• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Tingkat Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model SAVI dan CTL pada Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Tingkat Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model SAVI dan CTL pada Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Gugus Ki Hajar Dewantara

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Gugus Ki Hajar Dewantara terdiri

dari SD Negeri 1 Padas, SD Negeri 4 Padas, SD Negeri 1 Kentengsari, SD Negeri

3 Kentengsari, SD Negeri 1 Karanglangu, SD Negeri 2 Karanglangu, SD Negeri 3

Karanglangu, SD Negeri 1 Panimbo dan SD Negeri 2 Panimbo.

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas V, yaitu kelas V SD Negeri 1

Panimbo sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 2 Karanglangu sebagai kelas

kontrol. Jumlah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 1 Panimbo dan SD Negeri 2

Karanglangu berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa di SD Negeri 1

Panimbo sebagai kelas eksperimen dan 20 siswa di SD Negeri 2 Karanglangu

sebagai kelas kontrol. Berikut gambaran lebih jelas tentang subjek dalam

penelitian yang ditinjau dari kelas jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel 12

berikut ini:

Tabel 12

Data Subjek Penelitian

Nama Sekolah Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Siswa Laki-laki Perempuan

SDN 01 Panimbo Eksperimen 11 9 20

SDN 02 Karanglangu Kontrol 14 6 20

Jumlah seluruhnya 40

Pelaksanaan penelitian di SD Negeri 1 Panimbo sebagai kelas eksperimen

dan SD Negeri 2 Karanglangu sebagai kelas kontrol masing-masing dilakukan 2

kali pertemuan pada kedua SD seperti tercantum dalam jadwal penelitian. Jadwal

(2)

Tabel 13

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan

1. Selasa, 24 Maret 2015 a. Perkenalan dengan siswa (kelas eksperimen

dan kelas kontrol)

b. Memberikan pretest kepada kelas

eksperimen dan kelas kontrol

2. Rabu, 25 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas eksperimen

tentang pesawat sederhana

3. Kamis, 26 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen

melanjutkan tentang materi pesawat sederhana,

memberikan posttest

4. Senin, 31 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas kontrol

5. Selasa, 01 April 2015 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas kontrol

melanjutkan tentang materi pesawat sederhana,

memberikan posttest

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Penelitian Pembelajaran Menggunakan Model SAVI

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari

dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Masing-masing pertemuan

berlangsung selama 70 menit (2x35 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 25 Maret 2015 dan pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 26 Maret 2015.

a. Pertemuan I

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru menyiapkan peralatan

yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, media

pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka botol, buku

(3)

Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yaitu “Pernahkan anak -anak melakukan kegiatan seperti menggunting kain? Memotong dengan kain

dengan gunting akan lebih mudah daripada memotong kain dengan cara

menyobek dengan tangan. Untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari, kita

memerlukan alat bantu. Alat bantu tersebut membuat pekerjaan menjadi

ringan. Alat ini dinamakan pesawat sederhana. Alat apa saja yang termasuk

pesawat sederhana? Nah hari ini kita akan belajar tentang pesawat sederhana”, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

1) Tahap penyampaian

Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru

menyampaikan benda tentang berbagai jenis pesawat sederhana misal

pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.

2) Tahap pelatihan

Pada tahap pelatihan, masing-masing kelompok mengamati

gambar yang diberikan oleh guru (aktivitas melihat/visualization).

Kemudian masing-masing kelompok mengelompokkan gambar yang

termasuk dalam jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang

miring, katrol dan roda (aktivitas gerak/somatic) dan siswa berdiskusi

secara kelompok untuk mengerjakan lembar kerja kelompok mengenai

pesawat sederhana (aktivitas berfikir/intellectual).

3) Tahap penampilan hasil

Pada tahap penampilan hasil, beberapa kelompok maju kedepan

kelas untuk mempresentasikan lembar kerja kelompok (aktivitas

mendengarkan/auditory). Sedangkan kelompok yang tidak maju kedepan

kelas mendengarkan presentasi dan menanggapi kelompok yang sedang

presentasi (aktivitas mendengarkan/auditory dan aktivitas

(4)

Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran

bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses

pembelajaran berlangsung.

b. Pertemuan II

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II guru

menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi,

media pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka

botol, buku pelajaran serta ruang/lokasi.

Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa dan melakukan presensi,

kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru mengingatkan

kembali materi pelajaran tentang pesawat sederhana yang telah dipelajari

pada pertemuan yang lalu, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan

pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih

sama dengan pertemuan I hanya yang membedakan yaitu pada pertemuan II

menggunakan media nyata pesawat sederhana.

1) Tahap penyampaian

Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru

menyampaikan berbagai kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana

dan tidak menggunakan pesawat sederhana.

2) Tahap pelatihan

Pada tahap pelatihan, siswa bersama kelompok mengidentifikasi

berbagai kegiatan yang disampaikan oleh guru (aktivitas

berfikir/intellectual), lalu kelompok diberi guru sebuah alat pesawat

sederhana dan setiap kelompok mengamati alat pesawat sederhana yang

mereka dapat (aktivitas melihat/visualization). Kemudian siswa

berdiskusi kelompok tentang cara menggunakan pesawat sederhana yang

(5)

3) Tahap penampilan hasil

Pada tahap penampilan hasil, beberapa kelompok maju kedepan

kelas untuk mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana

berkaitan dengan berbagai kegiatan yang telah disampaikan guru dan

kelompok yang tidak maju kedepan kelas mendengarkan presentasi dan

menanggapi kelompok yang sedang presentasi (aktivitas

mendegarkan/auditory dan aktivitas berfikir/intellectual). Lalu guru

memberikan apresiasi terhadap kelompok yang telah mempresentasikan

hasil kerja kelompok.

Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran

bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses

pembelajaran berlangsung.

4.2.2 Hasil Penelitian Pembelajaran Menggunakan Model CTL

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol ini juga terdiri dari

dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Masing-masing pertemuan

berlangsung selam 70 menit (2x35 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada hari

Senin tanggal 31 Maret 2015 dan pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa

tanggal 01 april 2015.

a. Pertemuan I

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru menyiapkan peralatan

yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, media

pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka botol, buku

pelajaran serta ruang/lokasi.

Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi,

kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yaitu “Pernahkan anak

-anak melakukan kegiatan seperti mencabut paku yang menempel pada kayu?

(6)

pekerjaan sehari-hari, kita memerlukan alat bantu. Alat bantu tersebut

membuat pekerjaan menjadi ringan. Alat ini dinamakan pesawat sederhana.

Alat apa saja yang termasuk pesawat sederhana? Nah hari ini kita akan belajar tentang pesawat sederhana”, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

1) Tahap penyampaian

Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru

memberikan gambar tentang berbagai jenis pesawat sederhana misal

pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.

2) Tahap pelatihan

Pada tahap pelatihan, siswa bekerja kelompok menyelesaikan

permasalahan tentang penggolongan berbagai alat rumah tangga sebagai

pengungkit, bidang miring, katrol dan roda (masyarakat belajar/learning

community).

3) Tahap penyampaian hasil

Pada tahap penyampaian hasil ini, kelompok mempresentasikan

hasil penyelesaian masalah (pemodelan/modeling). Untuk kelompok

yang tidak presentasi mengamati dan menanggapi hasil kerja kelompok

lain (refleksi/reflection). Melalui tanya jawab guru dan siswa membahas

tentang penyelesaian yang paling tepat (bertanya/questioning). Lalu

siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja (penilaian

autentik/authentic) dan kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompok (inkuiri/inquiry).

b. Pertemuan II

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II guru

menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi,

media pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka

(7)

Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa dan melakukan presensi,

kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru mengingatkan

kembali materi pelajaran tentang pesawat sederhana yang telah dipelajari

pada pertemuan yang lalu, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan

pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih

sama dengan pertemuan I hanya yang membedakan yaitu pada pertemuan II

menggunakan media nyata pesawat sederhana.

1) Tahap penyampaian

Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru memberikan

permasalahan tentang berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit,

bidang miring, katrol dan roda.

2) Tahap pelatihan

Siswa bersama kelompok mengidentifikasi berbagai kegiatan yang

disampaikan oleh guru (masyarakat belajar/learning community).

Kelompok diberi guru sebuah alat pesawat sederhana. Setiap kelompok

mengamati alat pesawat sederhana yang mereka dapat. Siswa berdiskusi

kelompok tentang cara menggunakan pesawat sederhana yang mereka

dapat (masyarakat belajar/learning community).

3) Tahap penampilan hasil

Pada tahap penyampaian hasil ini, kelompok mempresentasikan

hasil penyelesaian masalah (pemodelan/modeling). Untuk kelompok yang

tidak presentasi mengamati dan menanggapi hasil kerja kelompok lain

(refleksi/reflection). Melalui tanya jawab guru dan siswa membahas

tentang penyelesaian yang paling tepat (bertanya/questioning). Lalu siswa

dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja (penilaian

autentik/authentic) dan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok

(8)

4.3 Analisis Data

4.3.1 Analisis Data Pretest a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif variabel penemilitian membahas tentang hasil uji

deskriptif dan distribusi frekuensi untuk menentukan tinggi rendahnya variabel

kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti menggunakan lima kategori dengan

acuan yaitu: baik sekali (skor 81-100), baik (skor 61-80), cukup (skor 41-60),

hampir cukup (skor 21-40), dan kurang (skor 0-20). Berikut ini hasil analisis

deskriptif distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14

Analisis Deskriptif Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)

1. 0-20 1 5 1 5

2. 21-40 10 50 11 55

3. 41-60 9 45 8 40

4. 61-80 0 0 0 0

5. 81-100 0 0 0 0

Jumlah 20 100 20 100

Minimun 20 16

Maximun 60 60

Mean 42.25 42.50

Standar Deviasi 11.863 9.389

Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa pada pretest kelas eksperimen

dengan jumlah data (N) sebanyak 20 diperoleh nilai minimum 20 sedangkan nilai

maximum sebesar 60 dengan rata-rata nilai sebesar 42.25 dan standar deviasi

sebesar 11.811. Sedangkan untuk pretest kelas kontrol dengan jumlah data (N)

sebanyak 20 diperoleh nilai minimum sebesar 16 sedangkan nilai maximum

sebesar 60 dengan rata-rata nilai sebesar 42.50 dan standar deviasi 9.389.

Sedangkan untuk distribusi frekuensi, tampak bahwa hasil pretest pada

kelas eksperimen terbanyak terdapat pada kategori hampir cukup (skor 21-40)

(9)

(45%) diikuti pada kategori kurang (skor 0-20) yaitu sebanyak 1 orang (5%).

Sedangkan hasil prestest pada kelompok kontrol terbanyak pada kategori hampir

cukup (skor 21-40) yaitu sebanyak 11 orang (55%), kategori cukup (skor 41-60)

yaitu sebanyak 8 orang (40%) dan diikuti pada kategori kurang (skor 0-20) yaitu

sebanyak 1 orang (5%). Di bawah ini disajikan gambaran visual diagram

lingkaran pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pretest Kelas Eksperimen Pretest Kelas kontrol

Gambar 6

Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol.

b. Uji Normalitas

Tahap awal dalam analisis data adalah melakukan uji normalitas terhadap

data hasil penelitian. Pengujian terhadap normalitas menggunakan program SPSS

20 for windows. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan uji One Sample-Kolmogorov-Sminov Test. Hasil pengujian

normalitas data pretest siswa terhadap kelas eksperimen yaitu SDN 1 Panimbo

dan kelas kontrol yaitu SDN 2 Karanglangu untuk mata pelajaran Ilmu

(10)

Tabel 15

Hasil Pengujian Normalitas Data Pretest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PRETEST

EKSPERIMEN

PRETEST

KONTROL

N 20 20

Normal Parametersa Mean 42.25 42.50

Std. Deviation 11.863 9.389

Most Extreme Differences Absolute .148 .186

Positive .148 .164

Negative -.102 -.186

Kolmogorov-Smirnov Z .661 .831

Asymp. Sig. (2-tailed) .775 .494

a.Test distribution is Normal

Berdasarkan tabel 15 diatas, data pretest siswa untuk mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas eksperimen yaitu SDN 1 panimbo

berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z)

sebesar 0,661 dengan signifikansi = 0,775 > 0,05 dan pada kelas kontrol yaitu

SDN 2 Karanglangu juga berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai

Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,831 dengan probabilitas signifikansi

sebesar 0,494 > 0,05. Berdasarkan pengujian normalitas diatas dapat disimpulkan

bahwa kelas SDN 1 Panimbo dan kelas SDN 2 Karanglangu mengikuti distribusi

normal. Adapun visualisasi dalam grafik berikut ini.

Pretest Eksperimen

Gambar 7 Distribusi Nilai Pretest

(11)

Pretest Kontrol

c. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas menggunakan program SPSS 20 for windows. Uji

homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji Levene’s Test.

Hasil pengujian homogenitas data pretest siswa pada kelas eksperimen yaitu SD

Negeri 1 Panimbo dan kelas kontrol yaitu SD Negeri 2 Karanglangu untuk mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan pada tabel 16

berikut ini.

Tabel 16

(12)

Berdasarkan tabel 16 diatas diketahui F hitung levene’s test sebesar 0,702

dengan probabilitas signifikansi 0,407 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas

homogen.

d. Uji t

Berdasarkan tabel 16 hasil perhitungan uji t hasil belajar awal siswa, maka

dapat diperoleh bahwa nilai t sebesar 0,000 dengan probabilitas signifikansi

sebesar 1,000 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara

rata-rata hasil belajar pretest pada kelas SD Negeri 1 Panimbo dan kelas SD

Negeri 2 Karanglangu. Jadi kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama.

Berdasarkan uji normalitas, homogenitas, dan uji t diatas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa antara kelas SD Negeri 1 Panimbo dan kelas SD Negeri

2 Karanglangu berdistribusi normal, bersifat homogen dan tidak ada perbedaan

antara rata-rata hasil belajar awal. Maka kedua kelas tersebut dapat dijadikan

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini dipilih kelas eksperimen

adalah SD Negeri 1 Panimbo dan kelas kontrol adalah SD Negeri 2 Karanglangu.

4.3.2 Analisis Data Posttest a. Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif dibawah ini merangkum data hasil belajar sesudah

mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI untuk kelas

eksperimen dan model pembelajaran CTL untuk kelas kontrol. Selain menyajikan

data masing-masing variabel penelitian dalam bentuk statistik deskriptif, dapat

juga ditunjukkan distribusi frekuensi untuk menentukan tinggi rendahnya variabel

kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti menggunakan lima kategori dengan

acuan yaitu: baik sekali (skor 81-100), baik (skor 61-80), cukup (skor 41-60),

hampir cukup (skor 21-40), dan kurang (skor 0-20). Berikut ini hasil analisis

(13)

Tabel 17

Analisis Deskriptif Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

No Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Frekuensi

Standar Deviasi 7.881 8.338

Tabel 17 diatas menunjukkan bahwa pada posttest kelas eksperimen

dengan jumlah data (N) sebanyak 20 diperoleh nilai minimum 72 sedangkan nilai

maximum sebesar 100 dengan rata-rata nilai sebesar 83,00 dan standar deviasi

sebesar 7.881. Sedangkan untuk posttest kelas kontrol dengan jumlah data (N)

sebanyak 20 diperoleh nilai minimum sebesar 68 sedangkan nilai maximum

sebesar 92 dengan rata-rata nilai sebesar 74.60 dan standar deviasi sebesar 8.338.

Sedangkan untuk distribusi frekuensi, tampak bahwa hasil posttest pada kelas

eksperimen terbanyak adalah pada kategori baik sekali (skor 81-100) yaitu

sebanyak 11 orang (55%) diikuti pada kategori baik (skor 61-80) yaitu sebanyak 9

orang (45%). Sedangkan hasil posttest pada kelompok kontrol terbanyak adalah

pada kategori baik (skor 61-80) yaitu sebanyak 13 orang (65%) diikuti pada

kategori baik sekali (skor 81-100) yaitu sebanyak 7 orang (35%). Dibawah ini

disajikan gambaran visual diagram lingkaran posttest kelas eksperimen dan kelas

(14)

Posttest Kelas Eksperimen Posttest Kelas Kontrol

Gambar 9

Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

b. Uji Normalitas

Hasil pengujian normalitas data posttest siswa terhadap kelas eksperimen

yaitu SD Negeri 1 Panimbo dan kelas kontrol yaitu SD Negeri 2 Karanglangu

untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan

pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18

Hasil Pengujian Normalitas Data Posttest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

POSTTEST EKSPERIMEN

POSTTEST KONTROL

N 20 20

Normal Parametersa Mean 83.00 74.60

Std. Deviation 7.881 8.338

Most Extreme Absolute .163 .286

Differences Positive .163 .286

Negative -.100 -.214

Kolmogorov-Smirnov Z .728 1.278

Asymp. Sig. (2-tailed) .664 .076

a. Test distribution is Normal

Pada tabel 18 di atas, data posttest siswa untuk mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 1 Panimbo

(15)

sebesar 0,728 dengan probabilitas signifikansi 0,664 > 0,05 dan pada kelas kontrol

yaitu SD Negeri 2 Karanglangu juga berdistribusi normal ditunjukkan dengan

nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 1,278 dengan probabilitas signifikansi

0,076 > 0,05. Berdasarkan pengujian normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa

kelas SD Negeri 1 Panimbo dan kelas SD Negeri 2 Karanglangu mengikuti

distribusi normal. Adapun visualisasi dalam grafik berikut ini.

Posttest Eksperimen

Posttest Kontrol

c. Uji t

Uji t menggunakan program SPSS 20 for windows. Hasil uji t data posttest

siswa pada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 1 Panimbo dan posttest siswa kelas

kontrol yaitu SD Negeri 2 Karanglangu untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan pada tabel 19 berikut ini.

Gambar 10 Distribusi Nilai Posttest

Kelas Eksperimen

Gambar 11 Distribusi Nilai Posttest

(16)

Tabel 19

Hasul Uji t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test

mendapat perlakuan model SAVI untuk kelas eksperimen dan perlakuan model

CTL untuk kelas kontrol, maka dapat diperoleh bahwa nilai t sebesar 3.274

dengan probabilitas signifikansi 0,002 < 0,005, maka ada perbedaan antara

rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi Ha1 diterima dapat

disimpulkan bahwa tingkat hasil belajar IPA dengan menggunakan model SAVI

lebih tinggi dibandingkan dengan model CTL pada siswa kelas V SD. Perbedaan

rata-ratanya berkisar antara 3.20671 sampai 13.59329 dengan perbedaan rata-rata

8.4000.

d. Hasil Uji Hipotesis

Pembuktian terhadap tingkat hasil belajar IPA dengan menggunakan

model SAVI pada siswa kelas V SD, perlu dilakukan uji hipotesis.

1. Ho1 : µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat hasil

belajar IPA menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL

(17)

2. Ha1 : µ1 ≠ µ2 Ada perbedaan yang signifikan pada tingkat hasil belajar

IPA menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL di kelas V

SD Gugus Ki hajar Dewantara.

Dasar pengambilan keputusan:

Jika angka signifikansi (probabilitas) > 0,05  Ho1 diterima

Jika angka signifikansi (probabilitas) < 0,05  Ha1 diterima

Kesimpulan:

Berdasarkan nilai posttest yang diperoleh siswa, diketahui bahwa rata-rata nilai

posttest kelas eksperimen sebesar 83 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 74,6.

Berarti rata-rata nilai posttest antara siswa yang belajar menggunakan model SAVI

dengan siswa yang belajar menggunakan model CTL berbeda. Nilai posttest siswa

yang belajar menggunakan model SAVI lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

siswa yang belajar dengan menggunakan model CTL, dalam hasil ini maka

diartikan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat hasil belajar IPA antara

siswa yang menggunakan model SAVI dengan siswa yang belajar dengan

menggunakan model CTL. Hal ini diperkuat dengan hasil uji t, karena angka

signifikansi (probabilitas) sebesar 0,02 < 0,05 maka Ha1 diterima, artinya ada

perbedaan yang signifikan antara model SAVI dibandingkan dengan model CTL

pada hasil belajar siswa kelas V SD.

4.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat hasil belajar

IPA dengan menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL pada

siswa kelas V Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten

Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015. Pada kelompok eksperimen (model SAVI)

menunjukkan bahwa siswa yang mendapat prestasi belajar IPA pokok bahasan

Pesawat Sederhana, kelompok eksperimen pada kategori baik (skor 61-80)

berjumlah 9 siswa dengan prosentase 45% dan kategori baik sekali (skor 81-100)

berjumlah 11 siswa dengan prosentase 55%. Adapun jumlah data (N) sebanyak 20

mempunyai skor minimal 72 dan skor maksimal 100 yang mempunyai rata-rata

(18)

kelompok eksperimen lebih baik setelah diberikan perlakuan dengan

menggunakan model SAVI.

Sedangkan pada kelompok kontrol (model CTL) menunjukkan bahwa

siswa yang mendapat prestasi belajar IPA pokok bahasan Pesawat Sederhana,

pada kategori baik (skor 61-80) berjumlah 13 siswa dengan prosentase 65% dan

kategori baik sekali (skor 81-100) berjumlah 7 siswa dengan prosentase 35%.

Adapun jumlah data (N) sebanyak 20 yang mempunyai skor minimal 68 dan

maksimal 92, mempunyai rata-rata 74,60 dan standar deviasi 8,338. Hal ini berarti

hasil belajar siswa kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelompok

eksperimen.

Berdasarkan hasil analisis uji t, diketahui bahwa nilai siswa jika dalam

pembelajaran IPA menggunakan perlakuan yaitu model SAVI berbeda dengan

model CTL, karena dari tabel 4.8 berdasarkan Sign. (2-tailed) menunjukkan angka

sebesar 0,002. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari kedua pengujian dua kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh probabilitas kurang

dari 0,05 atau 0,02 < 0,05, maka H0 ditolak, maka hasil belajar siswa yang

menggunakan model SAVI berbeda dengan hasil belajar siswa yang menggunakan

model CTL.

Model SAVI digunakan untuk perlakuan pada kelompok eksperimen

karena model SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar

haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI

sendiri adalah kependekan dari Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on,

aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang

bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak,

berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi;

Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui

mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media

dan alat peraga; dan Intellectual yang bermakna bahwa belajar haruslah

menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan

konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,

(19)

dan menerapkan. Pembelajaran dengan model SAVI tidak hanya berpusat pada

guru dan siswa hanya mendengarkan guru, namun siswa turut aktif dalam

pembelajaran tersebut, dalam berbagai aktivitas yaitu aktivitas mendengarkan,

aktivitas melakukan, aktivitas melihat serta aktivitas berfikir. Pembelajaran seperti

ini sangatlah bermakna bagi siswa karena siswa memiliki pengalaman langsung

mengenai materi tersebut sehingga materi yang dipelajari akan melekat dan sulit

dilupakan.

Sedangkan model CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru

menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran

berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,

bukan tranfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembekalan kontekstual dengan

pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi

prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Tugas guru mengelola kelas

sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru

bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri

bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan

pendekatan kontekstual.

Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan beberapa penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya oleh Deka Rosiana yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Metode Pembelajaran dengan Menggunakan Model SAVI Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Mangunsari 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian dengan taraf signifikan alpha 5 % DK 19 dan Ttabel = 1.729 diperoleh T hitung -8,290

sehingga -1,729 < -8,290 < 1,729. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil

belajar ipa siswa kelas eksperimen (76.50) lebih tinggi setelah diberi perlakuan

dengan model SAVI apabila dibandingkan dengan kelas kontrol juga mengalami

(20)

I Gd. Nova Kusmayuda (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berorientasi Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Tejakula” Berdasarkan analisis data, diperoleh thitung = 3,67 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =

2.02. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel , sehingga dapat diinterpretasikan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model SAVI berorientasi keterampilan proses

sains dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dari

rata-rata hitung, diketahui rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok

eksperimen adalah 26,35 dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok

kontrol adalah 23,30. Hal ini berarti bahwa rata-rata eksperimen > rata-rata

kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model SAVI berorientasi

keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V

SD Gugus V Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Stefani yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA di SD” Hasil eksperimen semu menunjukkan bahwa (1) rata-rata teshasil belajar siswa

kelas eksperimen 83.62 dan berada pada kategori nilai tinggi dari skor ideal 100

dengan standar deviasi 9.618 dimana skor minimum yang diperoleh siswa adalah

67 dan skor maksimum adalah 100 dengan rentang skor 26,7 dari 39 siswa atau

100% memenuhi ketuntasan individu yang menunjukkan bahwa ketuntasan

klasikal tercapai; (2) dengan menggunakan perangkat pembelajaran contextual

teaching and learning pendekatan konstruktivisme, siswa menjadi lebih aktif

dalam proses pembelajaran; (3) 89.75% siswa memberikan respon positif terhadap

perangkat pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian

telah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keaktifan.

Tifa Nasrul Afif (Universitas Sebelas Maret, Surakarta) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning

(21)

dilakukan secara cluster random sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah

60 siswa, kelompok kontrol berjumlah 37 siswa dengan menggunakan model

konvensional dan kelompok eksperimen berjumlah 23 siswa dengan

menggunakan model contextual teaching and learning. Berdasarkan analisis data

hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung > ttabel (4,575>2,000), sehingga H0

ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar yang diajarkan dengan

menggunakan model contextual teaching and learning dan model konvensional.

Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan dan dari hasil analisis data

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat hasil belajar IPA yang signifikan

dengan menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL pada siswa

kelas V Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

Tahun Pelajaran 2014/2015.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti menyadari bahwa masih

banyak kekurangan yang mengakibatkan kurang sempurnanya penelitian ini.

Kelemahan metodologis seperti kurang pahamnya peneliti dalam melihat

perbedaan yang substansial dari kedua model sehingga dalam menerapkannya

kurang efektif, kesalahan dalam mengambil sampel yang dijadikan subjek

penelitian, pengajar yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan

kedua model tersebut bukan guru kelas siswa, sehingga ada kemungkinan

perhatian siswa kurang. Oleh karena itu dihimbau kepada para peneliti selanjutnya

untuk memperhatikan hal-hal metodologis dalam merancang penelitian agar

Gambar

Tabel 12 Data Subjek Penelitian
Tabel 13 Jadwal Kegiatan Penelitian
gambar yang diberikan oleh guru (aktivitas melihat/visualization).
Distribusi Nilai Gambar 7 Pretest
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat meneyelesaikan Paper dengan judul Tumor Jinak Palpebra guna memenuhi persyaratan

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan

There are several crucial things that need to be regulated in the future of Indonesian transmigration law: Settlement of transmigration issues in the past;

Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ILmu, dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Dharampal, dkk, 2012) yaitu peran orang tua berperan aktif dalam memberikan bimbingan tentang pendidikan menstruasi melalui nasehat

[Maksud perkataan di atas: Abu Zar’ suatu saat keluar di pagi hari pada waktu para pembantu dan para budak sedang sibuk bekerja dan diantara mereka ada yang sedang menggoyang-

Hal ini menunjukkan bahwa proporsi neonatus yang mengalami infeksi di RSUD Panembahan Senopati Bantul lebih banyak terjadi pada ibu yang tidak mengalami

 Sebagai Identitas sementara/pengganti KTP, Disdukcapil Kota Palangka Raya menerbitkan Surat Keterangan bagi masyarakat yang telah melakukan perekaman KTP-el yang masa.