• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE POE (PREDICTION – OBSERVATION - EXPLANATION) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KONSEP, DAN KEAKTIFAN SISWA PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMPN 2 PARINDU SANGGAU KALIMANTAN BARAT Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE POE (PREDICTION – OBSERVATION - EXPLANATION) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KONSEP, DAN KEAKTIFAN SISWA PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMPN 2 PARINDU SANGGAU KALIMANTAN BARAT Skripsi"

Copied!
287
0
0

Teks penuh

(1)

METODE POE (PREDICTION – OBSERVATION - EXPLANATION)

PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN, KONSEP, DAN KEAKTIFAN SISWA PADA POKOK

BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMPN 2 PARINDU SANGGAU

KALIMANTAN BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Yulista Librolva Meitarita

NIM. 061424023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

! "#

!

(6)
(7)

ABSTRAK

Meitarita, Yulista Librolva. 2011. Metode POE (Prediction – Observation - Explanation) Pada Pembelajaran Fisika Dalam Meningkatkan Pemahaman, Konsep, Dan Keaktifan Siswa Pada Pokok Bahasan Zat Dan Wujudnya Di SMPN 2 Parindu Sanggau Kalimanan Barat. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana pemahaman siswa mengenai materi zat dan wujudnya, (2) Apakah pembelajaran fisika dengan metode POE dapat mengembangkan konsep siswa, (3) Apakah pembelajaran fisika dengan metode POE dapat membuat siswa aktif.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Parindu Sanggau Kalimantan Barat selama bulan Oktober 2010. Subyek penelitian adalah siswa – siswi SMPN 2 Parindu kelas VIIA yang berjumlah 25 orang dan kelas VIIB yang berjumlah 25 orang. Kelas VIIA dipilih sebagai kelas eksperimen yaitu kelas dengan menggunakan metode POE dan kelas VIIB dipilih sebagai kelas kontrol yaitu kelas dengan menggunakan metode ceramah.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan posttest, instrument pengamatan keaktifan, dan wawancara. Pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa dan pengembangan konsep siswa. Pengambilan data keaktifan melalui pengamatan yang dilakukan oleh 2 pengamat. Wawancara ditujukan kepada seluruh siswa dan lakukan setelah pembelajaran selesai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemahaman siswa mengenai materi zat dan wujudnya yang diajarkan dengan metode POE lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan metode ceramah, (2) Pembelajaran fisika dengan metode POE dapat mengembangkan konsep siswa, (3) Pembelajaran fisika dengan metode POE dapat membuat siswa cukup aktif.

(8)

ABSTRACT

Meitarita, Yulista Librolva. 2011. POE (Prediction – Observation – Explanation) Method in Physics Learning to Improve Comprehension, Concept, and Student Active Participation on the Topic of Matters and Their Shapes in SMPN 2 (State Senior High School No 2) Parindu, Sanggau, West Kalimantan. Physics Education Study Program, Mathematics and Natural Sciences Department, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This study aimed to investigate whether (1) Student comprehended the topic of Matters and Their Shapes; (2) Physics learning using the POE method improved students’ concept; and (3) Physics learning using the POE method improved student active participation.

The study was conducted in SMPN 2 Parindu, Sanggau, West Kalimantan, in October 2010. The subjects were 50 students, consisted of 25 students of Class VIIA as the experiment group and 25 students of Class VIIB as the control group. The experiment group was taught using the POE method, while the control group was taught using the lecturing method.

Instruments used were written tests, comprising the pre-test and the post-test, student participation observation instrument, and interview. The pre-test and the post-test were used to assess student comprehension and improvement of student concept. Student participation data was collected through observation by two observers. Interview was given to all students after learning sessions.

The following conclusions were drawn: (1) Comprehension on Matters and Their Shapes of students taught using the POE method was higher than that of students taught using the lecturing method; (2) Physics learning using the POE method improved student concept; (3) Physics learning using the POE method increased student participation.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat, kasih, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul METODE POE (PREDICTION – OBSERVATION - EXPLANATION)

PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN, KONSEP, DAN KEAKTIFAN SISWA PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMPN 2 PARINDU SANGGAU KALIMANTAN BARAT. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Romo Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, memberi saran dan kritik selama proses penulisan skripsi ini.

2. Ibu Angela Wisdiani, S.Pd selaku guru mata pelajaran fisika

3. Seluruh dosen dan karyawan JPMIPA yang telah membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan

4. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak F. Juhin dan Ibu Yenni, yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan kasih sayang sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Kakakku tersayang, Yulius Libralvo Junischrisye yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan kasih sayang sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN……….. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

ASBTRAK………. vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR TABEL ………...…….. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Tujuan Penelitian………. 4

C. Manfaat ……….. 4

BAB II DASAR TEORI A. Hakekat Fisika………. 5

(12)

B. Hakekat Belajar dan Mengajar………. 6

1. Pengertian Belajar……… 6

2. Pengertian Mengajar……… 8

C. Hasil Belajar……….... 9

D. Pembelajaran Aktif………. 10

E. Pemahaman Siswa……….. 11

F. Pengembangan Konsep………... 12

G. Metode POE………... 13

1. Pengertian POE……….... 13

2. Tujuan POE……….…. 15

3. Keuntungan dan Kelemahan Metode POE……….……. 15

H. Ringkasan Materi dan Wujudnya……… 16

1. Wujud Zat……… 16

2. Massa Jenis……….….. 26

I. Hubungan Teori dengan Langkah Penelitian……….……. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……… 28

B. Waktu dan Tempat Penelitian………. 28

C. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 28

D. Rancangan Penelitian……….………. 29

E. Treatment……… 30

(13)

F. Instrument……….……….. 31

1. Pretest dan Posttest……….…………. 31

2. Wawancara……….……….. 33

3. Pengamatan……….. 33

G. Analisis Data………... 34

1. Pretest dan Posttest……….…. 34

2. Wawancara……….……. 40

3. Pengamatan………... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian………... 43

B. Deskripsi Kelas………. 47

C. Data……….. 48

1. Pemahaman Siswa yang Ditunjukkan dari Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. 48

2. Perbandingan Pemahaman Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol……….. 53

3. Konsep Siswa……… 59

4. Keaktifan Siswa……… 72

(14)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………. 78

B. Keterbatasan Penelitian……….. …… 78

C. Saran……… 79

DAFTAR PUSTAKA……… 80

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Molekul Zat………. 18

Gambar 2: Perubahan Wujud Zat………. 19

Gambar 3: Meniskus Cekung dan Meniskus Cembung……… 24

Gambar 4: Siswa mengerjakan pretest……….. 44

Gambar 5: Siswa memprediksi……….. 45

Gambar 6: Siswa mengamati percobaan……… 45

Gambar 7: Siswa mencoba percobaan………... 46

Gambar 8: Siswa menjelaskan hasil pengamatan……….. 46

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Perubahan Bentuk Volume dari Zat……….. 17

Tabel 2: Keadaan Molekul Zat………. 18

Tabel 3: Contoh Massa Jenis Berbagai Zat………. 27

Tabel 4: Kisi – Kisi Pretest dan Posttest………. 32

Tabel 5: Distribusi Aspek – Aspek Pengamatan………. 34

Tabel 6: Pemberian Skor Untuk Masing – Masing Kriteria……… 35

Tabel 7: Lembar Pengamatan……….. 41

Tabel 8: Interval Skor Keaktifan………. 42

Tabel 9: Data Pretest dan Posttest……….. 48

Tabel 10:Data Pretest dan Posttest………. 51

Tabel 11: Data Pretest Kelas Ekspreimen dan Kelas Kontrol………… 53

Tabel 12: Data Posttest Kelas Ekspreimen dan Kelas Kontrol……….. 56

Tabel 13: Perubahan Konsep Siswa Secara Umum……… 60

Tabel 14: Data Hasil Pengamatan Pertemuan I………. 72

Tabel 15:Data Hasil Pengamatan Pertemuan II………. 73

Tabel 16: Data Hasil Pengamatan Pertemuan III……….. 75

Tabel 17: Peningkatan Keaktifan Setiap Pertemuan………. 77

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian………... 84

Lampiran 2: Surat Keterangan dari Kepala SMP 2 Parindu………….. 85

Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……….. 86

Lampiran 4: Soal Pretest dan Posttest……… 99

Lampiran 5: Pedoman Jawaban Pretest dan Posttest………. 103

Lampiran 6: Hasil Pretest dan Posttest … ……… 106

Lampiran 7: Lembar Pengamatan……….………. 114

Lampiran 8: Hasil Pengamatan………... 115

Lampiran 9: Data Konsep………... 121

Lampiran 10: Perubahan Konsep……… 153

Lampiran 11: Jawaban Siswa……….… 163

Lampiran 12: Hasil Wawancara………. 171

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar tidak hanya diartikan sebagai penambahan ilmu pengetahuan pada siswa tetapi juga menekankan perubahan pada individu yang belajar. Menurut Lester D. Crow & Alice Crow dalam Kunandar (2007: 319) belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Menurut definisi ini seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari kurang baik menjadi baik. Proses belajar mengajar tidak dilakukan secara tradisional yaitu dengan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa melainkan kegiatan menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya.

Fisika sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang sukar karena selalu berhubungan dengan rumus. Akibatnya siswa merasa takut untuk mempelajari lebih mendalam tentang fisika. Banyak faktor yang menyebabkan fisika tidak disenangi para siswa. Menurut JIGM Drost, S.J. dalam Suparno (2001: 103), ada dua alasan yang menyebabkan fisika tidak disenangi yaitu (1) kelangkaan guru fisika yang mampu mengajarkan fisika

(19)

sebagai ilmu empiris dan (2) guru tidak memiliki empati terhadap fisika itu sendiri.

Fisika terdiri dari dua aspek penting, yaitu aspek produk fisika dan aspek proses fisika. Aspek produk fisika berupa bangunan sistematis pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, model, hukum dan teori, sedangkan aspek proses fisika berupa metode ilmiah yang terdiri atas penemuan dan perumusan masalah, perumusan hipotesis, merancang dan melaksanakan eksperimen, menganalisis data, dan menarik kesimpulan (Suparno, 2001: 105). Pembelajaran yang ada sekarang justru menitikberatkan pada aspek produk fisika yaitu pada hasilnya saja dan kurang memperhatikan proses fisika. Dalam pembelajaran fisika itu sendiri yang terpenting adalah pemahaman siswa terhadap proses suatu masalah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dari siswa terhadap proses fisika.

Pembelajaran yang efektif akan terlaksana dengan baik jika ada minat dari siswa. Minat bersifat relatif pada setiap orang, tanpa minat setiap orang tidak akan melakukan sesuatu. William James dalam Uzer Usman (1890: 27) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Dalam pembelajaran, seorang guru mempunyai peranan untuk menarik minat belajar siswa agar siswa aktif dalam belajar.

(20)

pengumpulan data, mencerna, memikirkan, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Dengan siswa terlibat langsung berarti siswa sudah masuk ke dalam proses fisika yang dapat membuat siswa aktif dan dapat mengubah pandangan buruk terhadap fisika.

Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif dan guru memiliki peran sebagai fasilitator saja. Salah satu metode yang menekankan pada keaktifan siswa adalah metode POE (prediction, observation, and explanation) yang menekankan pada tiga langkah yaitu memprediksi,

mengobservasi, dan menjelaskan. Di setiap langkah-langkah dalam POE ini dapat dilihat keterlibatan siswa.

Penelitian mengenai metode ini sudah banyak dilakukan, contohnya di Australia (David Palmer, 1995) yang meneliti tentang teknik POE. Di Indonesia sendiri sudah ada penelitian mengenai metode ini (Isnaini Cahyanto). Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa dalam materi perubahan zat yang disertai dengan metode demonstrasi dan kerja kelompok.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode ini dalam pembelajaran fisika khususnya di SMPN 2 Parindu. Peneliti juga ingin menambah penelitian di bidang pendidikan mengenai metode POE.

(21)

fisika. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran karena dipandang lebih praktis dan efisien dalam hal waktu, padahal untuk materi-materi tertentu kurang efektif menggunakan metode ceramah.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pemahaman siswa kelas VII SMPN 2 Parindu pada pokok bahasan zat dan wujudnya melalui metode POE.

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran fisika dengan metode POE dapat mengembangkan konsep siswa kelas VII SMPN 2 Parindu pada pokok bahasan zat dan wujudnya.

3. Untuk mengetahui apakah metode POE pada pokok bahasan zat dan wujudnya dapat membuat siswa kelas VII SMPN 2 Parindu aktif.

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru fisika dalam memilih metode dalam pembelajaran.

2. Peneliti

(22)

BAB II

DASAR TEORI

A. Hakekat Fisika

Sebagian orang memahami sains terdiri dari fisika, biologi, dan kimia. Sains dapat diartikan berbeda menurut sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang memandang sains sebagai kumpulan informasi ilmiah, sedangkan para ilmuwan memandang sains sebagai sebuah cara (metoda) untuk menguji dugaan (hipotesis), dan para ahli filsafat memandang sains sebagai cara bertanya tentang kebenaran dari segala sesuatu yang diketahui (Sutrisno, 2006). Menurut Fisher dalam Suparno (2001:105) sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berdasarkan observasi.

Fisika merupakan bagian dari sains. Karena fisika merupakan bagian dari sains maka hakekat fisika sama dengan hakekat sains. Hakekat fisika terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek produk fisika, aspek proses fisika dan aspek sikap.

1. Aspek produk fisika

Aspek produk fisika berupa bangunan sistematis pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, model, hukum dan teori.

(23)

2. Aspek proses fisika

Aspek proses fisika berupa metode ilmiah yang terdiri atas penemuan dan perumusan masalah, perumusan hipotesis, merancang dan melaksanakan eksperimen, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. 3. Aspek sikap

Dari aspek produk fisika dan aspek proses fisika tampak bahwa semuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dari pemikiran. Pemikiran para ilmuwan fisika menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran yang disertai rasa percaya diri, sikap objektif, jujur, terbuka, dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Ini yang kemudian memaknai hakekat fisika dalam aspek sikap.

Dari aspek-aspek di atas dapat dilihat bahwa fisika tidak hanya menekankan pada produknya saja tetapi juga pada prosesnya. Siswa akan lebih mengerti jika siswa memahami proses suatu peristiwa dan terlibat langsung dalam proses tersebut.

B. Hakekat Belajar dan Mengajar

1. Pengertian Belajar

(24)

dalam segala aspek kehidupannya. Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses perubahan yang terus menerus pada diri manusia (Agoes Soejanto, 1979: 12).

Menurut Lester D. Crow & Alice Crow dalam Kunandar (2007: 319) belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Menurut filsafat konstruktivisme dalam Suparno (2001: 105), belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya.

(25)

2. Pengertian Mengajar

Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa melainkan kegiatan menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya. Mengajar adalah tindakan guru untuk mengembangkan pengetahuan dari siswa.

Menurut Usman dalam Rastodio (2009), mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar.

(26)

kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya. (3) Pengertian kualitatif. Mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.

C. Hasil Belajar

Bloom dan teman-temannya mengategorikan tujuan pengajaran dari yang sederhana ke kompleks atau dari fakta ke konsep yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Djiwandono, 2006: 210).

(27)

menyelesaikan sesuatu yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana sehingga struktur oraganisasi dapat dimengerti. Sintesis meliputi kemampuan untuk meletakkan bagian bersama-sama ke dalam bentuk keseluruhan yang baru. Bagian-bagian ini dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru. Evaluasi meliputi kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bersama dengan pertanggungjawaban berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu (Djiwandono, 2006: 213).

D. Pembelajaran Aktif

Siswa mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan oleh guru tidak cukup dipandang sebagai siswa yang aktif. Siswa juga harus teibat dalam membaca, menulis, berdiskusi, dan memecahkan soal. Siswa harus dibawa ke dalam proses proses berpikir yang lebih lanjut, yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi. Pembelajaran yang membawa siswa untuk melakukan tindakan yang lebih dari sekedar mendengarkan namun juga melakukan kegiatan-kegiatan seperti menemukan, memproses, dan memanfaatkan informasi dinamakan pembelajaran aktif (active learning) (Triyanta, 2009).

(28)

aktif siswa harus mendapatkan pengalaman melakukan (do) sesuatu dan mengamati (observe) sesuatu dan melakukan diskusi dengan diri sendiri dan

dengan siswa lain tentang apa yang diperoleh dari pengalaman tersebut.

E. Pemahaman Siswa

Salah satu aspek yang paling ditonjolkan dalam suatu pembelajaran adalah pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan. Menurut Kartika Budi dalam “Sumbangan Pikiran terhadap pendidikan Matematika dan Fisika”(1987: 233), pemahaman merupakan salah satu aspek dalam ranah

kognitif dari tujuan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Sanjaya dalam Dwi Ariyanto (2009: 19), pembelajaran yang meningkatkan pemahaman atau kemampuan berpikir mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal. Siswa tidak hanya dituntut untuk mendengarkan atau mencatat tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Dengan kata lain, setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respons saja tetapi juga disebabkan karena dorongan mental yang diatur dalam otak siswa.

(29)

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, dan dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

3. Proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman merupakan model pembelajaran yang menyandarkan kepada kedua sisi yang penting yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan belajar, sedangkan hasil belajar diarahkan untuk membangun pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran.

F. Pengembangan Konsep

Menurut Hellen Hefferman dalam Sund (1973) yang dikutip oleh Kartika Budi, mendefinisikan konsep sebagai gambaran mental mengenai sesuatu (1987: 234). Gambaran mental itu diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contoh, data-data peristiwa-peristiwa khusus.

(30)

Menurut Suparno (2004: 95), cara membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan mereka tentang bahan fisika, antara lain :

1. Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa 2. Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu

sehingga konsepnya bertambah

3. Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah disediakan, baik dari buku maupun multimedia fisika.

Menurut Posner dkk yang dikutip Suparno (Suparno, 2004: 87), dalam pembelajaran ada dua proses yang disebut asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian. Dalam proses akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan yang baru.

G. Metode POE

1. Pengertian POE

POE adalah suatu metode pembelajaran menggunakan tiga langkah utama dari metode ilmiah yaitu prediksi, observasi, dan penjelasan.

1) Prediksi

(31)

disertai dengan alasan-alasan, pertimbangan, dan perhitungan secara ilmiah. Guru tidak membatasi prediksi yang dibuat siswa. Semakin banyak prediksi yang dibuat siswa semakin baik agar guru mengetahui konsep awal siswa tentang masalah yang diajukan. 2) Observasi

Pada tahap observasi siswa dihadapkan pada situasi yang konkrit melalui percobaan-percobaan. Semua siswa melakukan pengamatan yang ditunjukkan dengan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan mencatat hasil maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diajukan baik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi tetapi juga dengan perhitungan seperti angka-angka. Tahap ini adalah yang terpenting karena pada tahap ini dibuktikan kebenaran dari masalah yang diajukan.

3) Penjelasan

(32)

2. Tujuan POE

Secara umum, POE digunakan untuk melatih siswa mengaplikasikan berbagai konsep yang sudah diperoleh ke dalam situasi konkrit. Bagi guru, POE berguna untuk melihat bagaimana proses berpikir siswa dan bagaimana siswa menerapkan konsep-konsep yang dimiliki ke dalam situasi yang konkrit dalam tiap tahap POE. Situasi konkrit dan keterlibatan siswa diharapkan mampu membangkitkan minat siswa terhadap fisika karena tidak semata-mata berupa pengetahuan abstrak.

3. Keuntungan dan Kelemahan Metode POE

Setiap metode dalam pembelajaran mempunyai keuntungan dan kelemahannya.

Keuntungan metode POE:

1. Menggali konsep-konsep awal siswa

2. Memotivasi siswa untuk mengeksplorasi konsep 3. Guru mengetahui cara berpikir siswa

4. Menghasilkan diskusi 5. Menghasilkan penyelidikan.

Kelemahan metode POE

(33)

2. Menyebabkan materi pelajaran tertinggal karena jika masalah sulit memakan waktu yang tidak sedikit

3. Membutuhkan waktu yang cukup banyak.

H. Ringkasan Materi Zat dan wujudnya

Materi tentang zat dan wujudnya diambil dari buku IPA Fisika karangan Marthen Kanginan.

1. Wujud Zat

Zat didefinisikan sebagai sesuatu yang memiiki massa dan menempati ruang. Pada prinsipnya ada tiga jenis wujd zat, yaitu padat, cair, dan gas.

a. Sifat Zat Berkaitan dengan Volume dan Bentuknya

Sebuah pulpen diletakkan di dalam gelas dan kemudian diletakkan di atas meja, baik volume maupun bentuknya tidak berubah. Ini membuktikan bahwa sifat zat padat adalah volume maupun bentuknya tidak berubah.

(34)

Perubahan bentuk volume dari zat dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Perubahan Bentuk Volume dari Zat

Wujud zat

Volume zat Bentuk zat Contoh

Padat Cair Gas

Tetap Tetap Berubah

Tetap

Berubah-ubah Berubah-ubah

Batu, kayu, gelas Air, sirup,raksa

Oksigen,nitrogen,hidrogen

(35)

Tabel 2. Keadaan Molekul Zat

Keadaan molekul Padat Cair Gas

Getaran molekul Letak molekul Gaya tarik-menarik Ruang antar molekul

Tidak bebas Berdekatan Sangat kuat Kecil

Agak bebas Agak renggang Kurang kuat Agak besar

Sangat bebas Sangat jauh Sangat lemah Sangat besar

Pada gambar 1 di bawah ini dapat dilihat keadaan molekul zat

(36)

Wujud zat dapat berubah. Berikut diagaram perubahan wujud zat (gambar 2) :

Gambar 2. Perubahan Wujud Zat

a) Mencair

Mencair menyatakan perubahan wujud dari padat menjadi cair. Contohnya, es balok menjadi air es dan mentega menjadi minyak.

b) Membeku

Membeku merupakan kebalikan dari mencair. Membeku merupakan perubahan wujud dari cair menjadi padat. Peristiwa

(37)

membeku dapat diketahui dengan memasukkan air ke dalam kulkas. Lama-kelamaan air berubah menjadi es batu.

c) Menguap

Menguap merupakan perubahan wujud dari zat cair menjadi gas. Contoh peristiwa ini adalah saat menjemur pakaian. Awalnya, pakaian itu basah karena mengandung banyak air. Namun, lama-kelamaan air akan hilang dari pakaian dan cucian menjadi kering. Air tersebut hilang karena telah menguap.

d) Mengembun

Mengembun merupakan kebalikan dari menguap. Mengembun adalah perubahan wujud dari gas menjadi cair. Peristiwa mengembun terjadi bila udara mengenai benda yang dingin. e) Menyublim

Menyublim menyatakan perubahan wujud dari padat menjadi gas. Contohnya : pada kapur barus atau kamper. Kapur barus biasanya diletakkan di dalam lemari, di pojok ruangan, atau di bawah tempat tidur. Setelah beberapa lama, bahan ini mengecil dan akhirnya lenyap berubah menjadi gas.

f) Deposisi

(38)

kaca lampu semprong dan knalpot. Pada peristiwa ini, asap (gas) menempel di bagian dalam kaca dan knalpot.

b. Teori Partikel Gas

Partikel adalah bagian terkecil zat yang masih memiliki sifat zat tersebut. Seorang pakar Biologi, Robert Brown, mengamati gerak partikel gas dan zat cair. Ia mengamati bahwa partikel-partikel itu bergerak random (sembarang) dengan kelajuan tetap. Gerak tersebut dinamakan gerak Brown.

a) Zat padat

Dalam zat padat, partikel-partikel saling berdekatan dalam suatu susunan yang teratur, dan diikat cukup kuat oleh gaya tarik-menarik antarpartikel tersebut. Partikel-partikel dapat bergetar dan berputar di tempatnya tetapi tidak bebas untuk mengubah kedudukannya. Itulah sebabnya zat padat memiliki volum dan bentuk yang tetap. Pada berbagai benda padat, partikel-partikel tersusun dengan suatu pola tertentu yang disebut kristal.

b) Zat cair

(39)

tarik-menarik yang mengikat partikel-partikel zat cair tidak sekuat seperti pada partikel-partikel zat padat. Gaya ini mengikat partikel-partikel zat cair tetap pada kelompoknya, tetapi zat cair mengalir untuk mengikuti bentuk sesuai wadahnya.

c) Gas

Dalam gas, jarak antarpartikel sangat berjauhan sehingga gaya tarik-menarik dapat diabaikan. Partikel-partikel bebas untuk bergerak dalam wadahnya. Partikel-partikel bergerak sangat cepat dan bertumbukan satu sama lain dan juga bertumbukan dengan dinding wadahnya.

c. Kohesi dan Adhesi

Ada dua jenis gaya tarik-menarik antarpartikel, yaitu kohesi dan adhesi.

Kohesi adalah gaya tarik-menarik antara partikel-partikel zat yang sejenis. Daya kohesi dipengaruhi oleh kerapatan zat dan jarak antapartikel dalam zat. Contohnya :

a) Tidak bercampurnya air dengan minyak tanah

(40)

Adhesi adalah hanya tarik-menarik antara partikel-partikel zat yang tidak sejenis. Contohnya :

a) Tinta dapat menempel di kertas

b) Kapur/tinta dapat menempel di papan tulis c) Semen dapat melekatkan batu dengan pasir d) Cat dapat menempel pada tembok

Kohesi pada zat padat lebih kuat dibanding kohesi pada zat cair. Kohesi pada zat cair lebih kuat dibanding kohesi pada gas. Karena kohesinya paling kuat, maka zat padat sulit berubah dan sulit ditembus. Sebaliknya, kohesi pada gas paling lemah sehingga gas mudah berubah bentuk dan mudah ditembus. Hal ini sesuai dengan pengalaman kita sehari-hari. Kita sulit dan bahkan tidak sanggup menembus pintu di depan kita. Sebaliknya, kita dengan mudah dapat menembus udara ketika sedang berjalan.

(41)

Gambar 3. Meniskus Cekung dan Meniskus Cembung

Pada gambar diatas (sebelah kiri) tampak permukaan air dalam tabung reaksi adalah cekung, disebut meniskus cekung dan pada gambar (sebelah kanan) tampak permukaan raksa dalam tabung reaksi adalah cembung, disebut meniskus cembung. Ini terjadi karena adanya kohesi dan adhesi.

Untuk air dalam tabung reaksi, kohesi antarpartikel air lebih kecil daripada adhesi antarpartikel air dan kaca. Sebagai akibatnya, permukaan air dalam tabung berbentuk cekung (meniskus cekung) dan air membasahi dinding kaca. Untuk raksa dalam tabung reaksi, kohesi antarpartikel raksa lebih besar daripada adhesi antarpartikel raksa dan kaca. Sebagai akibatnya, permukaan raksa dalam tabung berbentuk cembung (meniskus cembung) dan raksa tidak membasahi dinding kaca.

(42)

d. Kapilaritas

Kapilaritas adalah meresapnya zat cair melalui celah-celah sempit atau pipa rambut yang disering disebut sebagai pipa kapiler. Gejala ini disebabkan karena adanya gaya adhesi atau kohesi antara zat cair dan dinding celah tersebut. Zat cair yang dapat membasahi dinding kaca pipa kapiler memiliki gaya adhesi antara pipa kapiler dengan dinding pipa kapiler lebih besar. Sedangkan zat cair yang tidak membasahi dinding kaca pipa kapiler memilki gaya kohesi yang lebih besar. Hal ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya permukaan zat cair pada pipa kapiler.

Contoh kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari: a) Naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor

b) Naiknya minyak tanah melalui sumbu pada lampu tempel c) Naiknya air tanah sampai ke daun melalui pembuluh tapis d) Menetesnya air pada kain dalam ember yang semampai

e. Tegangan Permukaan Zat Cair

(43)

mengambil bentuk dengan permukaan sesempit mungkin dan inilah yang disebut dengan tegangan permukaan.

2. Massa Jenis

Massa jenis didefinisikan sebagai massa benda per satuan volume. Dapat ditulis sebagai berikut :

=

Dengan ρ = massa jenis (kg/m3) V= volume (m3)

m = massa (kg)

Satuan massa jenis dapat ditentukan dari definisi massa jenis.

=

=

Satuan massa adalah kg atau gram dan satuan volume adalah m3 atau cm3. Dengan demikian, satuan massa jenis adalah kg/m3 atau g/cm3 (Budi Prasodjo, 2006: 41)

(44)

I. Hubungan Teor

Dalam penelitian 1. Membuat tre

metode POE 2. Membuat in

siswa dan un pembelajaran 3. Menganalisis dengan meto konsep siswa 4. Dalam penel kognitif terd penerapan, an

Tabel 3. Contoh Massa Jenis Berbagai Zat

ori dengan Langkah Penelitian

ian ini, teori digunakan sebagai dasar untuk : treatment penelitian yaitu model pembelajaran

E pada pokok bahasan zat dan wujudnya.

instrument penelitian yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui apakah konsep siswa berkem ran fisika dengan metode POE.

isis data yang diperoleh kemudian memperoleh etode POE dapat meningkatkan pemahaman sisw

wa berkembang.

nelitian ini, pemahaman termasuk dalam ranah ko terdiri dari enam tingkat yaitu pengetahuan,

, analisis, sintesis, dan evaluasi.

n fisika dengan

hui pemahaman embang melalui

eh bukti apakah swa dan apakah

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu menggunakan analisis dengan statistik (Suparno, 2007: 135). Kesimpulan terhadap pemahaman yang dilihat dari hasil pretest dan posttest siswa disimpulkan dengan skor atau angka. Penelitian kualitatif karena penelitian berupa uraian. Untuk melihat konsep siswa berkembang atau tidak disimpulkan secara kualitatif. Hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa berupa angka dan uraian disimpulkan secara kuantitatif dan kualitatf.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : September 2010

Tempat : SMP 2 Parindu, Sanggau

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa SMP 2 Parindu, Sanggau

(46)

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah siswa SMP 2 Parindu kelas VII. Dari semua kelas VII diambil dua kelas. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol.

D. Rancangan Penelitian

1. Peneliti mengajar di dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang belajar dengan metode POE, dan kelas kontrol yang belajar dengan metode ceramah.

2. Peneliti memberikan pretest untuk melihat pemahaman dan konsep awal siswa tentang materi zat dan wujudnya pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol, peneliti juga memberikan pretest untuk melihat pemahaman siswa tentang materi zat dan wujudnya. Soal pretest berbentuk uraian. 3. Pada saat pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen, peneliti yang

dibantu oleh 2 orang observer mengamati keaktifan siswa. Aspek-aspek yang diamati dijelaskan pada instrument.

(47)

5. Peneliti melihat bagaimana pemahaman siswa tentang materi zat dan wujudnya setelah diajarkan dengan metode POE dan ceramah apakah meningkat atau tidak. Pemahaman siswa dilihat dari hasil skor pretest dan posttest kemudian dianalisis secara kuantitatif.

6. Peneliti melihat bagaimana konsep siswa di kelas ekperimen apakah berkembang atau tidak setelah diajarkan dengan metode POE. Hasil ini dianalisis secara kualitatif.

7. Peneliti mewawancarai siswa pada kelas eksperimen.

E. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subjek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2007: 51). Dalam penelitian ini, perlakuan khusus yang peneliti lakukan yaitu mengajar dengan metode POE. Treatment yang akan diberikan disusun sebagai berikut :

1. Peneliti menjelaskan kepada siswa metode POE tentang zat dan wujudnya.

2. Peneliti memberikan permasalahan tentang zat dan wujudnya.

3. Siswa memprediksi tentang permasalahan yang diajukan peneliti. Siswa diberi kebebasan untuk memberikan prediksi. Prediksi disertai dengan alasan-alasan, pertimbangan, dan perhitungan secara ilmiah.

(48)

5. Siswa mengambil kesimpulan dari observasi dan memberikan penjelasan di depan kelas. Hasil observasi dibandingkan dengan prediksi awal siswa. 6. Peneliti menjelaskan kesimpulan yang benar apabila kesimpulan siswa

kurang sesuai atau tidak tepat.

Pengajaran dengan metode POE dapat dilihat di RPP pada lampiran 3 halaman 86.

F. Instrument

Instrument adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Suparno, 2007: 56). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk test dan non test. Bentuk test meliputi pretest dan posttest dan bentuk non test meliputi wawancara dan lembar pengamatan.

1. Pretest dan Posttest

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pretest dan posttest sebanyak satu kali. Pretest dan posttest bertujuan untuk mengetahui pemahaman

(49)

Tabel 4. Kisi-Kisi Pretest dan Posttest Pemahaman

Materi Kriteria Soal No. Soal

Zat dan Wujudnya

Pengetahuan Jenis-jenis zat 1

Definisi adhesi dan kohesi 4

Pemahaman Perubahan wujud zat dan contohnya

2

Sifat partikel zat padat, caiar, dan gas

3

Contoh kapilaritas 5

Penerapan Menghitung massa jenis zat 6

Analisis Menghitung massa jenis zat padat yang bentuknya beraturan

7

Menghitung massa jenis zat padat yang bentuknya tidak beraturan

8

Sintesis Menggunakan konsep massa jenis untuk menyelesaikan persoalan sederhana dalam kehidupan sehari-hari

9

Evaluasi Menyebutkan

langkah-langkah menghitung massa jenis suatu zat padat yang bentuknya tidak teratur

(50)

2. Wawancara

Disamping melakukan pretest dan posttest, peneliti juga mewawancarai seluruh siswa untuk melihat pengembangan konsep mereka. Wawancara dilakukan untuk meneliti konsep siswa apakah berkembang atau tidak dengan metode POE.

3. Pengamatan

Lembar pengamatan berguna untuk mengukur keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan metode POE. Aspek-aspek pengamatan meliputi :

1. Siswa mengemukakan prediksi dan alasan dari masalah yang diajukan 2. Siswa mengamati percobaan dengan sungguh-sungguh

3. Siswa menjawab pertanyaan 4. Siswa mengajukan pertanyaan 5. Siswa memberikan pendapat/ide 6. Siswa mencatat hasil pengamatan 7. Siswa menjelaskan hasil pengamatan 8. Siswa mengambil kesimpulan

(51)

Tabel 5. Distribusi Aspek-Aspek Pengamatan

Aspek yang diamati Sangat aktif

Aktif Cukup Kurang aktif

Tidak aktif

Siswa mengemukakan prediksi

Siswa mengamati percobaan

Siswa menjawab pertanyaan

Siswa mengajukan pertanyaan

Siswa memberikan

pendapat/ide

Siswa mencatat hasil pengamatan

Siswa menjelaskan hasil pengamatan

Siswa mengambil kesimpulan

G. Analisis Data

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pretest dan Posttest

Analisis untuk pretest dan posttest sebanyak dua kali, yaitu :

a. Analisis pemahaman siswa mengenai materi zat dan wujudnya

(52)

Tabel 6. Pemberian skor untuk masing-masing kriteria

Kriteria Jumlah Soal Skor Maksimum

Pengetahuan 2 6

Pemahaman 3 24

Penerapan 1 10

Analisis 2 30

Sintesis 1 15

Evaluasi 1 15

Jumlah Skor 100

Penskoran untuk masing-masing kriteria dan soal diuraikan sebagai berikut :

1. Kriteria pengetahuan (soal no 1 dan 4)

a) Jika siswa menjawab dengan jelas sesuai dengan pertanyaan diberi skor 3

b) Jika siswa tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1

(53)

2. Kriteri pemahaman (soal no 2,3, dan 5)

a) Jika siswa menjawab dengan benar dan lengkap sesuai pertanyaan diberi skor 8

b) Jika siswa memberikan jawaban benar dan kurang lengkap diberi skor 5

c) Jika siswa memberikan jawaban atas pertanyaan tetapi salah diberi skor 1

d) Jika siswa tidak menjawab diberi skor 0 3. Kriteri penerapan (soal no 6)

a) Jika siswa dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab disertai rumus, satuan ditulis lengkap, analisis sampai selesai, dan jawaban benar diberi skor 10

b) Jika siswa dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab disertai rumus, satuan ditulis lengkap, analisis sampai selesai, dan jawaban salah diberi skor 8

c) Jika siswa tidak menyebutkan data, masalah dan menjawab disertai rumus, satuan tidak ditulis lengkap, dan analisis benar diberi skor 5

d) Jika siswa dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab disertai rumus, satuan salah, dan analisis salah diberi skor 2

(54)

4. Kriteria analisis (soal no 7 dan 8)

a) Jika siswa dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab disertai rumus, satuan ditulis lengkap, analisis sampai selesai, dan jawaban benar diberi skor 15

b) Jika siswa dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab disertai rumus, satuan ditulis lengkap, analisis sampai selesai, dan jawaban salah diberi skor 10

c) Jika siswa tidak menyebutkan data dan masalah tetapi menjawab disertai rumus, satuan ditulis lengkap, analisis sampai selesai, dan jawaban benar diberi skor 6

d) Jika siswa dapat menyebutkan data dan masalah, menjawab disertai rumus, satuan tidak ditulis lengkap, analisis sampai selesai, dan jawaban salah diberi skor 4 e) Jika siswa dapat menyebutkan data, masalah dan

menjawab disertai rumus, satuan salah, analisis salah diberi skor 2

f) Jika siswa tidak menjawab diberi skor 0 5. Kriteria sintesis (soal no 9)

a) Jika siswa memberikan alasan benar diberi skor 15 b) Jika siswa memberikan alasan kurang tepat diberi skor 10 c) Jika siswa memberikan alasan salah diberi skor 5

(55)

6. Kriteria evaluasi (soal no 10)

a) Jika siswa menjawab benar dan lengkap diberi skor 15 b) Jika siswa menjawab benar dan kurang lengkap diberi

skor 10

c) Jika siswa menjawab salah dan ada unsur kebenarannya diberi skor 5

d) Jika siswa menjawab salah dan tidak ada unsur kebenarannya diberi skor 2

e) Jika siswa tidak menjawab diberi skor 0

Dengan ketentuan penskoran di atas maka dapat diperoleh nilai masing-masing siswa sebagai berikut :

Skor setiap siswa = !"# # ! $

% % × 100 %

1) Pemahaman siswa yang ditunjukkan dari hasil pretest

dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(56)

Dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai t dan p. Jika p = .00 < α = .05, maka signifikan, yang berarti ada perbedaan antara pretest dan posttest atau ada peningkatan pemahaman. Jika p = .00 > α = .05, maka tidak signifikan, yang berarti tidak ada perbedaan antara pretest dan posttest atau tidak ada

peningkatan pemahaman.

2) Perbandingan pemahaman siswa pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol

(57)

b. Analisis konsep siswa

Untuk menganalisis konsep siswa digunakan coding. Coding diwujudkan dalam suatu kata yang menunjukkan isi dari bagian data tertentu. Data-data yang sama codingnya disatukan sehingga menjadi tahu pola yang sering muncul. Pola yang sama itu kemudian diberi nama dengan konsep tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian kita (Suparno, 2007: 121). Data hasil pretest dan posttest di coding sehingga diperoleh konsep-konsep siswa. Dari konsep-konsep yang muncul tampak pola-pola konsep siswa. Pola-pola konsep siswa pada pretest dibandingkan dengan pola-pola konsep siswa pada posttest untuk melihat apakah ada perkembangan atau tidak.

2. Wawancara

Untuk meneliti apakah konsep siswa berkembang atau tidak, selain peneliti melakukan pretest dan posttest, peneliti juga melakukan wawancara terhadap seluruh siswa. Peneliti mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan konsep-konsep pada materi zat dan wujudnya.

3. Pengamatan

(58)

menggunakan tolly. Penilaian keaktifan dilakukan dengan memberi skor yaitu, sangat aktif (5), aktif (4), cukup (3), kurang aktif (2), tidak aktif (1). Lembar pengamatan dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Lembar Pengamatan

No. siswa

Aspek yang diamati Jumlah skor yang dicapai siswa (jumlah

tolly)

Rata-rata skor keaktifan 1 2 3 4 5 6 7 8

1

2

3

dst

Untuk menghitung rata-rata skor keaktifan setiap siswa, yaitu :

* − , - , - - . = ℎ - , 0 1 2 3 4 5

ℎ 4

-Skor keaktifan siswa diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan sebelumnya dengan panjang rentangan antar aspek yang ditentukan sebagai berikut :

Skor tertinggi = SI

Skor terendah = SH

(59)

Panjang rentang antar aspek = 6− 7 5

Dengan panjang rentang 6− 7

5 =

5−1

5 = 0,8, rata-rata skor keaktifan yang dicapai setiap siswa digolongkan ke dalam 5 kriteria dengan interval sebagai berikut :

Tabel 8. Interval Skor Keaktifan

No Kriteria Interval

1 Tidak aktif 1,00-1,8

2 Kurang aktif 1,81-2,6

3 Cukup 2,61-3,4

4 Aktif 3,41-4,2

5 Sangat aktif 4,21-5,00

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Parindu Kalimantan Barat pada tanggal 4 Oktober 2010 sampai dengan 14 Oktober 2010. Penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas VII yang sesuai dengan materi yang peneliti rancang sebelumnya yaitu zat dan wujudnya. Di SMP Negeri 2 Parindu, untuk kelas VII terdapat dua kelas yaitu VII A dan VII B. Peneliti mengambil sampel penelitian yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan sebanyak empat pertemuan dan di kelas kontrol sebanyak tiga pertemuan dengan satu kali pertemuan 2 x 40 menit.

Berikut jadwal penelitian yang dilakukan peneliti :

• 4 Oktober 2010 : pretest dan pembelajaran di kelas VII A pada jam ke

1-2

• 7 Oktober 2010 : pembelajaran di kelas VII A pada jam 1-2

• 7 Oktober 2010 : pretest dan pembelajaran di kelas VII B pada jam

3-4

• 9 Oktober 2010 : pembelajaran di kelas VII A pada jam 1-2

• 9 Oktober 2010 : pembelajaran di kelas VII B pada jam 5-6

(61)

• 11 Oktober 2010 : pembelajaran di kelas VII A pada jam 1-2

• 14 Oktober 2010 : pembelajaran di kelas VII B pada jam 5-6

Sebelum proses pembelajaran dimulai di kelas eksperimen, peneliti memperkenalkan diri kepada siswa. Peneliti memberitahukan bahwa pembelajaran mengenai materi zat dan wujudnya menggunakan metode POE dan menjelaskan sedikit mengenai metode POE. Sebelum pemberian treatment, peneliti memberikan pretest kepada siswa sebanyak 10 soal selama 40 menit. Siswa mengerjakan pretest dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Siswa mengerjakan pretest

(62)

Gambar 5. Siswa memprediksi

Setelah siswa memprediksi, pembelajaran dilanjutkan pada tahap observasi. Pada tahap ini, guru melakukan percobaan dan siswa mengamati percobaan. Siswa mencatat hal-hal yang berkaitan dengan masalah. Di sini siswa juga mencoba sendiri percobaannya. Siswa mengamati percobaan dan mencoba sendiri percobaannya dapat dilihat pada gambar 6 dan 7.

(63)

Gambar 7. Siswa mencoba percobaan

Setelah siswa mengobservasi, siswa menjelaskan apa yang mereka amati pada percobaan dan melihat apakah prediksi yang siswa buat sama atau berbeda dengan yang siswa amati. Siswa menjelaskan hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Siswa menjelaskan hasil pengamatan

(64)

pada pretest (soal pretest dan posttest di lampiran 4 halaman 99). Pada kelas eksperimen, peneliti juga melakukan wawancara kepada seluruh siswa.

B. Deskripsi Kelas

Kelas VIIA yang digunakan peneliti sebagai kelas eksperimen berjumlah 25 orang siswa dengan siswa laki-laki sebanyak 15 orang siswa dan siswa perempuan sebanyak 10 orang siswa. Siswa-siswa pada kelas eksperimen hampir seluruhnya memiliki keaktifan yang rendah walaupun ada beberapa orang siswa yang terlihat cukup aktif. Ini terlihat dari siswa yang cenderung diam jika guru meminta untuk mengemukakan pendapat atau bertanya jika mengalami kesulitan. Siswa baru mengemukakan pendapat atau bertanya pada guru jika guru menunjuk siswa.

Kondisi kelas sangat mendukung untuk proses pembelajaran. Di dalam kelas terdapat papan tulis. Kursi dan meja tertata dengan rapi. Setiap siswa menduduki 1 kursi dengan 1 meja di depannya. Jendela yang cukup banyak membuat udara di dalam kelas terasa sejuk. Lingkungan di sekitarnya pun masih asri dan jauh dari kebisingan.

(65)

C. Data

1. Pemahaman siswa yang ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

a. Kelas Eksperimen

Untuk mengetahui pemahaman siswa dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Data pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9. Data pretest dan posttest

No Kode Siswa

Pretest Posttest

1 X1 16 95

2 X2 9 84

3 X3 15 58

4 X4 9 42

5 X5 10 87

6 X6 12 56

7 X7 14 79

8 X8 15 85

9 X9 16 50

(66)

11 X11 9 92

12 X12 13 37

13 X13 15 53

14 X14 8 67

15 X15 12 62

16 X16 10 90

17 X17 4 73

18 X18 15 75

19 X19 15 70

20 X20 8 58

21 X21 15 76

22 X22 14 73

23 X23 14 23

(67)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 12.3043 23 3.28128 .68419

Posttest 67.2174 23 18.59853 3.87806

Dari hasil analisis menggunakan SPSS, diperoleh t = - 13,66, p = .00 < α = .05, maka signifikan, yang berarti ada perbedaan skor antara pretest dan posttest atau ada peningkatan pemahaman. Berarti metode

POE dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi zat dan wujudnya.

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pretest -

(68)

b. Kelas Kontrol

Data pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Data pretest dan posttest

No Kode Siswa

Pretest Posttest

1 Y1 14 39

2 Y2 18 37

3 Y3 15 20

4 Y4 10 10

5 Y5 15 50

6 Y6 15 31

7 Y7 4 29

8 Y8 20 52

9 Y9 9 19

10 Y10 8 14

11 Y11 37 69

12 Y12 15 22

13 Y13 13 34

14 Y14 21 29

(69)

16 Y16 19 17

17 Y17 6 22

18 Y18 9 18

19 Y19 13 18

20 Y20 16 26

21 Y21 12 53

22 Y22 17 23

23 Y23 15 12

Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman, pretest dan posttest diuji menggunakan uji T-test. Hasil uji T-test dengan SPSS sebagai berikut :

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 14.7391 23 6.56587 1.36908

(70)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pretest -

Posttest -1.44348E1 12.31343 2.56753 -19.75951 -9.11006 -5.622 22 .000

Dari hasil analisis menggunakan SPSS, diperoleh t = - 5,62, p = .00 < α = .05, maka signifikan, yang berarti ada perbedaan skor antara

pretest dan posttest atau ada peningkatan pemahaman. Berarti metode

ceramah dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi zat dan wujudnya.

2. Perbandingan pemahaman siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11. Data Pretest Kelas Ekspreimen dan Kelas Kontrol

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kode Siswa Pretest Kode Siswa Pretest

(71)

2 X2 9 Y2 18

3 X3 15 Y3 15

4 X4 9 Y4 10

5 X5 10 Y5 15

6 X6 12 Y6 15

7 X7 14 Y7 4

8 X8 15 Y8 20

9 X9 16 Y9 9

10 X10 15 Y10 8

11 X11 9 Y11 37

12 X12 13 Y12 15

13 X13 15 Y13 13

14 X14 8 Y14 21

15 X15 12 Y15 18

16 X16 10 Y16 19

17 X17 4 Y17 6

18 X18 15 Y18 9

19 X19 15 Y19 13

(72)

Untuk mengetahui apakah skor pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara sigifikan maka diuji menggunakan uji T-test untuk dua grup yang independen. Hasil uji T-test dengan SPSS sebagai berikut :

Group Statistics

Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor 1 23 12.3043 3.28128 .68419

2 23 14.7391 6.56587 1.36908

21 X21 15 Y21 12

22 X22 14 Y22 17

23 X23 14 Y23 15

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed) Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Skor Equal

variances assumed

1.977 .167 -1.591 44 .119 -2.43478 1.53052 -5.51935 .64978

Equal variances not assumed

(73)

Dari hasil analisis menggunakan SPSS, diperoleh t = - 1,59, p = .11 dan .12 > α = .05, maka tidak signifikan, yang berarti tidak ada perbedaan pretest antara kelas eksperimen dan kelas konrol.

Data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Tabel 12. Data Posttest Kelas Ekspreimen dan Kelas Kontrol

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kode Siswa Posttest Kode Siswa Posttest

1 X1 95 Y1 39

2 X2 84 Y2 37

3 X3 58 Y3 20

4 X4 42 Y4 10

5 X5 87 Y5 50

6 X6 56 Y6 31

7 X7 79 Y7 29

8 X8 85 Y8 52

9 X9 50 Y9 19

(74)

11 X11 92 Y11 69

12 X12 37 Y12 22

13 X13 53 Y13 34

14 X14 67 Y14 29

15 X15 62 Y15 27

16 X16 90 Y16 17

17 X17 73 Y17 22

18 X18 75 Y18 18

19 X19 70 Y19 18

20 X20 58 Y20 26

21 X21 76 Y21 53

22 X22 73 Y22 23

23 X23 23 Y23 12

(75)

Group Statistics

Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor 1 23 67.2174 18.59853 3.87806

2 23 29.1739 14.96557 3.12054

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Skor Equal

variances assumed

1.461 .233 7.643 44 .000 38.04348 4.97766 28.01166 48.07529

Equal variances not assumed

7.643 42.074 .000 38.04348 4.97766 27.99867 48.08828

Dari hasil analisis menggunakan SPSS, diperoleh t = 7.64, p = .00 <

α = .05, maka signifikan, yang berarti ada perbedaan posttest antara

(76)

3. Konsep Siswa

Perubahan konsep setiap siswa dianalisis dari hasil pretest dan posttest. Selain pretest dan posttest, perubahan konsep setiap siswa juga dilihat dari hasil wawancara setiap siswa. Perubahan konsepnya secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 153.

(77)

No Soal

Permasalahan Pretest Posttest Perubahan Jumlah

Siswa 1 Jenis-jenis zat Siswa hanya menjawab zat

kapur dan hanya menjawab zat asam. Selain itu siswa menjawab zat kalsium, zat besi, zat kimia, zat hidrogen, zat karbondiksida, zat basa, zat koridat, zat protin.

Zat padat, zat cair, zat gas Padat, cair, gas 9

Siswa hanya menjawab zat padat dan zat cair. Selain menjawab zat padat dan zat cair, siswa juga menjawab zat perantara, zat penghubung, zat kapur, zat besi, zat hidrat, zat arang dan zat molekul.

(78)

wujud zat contoh zat. Siswa juga hanya menjawab perubahan-perubahan zat.

zat. Siswa juga hanya menjawab sifat-sifat zat

(salah)

3 Sifat partikel zat

Siswa hanya menjawab

perubahan-perubahan wujud zat. Siswa hanya menjawab contoh-contoh zat.

Siswa hanya menyebutkan definisi dari zat. Siswa hanya menjawab sifat zat yang dapat terlihat secara

langsung.

Tidak ada perubahan (salah)

4

Siswa hanya menyebutkan contoh-contoh dari zat. Siswa hanya menjawab sifat-sifat dari zat.

Zat padat (sangat berdekatan, teratur, tidak bebas), zat cair (berdekatan, teratur, tidak bebas), zat gas

(berjauhan, tidak teratur, sangat bebas)

Zat padat (sangat berdekatan, teratur, tidak bebas), zat cair (berdekatan, teratur, tidak bebas), zat gas (berjauhan, tidak teratur, sangat bebas)

(79)

adhesi hanya menyebutkan contoh kohesi. Siswa hanya menjawab kohesi dan adhesi adalah gas yang berasal dari udara. . Siswa hanya menjawab kohesi dan adhesi adalah benda yang digunakan

molekul yang sejenis), adhesi (gaya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis)

menarik antar molekul yang sejenis), adhesi (gaya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis)

5 Contoh-contoh kapilaritas

Siswa tidak menjawab. Siswa hanya menjawab kegiatan yang dilakukannya sehari-hari. Siswa hanya menjawab perubahan wujud zat

Air tanah naik melalui pembuluh kayu, minyak tanah naik melalui sumbu kompor

Air tanah naik melalui pembuluh kayu, minyak tanah naik melalui sumbu kompor

14

6 Menghitung massa jenis

Siswa tidak menjawab. Siswa hanya langsung menjawab.

Diketahui, ditanyakan, analisis benar, jawaban benar

Diketahui, ditanyakan, analisis benar,

jawaban benar

(80)

hanya langsung menjawab. salah benar, jawaban salah 7 Menghitung

massa jenis

Siswa tidak menjawab. Siswa hanya langsung menjawab.

Diketahui, ditanyakan, analisis benar, hasil salah

Diketahui, ditanyakan, analisis benar, hasil salah

7

Siswa tidak menjawab. Siswa hanya langsung menjawab.

Diketahui, analisis benar, jawaban salah

Siswa tidak menjawab. Siswa hanya langsung menjawab.

Diketahui, ditanyakan, analisis benar, jawaban benar

Diketahui, ditanyakan, analisis benar,

jawaban benar

6

Siswa tidak menjawab. Siswa hanya langsung menjawab.

Diketahui, ditanyakan, analisis benar, jawaban salah

Diketahui, ditanyakan, analisis benar, jawaban salah

4

9 Massa jenis Jawaban siswa berbeda-beda. Siswa hanya menjawab minyak berlemak, siswa hanya

menjawab minyak mempunyai gas, siswa hanya menjawab

Jawaban siswa berbeda-beda. Siswa hanya menjawab minyak berlemak, siswa hanya menjawab minyak mempunyai gas, siswa hanya menjawab minyak mempunyai zat

Tidak ada perubahan (salah)

(81)

hanya menjawab minyak tidak mempunyai zat asam, siswa hanya menjawab minyak dan air alami, siswa hanya menjawab minyak terlalui tinggi daripada air

minyak mempunyai molekul-molekul yang besar, siswa hanya menjawab minyak memiliki sifat yang sangat cair, siswa hanya menjawab air lebih netral, siswa hanya menjawab minyak mempunyai selaput tipis, siswa hanya menjawab air dan minyak berbeda, siswa hanya menjawab adanya zat lendir

Siswa tidak menjawab. Siswa hanya menjawab minyak berlemak, siswa hanya

menjawab minyak bersifat gas, siswa hanya menjawab minyak mempunyai zat yang bertenaga tinggi, siswa hanya menjawab minyak tidak dapat dicampur

Karena massa jenis air dan minyak berbeda

Karena massa jenis air dan minyak berbeda

(82)

menjawab zatnya tidak bisa tenggelam dan mengandung zat kapur.

10 Cara

menghitung massa jenis yang bentuknya tidak teratur

Siswa hanya menjawab mengukur dengan penggaris. Siswa hanya menjawab bati tidak teratur dan pecah

Siswa hanya menjawab mengukur dengan penggaris. Siswa hanya menjawab menghitung massa jenis zat padat

Tidak ada perubahan (salah)

(83)

Pada soal nomor 1 yaitu pada permasalahan jenis-jenis zat, perubahan yang paling banyak disebutkan siswa adalah padat, cair, dan gas yaitu sebanyak 9 orang siswa. Perubahan yang terjadi adalah pada pretest, siswa hanya menjawab zat kapur dan hanya menjawab zat asam. Selain itu siswa menjawab zat kalsium, zat besi, zat kimia, zat hidrogen, zat karbondiksida, zat basa, zat koridat, zat protin, dan pada posttest, siswa menjawab zat padat, zat cair, zat gas. Sebanyak 4 orang siswa menyebutkan perubahan yaitu gas. Perubahan yang terjadi adalah pada pretest, siswa hanya menjawab zat padat dan zat cair. Selain menjawab zat padat dan zat cair, siswa juga menjawab zat perantara, zat penghubung, zat kapur, zat besi, zat hidrat, zat arang dan zat molekul, dan pada posttest, siswa menjawab zat padat, zat cair, dan zat gas. Banyaknya siswa yang mengalami perubahan menunjukkan bahwa konsep siswa berkembang.

(84)

Pada soal nomor 3 yaitu pada permasalahan sifat partikel zat, siswa banyak melakukan tidak ada perubahan (salah) yaitu sebanyak 4 orang siswa. Perubahan yang terjadi adalah pada pretest, siswa hanya menjawab perubahan-perubahan wujud zat. Siswa juga hanya menjawab contoh-contoh zat, dan pada posttest, siswa hanya menyebutkan definisi dari zat dan siswa hanya menjawab sifat zat yang dapat terlihat secara langsung. Sebanyak 3 orang siswa menyebutkan perubahan padat (berdekatan, teratur, dan tidak bebas), cair (berdekatan, tidak teratur, lebih bebas), gas (berjauhan, tidak teratur, sangat bebas). Perubahan yang terjadi adalah pada pretest, siswa hanya menyebutkan contoh-contoh dari zat. Siswa juga hanya menjawab sifat-sifat dari zat, dan pada posttest, siswa menjawab zat padat (sangat berdekatan,

teratur, tidak bebas), zat cair (berdekatan, teratur, tidak bebas), zat gas (berjauhan, tidak teratur, sangat bebas). Banyaknya siswa yang mengalami perubahan menunjukkan bahwa konsep siswa cukup berkembang.

Pada soal nomor 4 yaitu pada permasalahan kohesi dan adhesi, perubahan yang paling banyak disebutkan siswa adalah kohesi (gaya tarik-menarik antar molekul yang sejenis) dan adhesi (gaya tarik-tarik-menarik antar molekul yang tidak sejenis) yaitu sebanyak 15 orang siswa. Perubahan yang terjadi adalah pada pretest, siswa tidak menjawab, siswa hanya menyebutkan

(85)

yang digunakan, dan pada posttest, kohesi (gaya tarik menarik antar molekul yang sejenis), adhesi (gaya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis). Banyaknya siswa yang mengalami perubahan menunjukkan bahwa konsep siswa berkembang.

Pada soal nomor 5 yaitu pada permasalahan contoh-contoh kapilaritas, perubahan yang paling banyak disebutkan siswa adalah air tanah naik melalui pembuluh kayu dan minyak tanah naik melalui sumbu kompor yaitu sebanyak 14 orang siswa. Perubahan yang terjadi adalah pada pretest, siswa tidak menjawab. Siswa hanya menjawab kegiatan yang dilakukannya sehari-hari. Siswa hanya menjawab perubahan wujud zat dan pada posttest, air tanah naik

melalui pembuluh kayu, minyak tanah naik melalui sumbu kompor. Banyaknya siswa yang mengalami perubahan menunjukkan bahwa konsep siswa berkembang.

Gambar

Gambar 1: Molekul Zat……………………………………………….
Tabel 1. Perubahan Bentuk Volume dari Zat
Gambar 1. Molekul Zat
Gambar 2. Perubahan Wujud Zat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan kecemasan orang tua, maka peneliti memberikan saran perawat di rumah sakit agar dapat

Sehingga berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dikonsumsi langsung dengan kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas

Sebenarnya ada beberapa pemustaka yang ada di perpustakaan Universitas Negeri Makassar yang tertarik dengan India baik itu dari segi budaya agama, wisata namun ada

Jadi dari telaah di atas dapat dilihat persamaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu peran keluarga dalam membentuk karakter anak, memberikan

ini terlihat dari kurangnya siswa yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan LKS. Kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran sudah mengalami

Sedangkan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pengertian perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan

siswa dalam kelompok untuk mencapai kompetensi belajar (Johnson &amp; Johnson, 1987).  Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok. kecil dan diarahkan untuk mempelajari subtansi

Skripsi dengan judul “ Pengaruh penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa SMPN 21 Pekanbaru ” , merupakan hasil karya