• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS REKONSTRUKSI KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV DAN V DI GUGUS XIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS REKONSTRUKSI KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV DAN V DI GUGUS XIII"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS REKONSTRUKSI KETERAMPILAN PROSES SAINS

DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV

DAN V DI GUGUS XIII

I Nengah Arta Sedana

1

, Ndara Tanggu Renda

2

, I Wyn Widiana

3

.

1,2,3,

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : artasedana94@gmail.com

1

, ndara.renda@yahoo.com

2

,

wayan_widiana@yahoo.com

3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) deskripsi dimensi keterampilan porses sains yang dimiliki pada siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA, (2) deskripsi efektivitas rekonstruksi keterampilan porses sains dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan V melalui penerapan pendekatan saintifik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V semester genap Di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng yang berjumlah 158 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) deskripsi dimensi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA data secara umum dengan rata-rata 14,25 berada pada kategori sedang, dengan persentase 0% pada kategori sangat tinggi, dengan persentase 41% pada kategori tinggi, 36% pada kategori sedang, 23% pada kategori rendah, dan 0% pada kategori sangat rendah, (2) deskripsi efektivitas rekonstruksi keterampilan porses sains dalam pembelajaran IPA melalui penerapan pendekatan saintifik data secara umum dengan rata-rata 13,27 berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 71% pada kategori sangat tinggi, dengan persentase 23% pada kategori tinggi, dengan persentase 6% pada kategori sedang, dengan persentase 0% pada kategori rendah dan sangat rendah.

Kata kunci:analisis, rekonstruksi, keterampilan proses sains

ABSTRACT

This study was aimed to determine (1) the description of the science process skills dimension of IV and V grade students in science learning, (2) the description of the effectiveness of the science process skills reconstruction in science learning to the IV and V grade students through the implementation of scientific approach. This research was descriptive. The subjects were the IV and V grade students in the second semester at XIII Group of Buleleng district, amount 158 students. The data was collected using observation and interviews methods. The data were analyzed using descriptive techniques of qualitative and quantitative. The research showed that (1) generally, the average data of the description of the science process skills dimension in science learning is 14,25 in middle category, with a percentage of 0% in the very high category, with a percentage of 41% in the high category, 36% in the medium category, 23% in the low category, and 0% in the category of very low, (2) generally, the average data of the description of the effectiveness of the science process skills reconstruction in science learning through the implementation of scientific approach is 13,27 in very high category with the percentage of 71% in the very high category, with a percentage of 23% in the high category, with a percentage of 6% in the medium category, with a percentage of 0% in the category of low and very low.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pembelajaran Sains (IPA) di SD merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada disekelilingnya. Sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Menurut Stever (Marheni, 2007:11) bahwa sains dalam pembelajaran IPA adalah “jalan untuk mengetahui sebuah metode untuk mengetahui alam semesta. Jika dikaitkan dalam pembelajaran, keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA yang dimiliki oleh siswa akan selalu berkembang seiring dengan proses pembelajaran yang terjadi. Sehingga dengan adanya keterampilan

proses sains akan memberikan

pemahaman-pemahaman baru pada siswa. Bila guru bermaksud untuk menyalurkan konsep, ide, dan keterampilan proses sainsnya tentang sesuatu kepada siswa, maka akan diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa sendiri melalui pengalaman dan keterampilan mereka sendiri

Khusus pada pembelajaran Sains (tingkat sekolah dasar), tujuan pendidikan sains di SD berorientasi pada pencapaian sains dari segi produk, proses, dan sikap keilmuan. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep sains dan keterkaitanya dengan kehidupan sehari-hari, sedangkan dari proses, siswa diharapakan memilki kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan masalah dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, kemudian bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, dan bertanggung jawab.

Hakikat sains menurut Suastra (2009:5) mengatakan bahwa hakikatnya sains memiliki tiga komponen yaitu komponen produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk memiiki arti sebagai

sekumpulan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai proses merupakan suatu rangkian terstruktur dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip, hukum dan gejala alam. Sedangkan sains sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter.

Hal ini didukung oleh Semiawan (dalam Bundu 2006:4) yang menyatakan bahwa, Sains dalam dalam pembelajaran IPA arti luas merupakan pelajaran dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara teratur dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir manusia.

Dengan karakternya, sains dalam pembelajaran IPA tidak hanya terdiri dari kumpulan pengetahuan atau keterampilan dengan berbagai macam fakta yang harus dihafal, sains juga terdiri dari kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejalah alam yang belum diungkapkan.

Disamping itu keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA akan memberikan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku terbuka (overt behavior). Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh siswa secara langsung, menurut (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu sebagai pendidik sangat perlu dalam mengarahkan keterampilan-keterampialn yang dimiliki siswa agar dapat memunculkan perilaku terbuka (overt behavior) pada siswa sehingga dapat mengetahui karakter dan keterampilan dasar yang ada pada diri siswa. Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA merupakan konsep besar dan dapat difinisikan sebagai “perangkat keterampilan komplek yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah” yang di terangkan oleh Soetardjo (1998:4). Pada dasarnya untuk mengarahkan keterampilan tersebut dapat

(3)

3 dilakuakan dengan memperhatikan dimensi keterampilan yang dimiliki oleh siswa, dimensi keterampilan itulah yang nantinya akan berpengaruh dalam menentukan kearah manakah pembelajaran yang akan diberikan pada siswa. Menurut Rezba, dkk (dalam Patta Bundu 2006:12) menjelaskan bahwa dimensi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA tersebut dikategorikan ke dalam enam dimensi keterampilan yaitu mengamati, mengukur, mengkomunikasikan, memprediksi, dan menyimpulkan. Oleh karena itu, pemebelajaran IPA hendaknya di sekolah dasar lebih menekankan pada ke enam indikator dimensi tersebut dalam proses pembelajaran yang merupakan sains sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan yang ada.

Namun kenyataan di lapangan setelah dilakukan wawancara, observasi dan dilengkapi dengan dokumen, maka melakukan wawancara untuk menggali kendala-kendala yang dihadapi guru

selama ini dalam menerapkan

pembelajaran keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA, serta dilakukan dengan cara observasi untuk mengtahui

penyebab permasalahan dalam

pembelajaran proses sains di jenjang sekolah dasar khususnya menegnai keterampilan sains belum maksimal dilaksanakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran sains. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi awal pada tanggal 6 November 2015 dengan melalui wawancara terhadap guru di sekolah SD Gugus XIII yaitu menemukan bahwa keterampilan proses sains yang dimiliki masih rendah, dengan adanya beberapa masalah yang timbul di dalam kelas, yaitu siswa kurang cermat dalam mengamati, kurang paham dalam mengelompokan suatu objek atau benda tertentu, siswa

belum mampu mengukur dengan

menggunakan teknik pengukuran, siswa masih ragu-ragu, dan takut salah dalam mengkomunikasikan, siswa belum mampu

mengargumentasi dalam sebuah

permasalahan, dan siswa masih belum paham mengenai keterampilan proses sains sehingga tidak dapat menyimpulkan secara keseluruhan apa yang telah dilakukan.

Dari permasalahan tersebut, guru mencoba melakukan bimbingan mengenai keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA dikelas sehingga ke enam demensi keterampilan proses sains tersebut akan membantu pendidik apa yang akan perlu diajarkan atau diterapkan. Namun usaha guru dalam bimbingan tersebut belum tampak adanya perubahan enam dimensi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA pada siswa secara maksimal. Begitu pentingnya keterampialan yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran, perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam tentang deskripsi keterampilan yang dimiliki siswa saat ini. Gambaran deskripsi dimensi keterampilan siswa dapat dimanfaatkan sebagai

pedoman oleh guru dalam

mengembangkan atau mempolakan

pembelajaran menjadi lebih baik. Selain itu perlu juga rekontruksi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA ini akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru, guru harus dapat pula memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar siswa, untuk meningkatkan berketerampilan proses sains.

Menurut Fisher (dalam Suastra, 2009:3) bahwa Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang diproleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Kemudian perkembangan sains ditunjukan tidak hanya oleh kumpulan fakta (produk ilmiah), tetapi juga oleh timbulanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Jadi dengan diterapkan pembelajaran rekontruksi keterampilan proses sains, tentu akan dapat menarik minat siswa untuk memperkuat daya pikir kritis dan nilai hasil dalam proses pembelajaran sains. Pembelajaran proses sains merupakan aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi siswa dengan lingkungan yang

mengasilkan perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai. Hasil belajar keterampilan proses sains tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan sains yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran sains sebagaimana yang dicantumkan ke dalam permendikbud

(4)

4 no: 22 tahun 2006 yang digunakan di SD Negeri Gugus XIII Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penting dilakukan penelitian dengan judul

Analisis Rekonstruksi Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV Dan V Semester Genap Di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

Mengetahui analisi dimensi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan V semester genap di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Mengetahui efektivitas rekonstruksi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan V semester genap di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan diemensi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan V di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng.

Adapun hasil penelitian yang relevan dilakukan oleh peneliti lainnya tentang rekontruksi ketrampilan proses sains dalam pembelajaran IPA yaitu.

Nina Rahayu (2014) dengan judul Implementasi Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran IPA Di Kelas IVC SD Muhamadiyah Condongcatur Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujan untuk mengetahui implementasi keterampilan proses pada pembelajaran IPA di kelas IVC SD Muhammadiyah Condongcatur. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, data perencanaan implementasi keterampilan proses dikumpulkan melalui dokumentasi berupa RPP, data pelaksanaan implementasi keterampilan proses dikumpulkan melalui observasi dan wawancara guru serta siswa, data kemampuan keterampilan proses siswa dikumpulkan melalui observasi siswa, serta data faktor-faktor mempengaruhi dikumpulkan melalui hasil wawancara dan observasi guru serta siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru melakukan

perencanaan dalam melatihkan

keterampilan proses melalui: memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan proses berupa

mengamati, mengkomunikasikan dan menyimpulkan, menyiapkan teknik yang luwes dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi, dan mengadakan review

bersama siswa dari kegiatan yang dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran dalam melatihkan keterampilan proses kepada siswa oleh guru yaitu : 1) memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan keterampilan proses berupa

mengamati, mengkomunikasikan,

menyimpulkan, mengklasifikasi dan memprediksi 2) menggunakan teknik yang luwes dalam proses pembelajaran, dan 3) memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Keterampilan proses yang ditunjukan siswa berupa mengamati, mengkomunikasikan, menyimpulkan, mengklasifikasi dan memprediksi.

Dede Ardiansyah (2014) dengan judul Analisis Keterampilan Proses Sains

Siswa Pada Materi Asam Basa

Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas keterampilan proses sains siswa dan keterampilan proses sains yang dominan muncul pada kegiatan pembelajaran dan praktikum menggunakan model Guided Inquiry. Untuk mengukur keterampilan proses sains siswa, digunakan instrument berupa Tes, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Observasi. Penelitian ini dilakukan dengan metoda deskriftif. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa keseluruhan aspek keterampilan proses sains siswa MAN 1 Bayah termasuk ke dalam kategori Baik. Tetapi dari kesembilan aspek keterampilan proses sains siswa, ada 2 aspek yang termasuk kedalam kategori Cukup. Aspek tersebut yaitu merencanakan Percobaan dan Berhipotesis Berdasarkan hasil tersebut, untuk meningkatkan aspek yang memiliki nilai rendah, seorang guru perlu menanamkan pemahaman dasar ketika diawal pembelajaran. Upaya tersebut

dilakukan agar siswa dapat

mengembangkan ide-ide kreatif pada kegiatan pembelajaran maupun praktikum.

N. Nym. Juni Anggarawati, dkk (2013), dengan judul pengaruh model pembelajaran nos berorientasi keterampilan proses sains terhadap hasil

(5)

5 belajar IPA kelas V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng, tahun pelajaran 2012/ 2013. Dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran nos berorientasi keterampilan proses sains dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Perbandingan perhitungan rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 28,11 lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 22,33. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Nature Of Science (NOS) berorientasi keterampilan proses sains berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini mendiskripsikan analisis dimensi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA, mendeskripsikan efektivitas rekosnstruksi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA, dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan dimensi keterampilan proses sains dalm pembelajaran IPA siswa kelas IV dan V di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016.

Penelitian yang dilaksanakan penulis adalah SD kelas IV dan V di Gugus XIII Kecamatan Buleleng pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Tiga SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng digunakan sebagai data sampel yaitu SDN. 1 Banjar Tegal, SDN 3 Banjar Tegal dan SDN 1 Baktiseraga. Ketiga sekolah tersebut digunakan karena diyakini mewakili karakter dan kualitas SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng dari kualitas yang tinggi hingga kualitas yang rendah

berdasarkan wacana-wacana dan

pengamatan penilaian terhadap sekolah tersebut.

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas IV dan V pada SD Gugus XIII kecamatan Buleleng, dengan jumlah keseluruahan kelas IV 159 orang siswa dan kelas V berjumlah 146 orang siswa.

Untuk menentukan tempat penelitian atau SD yang akan dipilih menjadi sampel, dilakukan teknik pengambilan sampel yang terakhir yaitu pengambilan sampel acak/random sederhana (simple random sampling). Alasan pengambilan sampel dengan cara undian adalah cara yang cukup sederhana dan memungkinkan ketidak adilan dapat dihindari. Melalui kedua teknik sampling yang digunakan maka sampel siswa kelas IV dan V yang digunakan sampel penelitian SDN 1 Baktiseraga, SDN 1 Banjar Tegal, dan SDN 3 Banjar Tegal, dengan jumlah keseluruahan kelas IV 74 orang siswa dan kelas V berjumlah 84 orang siswa.

Adapun prosedur penelitian yang harus dilalui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (a) tahapan persiapan: memilih lokasi penelitian, mengurus perizinan, melaksanakan observasi awal, memilih dan memanfaatkan informan, menyusun instrumen penelitian, persoalan etika penelitian. (b) tahapan lapangan: melakukan lembar observasi pada siswa, merekonstruksi keterampilan proses sains, melakukan wawancara. (c) tahapan pasca lapangan: menganalisis data yang diperoleh

Metode pengumpulan data

merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yaitu dengan menggunakan metode observasi

dan wawancara. Kedua metode

pengumpulan data tersebut dilakukan secara alami tanpa memberikan perlakuan khusus terlebih dahulu.

Pada metode observasi yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar keterlaksanaan pendekatan keterampilan proses oleh guru. Observasi guru digunakan untuk mengetahui aktivitas

dalam pelaksanaan melatihkan

(6)

6 disusun pada pembelajaran sains. Adapun observasi dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai hingga akhir pembelajaran yang meliputi observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Melalui cara lembar observasi uraian ini akan diketahui bagaimana ketrampilan proses sains yang dimiliki siswa yang ditinjau dari enam indikator mengamati, mengklasifikasi,mengukur,mengkomunikas, memprediksi, penarikan kesimpulan atau menyimpulkan.

Metode wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survey.

Tanpa wawancara, peneliti bisa kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung dengan responden. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu wawancara terstruktur kepada narasumber yang dapat memberikan informasi antara lain, Guru kelas IV dan V SD terkait.

Pada penelitian ini penggunaan instrumen sesuai dengan jenis dari sifat yang dicari. Kisi-kisi instrumen yang dibuat dengan mempertimbangkan karakteristik tiap data, penyusunan kisi-kisi disusun untuk menjamin kelengkapan dan validitas instrumen. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen observasi dan panduan wawancara. Kisi-kisi instrumen yang dibuat dengan mempertimbangkan karakteristik tiap data, penyusunan kisi-kisi disusun untuk menjamin kelengkapan dan validitas instrumen. Kisi-kisi dimensi keterampilan proses sains siswa kelas IV dan V.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2014:110), Metode analisis deskriptif kualitatif ialah “suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu) sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Pada penelitian ini metode analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil wawancara guru mengenai kendala dalam mengajarkan ke enam aspek keterampilan proses sains.

Metode analisis yang kedua dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Pada dasarnya, Metode analisis deskriptif kuantitatif merupakan “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2014:110). Pada penelitian ini, metode analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menggambarkan bagaimana dimensi keterampilan proses sains awal yang dimiliki siswa dan bagaimana efektifitas rekonstruksi keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penjabaran kedua analisis data tersebut adalah sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh melalui analisis lembar observasi keterampilan proses sains yang diamati yaitu siswa kelas IV dan V di SD Gugus XIII yang terdiri dari 158 responden. Hasil perhitungan yang berupa angka selanjutnya di konversi ke kategori keterampilan proses sains sesuai dengan panduan acuan patokan teknis penilaian di sekolah dasar yang menunjukan siswa berada di kategori keterampilan proses sains sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Deskripsi data dimensi pada masing-masing indikator keterampilan proses sains (IPA) yang terdiri dari indiaktor mengamati, indikator mengklasifikasi, indikator mengukur,indikator mengkomunikasikan, indikator memprediksi, dan indikator menyimpulkan. Masing-masing indikator diukur dengan skor rentangan penilaian yang tertinggi adalah 4 dan skor rentangn terendah yaitu 1 yang secara keseluruhan keterampilan proses sains yaitu berjumlah 6 indikator yang diobservasi. Skor maksimal ideal yang diperoleh adalah 24 dan skor minimal ideal adalah 6.

Data hasil presentase siswa secara umum dimensi keterampilan proses sains pada kategori sangat tinggi sebesar 0%, keterampilan proses sains pada kategori tinggi dengan persentase terbesar yaitu 41%, keterampilan proses sains siswa

(7)

7 pada kategori sedang dengan persentase sebesar 36%, dan hanya 23% siswa yang memiliki keterampilan proses sains rendah. Meskipun keterampilan proses sains siswa kelas IV dann V di tiga SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng hanya 36% yang berada dibawah standar ketuntasan untuk kategori keterampilan yang seharusnya minimal berada pada kategori baik, tetapi hasil analisis keterampilan proses sains siswa pada masing-masing indikator keterampilan proses sains data dimensi secara keselurhan diperoleh hasil yang berbeda-beda pada masing-masing kategori keterampilan proses sains.

Persentase skor dimensi keterampilan data secara umum ke enama indikator siswa kelas IV dan V di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram lingkaran data persentase skor dimensi keterampilan proses sains (IPA) secara umum per indikator. Berdasarkan gambar diagram lingkaran pada gambar 1, siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII memiliki persentase skor keterampilan mengamati sebsar 22%, keterampilan mengklasifikasi sebesar 14%, keterampilan mengukur sebesar 23%, keterampilan mengkomunikasikan sebesar 14%, keterampilan memprediksi sebesar 14% dan keterampilan memnyimpulkan sebesar 14%. Jadi indikator keterampilan mengamati dan mengukur merupakan indikator dengan persentase skor terbesar dan indikator keterampilan mengklasifikasi, mengkomunikasikan, memprediksi, dan menyimpulkan memiliki persentase skor terkecil.

Berikut deskripsi data skor setiap indikator hasil dimensi keterampilan proses dalam pembelajaran IPA sebagai berikut:

Indikator mengamati siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 39%, siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 39%, siswa yang berada pada kategori sedang dengan persentase 0%, dan siswa yang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 20% dan siswa yang berada pada kategori kategori sangat rendah 3%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada indikator mengamati pada persentase 20% siswa yang berada di bawah kategori tinggi. Dapat dilihat pada gambar 2 .

Gambar 2. Grafik batang keterampilan proses sains indiaktor mengamati.

Indikator mengklasifikasi siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 1%, siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 1%, siswa yang berada pada kategori sedang dengan persentase 1%, siswa yang berada pada kategori rendah sebesar 89% dan siswa yang berada pada kategori sangat rendah 8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada indiaktor mengkalsifikasi yang berada pada kategori sangat rendah lebih dominan dari pada kategori sangat tinggi sehingga perlu direkonstruksi agar kategorinya menjadi tinggi. Dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

(8)

8 Gambar 3. Grafik batang keterampilan

proses sains indikator mengklasifikasi.

Indikator mengukur siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 51%, siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 36%, siswa yang berada pada kategori sedang dengan persentase 0%, siswa yang berada pada kategori rendah 12% dan siswa yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada indikator mengukur pada persentase 12% siswa yang berada di bawah kategori tinggi sehingga tidak perlu direkonstruksi karena kategorinya sudah kategori tinggi. Dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Grafik batang pada keterampilan proses sains pada indiaktor mengukur.

Indikator mengkomunikasikan siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 1%, siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 3%, siswa yang berada pada kategori sedang dengan persentase 0%, siswa yang berada pada kategori rendah dengan presentase sebesar 91% dan siswa yang berada pada kategori sangat rendah dengan presentase 6%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses

sains siswa pada indikator

mengkomunikaiskan terdapat pada persentase sebesar 91% siswa yang berada kategori rendah, maka indikator mengkomunikasikan perlu di rekontruksi untuk mencapai kategori tingggi. Dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Grafik batang keterampilan proses sains pada indikator mengkomunkasikan.

Indikator memprediksi siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 1%, siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 2%, siswa yang berada pada kategori sedang dengan persentase 0%, siswa yang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 88% dan siswa yang berada pada kategori sangat rendah dengan presentase 9%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains pada indikator memprediksi siswa terdapat persentase 88% siswa yang berada kategori rendah, maka dari itu perlu direkontruksi indikator mempediksi untuk mencapai kategori tinggi. Dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik batang keterampilan proses sains pada indikator memprediksi.

Indikator menyimpulkan siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 1%, siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 3%,

(9)

9 siswa yang berada pada kategori sedang dengan persentase 0%, siswa yang berada pada kategori rendah dengan presentase 86% dan siswa yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 11%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada indikator menyimpulkan terdapat persentase sebesar 86% siswa yang berada kategori rendah, sehingga dalam indikator menyimpulkan perlu direkonstruksi untuk mencapai kategori tinggi. Dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik Batang keterampilan proses sains pada indikator menyimpulkan.

Deskripsi data hasil observasi efektivitas rekonstruksi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV dan V diperoleh melalui instrumen lembar observasi keterampilan proses sains terhadap 158 siswa, masing-masing indikator diukur dengan rentangan penilaian sekala 4 dari jumlah keseluruhan keterampilan proses sains yang akan direkontruksi yaitu 4 indikator keterampilan. Skor maksimal ideal yang diperoleh adalah 16 dan skor minimal ideal adalah 4.

Data persentase secara umum efektivitas direkonstruksi keterampilan proses sains kemudian dianalisis dengan deskriptif persentase, berikut ini dipaparkan hasil analisis dalam bentuk persentase rekonstruksii keterampilan proses sains siswa yaitu: terlihat bahwa rekonstrukai keterampilan proses sains siswa sebesar 71% siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, 23% berada pada kategori tinggi, dan 6% berada pada kategori sedang. Hasil tersebut berarti efektivitas rekonstruksi keterampilan proses sains (IPA) siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng sebagian besar berada pada kategori sangat tinggi dan

sebagian kecil berada pada kategori sedang. Persentase skor indikator-indikator keterampilan proses sains siswa kelas IV dan V di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng dapat ditunjukan melalui gambar diagram lingkaran dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Diagram lingkaran persentase skor efektivitas keterampilan proses sains (IPA) per indikator. Berikut adalah deskripsi data skor efektivitas direkonstruksi setiap indikator-indikator keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng yaitu sebagai berikut.

Rekonstrukasi keterampilan proses sains siswa dalam indikator mengklasifikasi siswa sebesar 47% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, siswa yang berada pada kategori tinggi sebesar 42%, siswa yang berada pada kategori rendah 5%, dan 6% berada pada kategori sangat rendah. Hasil tersebut berarti sebagian besar rekonstruksi keterampilan proses sains (IPA) dalam indikator mengklasifikasi pada siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi, sebagian kecil berada pada kategori rendah dan sangat rendah.

Rekonstrukasi keterampilan proses

sains siswa dalam indikator

mengkomunikasikan siswa 35% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, sebesar 57% berada pada kategori tinggi, siswa yang berada pada kategori rendah 4% dan siswa yang berada pada kategori sangat rendah 4%.

Rekonstrukasi keterampilan poses sains (IPA) siswa dalam indikator memprediksi siswa 51% siswa SD Gugus XIII berada

(10)

10 pada kategori sangat tinggi, 32% berada pada kategori tinggi, siswa yang berada pada kategori sedang 1%, siswa yang berada pada kategori rendah 8% dan siswa yag berada pada kategori sangat rendah 8%. Hasil tersebut berarti sebagian besar rekonstruksi keterampilan proses sains (IPA) siswa dalam indikator memprediksi pada siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi, sebagian kecil berada pada kategori sangat rendah.

Rekonstrukasi keterampilan proses sains siswa indikator menyimpulkan sebesar 60% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, siswa yang berada pada kategori tinggi sebesar 32%, siswa yang berada pada kategori rendah 6% dan siswa yang berada pada kategori sangat rendah 1%. Hasil tersebut berarti sebagian besar rekonstruksi keterampilan proses sains (IPA) dalam indikator menyimpulkan pada siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi, sebagian kecil berada pada kategori rendah.

Analisis hasil wawancara kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan dimensi keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA siswa kelas IV dan V di tiga SD Gugus XIII dilakukan secara deskriptif yaitu sebagai berikut. Temuan kendala merekonstruki dalam pembelajaran di kelas oleh guru 1 kelas IV yaitu saat pembelajaran berkelompok tidak semua siswa bekerja dengan baik dan sulit diatur saat proses pembelajaran, selanjutnya temuan guru ke 2 kelas IV yaitu sulit untuk menciptakan pembelajaran yang selalu kena ke empat indikator keterampilan proses sains yang masih rendah, karena siswa kebanyak bandel. temuan guru ke 3 untuk kelas IV yaitu pembelajaaran berkelompok susah diatur, karena siswanya memiliki karakter yang berbeda, temuan guru ke 1 untuk kelas V yaitu kedisiplinan siswa saat disuruh kerja kelompok dalam pembelajaran sehingga untuk mengolah kelas kurang efesien, temuan guru ke 2 kelas V yaitu memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan siswa terkesan malas untuk belajar mengakibatkan pasif di kelas, kemudian temuan guru ke 3 kelas V yaitu

siswa kurang serius memperhatikan saat pembelajaran di kelas, dan ada siswa yang tidak ikut saat dalam bekerja kelompok dengan kebanyakan yang bercanda.

Adapun solusi guru yang digunakan dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa yang dimiliki saat proses pembelajaran melalui pendekatan saintifik yaitu dengan memilki kesabaran yang tinggi, memberikan penekanan yang lebih kepada siswa yang memilki keterampilan yang rendah, dan mengontrol/ meningkatan karakter siswa yang malas untuk belajar dan yang pasif dikelas, kemudian dengan melalui bantuan pendekatan saintifik akan mampu untuk meningkatkan antisias siswa untuk belajar, karena dalam proses pembelajaran menuntut siswa yang lebih aktif.

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA siswa yang sudah mengalami peningkatan atau berada di kaegori tinggi pada indikator mengklasifikasi, mengkomunikaiskan, memprediksi, dan menyimpulkan karena guru telah mampu merekonstruksi indikator keterampilan proses sains tersebut pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik di kelas, tanpa adanya hambatan dalam merekonstruksi keterampilan proses sains siswa pada keempat aspek tersebut.

Menurut Daryanto (2014:51) mengemukakan bahwa, Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara efektif mengrekonstruksikan prinsif melalui tahapan-tahapan mengamati merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Pengalaman yang didapatkan mengarahkan siswa menuju perubahan keterampilan proses sains ke arah keterampilan proses sains yang baik. Haryono (2005) yang menyatakan Pembelajaran dirancang untuk lebih memberikan kesempatan kepada siswa dalam penemuan fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru melalui proses peniruan terhadap apa yang biasa

(11)

11 dilakukan oleh siswa untuk membangun keterampilan proses sains saat proses pembelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Deskripsi dimensi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV dan V di tiga SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng data secara umum dengan rata-rata 14,25 yang berada pada kategori sedang (skor maksimal 24), dengan persentase 0% berada pada kategori sangat tinggi, dengan persentase sebesar 41% berada pada kategori tinggi, dengan persentase sebesar 36% berada di kategori sedang, dengan persentase sebesar 23% berada kategori rendah, dan dengan persentase 0% berada di kategori sangat rendah.

Deskripsi efektivitas rekonstruksi keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV dan V di tiga SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng data secara umum dengan rata-rata 13,27 dengan kategori tinggi (skor maksimal 16), dengan sebesar 71% berada pada kategori sangat tinggi, dengan persentase sebesar 23% berada pada kategori tinggi, dengan persentase sebesar 6% berada pada kategori sedang, dengan persentase 0% rendah dan sangat rendah.

Kendala yang dihadapi guru dalam mengajarkan dimensi keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA siswa di tiga SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng yaitu siswa lebih banyak bicara dibandingkan dengan mengerjakan tugas atau bekerja kelompok, siswa mengganggu teman dalam kerja kelompok saat proses pembelajaran, siswa terkadang susah diatur atau disuruh oleh guru, karena memilki karakteristik yang berbeda-beda setiap siswa, dan faktor lain juga mendukung dengan terbatasnya waktu belajar siswa dan pengaruh keadaan lingkungan kelas yang menghambat berlangsungnya proses pembelajaran.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Disarankan kepada sekolah dapat melakukan pembinaan, bimbingan pada siswa yang memiliki keterampilan rendah pada indikator keterampilan proses sains

dalam pembelajaran IPA tertentu yang dialami siswa dengan bekerjasama antara guru dan kepala sekolah untuk bersama-sama membangun siswa yang memiliki keterampilan proses sains yang masih rendah

Disarankan kepada guru hendaknyak mampu mempertahankan keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan V yang sudah mengalami perubahan atau peningkatan yang baik melalui pendekatan saintifik

Siswa untuk mempertahankan keterampilan proses sains yang sudah baik dan memperbaiki keterampilan proses sains yang kurang demi meningkatan mutu pendidikan untuk kedepannya khusus dalam pembelajaran sain dan tidak mengesampingkan pembelajaran yang lain. Calon peneliti yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai mengenai keterampilan poses sains dalam pembelajaran IPA, hendaknya lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodelogi Penelitian Pendidikan.

Malang: Aditya Media Publising. Anggarawati, Juni. 2013. Pengaruh Model

Pembelajaran Nos Berorientasi Ketrampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. e-Jurnal Pascasarjana

Undiksha Volume 1 Tahun 2013. Ardiansyah, Dede. 2014. “Analisis

Keterampilan Proses Sains Siswa

Pada Materi Asam Basa

Menggunakan Model

Pembelajaran Guided Inquiry”. Tersedia pada http://airzip2.inspse arch.com/search/web?fcoid=417& fcop=topnav&fpid=2&q=analisis+re konstruksi+keterampilan+proses+ sains. (diakses tanggal 8 Februari 2016)

(12)

12 Bundu, Patta. 2006. Penilaian Ketrampilan

dan Sikap Ilmiah Dalam

pembelajaran Sains. Jakarta. Daryanto, Haji. 2014. Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: Rineka Cipta. Haryono. 2005. Pembelajaran Sains.

Tersedia pada http://srihendrawati. blogspot.co. id/ 2009/10/ pembela-jaran sains.html. diakses pada tanggal 05 Maret 2016.

Marheni, Ni Putu. 2014. “Studi Komparasi Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Dan Model

Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Dan Ketrampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran Sains SMP”.Tesis (tidak diterbitkan).

Pascasarjana Undiksha.

Notoatmodjo. 2003. Perilaku Terbuka. Tersedia pada http://syakira-blog. blogspot. co.id/2009/01/konsep-perilaku.html. diakses pada tanggal 05 Maret 2016.

Rahayu, Nina. 2014. “Implementasi Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran IPA Di Kelas IVC SD Muhamadiyah Condongcatur

Sleman” Tersedia pada

http://journal.unnes.ac.id/nju/index. php/kreano/article/view/3158. (diakses pada tanggal 9 Februari 2016).

Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Undiksha. Soetardjo.1998. Proses Belajar mengajar

Dengan Metode Pendeketan

Ketrampilan Proses. SIC:

Surabaya.

Gambar

Gambar 4. Grafik batang pada keterampilan  proses  sains  pada  indiaktor  mengukur.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat meneyelesaikan Paper dengan judul Tumor Jinak Palpebra guna memenuhi persyaratan

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan

DISTRIBUSI MATA KULIAH KONSENTRASI &.MATA KULIAH PILIHAN PENDUKUNG. No Mata Kuliah Kosentrasi SKS Mata Kuliah

Pada sistem rekursi secara rekursif disini dapat juga dijadikan sebagai acuan untuk dapat mencari perbandingan mana proses rekursi yang lebih efisien , secara rekursif atau

Data bobot lahir, bobot sapih, dan bobot umur satu tahun, dan PBBH prasapih maupun pascasapih Kambing Saburai jantan di Kecamatan Gisting dan Sumberejo disajikan dalam bentuk

Halaman ini terdapat form-form yang digunakan sebagai inputan data kas berupa pemasukkan dan pengeluaran yaitu setoran bulanan, pasang baru sebagai inputan

Program pembangunan yang didasarkan pada asumsi bahwa petani perlu dididik untuk menerapkan teknologi baru dan lebih baik, hampir dapat dipastikan selalu gagal, jika tidak

The sustainability of cocoa production in Tanggamus faced some weaknesses i.e: (1) low availability of high yielding planting materials and that resistant to pest and