• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. demikian, menjadi Akuntan Publik seharusnya menjadi pilihan karier bagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. demikian, menjadi Akuntan Publik seharusnya menjadi pilihan karier bagi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia Profesi Akuntan Publik mengalami perkembangan sejalan dengan berkembangnya berbagai jenis perusahaan. Namun, sangat disayangkan jumlah Akuntan Publik yang ada di indonesia masih sedikit atau dapat dikatakan masih tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang ada di indonesia. dengan demikian, menjadi Akuntan Publik seharusnya menjadi pilihan karier bagi mahasiswa akuntansi karena masih banyak dibutuhkan akuntan publik di Indonesia. Namun, yang masih menjadi bahan pertimbangan mahasiswa akuntansi yang tidak memilih menjadi akuntan Publik karena proses persyaratan untuk menjadi seorang akuntan publik yang sangat lama. Untuk menjadi seorang akuntan publik seseorang harus mendapat gelar sarjana ekonomi terlebih dahulu selama empat sampai lima tahun.

Kemudian melanjutkan Pendidikan Profesi Akuntansi selama dua tahun dan setelah itu harus memiliki pengalaman dalam berpraktik sebagai akuntan publik dan terakhir adalah mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk mendapat izin menjadi seorang akuntan publik. Akuntan publik merupakan seseorang yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan RI untuk memberi jasa dimana jasa yang dimaksud adalah jasa ansurans yang meliputi jasa audit atas informasi keuangan historis, jasa review atas informasi keuangan historis, dan jasa asurans lainnya. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa akuntan publik adalah

(2)

seorang yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk melayani masyarakat dengan memberikan jasa dalam bidang kakuntansian dan keuangan.

Jumlah akuntan publik di Indonesia saat ini masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan dengan jumlah penduduk yang ada. Di sisi lain, Indonesia segera masuki masa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, di mana pada masa tersebut pasar tenaga kerja di seluruh negara ASEAN terbuka lebar dan semakin mudah untuk dapat bekerja di negara yang termasuk wilayah tersebut. Terlebih bagi mereka yang mempunyai sertifikasi profesi internasional. Hal ini berlaku juga untuk profesi akuntan. Untuk memenuhi potensi dan permintaan pasar tenaga kerja, sektor profesional jasa keuangan perlu berbenah diri agar tidak menjadi tamu di negeri sendiri. Namun, ekonomi yang terus bertumbuh, membuat Indonesia masuk kelompok negara berkembang dengan potensi ekonomi tinggi bersama Meksiko, Nigeria, dan Turki (MINT). Akuntan profesional miliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam hal memberi keyakinan untuk berinvestasi di Indonesia.

Menurut sebuah artikel dalam situs IAI yang dipublikasikan pada 3 Februari 2014, ketersediaan akuntan profesional di Indonesia belum mencukupikebutuhan duia kerja. Data terakhir menunjukkan setidaknya dibutuhkan sekitar 452.000 akuntan. Padahal data Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kemenkeu mencatat hanya tersedia kurang dari 16.000 akuntan profesional. Dalam artikel yang sama juga disebutkan bahwa jumlah akuntan Singapura, Malaysia dan Thailand lebih banyak daripada Indonesia. Padahal, dari segi jumlah penduduk Indonesia lebih besar daripada ketiga negara

(3)

tersebut. Jika kondisi ini tidak dibenahi, Indonesia diserbu akuntan-akuntan dari negara tetangga. Hingga awal tahun 2014, setidaknya ada 226.000 organisasi di Indonesia yang memerlukan jasa akuntan. Sementara, Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementrian Keuangan mencatat angkatan kerja yang tersedia kurang dari 16.000. Artinya, Indonesia masih kekurangan tenaga akuntan profesional. Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa kebutuhan akuntan di Indonesia masih belum mampu dipenuhi oleh pasar domestik sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini Indonesia harus menyerap akuntan profesional asing. Dengan pasar Indonesia yang besar, Indonesia akan menjadi sasaran bagi para akuntan asing yang kualitasnya bukan tidak mungkin lebih baik daripada akuntan Indonesia. Diperlukan kerja sama antarlembaga untuk membuat profesi akuntan lebih dilirik oleh angkatan kerja muda. Selain itu, akuntan Indonesia juga harus memiliki sertifikasi internasional untuk memasuki pasar tenaga kerja ASEAN dalam menghadapi MEA 2015.

Pendidikan akuntansi pada perguruan tinggi bertujuan untuk menghasilkan

lulusan yang memenuhi standar kualitas sebagai asisten akuntan dan akuntan. Diharapkan nantinya para lulusan pendidikan akuntansi dapat menjadi tenaga ahli yang siap menghadapi keadaan praktek akuntansi dan sebagai pekerja intelektual (knowledge worker) yang dapat memberikan dukungan pada pekerja intelektual lainnya. Sarjana akuntansi memiliki paling tidak tiga alternatif langkah yang ditempuh. Pertama, setelah menyelesaikan pendidikan ekonomi jurusan akuntansi, seorang sarjana akuntansi dapat langsung bekerja. Kedua, melanjutkan pendidikan akademik S2. Ketiga, melanjutkan pendidikan profesi untuk menjadi akuntan

(4)

publik. Dengan kata lain, setelah menyelesaikan pendidikan jenjang program sarjana jurusan akuntansi, sarjana akuntansi dapat memilih menjadi akuntan publik atau memilih profesi lainnya.

Saat ini banyak sekalilulusan akuntansi terbaik dari perguruan-perguruan tinggi namuntidak lagi memilih karir sebagai akuntan publik sebagai jalur pilihan karir yang utama bagi mereka. Mereka mulai memilih jalur alternative lainnya sebagai jenjang karir yang akan mereka jalani nantinya.Ada berbagai macam karir yang dapat dijalani sebagai alternatif, misal dengan berwiraswasta. Bahkan mungkin karena keadaan yang ada dapat juga berkarir yang sama sekali tidak berhubungan langsung dengan akuntansi, misal sebagai staf pemasaran atau customer service. Sebagian besar mahasiswa tidak open-minded tentang jenis pekerjaan yang mereka inginkan sehingga akan muncul prasangka yang telah terbentuk selama bertahun-tahun (Eny 2008 dalam Anna 2013).

Carlton meneliti bahwa penghasilan (renumeration), pelatihan profesional (profesional training), nilai-nilai sosial (social values), pengakuan dan penghargaan profesional (profesional recognition), dan lingkungan mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap profesi akuntan, khususnya untuk akuntan publik dan akuntan industri. Disamping beberapa sumber lain yang cukup mempengaruhi pembentukan sikap (attitudes) mahasiswa sebagai calon pekerja terhadap pekerjaan, yaitu keluarga, buku-buku teks, tenaga pendidik, pengetahuan tentang lingkungan kerja yang bersangkutan dan informasi yang diperoleh dari alumni. Pada kurikulum materi perkuliahan selama ini yang kita ketahui, hanya sebatas pembahasan teori, masih sedikit yang mengenai sisi prakteknya. Hal ini

(5)

menjadi suatu tantangan tersendiri bagi lembaga pendidik akuntansi maupun lembaga pendidik pada umumnya dalam mengatur kurikulum agar mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya siap untuk terjun pada dunia kerja

Akuntan merupakan salah satu diantara sekian banyak jabatan profesi yang bersifat profesional. Profesi akuntan hampir sama dengan profesi yang lain seperti dokter atau pengacara yang sama-sama dibekali kode etik profesi sebagai rambu-rambu dalam menjalankan profesinya. Kode etik sebagai rambu-rambu-rambu-rambu dalam menjalankan tugas semestinya dihayati dan termanifestasi dalam pelakunya bukan sekedar aksesoris belaka. Sehingga dalam menjalankan profesinya sebagai akuntan publik dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalismenya.

Etika profesional harus dijaga dan ditingkatkan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kualitas mutu jasa yang diberikan oleh profesi. Masyarakat akan lebih percaya dan sangat menghargai suatu profesi yang menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaannya, karena masyarakat akan merasa lebih terjamin untuk memperoleh jasayang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan. Begitu juga dengan profesi akuntan publik yang perlu memiliki dan menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit oleh anggota profesi akuntan.

Etika Profesional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut dengan istilah kode etik dan kode etik tersebut dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dimana IAI ini merupakan satu-satunya organisasi profesi akuntan di Indonesia. IAI beranggotakan auditor dari berbagai tipe yakni auditor independen dan auditor

(6)

intern, akuntan manajemen, akuntan pendidik serta akuntan sektor publik. Sehingga kode etik yang dikeluarkan oleh IAI tidak hanya mengatur anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor dan profesi akuntan lain. Dalam etika profesi akuntan publik terdapat prinsip etika yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas dan kompetensi serta kehati-hatian profesional.

Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan beberapa kasus serupa lainnya telah membutkikan bahwa etika sangatlah diperlukan. Berbagai kepentingan dan tekanan pemaksimalan keuntungan menjadikan seseorang akuntan publik dapat melakukan cara yang tidak etis untuk mencapai keuntungan tersebut. Namun disisi lain, akuntan publik dipaksa tetap bersikap profesional dan dihadapkan pada serangkaian aturan yang harus ditaati. Akuntan publik harus tetap objektif, independen, jujur, tepat, adil, dan berintegritas dalam menjalankan tugasnya sebagai akuntan publik.

Profesi akuntan publik memiliki sederet persepsi negatif di mata masyarakat. Adanya supervisi dalam akuntan publik dari akuntan senior nantinya akan tertarik memilih profesi sebagai akuntan publik sebagai pilihan karirnya. Dalam proses pemilihan karir, setiap individu akan selalu mempertimbangkan segala potensi, bakat/minat, kecerdasan maupun harapan yang akan dicapainya. Selain itu, seorang individu akan terlebih dahulu mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan karir yang diinginkan. Informasi yang berguna

(7)

dalam membuat pilihan karir ada tiga jenis, yaitu (1) informasi pribadi sosial, (2) informasi pendidikan, (3) informasi pekerjaan.

Informasi begitu penting dalam proses pengambilan keputusan seorang individu, termasuk mahasiswa akuntansi dalam menentukan pilihan karirnya.Dengan beranekaragamnya informasi yang diperoleh mahasiswa telah mampumembentuk pandangan atau persepsi mengenai lingkungan kerja auditor. Mahasiswa akuntansi menghadapi berbagai pertimbangan dalam memilih jeniskarir yang akan dijalaninya. Pada umumnya, keinginan mereka adalah menjadi seorang profesional di bidang akuntansi. Untuk karir sebagai akuntan, terdapat empat bidang pekerjaan yang dapat digeluti oleh lulusan akuntansi yaitu menjadi akuntan publik (auditor), akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, atau akuntan pendidik. Beragamnya pilihan dalam karir tersebut membuat mahasiswa sulit mengambil keputusan dalam memilih. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan mengenai pertimbangan apa yang mendasari pemilihan karir tersebut serta hal-hal apa yang diharapkan oleh mahasiswa akuntansi terhadap pilihannya itu.

Berbagai informasi yang diperoleh mahasiswa akuntansi mengenai profesi auditor merupakan hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan karirnya sebagai auditor. Adanya informasi negatif mengenai lingkungan kerja auditor mungkin dapat mengurangi minat mereka untuk memilih karir sebagai auditor dan mengalihkan pilihan karirnya ke profesi akuntansi yang lain. Dengan demikian, profesi auditor dapat kehilangan calon-calon auditor yang berkualitas. Penelitian yang akan diteliti oleh penulis sebelumnya telah diteliti oleh Vidiana Handayani pada tahun 2005, objek penelitiannya adalah mahasiswa akuntansi

(8)

Universitas Widyatama. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa akuntansi pada Universitas Widyatama positif terhadap lingkungan kerja auditor dan cenderung akan memilih auditor sebagai pilihan karirnya jika lulus nanti. Sedangkan hasil pengujian hipotesisnya adalah “Terdapat pengaruh yang Signifikan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Lingkungan Kerja Auditor Terhadap Pilihan Karirnya Sebagai Auditor” terbukti dapat diterima.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Muammar Qaddafi pada tahun 2010, objek penelitiannya adalah mahasiswa akuntansi pada 3 universitas di Makassar yaitu Unhas, UMI, dan STIEM Bongaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa akuntansi pada ketiga universitas tersebut positif terhadap lingkungan kerja auditor dan mereka cenderung akan memilih auditor sebagai pilihan karirnya jika lulus nanti. Sedangkan hasil pengujian hipotesisnya adalah “Terdapat pengaruh yang Signifikan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenail Lingkungan Kerja Auditor Terhadap Pilihan Karirnya Sebagai Auditor” terbukti dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali hal tersebut dan membandingkan hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian yang penulis sendiri lakukan.Mengingat bahwa mahasiswa akuntansi merupakan calon-calon akuntan publik dimasa mendatang bagi Indonesia dan etika profesi akuntansi publik yang merupakan aturan yang harus dipatuhi oleh setiap akuntan, maka penulis tertarik

untuk mengambil judul “ Pengaruh Persepsi Mahasiswa Akuntansi Tentang

(9)

Terhadap Pilihan Karirnya Sebagai Akuntan Publik Di Universitas EsaUnggul ”

1.2 IdentifikasidanPembatasan Masalah 1.2.1 IdentifikasiMasalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil beberapa yang dijadikan indetifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu;

1. Ketersediaan akuntan profesional di Indonesia belum mencukupi kebutuhan dunia kerja.

2. Adanya informasi negatif mengenai lingkungan kerja auditor mungkin dapat mengurangi minat mereka untuk memilih karir sebagai auditor dan mengalihkan pilihan karirnya ke profesi akuntansi yang lain.

3. Indonesia akan menjadi sasaran bagi para akuntan asing yang kualitasnya bukan tidak mungkin lebih baik daripada akuntan Indonesia.

4. Saat ini banyak lulusan akuntansi terbaik dari perguruan-perguruan tinggi tidak lagi memilih karir sebagai akuntan publik sebagai jalur pilihan karir yang utama bagi mereka.

5. Bahkan banyak yang memilih berkarir yang sama sekali tidak berhubunganlangsung dengan akuntansi, misal sebagai staf pemasaran ataucustomerservice.

(10)

1.2.2Pembatasan Masalah

Dalam memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruanglingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Variabel yang digunakan penulis hanya ada 3 variabel independen, yaitu ; Persepsi Mahasiswa Akuntansi Tentang LingkunganKerja Akuntan Publik, Etika Profesi Akuntan Publik, sertaPersepsi MahasiswaAkuntansi Tentang LingkunganKerja Akuntan Publik danEtika Profesi Akuntan Publik.

2Studi Kasus yang di teliti adalah Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat.

3Jumlah sample mahasiswa yang diambil dari Universitas adalah 97mahasiswa jurusan akuntansi.

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis memberikan rumusan masalah, yaitu;

1. Apakahterdapat pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi tentang

lingkungan kerjaakuntan publikdanEtika Profesi Akuntan Publik terhadap persepsi mengenai pilihan kariernya sebagai akuntan publiksecarasimultan?

(11)

2. Apakah terdapat pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi tentang lingkungan kerjaakuntan publik terhadap persepsi mengenai pilihankariernya sebagai akuntan publiksecaraparsial?

3. Apakah terdapat pengaruh Etika Profesi Akuntan Publik terhadap

persepsi mengenai pilihan kariernya sebagai akuntan publiksecara parsial?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memberikan tujuan penelitian, yaitu;

1.Untukmenganalisispengaruh persepsi mahasiswa akuntansi tentang lingkungan kerjaakuntan publikdanEtika Profesi Akuntan Publik terhadap persepsi mengenai pilihan kariernya sebagai akuntan publiksecarasimultan.

2.Untuk menganalisis pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi tentang lingkungan akuntan publik terhadap persepsi mengenai pilihan kariernya sebagai akuntan publiksecaraparsial.

3. Untuk menganalisis pengaruh pengaruh Etika Profesi Akuntan Publikterhadap persepsi mengenai pilihan kariernya sebagai akuntan publiksecaraparsial.

(12)

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitan diatas, maka penulis mengharapkan adanya manfaat penelitian, yaitu;

1.Bagi Mahasiswa Akuntansi

Penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan dorongan ataumemotivasimahasiswa untuk memilih karirsebagai Akuntan Publikyang profesional setelah lulus dari Universitasnanti, sehingga di Indonesia tidak kekurangan lagi kebutuhan akan tenaga Akuntan Publik yang professional.

2. Bagi Pembaca

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagipembacamengenai profesi akuntan publik danmemberi pemikirian bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebihlanjut dengan melakukan penelitian tentang akuntan publik. 3. Bagi Peneliti

Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan referensi dan sebagaibahan acuan penelitian yang sama di masa yang akan datingmengenai persepsi mahasiswa akuntan tenttang lingkungan akutanpublik dan etika profesi akuntan publik terhadap pemilihan kariernyasebagai akuntan publik yang telah di teliti oleh penulis.

Referensi

Dokumen terkait

pembayaran premi untuk asuransi jiwa bersama bergantung pada jenis

Mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki pengelolaan pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan

Observasi awal menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki kawasan wisata Dam Bili-bili belum sepenuhnya telah dikembangkan, disebabkan masyarakat sebagai salah satu pilar

Predictors: (Constant), kesadaran dan pengetahuan, biaya, orientasi pada kepuasan pelanggan, infrastruktur.

Ana- lyysissa tarkastellaan yksinasuvien positiivista mielen- terveyttä ja positiiviseen mielenterveyteen vaikuttavia emotionaalisia ja sosioekonomisia tekijöitä sekä yksina-

Pada tulisan ini, Penulis menitik beratkan pada data dari hasil transaksi penjualan dan pembelian yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan, seperti: daftar barang, laporan pembelian,

Kelengkapan dalam pengisian berkas rekam medis oleh dokter dapat memudahkan tenaga kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau pengobatan pada pasien, dan dapat dijadikan

Beliau menghayati sabda ini secara konkret dengan mencintai mereka yang sakit, ditolak, tidak dicintai dan miskin sebagaimana yang dikatakan Yesus, “Aku berkata kepadamu,