• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2001-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2001-2013"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2001-2013

Oleh

DWINTA APRILYDIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh suku bunga kredit investasi, Produk Domestik Regional Bruto, dan tenaga kerja terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Provinsi Lampung. Data yang digunakan adalah data runtun waktu tahun 2001-2013, dengan menggunakan model regresi berganda dengan pendekatan metode

Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa PDRB danTenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PMDN, sedangkan suku bunga kredit tidak memberikan pengaruh terhadap perkembangan PMDN di Provinsi Lampung.

(2)

ABSTRACT

THE FACTORS ANALYSIS WICH INFLUENCE THE NATIONAL CAPITAL INVESTMENT IN LAMPUNG PROVINCE IN THE YEAR OF 2001 TO 2013

By

DWINTA APRILYDIA

This study aims to examine the influence of credit interest rate, product domestic regional bruto and labor to the changes of domestic investment in Lampung Province. The data which is used are the secondary time series data in the year of 2001 – 2013 and the model used in the analysis was Ordinary Least Squares (OLS) regression method.

According to the result of regression analysis showed that product domestic product bruto and labor rate positively and significantly influenced the changes of domestic investment, meanwhile, credit interest rate does not affect toward

domestic investment Lampung Province.

Key words: Domestic investment, The Credit Interest rate, Product domestic regional bruto, labor, Ordinary LeastSquare (OLS)

(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI

YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DIPROVINSI LAMPUNG

Tahun 2001-2013 Oleh

DWINTA APRILYDIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dwinta Aprilydia, lahir di Bandar Lampung pada

tanggal 22 April 1992 yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan H. Amril dan Indrawati.

Pendidikan pertama ditempuh di TK Aisyah II. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SD Kartika II-5. Lulus pada tahun 2004 dan

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Bandar Lampung. Setelah lulus tahun

2007 lalu melanjutkan bersekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan menyelesaikannya tahun 2010. Di tahun yang sama penulis melanjutkan

(8)

MOTO

There are two ways to live your life. One is as though nothing is a

miracle. The other is as though everything is miracle

(Albert Einstein)

People will respect you if only you respect yourself

(Dwinta Aprilydia)

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu itu menjaga engkau dan

engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta

terhukum. Harta itu kurang bila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila

dibelanjakan

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur pada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, skripsi ini saya persembahkan kepada: Ayah H. Amril dan Ibu Indrawati tersayang yang selalu

mendukung, mengajari, menemani, dan mendoakan yang terbaik untuk saya. Uni Ika Sabrina, Dendy Tryanda dan Fariza Rizkia Aminda yang selalu menemani,

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Lampung Tahun 2001-2013” ini

merupakan syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran, perhatian, dan

bimbingannya sehingga skripsi ini selesai.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(11)

5. Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si selaku dosen penguji utama.

Terimakasih telah memberikan saran yang bermanfaat untuk saya. 6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama ini.

7. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan (Mas Kuswara, Ibu Mardiana, Ibu Yati, Bang Herman, Pakde, dll) serta para pegawai Fakultas Ekonomi.

8. Ayah dan Ibu tersayang yang telah memberikan yang terbaik, mencurahkan doa, kasih sayang dan semangat tiada hentinya selama ini.

9. Uniku Ika Sabrina serta kedua adikku Dendy Tryanda dan Fariza Rizkia Aminda yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan menjadi tempat

berbagi cerita.

10.Sahabat-sahabat terbaik Sena, Aulia, Christine, Dhea, Dina, Ereg, Faiha, Mondes, Nanda, Opi, Sisi, Uffa, Memet, Ucen, Deni, Isa, Hadi, Restu.

Terimakasih atas canda tawa dan dukungannya.

11.Sahabat-sahabat konsentrasi Ekonomi Perencanaan: Claudya, Citra, Triya, Inaya, Astri, Dinasty, Hasti, Arizal, Angga, Amin, Brama, Irfan, Andika dan

lainnya yang tidak dapat disebutkan. Terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.

12.Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010: Nurul, Tika, Eci, Nia, Kak Fida, Mba Virgie, Devi, Icha, Wuri, Dina, Santi, Desta, Kak Dhani, Abah, Alek, Hasby, Aby, Ega, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan.

13.Teman-teman SMANDA yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah menjadi teman-teman yang baik dan mengajarkan banyak

(12)

14.Sahabat-sahabat SMP Negri 4 Bandar Lampung: Adis, Erisa, Jovie, Adit, Juli.

Ferlie, June, Ayu, Putri, Ria, Raessa.

15.Teman-teman KKN Desa Hurun, Kecamatan Padang Cermin: Pity, Suci, Mak

Dhanti, Uni Au, Silva, Kak Apga, Beta, Mekek dan Rifki. Terimakasih atas pengalaman yang telah diberikan selama KKN.

16.Dan pihak-pihak lain yang turut membantu, memberi dukungan maupun doa

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan kebaikan kepada pihak-pihak yang

telah membantu penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 14 Juli 2014

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……….………... i

DAFTAR TABEL ……… iv

DAFTAR GAMBAR……….……... v

DAFTAR LAMPIRAN……… vi

I. PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang………..……… 1

B. Rumusan Masalah……….……… 9

C. Tujuan Penelitian………... 11

D. Kerangka Pemikiran………. 11

E. Hipotesis………... 13

F. Ruang Lingkup Penelitian……….... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 15

A. Investasi ………...………... 15

B. Tingkat Suku Bunga ………...………. 21

C. Produk Domestik Regional Bruto ………..…………...…... 24

D. Tenaga Kerja ……….……….…. 27

E. Penelitian Terdahulu….……….………... 29

III. METODE PENELITIAN ……….. 31

(14)

B. Variabel Penelitian ………. 31

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi PMDN di Provinsi Lampung ……….……… 53

2. Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap PMDN di Provinsi Lampung ………. 54

3. Pengaruh PDRB Terhadap PMDN di Provinsi Lampung.. 54

(15)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 57

A. Kesimpulan……….…….. 57

B. Saran………. 58

DAFTAR PUSTAKA ……….…. 59

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Lampung pada tahun

2001-2012 (juta rupiah)………...……… 3

2. Daftar Penelitian Terdahulu ……...……… 29

3. Uji Statistik Durbin-Watson ...……… 36

4. Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000-2012 ……….. 43

5. Keadaan Penduduk dan Ketenaga Kerjaan Provinsi Lampung ….. 44

6. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Lampung pada tahun 2001-2012 (juta rupiah) ………..… 45

7. Hasil Uji White No Cross Terms ……….…….…… 49

8. Hasil Uji Autokorelasi ……….………. 49

9. Hasil Uji Mulitikolinieritas ……….. 50

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi di Bandar Lampung

pada Tahun 2001-2012……… 5

2. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan (PDRB) Selama periode 2001-2012……….………….. 6

3. JumlahTenaga Kerja di Provinsi Lampung periode 2001-2012 .... 7

4. Kerangka Pemikiran ……….... 12

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuannya untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa khususnya cita-cita luhur

bangsa Indonesia. Pembangunan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi dalam sebuah negara juga

mengukur prestasi dan perkembangan suatu perekomomian dari suatu periode ke

periode berikutnya. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai suatu keberhasilan ekonomi suatu Negara atau daerah.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sangat membutuhkan ketepatan kebijakan dalam hal pembangunan. Sasaran pokok pembangunan ekonomi adalah penciptaan suatu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

yang positif menunujukan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukan adanya penurunan.

(19)

2

keamanan sampai kepada rumitnya birokrasi perijinan untuk melakukan investasi di daerah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan investasi sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara pada

umumnya dan daerah-daerah di dalamnya pada khususnya.

Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal tetap domestik. Investasi merupakan salah satu komponen penting dari permintaan

agregat yang merupakan faktor krusial bagi suatu proses pembangunan

(sustainable development). Investasi pada hakekatnya yaitu langkah awal kegiatan

pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan marak lesunya

pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, maka setiap

negara/daerah berupaya menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi.

Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang

pertumbuhan ekonomi. Wacana pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja baru, serta penanggulangan kemiskinan pada akhirnya menempatkan investasi

sebagai pendorong utama mengingat perekonomian yang digerakkan oleh

konsumsi diakui sangat rapuh terutama sejak tahun 1997. Setiap negara berusaha untuk menciptakan iklim perekonomian dalam rangka mendorong terciptanya

akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

Investasi terdiri atas dua, yaitu investasi pemerintah dan investasi swasta.

(20)

3

swasta terbagi menjadi dua, yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). PMDN adalah realisasi jumlah nilai investasi swasta yang berasal dari dalam negeri yang ditanamkan untuk kegiatan produksi.

Sebaliknya, PMA adalah kegiatan investasi swasta asing, yaitu realisasi jumlah investasi yang berasal dari swasta luar negri setiap tahunnya.

Provinsi Lampung sebagai daerah dengan letak dan kondisi geografisnya antara

lain sebagai gerbang pintu Sumatera, daerah penyangga ibukota negara, daerah penerima transmigran tertua, dan daerah lahan luas yang potensial, secara

psikologis mendorong semangat untuk memberdayakan wilayah ini dengan lebih baik lagi. Dalam upaya tersebut maka pemerintah senantiasa menciptakan

suasana yang meningkatkan investasi. Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat investasi dari waktu kewaktu salah satunya dengan menyoroti

perkembangan investasi swasta (PMA dan PMDN) di Provinsi Lampung, hal ini

dapat dilihat dalam Tabel 1 halaman berikut ini.

Tabel 1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Lampung pada tahun 2001-2012 (juta rupiah)

2001 814,623 1.445,693 2.260,317

2002 985,060 1.556,803 2.541,864

2003 999,708 1.755,073 2.754,782

2004 1.112,638 1.827,234 2.939,852

2005 1.622,156 2.729,130 4.351,286

2006 2.097,565 2.599,480 4.679,045

2007 2.317,458 951,356 3.268,814

2008 2.235,416 742,635 2.978,052

2009 39,418 1.948,356 1.987,774

2010 1.288,749 857,553 2.146,302

2011 127,967 3.751,948 3.879,915

2012 129,977 2.712,576 2.842,553

(21)

4

Berdasarkan Tabel 1 dapat dicermati bahwa perkembangan PMA dan PMDN di Provinsi Lampung tidak menentu, kadang mengalami peningkatan ditiap tahun nya dan kadang mengalami penurunan. Dapat dilihat PMDN pada tahun 2001

sampai tahun 2012 cenderung berfluktuasi, dari data diatas dilihat bahwa pada tahun 2001-2005 mengalami pertumbuhan yang mengembirakan, di mana besarnya nilai PMDN yang terjadi cenderung bertambah dari tahun ke tahun,

namun pada tahun 2006 sampai 2008 mengalami penurunan dan di tahun 2009 kembali mengalami kenaikan tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun

2010 serta kembali naik pada tahun 2011 dan 2012, hal ini yang menjadikan peneliti ingin meneliti tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN) di

Provinsi Lampung.

Perubahan investasi ternyata menimbulkan kompensasi bagi faktor ekonomi yang lain. Menurut Wira Kusuma, dkk (2004) dari sisi moneter dan pasar keuangan

suku bunga kredit investasi mempunyai hubungan yang terbalik dengan investasi. Semakin tinggi suku bunga kredit investasi, menyebabkan baya investasi semakin

mahal sehigga menghambat pertumbuhan investasi.

Menurut Keynes (dalam Sukirno, 2000:374), terdapat hubungan yang berbalikan antara suku bunga dengan jumlah investasi yang dilakukan pada suatu periode

tertentu. Kalau tingkat bunga rendah, maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi, karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan

(22)

5

tinggi, maka investasi dari kredit bank tidak menguntungkan. Fluktuasi tingkat suku bunga investasi menyebabkan para investor berpikir untuk melakukan investasi atau tidak.

Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa suku bunga kredit investasi pada tahun 2007 berjumlah 13,11 persen, sedangkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan

menjadi 14,85 persen. Suku bunga terendah ditunjukkan pada tahun2003 dengan nilai 8,25 persen. Sedangkan suku bunga tertinggi terjadi pada tahun 2005 16,23

persen. Dari gambar bisa dilihat bahwa suku bunga kredit investasi setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan.

Sumber: BPS Provinsi lampung

Gambar 1. Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi di Bandar Lampung (suku bunga nominal) periode 2001-2012 (persen)

Selain faktor suku bunga kredit investasi, menurut Vio Achfuda Putra dalam

penelitiannya, tingkat PMDN di Indonesia dipengaruhi oleh kenaikan PDB, itu berarti Produk Domestik Regional Bruto sangat mempengaruhi investasi. Produk

0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Suku Bunga

(23)

6

Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan sebagai pendapatan atau pengeluaran total daerah atas ouput barang dan jasa dalam periode tertentu, yang dapat mencerminkan kinerja ekonomi suatu daerah. Semakin tinggi Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) maka semakin bagus pula kinerja ekonomi pada daerah tersebut, begitu pula sebaliknya.

Dari Gambar 2 dapat dilihat mengenai perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan di Provinsi Lampung 2001-2012

Sumber: BPS Provinsi lampung

Gambar 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB) selama periode 2001-2012

Suatu peningkatan pada pendapatan akan menodorong jumlah investasi yang

tinggi, baik dilihat dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Meningkatnya permintaan akan barang dan jasa akan meningkatkan kebutuhan akan dana modal

bagi investor untuk membiayai investasinya dan pada akhirnya akan

0.000000 5.000000 10.000000 15.000000 20.000000 25.000000 30.000000 35.000000 40.000000 45.000000

(24)

7

meningkatkan permintaan dana kredit perbankan untuk membiayai investasi dan selanjutnya meningkatkan investasi didalam negri meningkat (Tambunan, 2006:14).

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2001-2012, terus mengalami peningkatan. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto yang semakin

mantap akan mencerminkan semakin membaiknya kondisi perekonomian dan membaiknya tingkat pendapatan masyarakat sehingga akan mempengaruhi

kegiatan ekonomi. Peningkatan ekonomi ini akan mendorong para pelaku ekonomi untuk meningkatkan permintaan terhadap investasi pada suatu daerah.

Namun tingkat investasi tidak hanya dipengaruhi oleh kedua faktor ekonomi makro tersebut, jumlah tenaga kerja juga merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi perkembangan investasi, adanya peningkatan jumlah tenaga kerja

akan meningkatkan kapasitas produksi dimana peningkatan kapasitas produksi tersebut nantinya akan meningkatkan investasi.

Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di Provinsi Lampung dari tahun 2001-2005 secara umum terus mengalami peningkatan, namun pada tahun 2006 jumlah tenaga kerja di Provinsi Lampung itu dikarenakan jumlah

(25)

8

Sumber:Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

Gambar 3. Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Lampung periode 2001-2012 (juta jiwa)

Disamping faktor-faktor ekonomi tersebut sebagai penentu tinggi atau rendahnya investasi, faktor non-ekonomi merupakan faktor lain yang juga mempengaruhui

keberhasilan investasi di Provinsi Lampung. Faktor non-ekonomi yang mempengaruhi investasi khususnya PMDN di Provinsi Lampung adalah

kurangnya infrastruktur yang mendukung yang menyebabkan para investor enggan melakukan investasi dan miniminya perkembangan teknologi yang menyebabkan rendahnya pembaharuan, yang menyebakan investasi di Provinsi

Lampung menurun.

Pada penelitian terdahulu yang diteliti oleh Lely Triyani ( 2003) menyatakan

bahwa Variabel Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap investasi sektor properti. Variabel Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh

negatif terhadap investasi sektor properti. Kenaikan tingkat suku bunga akan

0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Tenaga Kerja

(26)

9

meningkatkan investasi, ceteris paribus.Variabel PDRB tidak mempunyai pengaruh secara nyata karena dalam temuan empirik Produk Domestik Regional Bruto tidak signifikan dalam mempengaruhi investasi properti secara individual.

Dalam penelitian ini penulis akan membahas terkait antara suku bunga kredit, PDRB dan tenaga kerja di Provinsi Lampung, sedangkan variabel inflasi diabaikan karena dianggap tidak relevan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi

Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negri di Provinsi Lampung Tahun

2001-2013”

B. Rumusan Masalah

Investasi merupakan langkah awal dari pembangunan ekonomi, dimana jika

investasi bisa diciptakan maka pertumbuhan ekonomi akan ikut tinggi dengan sendirinya. Tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi

oleh pembangunan daerah itu sendiri. Apabila pembangunan pada suatu daerah berjalan dengan baik maka tingkat kesejahteraan masyarakat otomatis akan meningkat.

Agar investasi di Provinsi Lampung tidak dikuasai oleh investasi asing, maka salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan pemberdayaan investasi dalam negeri

di Provinsi Lampung. Karena investasi dalam negeri merupakan faktor krusial bagi suatu proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan

(27)

10

faktor ekonomi yang mempengaruhi perkembangan PMDN di Provinsi Lampung, faktor-faktor tersebut adalah, suku bunga kredit, PDRB dan tenaga kerja.

Pada tingkat suku bunga yang rendah, semakin banyak proyek investasi yang

menguntungkan bagi masing-masing perusahaan sehingga total investasi dalam perekonomian meningkat (Mankiw, 2000: 443). Pada kenyataannya yang terjadi pada tahun 2007 suku bunga menunjukan angka 13,11 persen dan meningkat pada

tahun 2008 sebesar 14,85 persen, dan pada tahun 2008 keadaan PMDN menurun menjadi Rp 742,635 juta dari tahun sebelumnya.

PMDN juga dipengaruhi oleh PDRB, pada tahun 2002 jumlah PDRB meningkat dari tahun sebelumnya menjadi Rp 25.433.276 dari Rp 24.079.608, berbanding

lurus dengan jumlah PMDN yang meningkat dari Rp 1.445,693 juta menjadi Rp 1.556,803 juta.

Peningkatan jumlah tenaga kerja juga mempengaruhi perkembangan investasi,

dapat dilihat pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja sebesar 3.313.553 jiwa meningkat menjadi 3.387.175 jiwa pada tahun berikutnya, peningkatan jumlah

tenaga kerja tersebut sesuai dengan keadaan PMDN, dimana pada tahun 2008 PMDN sejumlah Rp 742,635 juta meningkat menjadi Rp 1.948,356 juta pada tahun 2009.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah apakah variabel suku bunga kredit investasi, produk domestik

(28)

11

berpengaruh seberapa besar pengaruhnya, baik itu berpengaruh secara positif atau pun negatif terhadap penanaman modal dalam negeri di Provinsi Lampung.

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah: Untuk menganalisis pengaruh Suku Bunga Kredit Investasi, Produk Domestik Regional Bruto dan Tenaga Kerja terhadap Penanaman Modal

Dalam Negeri di Provinsi Lampung periode 2001-2013.

D. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi merupakan target yang ingin dicapai oleh perekonomian suatu negara/daerah dalam jangka panjang, dan semaksimal mungkin konsisten

dengan pertumbuhan ekonomi jangka pendek, tujuannya tidak lain untuk

mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Investasi adalah salah satu komponen pengeluaran agregat. Investasi menentukan tingkat pertumbuhan stok

kapital dalam perekonomian, dimana stok kapital ini sangat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam jangka panjang maupun jangka

pendek.

Pengaruh tingkat suku bunga dengan investasi adalah biaya modal. Dalam hubungannya tingkat suku bunga dengan investasi terdapat fungsi investasi yang

mengaitkan jumlah investasi dengan tingkat bunga. Investasi tergantung pada tingkat bunga karena tingkat bunga merupakan biaya dari pinjaman yang dipinjam

(29)

12

bunga yang kelak dibayar sedikit, dengan demikian apabila suku bunga rendah maka investasi akan naik dan suku bunga tinggi investasi akan mengalami penurunan.Semakin rendah tingkat suku bunga, maka semakin rendah pula

permintaan terhadap output (PDRB). Kenaikan PDRB berarti kenaikan permintaan agregat sehingga akan merangsang kalangan pengusaha untuk melakukan investasi.

Pengaruh tenaga kerja pada tingkat investasi dapat dilihat dari kegiatan

produksinya. Kegiatan produksi dapat menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi permintaan pasar, jika permintaan pasar meningkat maka para investor semakin tertarik menanamkan modal di Provinsi Lampung.

Kerangka pemikiran faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penanaman modal dalam negeri di Provinsi Lampung dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Suku Bunga Kredit

Investasi

Penanaman Modal DalamNegeri Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) -

+ Tenaga Kerja

(30)

13

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

1. Diduga Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri.

2. Diduga Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri.

3. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman

Modal Dalam Negeri.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup peneletian ini adalah sebagai berikut: 1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

PMDN yang dipakai dalam penelitian ini adalah realisasi investasi PMDN di

Provinsi Lampung Tahun 2001-2013 yang telah disetujui pemerintah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satuan rupiah.

2. Suku Bunga Kredit (SBK)

Data tingkat suku bunga kredit yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi rupiah tahunan pada bank umum

di Bandar Lampung yang dinyatakan dalam satuan persen selama periode 2001-2013. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau panjang yang

digunakan untuk keperluan rehabilitasi, moderenisasi, ekspansi, dan pendirian proyek-proyek baru. Data tingkat suku bunga kredit investasi tersebut

(31)

14

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah selama satu tahun dalam satuan juta rupiah.

Penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Lampung berdasarkan harga konstan 2000 periode 2001-2013. Data PDRB diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung.

4. Tenaga Kerja (TK)

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) dalam suatu

negara yang dapat memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini menggunakan data jumlah tenaga kerja dalam

(32)

II. LANDASAN TEORI

A. Investasi

1. Pengertian Investasi

Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk

membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa yang akan datang.

Investasi adalah suatu komponen dari PDB = C + I + G + (X-M).

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan

biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4)

Menurut Samuelson (2004: 198), investasi meliputi penambahan stok modal atau

barang disuatu negara, seperti bangunan peralatan produksi, dan barang-barang inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan

konsumsi di waktu mendatang.

Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Investasi

(33)

16

investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas

tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah stok kapital (Eni Setyowati dan Siti Fatimah N: 2007).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwasanya investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran atau pembelanjaan yang dapat berupa jenis barang modal, bangunan, peralatan modal, dan barang-barang

inventaris yang digunakan untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa atau untuk meningkatkan produktiktivitas kerja sehingga terjadi

peningkatan output yang dihasilkan dan tersedia untuk masyarakat.

2. Teori Investasi

Dalam jangka panjang pertumbuhan investasi berpengaruh pada bertambahnya

stok capital dan selanjutnya menaikan produktivitas. Di negara yang tingkat penganggurannya tinggi, seperti Indonesia sekarang, angkatan kerja yang

menganggur dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan modal.

1. Teori Neo Klasik menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi. Investasi dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan. Makin cepat perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan penduduk, makin cepat perkembangan volume stok kapital

rata-rata per tenaga kerja. Makin tinggi rasio kapital per tenaga kerja cendrung makin tinggi kapasitas produksi per tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow

(34)

17

akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2010: 88-89).

2. Teori Harrod-Domar. Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari para

ahli ekonomi sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan Keynes, dimana beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam menciptkan pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar memandang

bahwa pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan

menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan

atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa tertentu

dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang lebih besar (Sadono, 2007: 256-257).

3. Jenis Investasi

Berdasarkan jenisnya investasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Pertama investasi

pemerintah, adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pada umumnya investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; Kedua investasi swasta,

adalah investasi yang dilakukan oleh sektor swasta nasional yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ataupun investasi yang dilakukan oleh swasta

asing atau disebut Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi yang dilakukan swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan memperoleh pendapatan serta didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Jika pendapatan bertambah

(35)

18

diakibatkan oleh bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada penambahan pendapatan disebut induced investment.

Dana investasi swasta menurut asalnya terdiri dari dua 2 macam, yaitu: PMA

(Penanaman Modal Asing), jenis investasi yang sumber modalnya berasal dari luar negeri, sedangkan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) ialah jenis

investasi yang sumber modalnya berasal dari dalam negeri.

Penanaman Modal Asing (PMA) adalah salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri.

Salvatore (1997) menjelaskan bahwa PMA terdiri atas:

1. Investasi portofolio (portfolio investment), yakni investasi yang melibatkan

hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang

didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-kegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui

lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya.

2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah

untuk keperluan produksi, dan sebagainya. Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi asing secara langsung dapat dianggap sebagai salah satu

(36)

19

kepentingan ekspor. Di negara maju seperti Amerika, modal asing (khususnya dari Jepang dan Eropa Barat) tetap dibutuhkan guna memacu pertumbuhan ekonomi domestik, menghindari kelesuan pasar dan penciptaan kesempatan

kerja. Apalagi di negara berkembang seperti Indonesia, modal asing sangat diperlukan terutama sebagai akibat dari modal dalam negeri yang tidak mencukupi. Untuk itu berbagai kebijakan di bidang penanaman modal perlu

diciptakan dalam upaya menarik pihak luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dalam upaya untuk menarik minat investor asing menanamkan modalnya di Indonesia, pemerintah terus meningkatkan kegiatan promosi, baik melalui

pengiriman utusan ke luar negeri maupun peningkatan kerjasama antara pihak swasta nasional dengan swasta asing. Sementara itu, Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) sebagai badan yang bertanggung jawab dalam

kegiatan penanaman modal terus mengembangkan perannya dalam menumbuhkan investasi.

Masuknya PMA di Indonesia diatur oleh pemerintah dalam UU No 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan dilengkapi serta disempurnakan oleh UU No 11 Tahun 1970 juga tentang penanaman modal asing. UU itu didukung oleh

berbagai kemudahan yang dilengkapi dengan berbagai kebijakan dalam paket-paket deregulasi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menarik investasi didalam

memenuhi kebutuhan sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Sementara itu, rencana PMA yang disetujui pemerintah adalah nilai investasi proyek baru,

(37)

20

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk pembangunan melalui investor dalam negeri. Modal dari dalam negeri ini bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah. Kebijakan tentang

rencana PMDN ditetapkan oleh pemerintah melalui UU No 6 Tahun 1968, kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 Tahun 1970. Rencana PMDN yang disetujui pemerintah adalah nilai investasi baru, perluasan,

dan alih status, yang terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Jumlah kumulatif rencana PMDN adalah jumlah seluruh rencana PMDN yang disetujui

pemerintah sejak tahun 1968 dengan memperhitungkan pembatalan, perluasan, perubahan, penggabungan, pencabutan, dan pengalihan status dari PMDN ke

PMA atau sebaliknya.

Penggolongan investasi berdasarkan pembentukan modal terdiri dari 2 jenis investasi yaitu: investasi bruto, adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah

yang belum dikurangi depresiasi. Investasi neto adalah investasi bruto dikurangi depresiasi (jumlah perkiraan sejauh mana barang modal telah digunakan dalam

periode yang bersangkutan).

Investasi berdasarkan timbulnya: (1) investasi otonomi berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional; (2) investasi terpengaruh

(induced investment) investasi yang dipengaruhi oleh pendapatan nasional.

Menurut Sadono Sukirno (2003:5) investasi secara luas bahwa dalam perhitungan

pendapatan nasional, pengertian investasi meliputi: (1) seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang dan modal dalam pembelanjaan untuk

(38)

21

tempat tinggal dan (3) pertumbuhan dalam nilai stok barang perusahaan berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi.

B. Tingkat Suku Bunga

1. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga

merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah

(2004: 81) adalah:

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk

diinvestasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu

perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana.

Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengatur jumlah uang

beredar. Ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

(39)

22

pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi

rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.

2. Suku Bunga Nominal dan Rill

Suku bunga nominal adalah suku bunga yang bisa kita lihat di bank atau media cetak. Suku bunga nominal adalah cendurung naik seiring dengan angka inflasi.

Suku bunga rill adalah perbedaan diantara suku bunga nominal dan tingkat inflasi. Jika i menyatakan suku bunga nominal, rsuku bunga rill, dan π tingkat inflasi,

maka hubungan diantara ketiga variable tersebut bisa ditulis sebagai berikut:

r = i –π

Apabila persamaan tingkat bunga rill di atas diatur kembali, bisa dilihat bahwa

suku bunga nominal adalah jumlah suku bunga rill dan inflasi sebagi berikut:

I = r + π

Persamaan diatas disebut persamaan Fisher. Persamaan ini menunjukan suku bunga bisa berubah karena dua alasan: karena suku bunga rill berubah atau karena tingkat inflais berubah. Teori kuantitas uang dan persamaan Fisher sama-sama

menyatakan bagaimana pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam pertumbuhan uang sebesar satu persen

menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi. Menurut Fisher,

(40)

23

3. Teori-Teori Suku Bunga

a. Teori Suku Bunga Klasik

Menurut kaum klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun

investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian yang akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Beranjak dari teori mikro, teori klasik

mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal. Dalam teori klasik, stok barang modal dicampurkan dengan uang dan

keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitusif. Semakin langka modal, semakin tinggi suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak modal semakin

rendah tingkat suku bunga. Investasi juga merupakan fungsi dari suku bunga. Makin tinggi suku bunga, keinginan masyarakat untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang investor akan menambah pengeluaran

investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut merupakan

ongkos penggunaan dana (Cost of Capital). Makin rendah suku bunga maka investor akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

b. Teori Suku Bunga Keynes

Tingkat suku bunga menurut Keynes merupakan suatu fenomena moneter.

Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang. Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai full

employment. Oleh karena itu produksi masih dapat ditingkatkan tanpa

(41)

24

bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produk nasional. Dengan demikian setidaknya untuk jangka pendek, kebijkasanaan moneter

dalam teori Keynes berperan untuk meningkatkan produk nasional.

C. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB merupakan Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir

yang di hasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah atau region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost).

Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan

pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Produk domestik regional bruto dapat atas dasar harga berlaku atau nominal maupun atas dasar harga konstan atau riil. Produk domestik regional bruto atas

dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur

(42)

25

output atau produksi yang sesungguhnya terjadi. PDRB nominal tidak

mencerminkan pertumbuhan output yang sesungguhnya bila terjadi perubahan

tingkat harga secara umum.

Metode yang di lakukan oleh para pakar ekonomi untuk menghitung besar Produk Domestik Regional Bruto dengan beberapa pendekatan (Basri, 2002: 38), yakni :

1. Menurut pandekatan produksi, pendekatan dari produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurani output dari masing-masing sektor atau sub

sektor dengan biaya antaranya. Pendeketan ini biasa disebut pendekatan nilai tambah. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa

yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari input antara yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya

dalam proses produksi.

2. Menurut pendekatan pendapatan, dalam pendekatan pendapatan ini, nilai

tambah dari suatu kegiatan ekonomi dihitung dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Untuk sektor pemerintah dan usaha-usaha yang

sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha adalah bunga, sewa tanah, dan keuntungan.

Metode pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor yang diproduksinya berupa usaha jasa seperti pemerintahan.

3. Menurut pendekatan pengeluaran, pendeketan dari segi penawaran bertitik

(43)

26

Produk Domestik Regional Bruto dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu metode pendekatan penawaran (terdiri dari metode arus barang dan penjualan eceran) dan metode pendekatan penerimaan (terdiri dari

pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode data

anggaran belanja, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar negri. Pada prinsipnya cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan

komponen-komponen permintaan akhir seperti: konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumi pemerintah, pembentukan modal

bruto dan perdagangan antar wilayah (termasuk ekspor dan impor).

Pada kenyataannya terdapat kaitan antara investasi dengan pendapatan nasional. Investasi merupakan funsi dari pendapatan nasional. Meningkatnya pendapatan

nasional seperti tercermin dalam PDB (untuk tingkat nasional) dan PDRB (untuk tingkat regional) maka terdapat kecenderungan peningkatan pula dalam

penbentukan modal domestik bruto. Investor akan menanamakan modalnya jika proyek yang dilaksanakan menguntungkan. Salah satu faktor yang menyebabkan sebuah investasi dapat diperkirakan mendatangkan keuntungan ialah adanya

permintaan akan barang dan jasa dari masyarakat meningkat. Adapun peningkatan permintaan akan barang dan jasa merupakan salah satu dampak dari adanya

peningkatan pendapatan. Adanya peningkatan pendapatan akan menimbulkan dampak terhadap meningkatnya permintaan barang dan jasa yang diminta. Hal ini sekaligus juga akan mengakibatkan meningkatnya jumlah proyek yang

(44)

27

Peningkatan pendapatan regional mencerminkan kemampuan masyarakat di dalam wilayah tersebut untuk menyerap hasil produksi (Ability to Purchase), sehingga akan merangsang para investor untuk meningkatkan investasinya.

Disamping itu tingginya pendapatan masyarakat juga mencerminkan kemampuan didalam mengembalikan modal (Ability to Pay). Hal tersebut akan menarik investor untuk menanamkan modalnya dengan pertimbangan modal yang

ditanamkan, di masa yang akan datang bisa kembali (menguntungkan). Sehingga nampak jelas bahwa pendapatan berpengaruh terhadap investasi swasta.

D. Tenaga Kerja

1. Definisi Tenaga Kerja

Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu

pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan

menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih

dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif kepada pembangunan ekonominya. Setiap kegiatan produksi yang akan dilaksanakan pasti akan memerlukan tenaga

kerja. Tenaga kerja bukan saja berati buruh yang terdapat dalam perekonomian. Arti tenaga kerja meliputi juga keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.

(45)

28

1. Tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan;

2. Tenaga kerja terampil, yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dari pendidikan atau pengalaman kerja;

3. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang

tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu.

Menurut BPS penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai Angkatan Kerja

dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dikatakan bekerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang lalu. Sedangkan penduduk yang tidak

bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan disebut menganggur.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka

akan menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu daerah.

2. Perminataan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dan kuantitas yang

dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari permintaan masyarakat terhadap barang

yang diproduksinya. Permintaan tenga kerja seperti ini disebut derived demand

(46)

29

Permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu lapangan usaha akan mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah dalam suatu periode tertentu. Pertambahan permintaan pengusaha terhadap

tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap permintaan barang yang diproduksinya.

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam waktu tertentu. Dalam teori klasik sumber daya manusia (tenaga kerja) merupakan individu yang bebas

memilih untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas memilih dan menetukan jumlah jam kerja yang diinginkan.

Dalam keadaan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, maka penciptaan lapangan kerja baru akan mampu memenuhi tambahan angkatan kerja. Semakin banyaknya permintaan investasi maka semakin banyak juga lapangan kerja yang

dihasilkan ini sangat bepengaruh terhadap jumlah tenaga kerja yang bekerja.

E. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. Daftar Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil

(47)
(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan 2001-2013. Data sekunder yang digunakan karena penelitan yang dilakukan

meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat. Data ini diolah kembali sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Adapun data yang digunakan antara lain Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Suku Bunga Kredit (SBK),

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Tenaga Kerja (TK). Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Disnaker Trans) Provinsi Lampung.

B. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh

(49)

32 2. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang akan mempengaruhi

nilai variabel terikat dari variasi atau perubahan yang dialami oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu Suku Bunga

Kredit (SBK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Tenaga Kerja (TK).

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindarkan kesalahan penafsiran, maka dapat dijelaskan definisi

operasional untuk tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut:

1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

PMDN yang dipakai dalam penelitian ini adalah realisasi investasi PMDN di

Provinsi Lampung Tahun 2001-2013 yang telah disetujui pemerintah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satuan rupiah.

2. Suku Bunga Kredit (SBK)

Data tingkat suku bunga kredit yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi rupiah tahunan pada bank umum

di Bandar Lampung yang dinyatakan dalam satuan persen selama periode 2001-2013. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau panjang yang

digunakan untuk keperluan rehabilitasi, moderenisasi, ekspansi, dan pendirian proyek-proyek baru. Data tingkat suku bunga kredit investasi tersebut

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa yang

(50)

33 ini menggunakan data PDRB Provinsi Lampung berdasarkan harga konstan

2000 periode 2001-2013. Data PDRB diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung.

4. Tenaga Kerja (TK)

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Penelitian ini menggunakan data jumlah tenaga kerja dalam satuan jiwa di Provinsi Lampung pada tahun 2001-2013. Data tenaga kerja

diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker Trans) Provinsi Lampung.

D. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi, dimana analisis ini merupakan salah satu metode yang sangat populer dalam mencari

hubungan antara 2 variabel atau lebih. Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang diterangkan dengan satu atau dua variabel yang menerangkan.Variabel pertama disebut dengan

variabel terikat sedangkan variabel berikutnya disebut sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresi disebut regresi liner berganda.

Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.

Dalam analisis ini dilakukan bantuan program Eviews 4.1 dengan bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi berganda

(51)

34 ini diyakini mempunyai sifat-sifat yang ideal dan dapat diunggulkan yaitu secara

teknis sangat kuat, mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya. Fungsi persamaan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

PMDN = f (SBK, PDRB,TK) ... (3.1) Keterangan:

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri (Rp) SBK : Suku Bunga Kredit Investasi Tahunan (%) PDRB : Produk Domestik Regional Bruto (Rp) TK : Tenaga Kerja usia 15 – 64 tahun (Jiwa)

Secara pengertian ekonomi, penjelasan matematis tersebut adalah perubahan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) akan dipengaruhi oleh perubahan

tingkat suku bunga kredit (SBK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tenaga Kerja (TK).

Model PMDN yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

PMDN = β0 + β1SBK + β2PDRB + β3TK + εi………... (3.2) Namun dikarenakan adanya beda variabel independen, maka perseamaan regresi ditransformasikan ke logaritma berganda dengan menggunakan logaritma natural

(ln) menjadi sebagai berikut:

Ln PMDN = β0 + β1 SBK + β2 LnPDRB + β3 LnTK + µ ……….(3.3)

E. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Asumsi Normalitas (Normality Test)

Uji asumsi normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai

(52)

35 normal. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah

menggunakan uji Jarque-Bera (uji J-B). Hasil penghitungan nilai J-B hitung ini

dibandingkan dengan χ2

tabel dengan derajat kebebasan (degree of freedom =

df)2 dan α = 5%. Pedoman yang digunakan apabila J-B hitung > dibanding

dengan χ2–tabel df 2 dan α

5%, maka hipotesis yang menyatakan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal ditolak, dan sebaliknya.

b. Uji Asumsi Heterokedastisitas

Dalam regresi linear ganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran

parameter dalam model tersebut BLUE adalah Var (ui) = σ2

(konstan), semua

varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya, heteroskedastisitas diperolah pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas,

maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat ditunjukkan uji Hal White yang tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah. Kriteria uji

digunakan:

a. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata (α) yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas.

b. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata (α) yang digunakan, maka persamaan mengalami heteroskedastisitas.

Solusi dari masalah heteroskedastisitas adalah mencari transformasi model asal

(53)

36

c. Uji Asumsi Autokorelasi

Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) dalam

Eviews. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan dengan membandingkan DW- statistik dengan DW-tabel. Adapun kerangka identifikasi autokorelasi terangkum dalam Tabel berikut:

Tabel 3. Uji Statistik Durbin-Watson

Nilai Statistik Durbin Watson Hasil

0 < d < dL Menolak hipotesis nol; ada autokerelasipositif

dL < d <dU Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

dU ≤ d ≤ 4 – dU Menerima hipotesis nol; tidak ada autokerlasi positif/negative

4 – dU≤ d ≤ 4 – dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

4 – dL≤ d ≤ 4 ‘Menolak hipotesis nol; ada autokerlasi positif

Sumber: Widarjono (2007)

Salah satu keuntungan dari uji Durbin-Watson yang didasarkan pada error adalah bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistic d. Adapun prosedur dari uji Durbin-Watson adalah ( Widarjono, 2007):

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai errornya. 2. Menghitung nilai d.

3. Dengan jumlah obeservasi (n) dan jumlah variable bebas tertentu tidak termasuk konstanta (p-1), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin Watson.

4. Keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi didasarkan pada Tabel 3.

(54)

LM-37 Test. Apabila nilai Probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari tarif nyata

tertentu (yang digunakan), maka persamaan ini dinyatakan tidak mengalami autokorelasi. Apabila nilai Obs*R-squared yang diperoleh lebih kecil dari pada

taraf nyata tertentu maka persamaan tersebut mengandung autokorelasi. Kriteria uji yang digunakan adalah (1) apabila probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka persamaan tidak mengalami autokorelasi, dan

(2) apabila nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan maka terdapat autokorelasi.

Solusi dari masalah autokorelasi karena salah satu penyebab berikut ini:

1. Dihilangkannya variabel yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

2. Kesalahan spesifikasi model. Hal ini diatasi dengan mentransformasi model,

misalnya dari model linear menjadi non-linear atau sebaliknya.

d. Uji Asumsi Multikolinieritas

Uji ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang sempurna atau hampir sempurna di antara beberapa atau semua variabel bebas.

Analisis regresi yang baik bilamana tidak terdapat korelasi antar variabel bebas. Gujarati (2006: 68), mengatakan bahwa multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa indikator sebagai berikut :

a. R2 relatif tinggi (0,70 – 1,00) tetapi hanya sebagian kecil atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan menurut t-test, maka diduga terdapat

(55)

38 b. Koefisien korelasi parsial (r2) relatif tinggi (lebih tinggi dari R2), maka

cenderung terdapat multikolinearitas.

Selain itu pengujian terhadap ada atau tidaknya multikolinieritas juga dapat digunakan dengan menggunakan uji VIF (Variance Inflation Factor). Jika suatu variabel bebas memiliki VIF < 5, maka variabel tersebut tidak mengalami

multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah multikolinieritas dalam model regresi ini adalah melalui

Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF melebihi angka 5 maka dikatakan ada multikolinieritas.

Tindakan perbaikan dari masalah ini adalah:

a. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya,

b. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu, c. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi,

d. Mentransformasikan data, dan

e. Mendapatkan tambahan data baru

F. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel

(56)

39 a) SBK - PMDN

Ho : β1 = 0 tidak ada pengaruh antara suku bunga kredit (SBK) dengan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Ha : β1 < 0 ada pengaruh negatif antara suku bunga kredit (SBK)

dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). b) PDRB – PMDN

Ho : β2 = 0 tidak ada pengaruh antara Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Ha : β2 > 0 ada pengaruh positif antara Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) dengan Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN). c) TK –PMDN

Ho : β3 = 0 tidak ada pengaruh antara tenaga kerja (TK) dengan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Ha : β3 > 0 ada pengaruh positif antara tenaga kerja (TK) dengan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Ho diterima Ha ditolak apabila t hitung < t tabel atau jika probabilitas t

hitung > tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah satu variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

(57)

40

b. Uji Keseluruhan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah secara statistik bahwa koefisien regresi dari variabel independen secara bersama-sama memberikan pengaruh yang

bermakna dengan membandingkan nilai probabilitas (F-statistik) dengan F tabel, dengan kententuan jika FStatistik > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

secara bersama-sama, dengan formulasi hipotesis sebagai berikut :

Ho : β1= β2 = β3 = 0 Ho diterima (Prob F-statistik signifikan pada α 5%), artinya

variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1= β2 = β3≠ 0 Ha diterima (Prob F-statistik tidak signifikan pada α =

5%), artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

G. Gambaran Umum

Provinsi Lampung adalah salah satu bagian dari Indonesia yang terletak paling selatan di Pulau Sumatera. Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan

terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Provinsi Lampung menjadi penghubung utama lalu-lintas Pulau Sumatra dan Pulau Jawa maupun

sebaliknya. Keadaan alam Provinsi Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari

(58)

41 Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 adalah sebuah Keresidenan

Lampung, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung

ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung dengan ibu kota Tanjungkarang-Telukbetung. Selanjutnya Kotamadya Tanjungkarang-telukbetung tersebut berdasarkan Perda Nomor 24 tahun 1983 telah diganti menjadi Kotamadya

Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983.

Hingga sekarang, Provinsi Lampung secara administratif terdiri dari15

kabupaten/kota yakni:

1. Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 192,96 km2 terdiri dari 13 (tiga

belas) kecamatan.

2. Kota Metro dengan luas wilayah 61,79 km2 terdiri dari 5 (lima) kecamatan. 3. Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa, luas wilayahnya 4.950,40

km2 terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan.

4. Kabupaten Tanggamus dengan Ibukota Kota Agung, luas wilayah 3.356,61 km2 terdiri dari 28 (dua Puluh delapan) kecamatan.

5. Kabupaten Lampung Selatan dengan Ibukota Kalianda, luas wilayah 2.007,01 km2 terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan.

6. Kabupaten Lampung Timur dengan Ibukota Sukadana, luas wilayah 4.337,89 km2 tetdiri dari 24 (dua puluh empat) kecamatan.

7. Kabupaten Lampung Tengah dengan Ibukota Gunung Sugih, luas wilayah

4.789,82 km2 terdiri dari 28 (dua puluh delapan) kecamatan.

8. Kabupaten Lampung Utara dengan Ibukota Kotabumi, luas wilayah 2.725,63

(59)

42 9. Kabupaten Way Kanan dengan Ibukota Blambangan Umpu, luas wilayah

3.921,63 km2 terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan.

10. Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibukota Menggala, Luas wilayah 4.385,84

km2 terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan.

11. Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan Ibukota Panaragan Jaya, Luas wilayah 1.201 km2 terdiri dari 8 (delapan) kecamatan.

12. Kabupaten Mesuji dengan Ibukota Mesuji, luas wilayah 2.184 km2 terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

13. Kabupaten Pringsewu dengan Ibukota Pringsewu, luas wilayah 625 km2 terdiri dari 8 (delapan) kecamatan.

14. Kabupaten Pesawaran dengan Ibukota Gedong Tataan, luas wilayah 1.1173,77 km2 terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

15. Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui luas wilayahnya 1.582,26 km2

terdiri dari 11.(sebelas) kecamatan.

1. Kondisi Perekonomian Provinsi Lampung

Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan Perekonomian Provinsi Lampung dilihat dari sumbangan sektor-sektor yang ada dalam

membentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung. Untuk mengetahui perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 tersebut bisa kita lihat PDRB Provinsi

Lampung tahun 2001 sebesar Rp 23.245.982 meningkat pada tahun 2001 menjadi Rp 24.079.607 dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga tahun

(60)

43

Tabel 4. Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000-2012

Tahun PDRB Pertumbuhan

(%)

Sumber: BPS Provinsi lampung, 2012

2. Keadaan Penduduk dan Ketenaga Kerjaan Provinsi Lampung

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan usaha untuk

membangun suatu perekonomian.Untuk meningkatkan produksi yang

mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan yang penting

karena merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan, dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk kegiatan ekonomi. Untuk mengetahui

perkembangan jumlah penduduk dan keadaan ketenaga kerjaan di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 menunjukan bahwa pada tahun 2001 penduduk Provinsi Lampung berjumlah 6.724.052 jiwa dengan jumlah

angkatan kerja sebesar 3.731.869 jiwa, sedangkan jumlah kesempatan kerja bernilai 3.466.784, itu menyebabkan tingkat pengangguran sebesar 265.085 pada

(61)

44 pada jumlah kesempatan kerja senilai 375.325 jiwa, dengan jumlah pengangguran

pada tahun 2006 tidak mengalami penurunan, melainkan meningkat menjadi 375.325 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Provinsi Lampung mencapai

7.691.097 jiwa dengan angkatan kerja berjumlah 3.632.415 jiwa, peningkatan pada jumlah penduduk dan angkatan kerja juga dialami oleh jumlah kesempatan kerja Provinsi Lampung yang berjumlah 3.616.574 juta, walaupun jumlah

kesempatan kerja meningkat jumlah angka pengangguran tetap meningkat menjadi 215.841 jiwa. Itu berarti setiap tahunnya jumlah penduduk, angkatan

kerja dan kesempatan kerja terus meningkat, dan peningkatan itu tidak mempengaruhi penurunan jumlah pengangguran.

Tabel 5. Keadaan Penduduk dan Ketenaga Kerjaan Provinsi Lampung

Tahun Penduduk Angkatan

2002 6.787.654 3.932.103 3.620.103 265.085

2003 6.852.998 4.113.736 3.780.202 333.534

2004 6.915.951 4.303.123 3.947.383 355.740

2005 6.983.676 4.488.878 4.121.958 366.920

2006 7.504.834 4.587.186 4.211.861 375.325

2007 7.127.056 4.687.646 3.281.351 317.674

2008 7.391.128 3.568.770 3.313.553 255.167

2009 7.500.674 3.627.155 3.387.175 240.110

2010 7.500.674 3.686.346 3.462.297 224.049

2011 7.691.007 3.761.621 3.547.030 214.591

2012 7.691.097 3.632.415 3.616.574 215.841

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

3. Keadaan Investasi Provinsi Lampung

Seiring dengan semakin meningkatnya perkembangan ekonomi Provinsi Lampung yang mengarah pada semakin kondusifnya iklim berusaha memberikan pengaruh pada semakin berkembangnya penanaman modal baik yang dilakukakan oleh

(62)

45 dalam Tabel 6. Perkembangan total investasi swasta yang berasal dari PMA dan

PMDN di Provinsi Lampung dari tahun 2001-2006 terus mengalamin

peningkatan, tetapi pada tahun 2007-2009 mengalami penurunan, dan kembali

meningkat pada tahun 2011, tetapi mengalami penurunan lagi pada tahun 2012. Itu menandakan bahwa keadaan investasi di Provinsi Lampung terus mengalami perubahan

Tabel 6. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Lampung pada tahun 2001 - 2012 (juta rupiah)

2001 814,623 1.445,693 2.260,317

2002 985,060 1.556,803 2.541,864

2003 999,708 1.755,073 2.754,782

2004 1.112,638 1.827,234 2.939,852

2005 1.622,156 2.729,130 4.351,286

2006 2.097,565 2.599,480 4.679,045

2007 2.317,458 951,356 3.268,814

2008 2.235,416 742,635 2.978,052

2009 39,418 1.948,356 1.987,774

2010 1.288,749 857,553 2.146,302

2011 127,967 3.751,948 3.879,915

2012 129,977 2.712,576 2.842,553

Gambar

Tabel
Tabel 1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman
Gambar 1. Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi di Bandar Lampung
Gambar 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Squalene teridentifikasi di dalam fraksi NSL ini namun terdapat dalam konsentrasi yang rendah, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Basyuni et al ,

Total jumlah subjek untuk kelompok urea dan niasinamid adalah sama yaitu 33 subjek mendapatkan krim urea 10% atau niasinamid 4% berdasarkan random alokasi menggunakan

Sama halnya dengan credit union Lantang Tipo dan credit unionBima , Dari hasil analisis data credit union Keling Kumang selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukan

Arikunto (2010:247) menjelaskan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Pihak responden adalah yang memberikan pendapat terhadap jawaban faktor- faktor penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar

Pengertian gerbang logika yaitu rangkaian logika dengan salah satu atau lebih dari satu sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal keluaran dimana analisisnya dapat

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak, maka perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan kemampuan tersebut.Salah satu strategi yang dapat

Model pertumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pertumbuhan dari Bruce dan Schumacer (1950) dan Prodan (1968) yaitu dimana peubah yang digunakan