4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Gugus Ki Hajar Dewantara
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Gugus Ki Hajar Dewantara terdiri
dari SD Negeri 1 Padas, SD Negeri 4 Padas, SD Negeri 1 Kentengsari, SD Negeri
3 Kentengsari, SD Negeri 1 Karanglangu, SD Negeri 2 Karanglangu, SD Negeri 3
Karanglangu, SD Negeri 1 Panimbo dan SD Negeri 2 Panimbo.
Subjek dalam penelitian ini adalah kelas V, yaitu kelas V SD Negeri 1
Panimbo sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 2 Karanglangu sebagai kelas
kontrol. Jumlah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 1 Panimbo dan SD Negeri 2
Karanglangu berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa di SD Negeri 1
Panimbo sebagai kelas eksperimen dan 20 siswa di SD Negeri 2 Karanglangu
sebagai kelas kontrol. Berikut gambaran lebih jelas tentang subjek dalam
penelitian yang ditinjau dari kelas jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel 12
berikut ini:
Tabel 12
Data Subjek Penelitian
Nama Sekolah Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Siswa Laki-laki Perempuan
SDN 01 Panimbo Eksperimen 11 9 20
SDN 02 Karanglangu Kontrol 14 6 20
Jumlah seluruhnya 40
Pelaksanaan penelitian di SD Negeri 1 Panimbo sebagai kelas eksperimen
dan SD Negeri 2 Karanglangu sebagai kelas kontrol masing-masing dilakukan 2
kali pertemuan pada kedua SD seperti tercantum dalam jadwal penelitian. Jadwal
Tabel 13
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1. Selasa, 24 Maret 2015 a. Perkenalan dengan siswa (kelas eksperimen
dan kelas kontrol)
b. Memberikan pretest kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
2. Rabu, 25 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas eksperimen
tentang pesawat sederhana
3. Kamis, 26 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen
melanjutkan tentang materi pesawat sederhana,
memberikan posttest
4. Senin, 31 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas kontrol
5. Selasa, 01 April 2015 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas kontrol
melanjutkan tentang materi pesawat sederhana,
memberikan posttest
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Penelitian Pembelajaran Menggunakan Model SAVI
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari
dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Masing-masing pertemuan
berlangsung selama 70 menit (2x35 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 25 Maret 2015 dan pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 26 Maret 2015.
a. Pertemuan I
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, media
pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka botol, buku
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yaitu “Pernahkan anak -anak melakukan kegiatan seperti menggunting kain? Memotong dengan kain
dengan gunting akan lebih mudah daripada memotong kain dengan cara
menyobek dengan tangan. Untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari, kita
memerlukan alat bantu. Alat bantu tersebut membuat pekerjaan menjadi
ringan. Alat ini dinamakan pesawat sederhana. Alat apa saja yang termasuk
pesawat sederhana? Nah hari ini kita akan belajar tentang pesawat sederhana”, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
1) Tahap penyampaian
Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru
menyampaikan benda tentang berbagai jenis pesawat sederhana misal
pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.
2) Tahap pelatihan
Pada tahap pelatihan, masing-masing kelompok mengamati
gambar yang diberikan oleh guru (aktivitas melihat/visualization).
Kemudian masing-masing kelompok mengelompokkan gambar yang
termasuk dalam jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang
miring, katrol dan roda (aktivitas gerak/somatic) dan siswa berdiskusi
secara kelompok untuk mengerjakan lembar kerja kelompok mengenai
pesawat sederhana (aktivitas berfikir/intellectual).
3) Tahap penampilan hasil
Pada tahap penampilan hasil, beberapa kelompok maju kedepan
kelas untuk mempresentasikan lembar kerja kelompok (aktivitas
mendengarkan/auditory). Sedangkan kelompok yang tidak maju kedepan
kelas mendengarkan presentasi dan menanggapi kelompok yang sedang
presentasi (aktivitas mendengarkan/auditory dan aktivitas
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
pembelajaran berlangsung.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II guru
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi,
media pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka
botol, buku pelajaran serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa dan melakukan presensi,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru mengingatkan
kembali materi pelajaran tentang pesawat sederhana yang telah dipelajari
pada pertemuan yang lalu, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan
pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih
sama dengan pertemuan I hanya yang membedakan yaitu pada pertemuan II
menggunakan media nyata pesawat sederhana.
1) Tahap penyampaian
Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru
menyampaikan berbagai kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana
dan tidak menggunakan pesawat sederhana.
2) Tahap pelatihan
Pada tahap pelatihan, siswa bersama kelompok mengidentifikasi
berbagai kegiatan yang disampaikan oleh guru (aktivitas
berfikir/intellectual), lalu kelompok diberi guru sebuah alat pesawat
sederhana dan setiap kelompok mengamati alat pesawat sederhana yang
mereka dapat (aktivitas melihat/visualization). Kemudian siswa
berdiskusi kelompok tentang cara menggunakan pesawat sederhana yang
3) Tahap penampilan hasil
Pada tahap penampilan hasil, beberapa kelompok maju kedepan
kelas untuk mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana
berkaitan dengan berbagai kegiatan yang telah disampaikan guru dan
kelompok yang tidak maju kedepan kelas mendengarkan presentasi dan
menanggapi kelompok yang sedang presentasi (aktivitas
mendegarkan/auditory dan aktivitas berfikir/intellectual). Lalu guru
memberikan apresiasi terhadap kelompok yang telah mempresentasikan
hasil kerja kelompok.
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
pembelajaran berlangsung.
4.2.2 Hasil Penelitian Pembelajaran Menggunakan Model CTL
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol ini juga terdiri dari
dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Masing-masing pertemuan
berlangsung selam 70 menit (2x35 menit). Pertemuan I dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 31 Maret 2015 dan pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 01 april 2015.
a. Pertemuan I
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, media
pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka botol, buku
pelajaran serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yaitu “Pernahkan anak
-anak melakukan kegiatan seperti mencabut paku yang menempel pada kayu?
pekerjaan sehari-hari, kita memerlukan alat bantu. Alat bantu tersebut
membuat pekerjaan menjadi ringan. Alat ini dinamakan pesawat sederhana.
Alat apa saja yang termasuk pesawat sederhana? Nah hari ini kita akan belajar tentang pesawat sederhana”, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
1) Tahap penyampaian
Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru
memberikan gambar tentang berbagai jenis pesawat sederhana misal
pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.
2) Tahap pelatihan
Pada tahap pelatihan, siswa bekerja kelompok menyelesaikan
permasalahan tentang penggolongan berbagai alat rumah tangga sebagai
pengungkit, bidang miring, katrol dan roda (masyarakat belajar/learning
community).
3) Tahap penyampaian hasil
Pada tahap penyampaian hasil ini, kelompok mempresentasikan
hasil penyelesaian masalah (pemodelan/modeling). Untuk kelompok
yang tidak presentasi mengamati dan menanggapi hasil kerja kelompok
lain (refleksi/reflection). Melalui tanya jawab guru dan siswa membahas
tentang penyelesaian yang paling tepat (bertanya/questioning). Lalu
siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja (penilaian
autentik/authentic) dan kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok (inkuiri/inquiry).
b. Pertemuan II
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II guru
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi,
media pembelajaran gambar pesawat sederhana, gunting, tang, pembuka
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa dan melakukan presensi,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru mengingatkan
kembali materi pelajaran tentang pesawat sederhana yang telah dipelajari
pada pertemuan yang lalu, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan
pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih
sama dengan pertemuan I hanya yang membedakan yaitu pada pertemuan II
menggunakan media nyata pesawat sederhana.
1) Tahap penyampaian
Pada tahap penyampaian siswa dibagi menjadi 4 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian guru memberikan
permasalahan tentang berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit,
bidang miring, katrol dan roda.
2) Tahap pelatihan
Siswa bersama kelompok mengidentifikasi berbagai kegiatan yang
disampaikan oleh guru (masyarakat belajar/learning community).
Kelompok diberi guru sebuah alat pesawat sederhana. Setiap kelompok
mengamati alat pesawat sederhana yang mereka dapat. Siswa berdiskusi
kelompok tentang cara menggunakan pesawat sederhana yang mereka
dapat (masyarakat belajar/learning community).
3) Tahap penampilan hasil
Pada tahap penyampaian hasil ini, kelompok mempresentasikan
hasil penyelesaian masalah (pemodelan/modeling). Untuk kelompok yang
tidak presentasi mengamati dan menanggapi hasil kerja kelompok lain
(refleksi/reflection). Melalui tanya jawab guru dan siswa membahas
tentang penyelesaian yang paling tepat (bertanya/questioning). Lalu siswa
dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja (penilaian
autentik/authentic) dan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisis Data Pretest a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif variabel penemilitian membahas tentang hasil uji
deskriptif dan distribusi frekuensi untuk menentukan tinggi rendahnya variabel
kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti menggunakan lima kategori dengan
acuan yaitu: baik sekali (skor 81-100), baik (skor 61-80), cukup (skor 41-60),
hampir cukup (skor 21-40), dan kurang (skor 0-20). Berikut ini hasil analisis
deskriptif distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14
Analisis Deskriptif Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 0-20 1 5 1 5
2. 21-40 10 50 11 55
3. 41-60 9 45 8 40
4. 61-80 0 0 0 0
5. 81-100 0 0 0 0
Jumlah 20 100 20 100
Minimun 20 16
Maximun 60 60
Mean 42.25 42.50
Standar Deviasi 11.863 9.389
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa pada pretest kelas eksperimen
dengan jumlah data (N) sebanyak 20 diperoleh nilai minimum 20 sedangkan nilai
maximum sebesar 60 dengan rata-rata nilai sebesar 42.25 dan standar deviasi
sebesar 11.811. Sedangkan untuk pretest kelas kontrol dengan jumlah data (N)
sebanyak 20 diperoleh nilai minimum sebesar 16 sedangkan nilai maximum
sebesar 60 dengan rata-rata nilai sebesar 42.50 dan standar deviasi 9.389.
Sedangkan untuk distribusi frekuensi, tampak bahwa hasil pretest pada
kelas eksperimen terbanyak terdapat pada kategori hampir cukup (skor 21-40)
(45%) diikuti pada kategori kurang (skor 0-20) yaitu sebanyak 1 orang (5%).
Sedangkan hasil prestest pada kelompok kontrol terbanyak pada kategori hampir
cukup (skor 21-40) yaitu sebanyak 11 orang (55%), kategori cukup (skor 41-60)
yaitu sebanyak 8 orang (40%) dan diikuti pada kategori kurang (skor 0-20) yaitu
sebanyak 1 orang (5%). Di bawah ini disajikan gambaran visual diagram
lingkaran pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pretest Kelas Eksperimen Pretest Kelas kontrol
Gambar 6
Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol.
b. Uji Normalitas
Tahap awal dalam analisis data adalah melakukan uji normalitas terhadap
data hasil penelitian. Pengujian terhadap normalitas menggunakan program SPSS
20 for windows. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan uji One Sample-Kolmogorov-Sminov Test. Hasil pengujian
normalitas data pretest siswa terhadap kelas eksperimen yaitu SDN 1 Panimbo
dan kelas kontrol yaitu SDN 2 Karanglangu untuk mata pelajaran Ilmu
Tabel 15
Hasil Pengujian Normalitas Data Pretest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PRETEST
EKSPERIMEN
PRETEST
KONTROL
N 20 20
Normal Parametersa Mean 42.25 42.50
Std. Deviation 11.863 9.389
Most Extreme Differences Absolute .148 .186
Positive .148 .164
Negative -.102 -.186
Kolmogorov-Smirnov Z .661 .831
Asymp. Sig. (2-tailed) .775 .494
a.Test distribution is Normal
Berdasarkan tabel 15 diatas, data pretest siswa untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas eksperimen yaitu SDN 1 panimbo
berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z)
sebesar 0,661 dengan signifikansi = 0,775 > 0,05 dan pada kelas kontrol yaitu
SDN 2 Karanglangu juga berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,831 dengan probabilitas signifikansi
sebesar 0,494 > 0,05. Berdasarkan pengujian normalitas diatas dapat disimpulkan
bahwa kelas SDN 1 Panimbo dan kelas SDN 2 Karanglangu mengikuti distribusi
normal. Adapun visualisasi dalam grafik berikut ini.
Pretest Eksperimen
Gambar 7 Distribusi Nilai Pretest
Pretest Kontrol
c. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas menggunakan program SPSS 20 for windows. Uji
homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji Levene’s Test.
Hasil pengujian homogenitas data pretest siswa pada kelas eksperimen yaitu SD
Negeri 1 Panimbo dan kelas kontrol yaitu SD Negeri 2 Karanglangu untuk mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan pada tabel 16
berikut ini.
Tabel 16
Berdasarkan tabel 16 diatas diketahui F hitung levene’s test sebesar 0,702
dengan probabilitas signifikansi 0,407 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas
homogen.
d. Uji t
Berdasarkan tabel 16 hasil perhitungan uji t hasil belajar awal siswa, maka
dapat diperoleh bahwa nilai t sebesar 0,000 dengan probabilitas signifikansi
sebesar 1,000 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara
rata-rata hasil belajar pretest pada kelas SD Negeri 1 Panimbo dan kelas SD
Negeri 2 Karanglangu. Jadi kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama.
Berdasarkan uji normalitas, homogenitas, dan uji t diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa antara kelas SD Negeri 1 Panimbo dan kelas SD Negeri
2 Karanglangu berdistribusi normal, bersifat homogen dan tidak ada perbedaan
antara rata-rata hasil belajar awal. Maka kedua kelas tersebut dapat dijadikan
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini dipilih kelas eksperimen
adalah SD Negeri 1 Panimbo dan kelas kontrol adalah SD Negeri 2 Karanglangu.
4.3.2 Analisis Data Posttest a. Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif dibawah ini merangkum data hasil belajar sesudah
mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI untuk kelas
eksperimen dan model pembelajaran CTL untuk kelas kontrol. Selain menyajikan
data masing-masing variabel penelitian dalam bentuk statistik deskriptif, dapat
juga ditunjukkan distribusi frekuensi untuk menentukan tinggi rendahnya variabel
kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti menggunakan lima kategori dengan
acuan yaitu: baik sekali (skor 81-100), baik (skor 61-80), cukup (skor 41-60),
hampir cukup (skor 21-40), dan kurang (skor 0-20). Berikut ini hasil analisis
Tabel 17
Analisis Deskriptif Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
No Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi
Standar Deviasi 7.881 8.338
Tabel 17 diatas menunjukkan bahwa pada posttest kelas eksperimen
dengan jumlah data (N) sebanyak 20 diperoleh nilai minimum 72 sedangkan nilai
maximum sebesar 100 dengan rata-rata nilai sebesar 83,00 dan standar deviasi
sebesar 7.881. Sedangkan untuk posttest kelas kontrol dengan jumlah data (N)
sebanyak 20 diperoleh nilai minimum sebesar 68 sedangkan nilai maximum
sebesar 92 dengan rata-rata nilai sebesar 74.60 dan standar deviasi sebesar 8.338.
Sedangkan untuk distribusi frekuensi, tampak bahwa hasil posttest pada kelas
eksperimen terbanyak adalah pada kategori baik sekali (skor 81-100) yaitu
sebanyak 11 orang (55%) diikuti pada kategori baik (skor 61-80) yaitu sebanyak 9
orang (45%). Sedangkan hasil posttest pada kelompok kontrol terbanyak adalah
pada kategori baik (skor 61-80) yaitu sebanyak 13 orang (65%) diikuti pada
kategori baik sekali (skor 81-100) yaitu sebanyak 7 orang (35%). Dibawah ini
disajikan gambaran visual diagram lingkaran posttest kelas eksperimen dan kelas
Posttest Kelas Eksperimen Posttest Kelas Kontrol
Gambar 9
Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
b. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas data posttest siswa terhadap kelas eksperimen
yaitu SD Negeri 1 Panimbo dan kelas kontrol yaitu SD Negeri 2 Karanglangu
untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan
pada tabel 18 berikut ini.
Tabel 18
Hasil Pengujian Normalitas Data Posttest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
POSTTEST EKSPERIMEN
POSTTEST KONTROL
N 20 20
Normal Parametersa Mean 83.00 74.60
Std. Deviation 7.881 8.338
Most Extreme Absolute .163 .286
Differences Positive .163 .286
Negative -.100 -.214
Kolmogorov-Smirnov Z .728 1.278
Asymp. Sig. (2-tailed) .664 .076
a. Test distribution is Normal
Pada tabel 18 di atas, data posttest siswa untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 1 Panimbo
sebesar 0,728 dengan probabilitas signifikansi 0,664 > 0,05 dan pada kelas kontrol
yaitu SD Negeri 2 Karanglangu juga berdistribusi normal ditunjukkan dengan
nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 1,278 dengan probabilitas signifikansi
0,076 > 0,05. Berdasarkan pengujian normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa
kelas SD Negeri 1 Panimbo dan kelas SD Negeri 2 Karanglangu mengikuti
distribusi normal. Adapun visualisasi dalam grafik berikut ini.
Posttest Eksperimen
Posttest Kontrol
c. Uji t
Uji t menggunakan program SPSS 20 for windows. Hasil uji t data posttest
siswa pada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 1 Panimbo dan posttest siswa kelas
kontrol yaitu SD Negeri 2 Karanglangu untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan pada tabel 19 berikut ini.
Gambar 10 Distribusi Nilai Posttest
Kelas Eksperimen
Gambar 11 Distribusi Nilai Posttest
Tabel 19
Hasul Uji t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test
mendapat perlakuan model SAVI untuk kelas eksperimen dan perlakuan model
CTL untuk kelas kontrol, maka dapat diperoleh bahwa nilai t sebesar 3.274
dengan probabilitas signifikansi 0,002 < 0,005, maka ada perbedaan antara
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi Ha1 diterima dapat
disimpulkan bahwa tingkat hasil belajar IPA dengan menggunakan model SAVI
lebih tinggi dibandingkan dengan model CTL pada siswa kelas V SD. Perbedaan
rata-ratanya berkisar antara 3.20671 sampai 13.59329 dengan perbedaan rata-rata
8.4000.
d. Hasil Uji Hipotesis
Pembuktian terhadap tingkat hasil belajar IPA dengan menggunakan
model SAVI pada siswa kelas V SD, perlu dilakukan uji hipotesis.
1. Ho1 : µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat hasil
belajar IPA menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL
2. Ha1 : µ1 ≠ µ2 Ada perbedaan yang signifikan pada tingkat hasil belajar
IPA menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL di kelas V
SD Gugus Ki hajar Dewantara.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika angka signifikansi (probabilitas) > 0,05 Ho1 diterima
Jika angka signifikansi (probabilitas) < 0,05 Ha1 diterima
Kesimpulan:
Berdasarkan nilai posttest yang diperoleh siswa, diketahui bahwa rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen sebesar 83 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 74,6.
Berarti rata-rata nilai posttest antara siswa yang belajar menggunakan model SAVI
dengan siswa yang belajar menggunakan model CTL berbeda. Nilai posttest siswa
yang belajar menggunakan model SAVI lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
siswa yang belajar dengan menggunakan model CTL, dalam hasil ini maka
diartikan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat hasil belajar IPA antara
siswa yang menggunakan model SAVI dengan siswa yang belajar dengan
menggunakan model CTL. Hal ini diperkuat dengan hasil uji t, karena angka
signifikansi (probabilitas) sebesar 0,02 < 0,05 maka Ha1 diterima, artinya ada
perbedaan yang signifikan antara model SAVI dibandingkan dengan model CTL
pada hasil belajar siswa kelas V SD.
4.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat hasil belajar
IPA dengan menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL pada
siswa kelas V Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015. Pada kelompok eksperimen (model SAVI)
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat prestasi belajar IPA pokok bahasan
Pesawat Sederhana, kelompok eksperimen pada kategori baik (skor 61-80)
berjumlah 9 siswa dengan prosentase 45% dan kategori baik sekali (skor 81-100)
berjumlah 11 siswa dengan prosentase 55%. Adapun jumlah data (N) sebanyak 20
mempunyai skor minimal 72 dan skor maksimal 100 yang mempunyai rata-rata
kelompok eksperimen lebih baik setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan model SAVI.
Sedangkan pada kelompok kontrol (model CTL) menunjukkan bahwa
siswa yang mendapat prestasi belajar IPA pokok bahasan Pesawat Sederhana,
pada kategori baik (skor 61-80) berjumlah 13 siswa dengan prosentase 65% dan
kategori baik sekali (skor 81-100) berjumlah 7 siswa dengan prosentase 35%.
Adapun jumlah data (N) sebanyak 20 yang mempunyai skor minimal 68 dan
maksimal 92, mempunyai rata-rata 74,60 dan standar deviasi 8,338. Hal ini berarti
hasil belajar siswa kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis uji t, diketahui bahwa nilai siswa jika dalam
pembelajaran IPA menggunakan perlakuan yaitu model SAVI berbeda dengan
model CTL, karena dari tabel 4.8 berdasarkan Sign. (2-tailed) menunjukkan angka
sebesar 0,002. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari kedua pengujian dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh probabilitas kurang
dari 0,05 atau 0,02 < 0,05, maka H0 ditolak, maka hasil belajar siswa yang
menggunakan model SAVI berbeda dengan hasil belajar siswa yang menggunakan
model CTL.
Model SAVI digunakan untuk perlakuan pada kelompok eksperimen
karena model SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI
sendiri adalah kependekan dari Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on,
aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang
bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak,
berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi;
Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui
mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media
dan alat peraga; dan Intellectual yang bermakna bahwa belajar haruslah
menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan
konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
dan menerapkan. Pembelajaran dengan model SAVI tidak hanya berpusat pada
guru dan siswa hanya mendengarkan guru, namun siswa turut aktif dalam
pembelajaran tersebut, dalam berbagai aktivitas yaitu aktivitas mendengarkan,
aktivitas melakukan, aktivitas melihat serta aktivitas berfikir. Pembelajaran seperti
ini sangatlah bermakna bagi siswa karena siswa memiliki pengalaman langsung
mengenai materi tersebut sehingga materi yang dipelajari akan melekat dan sulit
dilupakan.
Sedangkan model CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan tranfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembekalan kontekstual dengan
pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi
prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru
bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan
pendekatan kontekstual.
Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya oleh Deka Rosiana yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Metode Pembelajaran dengan Menggunakan Model SAVI Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Mangunsari 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian dengan taraf signifikan alpha 5 % DK 19 dan Ttabel = 1.729 diperoleh T hitung -8,290
sehingga -1,729 < -8,290 < 1,729. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar ipa siswa kelas eksperimen (76.50) lebih tinggi setelah diberi perlakuan
dengan model SAVI apabila dibandingkan dengan kelas kontrol juga mengalami
I Gd. Nova Kusmayuda (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berorientasi Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Tejakula” Berdasarkan analisis data, diperoleh thitung = 3,67 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =
2.02. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel , sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model SAVI berorientasi keterampilan proses
sains dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dari
rata-rata hitung, diketahui rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok
eksperimen adalah 26,35 dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok
kontrol adalah 23,30. Hal ini berarti bahwa rata-rata eksperimen > rata-rata
kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model SAVI berorientasi
keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V
SD Gugus V Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Stefani yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA di SD” Hasil eksperimen semu menunjukkan bahwa (1) rata-rata teshasil belajar siswa
kelas eksperimen 83.62 dan berada pada kategori nilai tinggi dari skor ideal 100
dengan standar deviasi 9.618 dimana skor minimum yang diperoleh siswa adalah
67 dan skor maksimum adalah 100 dengan rentang skor 26,7 dari 39 siswa atau
100% memenuhi ketuntasan individu yang menunjukkan bahwa ketuntasan
klasikal tercapai; (2) dengan menggunakan perangkat pembelajaran contextual
teaching and learning pendekatan konstruktivisme, siswa menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran; (3) 89.75% siswa memberikan respon positif terhadap
perangkat pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian
telah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keaktifan.
Tifa Nasrul Afif (Universitas Sebelas Maret, Surakarta) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning
dilakukan secara cluster random sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah
60 siswa, kelompok kontrol berjumlah 37 siswa dengan menggunakan model
konvensional dan kelompok eksperimen berjumlah 23 siswa dengan
menggunakan model contextual teaching and learning. Berdasarkan analisis data
hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung > ttabel (4,575>2,000), sehingga H0
ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar yang diajarkan dengan
menggunakan model contextual teaching and learning dan model konvensional.
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan dan dari hasil analisis data
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat hasil belajar IPA yang signifikan
dengan menggunakan model SAVI dibandingkan dengan model CTL pada siswa
kelas V Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
Tahun Pelajaran 2014/2015.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mengakibatkan kurang sempurnanya penelitian ini.
Kelemahan metodologis seperti kurang pahamnya peneliti dalam melihat
perbedaan yang substansial dari kedua model sehingga dalam menerapkannya
kurang efektif, kesalahan dalam mengambil sampel yang dijadikan subjek
penelitian, pengajar yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan
kedua model tersebut bukan guru kelas siswa, sehingga ada kemungkinan
perhatian siswa kurang. Oleh karena itu dihimbau kepada para peneliti selanjutnya
untuk memperhatikan hal-hal metodologis dalam merancang penelitian agar