek (SPO+SPO).

Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi tetapi,

(2-2) saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek.

Konstruksi saya tidak ingin mengecewakan kakek setelah didahului konjungsi tetapi berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata tetapi) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata tetapi) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan koordinatif. Unsur kalimat saya geli pada belut disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat saya tidak ingin mengecewakan kakek disebut anak kalimat (AK).

(2-2) saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek.

IK AK

Konstruksi saya tidak ingin mengecewakan kakek menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah

(14)

memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi saya tidak ingin mengecewakan kakek terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPO+SPO (2-2) Saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek: saya, predikat: geli, objek: pada belut dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi tetapi (menyatakan koordinatif) dan subjek:saya, predikat: tidak ingin, serta objek: mengecewakan kakek.

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek

saya tidak ingin kakek

Objek

tetapi Subjek Predikat

Saya

Keterangan

geli pada belut mengecewakan

(15)

Dengan demikian, anak kalimat tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk saya geli pada belut. Jadi, Pola kalimat kompleks saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek yang mengandung konjungsi tetapi adalah subjek-predikat-objek , subjek-predikat-subjek-predikat-objek (SPO+SPO).

Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SPO+SPO) sebagai berikut.

(2-3) Diksa mendapatkan ikan besar namun saya mendapat ikan kecil _________K__________ S P O S P O (2-4) Kami membeli sayuran dan kami juga membeli buah – buahan

__ K _____________

S P O S P O

(2-5) Mereka sangat berterima kasih kepada Sang Pencipta, S P O

karena mereka diberikan anak yang cantik

____ K S P O Pel.

(16)

2.1.4 Pola kalimat kompleks subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat-keterangan (SPK+SPK)

Pola kalimat (SPK+SPK) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi karena,

(2-1) Mereka tampak senang sore itu, mereka mendapat kayu bakar di hutan.

Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur Subjek, Predikat, Keterangan dan Subjek, Predikat, Keterangan yaitu berpola SPK+SPK. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah Mereka tampak senang sore itu merupakan anak kalimat.

(2-1) Mereka tampak senang sore itu karena mereka mendapat kayu bakar di hutan.

IK AK

Konstruksi mereka mendapat kayu bakar di hutan menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi mereka mendapat kayu bakar di hutan terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

(17)

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SPOK

(2-1) Mereka senang sore itu karena mereka mendapat kayu bakar di hutan.

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: Mereka, predikat: tampak senang, keterangan: sore itu dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi karena (menyatakan sebab) dan subjek: mereka, predikat: mendapat kayu bakar, serta keterangan: di hutan.

Subjek Predikat

Mereka

Keterangan

senang sore itu

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek

mereka mendapat di hutan

Keterangan

karena kayu bakar

(18)

Dengan demikian, anak kalimat karena mereka mendapat kayu bakar di hutan mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk mereka tampak senang sore itu. Jadi, Pola kalimat kompleks mereka tampak senang sore itu karena mereka mendapat kayu bakar di hutan yang mengandung konjungsi karena adalah subjek –predikat-keterangan, subjek-predikat-keterangan (SPK+SPK).

Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi agar,

(2-2) Saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi

Konstruksi saya terbangun besok pagi setelah didahului konjungsi agar berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata agar) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata agar) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan tujuan. Unsur kalimat saya tidur lebih awal disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat saya terbangun besok pagi disebut anak kalimat (AK).

(2-2) Saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi

(19)

Konstruksi saya terbangun besok pagi menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan saya terbangun besok pagi terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SPK (2-2) Saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek: saya, predikat: tidur, keterangan: lebih awal dan keterangan yang berupa anak kalimat yang

saya

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek Subjek Predikat

Saya terbangun besok pagi

Keterangan Keterangan

(20)

terdiri atas konjungsi agar (menyatakan tujuan) dan subjek:saya, predikat: terbangun, serta keterangan: besok pagi.

Dengan demikian, anak kalimat agar saya terbangun besok pagi mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk Saya tidur lebih awal. Jadi, Pola kalimat kompleks saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi yang mengandung konjungsi agar adalah keterangan, subjek-predikat-keterangan(SPK+SPK). Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SPK+SPK) sebagai berikut.

(2-3) Saya lupa sarapan tadi pagi sehingga saya sakit perut di sekolah K

S P K S P Pel. K

(2-4) Aku melihat kemerlapan lampu di kota dan aku melihat keindahan kota

S P K S P Pel.

(2-5) Tono datang sore itu ketika ibu sedang memasak di dapur S P K S P K

(21)

2.1.5 Pola kalimat kompleks subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat (SPK+SP)

Pola kalimat (SPK+SP) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi namun,

(2-1) Sintya menyenangkan pagi itu, dia tampak sedih.

Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur Subjek, Predikat, Keterangan dan Subjek, Predikat yaitu berpola SPK+SP. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah kalimat Sintya menyenangkan pagi itu merupakan anak kalimat.

(2-1) Sintya menyenangkan pagi itu namundia tampak sedih.

IK AK

Konstruksi dia tampak sedih menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi dia tampak sedih terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

(22)

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SP (2-1) Sintya menyenangkan pagi itu namun dia tampak sedih

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: Sintya, predikat: menyenangkan, keterangan: pagi itu, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi namun (menyatakan pertentangan) dan subjek: dia serta predikat: tampak sedih.

Dengan demikian, anak kalimat namun dia tampak sedih mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk Sintya menyenangkan pagi itu. Jadi,

dia

Predikat Keterangan

(Anak Kalimat)

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek Subjek Predikat

Sintya tampak sedih

Keterangan

(23)

Pola kalimat kompleks sintya menyenangkan pagi itu namun dia tampak sedih yang mengandung konjungsi namun adalah subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat (SPK+SP).

Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi dan,

(2-2) Kami bermain layangan di lapangan dan kami berkejar – kejaran

Konstruksi kami berkejar-kejaran setelah didahului konjungsi dan berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata dan) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata dan) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan penggabungan). Unsur kalimat kami bermain layangan di lapangan disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat kami berkejar-kejaran disebut anak kalimat (AK).

(2-2) Kami bermain layangan di lapangan dan kami berkejar-kejaran

IK AK

Konstruksi kami berkejar-kejaran menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi kami berkejar-kejaran terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut.

(24)

2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SP

(2-2) Kami bermain layangan dilapangan dan kami berkejar – kejaran

Kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek:kami, predikat: bermain layangan, keterangan: dilapangan, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi dan (menyatakan penggabungan) dan subjek: kami serta predikat: berkejar-kejaaran.

Kami bermain Di lapangan dan

Keterangan (Anak Kalimat) Subjek Predikat Pelengkap Keterangan

Predikat

Konjungsi Kalimat Dasar

Subjek

kami berkejar - kejaran

(25)

Dengan demikian, anak kalimat dan kami berkejar-kejaran mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat Kami bermain layangan dilapangan. Jadi, Pola kalimat kompleks kami bermain layangan dilapangan dan kami berkejar-kejaran yang mengandung konjungsi dan adalah subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat (SPK+SP). Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SPK+SP) sebagai berikut.

(2-3) Adik menjerit kesakitan tadi malam ketika saya sedang belajar

K

S P K S P

(2-4) Maria tidak dapat melihat pemandangan yang indah S P K

karena ia tertidur K S P

(2-5 ) Dia pindah rumah ke Singaraja sehingga kami merasa kangen

K

(26)

2.2 Tipe Kalimat Majemuk dalam Karangan Siswa SMP Dwijendra Denpasar

2.2.1 Kalimat Majemuk Setara

Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat, sekurang-kurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat majemuk setara (Sugono, 2009:158). Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan itu tidak kehilangan unsur-unsurnya (Putrayasa, 2009: 49). Contoh KMS yang ditemukan dalam karangan siswa kelsa VII SMP Dwijendra Denpasar :

1. Anak itu meniup seruling, dan teman-temannya menyanyi bersama. 2. Dia sudah bekerja keras, tetapi dia tetap miskin

3. Ayah membeli semua buah apel di pasar, dan buah apel yang dibeli ayah setengahnya busuk.

4. Sesudahnya saya dan keluarga melihat-lihat hasil karya, kemudian saya menuju ke tempat pembuatan keramik tersebut.

5. Ia pun berlari dan menghampiri Tini, kemudian ia memeluk Tini yang sudah tidak bernyawa.

6. Ani merasa bersalah pada ibunya, lalu ia meminta maaf pada ibunya. 7. Kakek pergi ke sawah, sedangkan saya memancing ikan di sungai.

(27)

8. Cuaca di rumah sedang mendung, padahal saya ingin berlibur ke bedugul.

2.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat majemuk yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal, tetapi kedudukan kalimat-kalimat tersebut tidak sama derajatnya. Bagian kalimat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi disebut Induk Kalimat, sedangkan yang kedudukannya lebih rendah disebut Anak Kalimat. Klausa yang kedudukkannya lebih rendah, atau yang disebut Anak Kalimat ini biasanya didahului oleh kata penghubung. (Herusantoso, 1988: 51).

Chaer (2000) menyebut kalimat majemuk beringkat sebagai kalimat luas bertingkat. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya. Kedudukan kalusa-klausa di dalam kalimat luas bertingkat ini tidak sama derajatnya. Di satu pihak, klausa tersebut mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada klausa lain, atau klausa yang satu mengikat atau tertarik klausa lain.

Klausa yang kedudukannya lebih tinggi mempunyai kedudukan yang bebas sehingga tanpa klausa lain tetap dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat. Sementara itu, klausa yang kedudukannya lebih rendah mempunyai kedudukkan yang

(28)

tidak bebas sehingga tidak mungkin dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat (Putrayasa, 2009: 61).

Contoh KMB yang ditemukan dalam karangan siswa kelsa VII SMP Dwijendra. a) Ikan yang dipelihara kakek ikan mas

b) *Dan ikan mujair

c) Di sepanjang perjalanan menuju rumah kakek saya melihat pemandangan

d) *Yang sangat indah

Kalimat a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat b) tidak bisa berdiri sendiri. 1. Putri kenanga hilang = kalimat tunggal

2. Raja dan ratu tertidur pulas= kalimat tunggal

Jadi kalimat (1) dan (2) jika dihubungkan dengan konjungsi ketika kalimat itu akan berubah kedudukan menjadi kalimat majemuk bertingkat.

Putri kenanga hilang ketika raja dan ratu tertidur pulas.

IK AK

3. Dia makan bakso terlalu banyak = kalimat tunggal 4. Dia sakit perut = kalimat tunggal

Jadi kalimat (3) dan (4) jika dihubungkan dengan konjungsi akibatnya kalimat itu akan berubah kedudukan menjadi kalimat majemuk bertingkat.

(29)

Dia makan bakso terlalu banyak akibatnya dia sakit perut

IK AK

5. Saya berkerja keras = kalimat tunggal 6. Ibu yang sakit-sakitan= kalimat tunggal

Jadi kalimat (5) dan (6) jika dihubungkan dengan konjungsi demi kalimat itu akan berubah kedudukan menjadi kalimat majemuk bertingkat.

Saya bekerja keras demi ibu yang sakit-sakitan

Referensi

Dokumen terkait

(kalimat (1)a terdiri atas subjek dan predikat, namun kalimat tersebut tidak memberikan informasi yang jelas mengenai hal yang dipelajari Tabitha, sedangkan

Karangan narasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura ditemukan pola kalimat yang sering kali muncul yaitu pola kalimat SP dan SPO sebanyak 10, dan kalimat tunggal sebanyak

Nomina dari segi sintaksisnya, nomina yang bercirikan (a) sebagai fungtor subjek, objek, pelengkap dalam kalimat yang berpredikat verba, (b) tak bisa

Simpulan penelitian ini, yakni berdasarkan jumlah klausanya, wujud kalimat kompleks diperoleh enam macam, yaitu (1) Dua jenis kalimat kompleks dua klausa, yaitu kalimat

Kalimat tersebut mengandung subjek yang menyatakan pelaku, predikat yang menyatakan perbuatan, objek yang menyatakan peserta sasaran perbuatan, dan pelengkap yang

Simpulan penelitian ini, yakni berdasarkan jumlah klausanya, wujud kalimat kompleks diperoleh enam macam, yaitu (1) Dua jenis kalimat kompleks dua klausa, yaitu kalimat

pada awalnya kalimat diisi oleh Keterangan waktu, kemudian diikuti oleh Subjek, unsur pengisi subjeknya adalah Nomina (N), unsur pengisi Predikat adalah berupa Verba (V),

Apabila unsur yang bukan subjek ingin ditegaskan, atau lebih ditonjolkan, maka unsur tersebut harus ditempatkan pada posisi awal kalimat. Pemindahan tentu akan mengubah pola