• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja di PT.PLN (PERSERO) distribusi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta area pelayanan dan jaringan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja di PT.PLN (PERSERO) distribusi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta area pelayanan dan jaringan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I YOGYAKARTA AREA PELAYANAN DAN JARINGAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Anna Ratri Wuswidyahening NIM : 069114008

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2010

(2)

DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I YOGYAKARTA AREA PELAYANAN DAN JARINGAN YOGYAKARTA

Oleh :

Anna Ratri Wuswidyahening NIM : 069114008

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

(3)

DI PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I YOGYAKARTA AREA PELAYANAN DAN JARINGAN YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Anna Ratri Wuswidyahening NIM : 069114008

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si ……….

Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si

………..

P. Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi ………...

Yogyakarta,18 Juni

2010

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

(4)

MAU dan MAJU

Selebihnya, serahkan kepada Allah yang bekerja

menuntun dan membimbing kita ...

sampai pada akhirnya nanti

_misa harian, Gereja Kristus Raja Baciro, Februari 2010_

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak

putus-putusnya dipukul ombak.

Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan

amarah ombak dan gelombang itu.

- Marcus

(5)

diary-TUHAN YESUS

PAPA DAN MAMAKU, BAPAK

BAMBANG WISNU DAN IBU LIEN

MARDIASTUTI

(6)

merupakan hasil karya asli Penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi

dari hasil karya Penulis lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Agustus

2010

Yang Menyatakan,

(7)

Anna Ratri Wuswidyahening

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta yang berjumlah 60 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Prosedur pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dengan dua skala penelitian yang disusun oleh peneliti ke dalam satu rangkap, yaitu Skala Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi dan Skala Motivasi Kerja. Proses pengambilan data menggunakan model tryout terpakai. Hal ini berarti bahwa pengambilan data hanya dilakukan satu kali. Uji kesahihan butir pada Skala Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi terdapat 42 item yang digunakan, sedangkan 18 item yang lain dinyatakan gugur. Reliabilitas pada skala tersebut sebesar 0.931. Pada Skala Motivasi Kerja terdapat 45 item yang dapat digunakan, sedangkan 35 item yang lain dinyatakan gugur. Reliabilitas pada skala tersebut adalah sebesar 0.934. Hasil analisis data menunjukkan sebaran data penelitian adalah normal dan linear. Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment, parsial terhadap dua variabel penelitian yakni Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi dan Motivasi Kerja dengan variabel masa bekerja sebagai variabel kontrolnya, diperoleh hasilr= 0.604 pada taraf signifikansi 1% dan probabilitas 0.000 (p 0.01). Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara variabel Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi dan Motivasi Kerja. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki persepsi positif terhadap kompensasi akan memiliki motivasi kerja yang tinggi pula. Sebaliknya, karyawan yang memiliki persepsi negatif terhadap kompensasi akan memiliki motivasi kerja yang rendah.

(8)

Anna Ratri Wuswidyahening

ABSTRACT

The research aimed to know the relationship between employee’s perception toward compensation with working motivation. Subject in this research is 60 permanent employees in PT PLN (Persero) Distribution Of Central Java And D.I Yogyakarta Service And Network Area Yogyakarta. Research methods that is corelational method research. The procedure to collect the data uses questionnare with two research scales arranged by the writter in one exemplar, namely Perception of Compensation Scale and Working Motivation Scale. By using the “try out” model, the data collecting process is only done once. The writer uses 42 items of validity of Perception of Compensation Scale, whereas 18 items fail. The reliability in this scale is 0.931. working Motivation Scale uses 45 items, whereas 35 items fail. Reliability in this scale is 0.934. the result of data analysis shows that it is normal and linear. The result from test hypothesis uses Pearson Product Moment, partial correlation technique toward two variables, namely Perception of Compensation and Working Motivation with variable long time to work as a control variable is is r= 0.604 of significant 1% and probability 0.000 (p<0.01). It means there is positive relationship between employee’s perception toward compensation has high work motivation too. Otherwise, employee who has negative perception toward compensation has low working motivation.

(9)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Anna Ratri Wuswidyahening

Nomor Mahasiswa : 069114008

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KOMPENSASI DENGAN MOTIVASI KERJA

DI PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I YOGYAKARTA AREA PELAYANAN DAN JARINGAN YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagau

Penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 3 Agustus 2010

(10)

Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulisan Skripsi dapat selesai

dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi

di Universitas Sanata Dharma.

Disadari sepenuhnya bahwa dalam Penulisan skripsi ini banyak

mendapatkan uluran tangan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh

karena itu Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Agustinus Supratiknya selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membantu saya dalam merencanakan studi.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang dengan sabar membimbing dan memberi bantuan yang sangat Penulis

perlukan dalam Penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Sulastri selaku supervisor bagian SDM&SEKMUM yang sudah

memberikan banyak informasi kepada Penulis.

5. Bapak Paulus Kardiman selaku supervisor bagian CATER (Pencatat Meter)

yang telah memberikan banyak kemudahan kepada Penulis guna

menyelesaikan skripsi ini.

6. Karyawan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta

Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta yang sudah membantu Penulis

(11)

dewasa dalam segala hal.

8. Bapak Bambang Wisnu dan Ibu Lien Mardiastuti, sebagai orangtua Penulis

yang telah memberikan dukungan dan doa restu untuk keberhasilan Penulis

dalam menyelesaikan Penulisan skripsi ini. I love u ma, I love u pa…

9. Florentius Agung Pangaribowo, sebagai kakak Penulis yang memberikan

semangat kepada Penulis untuk segera menyelesaikan Penulisan skripsi ini.

Makasih ya Mas Ori….mana janjinya?? Hhe.. Mbak Ria…terima kasih

juga ya doa dan semangatnya…akhirnya skripsiku selesai Mbak…

10. Teman-teman psikologi angkatan 2006. Terima kasih ya buat kalian semua

yang sudah mengisi hari-hari baruku di Jogja, terutama buat

sahabat-sahabatku Yesica, Lita, Nita Dondan...Thanks for being my

friends…semangat yaa!! Buat Inez dan Anna…makasih ya dukungannya, makasih juga sudah mau jadi temen cerita-ceritaku…hhe…kapan nggosip

bareng lagi?lhoh?! hhe..

11. Teman-teman asistensi Inventori 2009…Anna, Maria, Jenny, Clare,

smuanya….terima kasih atas kerja sama yang menyenangkan. Hhaha..

12. Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gie…terima kasih atas

kemudahan-kemudahannya dan keramahannya selama ini.

13. Teman-teman KKN Angkatan XVIII Kelompok 3 Sirat..I luph u pulllll

dah..senangnya bisa belajar dan bertahan hidup di masyarakat..berbagi

(12)

Baciro….terima kasih atas dukungan dan pengertiannya akhir-akhir ini

kalau salah membuat jadwal tugas. Hhe… Keep our SPIRIT in the name of

Jesus!

15. Terakhir…untuk Mbak pasien di RSJ Pakem…terima kasih atas

doanya…doa itu anugerah…terima kasih ya Mbak karena sudah

‘mengingatkan’ saya untuk selalu menunduk dan bersyukur kepada Tuhan.

Saya ingat selalu doa dari Mbak…Terima kasih atas perbincangan yang

membawa saya ke dalam suatu permenungan…..makasiiihh Mbak pasien

Penulis menyadari bahwa Penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan

faktor-faktor lain. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

Penulis harapkan demi kesempurnaan Penulisan Skripsi ini. Akhir kata, Penulis

berharap semoga Penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya pengembangan ilmu psikologi industri dan organisasi.

Yogyakarta, 3 Agustus 2010

(13)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………... iii

HALAMAN MOTTO……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……… ix

KATA PENGANTAR………... x

DAFTAR ISI……….... xiii

DAFTAR TABEL………... xv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ………... 9

C. Tujuan Penelitian ………... 9

D. Manfaat Penelitian ………. 9

BAB II LANDASAN TEORI……….. 11

A. Motivasi Kerja ………... 11

1. Definisi ………... 11

2. Aspek-aspek motivasi kerja ………. 13

(14)

3. Aspek-aspek persepsi ……….……… 21

4. Jenis kompensasi ………... 22

5. Aspek-aspek dalam persepsi karyawan terhadap kompensasi... 23

6. Bentuk Kompensasi di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta………... 7. Efek persepsi terjahadap kompensasi ……….. 24 25 C. Dinamika hubungan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja di PT PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta ……….. 26

D. Hipotesis Penelitian ………... 31

BAB III METODE PENELITIAN……….. 32

A. Jenis Penelitian ……….. 32

B. Identifikasi Variabel Penelitian ………. 32

C. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian ……… 32

D. Subjek Penelitian ………... 35

1. Deskripsi subjek penelitian ………... 35

2. Identifikasi pemilihan individu untuk menjadi subjek penelitian 36 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………. 36

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ………... 43

(15)

H. Metode Analisis Data ………... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 52

A. Orientasi Kancah Penelitian ……….. B. Persiapan Penelitian ………... 52 52 1. Pembuatan skala ……….. 52

2. Proses perijinan ………... 53

C. Pelaksanaan Penelitian ……….. 54

D. Deskripsi Data Penelitian ……….. 55

E. Hasil Analisis Data ..………..……… 58

1. Uji Asumsi ………... 58

a. Uji Normalitas ………... 58

b. Uji Linearitas ………... 59

2. Uji Hipotesis ………... F. Pembahasan ………... 60 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 71

A. Kesimpulan ………... 71

B. Saran ……….. 71

DAFTAR PUSTAKA……….. 73

(16)

Tabel 2 Distribusi item-item pada Skala Persepsi Karyawan Terhadap

Kompensasi ……….. 39

Tabel 3 Blue PrintSkala Motivasi Kerja ……….. 41

Tabel 4 Distribusi item-item pada Skala Motivasi Kerja ………. 42

Tabel 5 Hasil Uji Korelasi Item-Total Variabel Persepsi Karyawan Terhadap

Kompensasi ………. 46

Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Item-Total Variabel Motivasi Kerja ………….. 46

Tabel 7 Distribusi item-item pada Skala Persepsi KaryawanTerhadap

Kompensasi Sebagai Skala Penelitian ………. 47

Tabel 8 Distribusi item-item pada Skala Motivasi Kerja Sebagai Skala

Penelitian ………. 48

Tabel 9 Deskripsi Masa Kerja Subyek Penelitian ……… 55

Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian ……… 56

Tabel 11 Mean Teoritis, Mean Empiris, Standar Deviasi Data Penelitian….. 56

Tabel 12 Data Per Aspek Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi ...…… 57

Tabel 13 Data Per Aspek Motivasi Kerja ………... 57

Tabel 14 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test ………

Tabel 15 Hasil Uji F (ANOVA) ………

59

60

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan akan menggunakan sumber

daya yang sudah dimilikinya untuk memajukan atau mengembangkan

perusahaannya, misalnya alam, modal, keahlian, tenaga kerja, dan sumber daya

informasi. Tenaga kerja khususnya merupakan faktor yang paling utama dan harus

mendapatkan perhatian serius untuk dapat menghasilkan kesuksesan suatu

perusahaan. Hal tersebut seyogyanya dilakukan agar karyawan termotivasi untuk

menyukseskan perusahaan itu sendiri pada umumnya dan pekerjaan yang

ditekuninya pada khususnya.

Pada hakekatnya, organisasi atau perusahaan baik instansi pemerintah

maupun swasta membutuhkan karyawan yang kompeten dan terdorong untuk

menyelesaikan pekerjaan semaksimal mungkin. Hal tersebut tentunya tidak hanya

membutuhkan kecakapan dan kemampuan dari karyawan, tetapi lebih dari itu

motivasi menjadi penting perannya untuk dapat selalu menggerakkan karyawan agar

dapat mencapai tujuan pribadi yang sejalan dengan tujuan organisasi.

Dalam hal kerja, motivasi kerja dapat pula diartikan faktor yang mendorong

orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Manullang, 1982). Sedangkan menurut

Sarwoto (1983) menyebutkan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang

menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian

rupa sehingga mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara

(18)

ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan orang tersebut bahwa tindakannya akan

mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat

menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang

bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Hal ini berarti bahwa motivasi kerja

di dalam suatu organisasi memiliki tujuan yang jelas untuk memberikan dorongan

kepada karyawan untuk senantiasa mengerjakan suatu pekerjaan dengan seoptimal

mungkin.

Motivasi kerja merupakan masalah yang sangat penting dalam usaha

sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka pencapaian tujuan tertentu, baik

tujuan individu maupun tujuan organisasi. Pada kenyataannya, karyawan adalah

bagian dari perusahaan sehingga tidak dapat dipisahkan. Karyawan akan merasa

aman dengan pekerjaan yang ditekuninya di perusahaan serta termotivasi bila

didukung oleh faktor individual dan faktor organisasional. Faktor individual, antara

lain kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), kemampuan-kemampuan

(abilities), serta harapan-harapan pribadi. Sedangkan, faktor organisasional,

misalnya keamanan pekerjaan (job security), kesejahteraan karyawan (employee’s

welfare), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pengakuan (recognition), dan pekerjaan itu sendiri (job itself). Dengan demikian, motivasi dapat merangsang karyawan untuk lebih menggerakkan tenaga dan pikiran dalam

merealisasikan tujuan perusahaan.

Berkaitan dengan motivasi kerja, penelitian oleh Habibi (2005) juga

menjelaskan beberapa faktor yang dapat memotivasi kerja karyawan, diantaranya

adalah penghargaan, lingkungan kerja yang baik, masa kerja, kesejahteraan

(19)

mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Akan tetapi tidak bersifat mutlak untuk

setiap karyawan dengan alasan yang bersifat subyektif. Hal tersebut mendukung

adanya objek yang dipersepsikan secara berbeda oleh masing-masing karyawan. Di

samping itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kim (2002)

menjelaskan bahwa prioritas motivasional karyawan dapat berubah setiap waktu.

Namun, tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan

adalah upah yang baik, apresiasi yang memuaskan dari perusahaan, serta adanya

keamanan dalam pekerjaan dan promosi atau pengembangan karir dalam

perusahaan. Houran&Kefgen (2008) pun menemukan bahwa uang menjadi

motivator yang efektif bagi karyawan daripada menggunakan reinforcement

non-finansial.

Perusahaan pun memiliki cara yang berbeda-beda untuk dapat memotivasi

karyawannya. Salah satu cara untuk mendorong atau memberi motivasi kerja adalah

dengan pemberian kompensasi yang seyogyanya diberikan kepada karyawan atas

usaha dan kerja mereka. Kompensasi merupakan suatu bentuk balas jasa perusahaan

yang dapat berbentuk finansial maupun non finansial. Kompensasi finansial lebih

mengarah pada kompensasi langsung, yaitu upah atau gaji serta insentif yang

dibayarkan dan kompensasi tidak langsung dapat disebut sebagai program

kesejahteraan karyawan yang diberikan diluar gaji atau upah. Sedangkan

kompensasi non finansial dapat berupa pekerjaan yang diberikan serta kondisi

lingkungan kerja. Dalam hal ini, kompensasi dapat menjadi suatu motivator

tersendiri bagi karyawan untuk memacu motivasinya dalam bekerja. Penelitian yang

mendukung hal tersebut adalah bahwa pemberian kompensasi yang tinggi akan

(20)

perusahaan (Kurinawati, 2001). Naibaho (2005) juga menyebutkan bahwa

pemberian kompensasi yang tinggi akan membuat karyawan menjadi puas dan lebih

produktif dalam bekerja. Hal tersebut penting karena masalah uang dan

kesejahteraan karyawan merupakan masalah yang sensitif di dalam lingkungan kerja

(“Perhatikan kesejahteraan,” 2007). Dari sinilah, kompensasi dan motivasi kerja

menjadi sangat erat kaitannya.

Kerja karyawan yang tidak didukung oleh adanya kesejahteraan pada

karyawan tentunya akan membawa suatu dampak yang bertolak belakang. Di sisi

lain, karyawan diharuskan untuk dapat bekerja maksimal, tetapi kesejahteraan

karyawan di perusahaan belum terjamin. Hal tersebut akan membuat karyawan

kurang memiliki harapan untuk dapat mengarahkan tindakannya kepada hasil atau

pencapaian akan target perusahaan. Dalam hal ini, karyawan dapat memiliki

persepsi yang berbeda satu dengan yang lain terhadap baik buruknya kompensasi

yang diberikan di perusahaan tempatnya bekerja. Persepsi merupakan pengalaman

tentang subyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

inderawi (sensory stimuli) Desiderato (dalam Rakhmat, 2008). Davidoff (dalam

Walgito, 1994) juga menyebutkan bahwa stimulus yang diindera oleh individu

diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti

tentang apa yang diindera disebut dengan persepsi. Persepsi ini merupakan keadaan

yang terintegrasi dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi

terhadap kompensasi merupakan penafsiran atas pengalaman tentang subyek dan

peristiwa yang diperoleh dari berbagai informasi mengenai kompensasi yang

(21)

Setiap karyawan dapat memiliki persepsi yang berbeda satu dengan yang

lainnya karena ciri khas dari obyek stimulus tersebut, yakni kompensasi. Ciri khas

dari obyek stimulus tersebut memiliki nilai, arti emosionil, dan intensitas. Nilai

merupakan ciri-ciri dari stimuli yang mengandung makna bagi individu tersebut.

Kompensasi menjadi bernilai bila dipersepsikan bahwa hal tersebut memiliki

dampak terhadap hidupnya dalam bekerja. Dalam hal arti emosionil diartikan

sampai berapa jauh kompensasi menjadi sesuatu yang mengancam atau justru

menyenangkan seseorang. Sedangkan untuk intensitas, pengenalan berdasarkan

exsposure” yang berkali-kali dari kompensasi. Hal ini berarti bahwa seberapa sering kompensasi diberikan kepada karyawan, baik dari segi finansial maupun non

finansial. Intensitas dari pemberian kompensasi itu sendiri pun berhubungan dengn

derajat kesadaran karyawan mengenai kompensasi tersebut. Dengan adanya ketiga

hal tersebut, kompensasi dapat dipersepsi secara berbeda oleh karyawan.

Di samping itu, persepsi dapat berbeda karena keadaan pribadi karyawan itu

sendiri, termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti minat, tujuan, serta

kebutuhan-kebutuhan pribadi. Pengaruh kelompok pun dapat menyebabkan

perubahan persepsi pada anggota kelompok. Maksudnya, bila terjadi konformitas

yang kuat, maka karyawan dapat mempersepsikan secara sama terhadap kompensasi

yang diterimanya (Oskamp, 1984). Tidak dapat dipungkiri pula hal-hal yang

melatarbelakangi diri karyawan itu sendiri juga membuat karyawan memiliki

perbedaan persepsi. Persepsi seseorang merupakan suatu proses yang aktif, dimana

yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi sebagai

keseluruhan, dengan pengalaman-pengalamannya, motivasinya dan sikap-sikap

(22)

Perusahaan yang baik senantiasa peduli terhadap kesejahteraan karyawannya.

Ada beragam cara mewujudkan hal tersebut misalnya dengan pemberian bonus,

asuransi, pendidikan, kredit rumah, liburan gratis, promosi jabatan, senam bersama,

dan sebagainya. Perhatian terhadap kompensasi dapat menjadi stimulus untuk

memacu motivasi kerja agar menjadi suatu dorongan bagi karyawan atau lebih giat

dalam bekerja dan sehingga menjadi produktif dan berprestasi. Namun, pemberian

dorongan bekerja kepada karyawan terkadang menjadi hal yang dianggap mudah,

tetapi terlupakan. Survei terbaru yang dilakukan Work Asia 2007/2008 yang

dilakukan oleh konsultan sumber daya manusia, Watson Wyatt, terhadap opini dan

perilaku karyawan di 11 negara Asia Pasifik termasuk Indonesia menyimpulkan

pendorong utama keterikatan karyawan adalah fokus kepada pelanggan, kompensasi

dan benefit serta komunikasi. Mayoritas karyawan di Indonesia masih rendah

tingkat kepuasannya terhadap kompensasi dan benefit yang mereka terima dari

perusahaan (51%). Demikian juga halnya dengan komunikasi dengan manajemen,

karyawan Indonesia belum begitu puas. Sehingga hal-hal yang menyebabkan alasan

terbesar bagi karyawan untuk pindah ke perusahaan lain adalah tawaran paket

kompensasi yang lebih baik, meskipun hasil survei menunjukkan bahwa kesempatan

karir yang lebih baik merupakan alasan tertinggi (“Survei karyawan,” 2008).

Wartono mengatakan, jika kesejahteraan sudah dijamin perusahaan, kinerja

karyawan harus sebanding (“Kesejahteraan karyawan,” 2009). David (2002)

mengemukakan bahwa banyak perusahaan di Indonesia di masa lalu belum

mempunyai kesadaran penuh untuk memenuhi kesejahteraan karyawan. Pengusaha

umumnya menilai bahwa karyawan adalah bawahannya yang harus selalu tunduk

(23)

bukan sebgai mitra kerja dan asset yang berharga. Bahkan mereka tidak mau memberikan kesempatan karyawannya untuk maju, baik dari segi pengetahuan,

networking, maupun finansial (“Perhatikan kesejahteraan,” 2007). Fenomena lain yang masih ada mengenai rendahnya kesejahteraan karyawan yaitu ratusan pekerja

Pencatat Meter (Cater) PT PLN (Persero) wilayah Jakarta Raya dan Tangerang

unjuk rasa di depan kantor PLN Pusat. Mereka menuntut kejelasan status

kekaryawannya. Pekerja cater ini tidak memperoleh upah layak dan kehilangan

status karyawan PLN (“Karyawan PLN,” 2007). Tingkatan akan kesejahteraan

karyawan memang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Akan tetapi

secara umum, karyawan memang membutuhkan penunjang atau kebijakan

perusahaan agar ada jaminan kesejahteraan bagi karyawan sehingga mereka merasa

aman dan memiliki harapan dalam bekerja.

Setelah adanya UU No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, maka

kesadaran itu mulai tumbuh. Hal tersebut didukung oleh artikel lain menyebutkan

bahwa survei tahunan mengenai manajemen absensi tersebut melibatkan lebih dari

800 organisasi, dan menemukan bahwa 42% organisasi telah mengimplementasikan

strategi kesejahteraan karyawan. Angka tersebut merupakan lonjakan tajam dari

tahun sebelumnya yang hanya 26%. Konsultan bidang hubungan karyawan pada

Chatered Institute of Personnel and Develompment (CIPD) Ben Willmott mengatakan, "Laporan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kaum

pengusaha semakin menyadari keuntungan yang didapat dari menyejahterakan

karyawan" (“Program kesejahteraan,” 2007). Hal tersebut sesuai dengan adanya

artikel mengenai Serikat Pekerja (SP) PLN meminta manajemen PLN menjadi

(24)

akan terus mengkritisi kebijakan perusahaan yang tidak berpihak pada karyawan,”

ujarnya menutup pembicaraan (“Dirut PLN,” 2010). Serikat Pekerja PT PLN kini

membulatkan tekad untuk tetap mempertahankan PLN tetap satu dan jaya, meskipun

ada pihak-pihak yang berkeinginan menghancurkan perusahaan negara yang

menangani ketersediaan listrik di seluruh tanah air. Pada intinya, SP bertekad

memperjuangkan kesejahteraan karyawan aktif dan pensiunan serta

mempertahankan PLN tetap satu dan jaya (“Serikat pekerja,” 2010).

Dari beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompensasi

menjadi penting kaitannya untuk menumbuhkan semangat atau kegairahan kerja

karyawan sehingga karyawan menjadi lebih produktif serta memiliki tingkat

loyalitas yang tinggi pada perusahaan. Dalam hal ini, kompensasi pun berkaitan

dengan kesejahteraan karyawan. Menurut UU Republik Indonesia No.13 Tahun

2003 tentang ketenagakerjaan, kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan

kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat

mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Oleh karena itu, kesejahteraan karyawan dapat menjadi suatu motivator tersendiri

bagi karyawan agar menjadi lebih disiplin dalam bekerja sebagai bentuk feedback

karyawan bagi perusahaan. Sistem kompensasi di setiap perusahaan dapat berbeda

satu dengan yang lain, tetapi dengan tujuan yang sama yakni mensejahterakan

karyawan. Meskipun demikian, tidak semua perusahaan memberikan perhatian

(25)

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang ada yaitu apakah ada hubungan

antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja di PT PLN

(Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area Pelayanan Dan

Jaringan Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui hubungan

antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja di PT PLN

(Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area Pelayanan Dan Jaringan

Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini berupa sumbangan informasi dalam bidang

Psikologi Industri dan Organisasi mengenai kompensasi dengan motivasi kerja

melalui tambahan data empiris yang teruji secara statistik.

2. Manfaat praktis

a. Bagi perusahaan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk mengetahui

motivasi yang dimiliki oleh karyawan dalam bekerja. Selain itu, perusahaan

(26)

b. Bagi karyawan

Melalui penelitian ini, karyawan dapat mengetahui motivasi kerja karyawan

di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area

Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta. Dengan demikian, karyawan dapat

mengevaluasi diri. Hal ini penting dilakukan agar karyawan dapat tetap

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Kerja 1. Definisi

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan

kerja (Anoraga, 2006). McCormick & Ilgen (1985) menjelaskan motivasi kerja

sebagai daya kekuatan yang diarahkan pada tingkah laku yang melibatkan diri

dengan pekerjaan. Tingkah laku ini di tujukan untuk memenuhi harapan yang

ingin dicapai. Zainun (dalam Anoraga & Suryati, 1995) memberikan pendapat

tentang pentingnya motivasi kerja, yaitu motivasi dapat dilihat sebagai bagian

yang fundamental dari kegiatan manajemen, sehingga segala sesuatunya dapat

ditujukan kepada pengarahan, potensi, dan daya manusia dengan jalan

menimbulkan, menghidupkan, dan menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi

dalam menjalankan tugas perorangan maupun kelompok dalam organisasi.

Vroom&Edward (1970) mendefinisikan motivasi sebagai hasil dari yang

ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Vroom

mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Expectancy Theory atau

Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari

yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,

apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka

(28)

seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu

cukup besar, maka yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh

hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang

diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan berargumen bahwa kekuatan

dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung

pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh

suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu

tersebut.

Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa

para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya,

apalagi cara untuk memperolehnya (dalam Hariandja, 2002). Siagian (1989)

mengatakan bahwa inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa

kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung

pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil

tertentu pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan.

Manullang&Manullang (2004) memberikan pengertian motivasi merupakan

pemberian dorongan bekerja yang bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar

mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki oleh

karyawan.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

kerja merupakan suatu upaya untuk mengusahakan seseorang agar dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan semangat karena ia ingin melaksanakannya

(29)

yang sudah ditentukan dengan cara menimbulkan, menghidupkan, dan

menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi, dalam menjalankan tugas

perorangan maupun kelompok dalam organisasi.

2. Aspek-aspek motivasi kerja

Berdasar pada teori pengharapan Vroom, selanjutnya Sudrajat (2008)

mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari

beberapa indikator, yaitu :

a. Memiliki durasi dan frekuensi kegiatan

Karyawan yang termotivasi dalam bekerja akan meluangkan waktu yang

sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukannya agar dapat dengan segera

menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Kecenderungan

karyawan untuk selalu mengerjakan dan menyelesaikan tugas secara

kontinyu atau terus menerus. Karyawan akan dapat memanfaatkan waktu

sebaik mungkin sehingga jarang bolos atau melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaan.

b. Persistensi pada kegiatan

Seseorang yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan memandang

kegagalan atau kesulitan yang dihadapi sebagai suatu tantangan, sehingga

tidak mudah menyerah. Hal ini muncul karena adanya keinginan untuk terus

bekerja, berusaha dan berhasil.

c. Pengorbanan untuk mencapai tujuan

Perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai, sedang karyawan sebagai

(30)

termotivasi untuk dapat mencapai tujuan akan mau dan mampu

mengorbankan tenaga serta pikirannya.

d. Memiliki aspirasi/ harapan

Karyawan tak segan untuk mengeluarkan ide dan gagasannya agar dapat

memacu kerjanya dan pertumbuhan perusahaan. Aspirasi/ harapan yang

dikeluarkan sejalan dengan cara berpikir kreatif untuk mengembangkan diri

menjadi lebih baik.

e. Memiliki kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari

kegiatan yang dilakukan

Karyawan yang termotivasi memiliki prestasi atau mampu memberikan

prestasi yang berkualitas, baik untuk diri sendiri maupun perusahaan. Hal

tersebut membutuhkan adanya timbal balik (feedback) yang diberikan oleh

perusahaan atau orang-orang di sekitar. Kualitas atas ptestasi ini dapat

menjadi suatu motivator untuk dapat selalu berprestasi.

Berdasarkan teori tersebut, maka peneliti menggunakan kelima aspek

tersebut, yakni memiliki durasi kegiatan dan frekuensi kegiatan, persistensi pada

kegiatan, pengorbanan untuk mencapai tujuan, memiliki aspirasi/ harapan yang

hendak dicapai, serta memiliki kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang

dicapai dari kegiatan yang dilakukan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

Chung & Megginson (dalam Gomes, 2001) menjelaskan motivasi kerja

(31)

a. Faktor-faktor individual

1) Kebutuhan-kebutuhan (needs)

Setiap manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang mendasar

sehingga memiliki daya untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Kebutuhan-kebutuhan manusia akan berbeda satu dengan yang lain,

meskipun pada dasarnya adalah sama.

2) Tujuan-tujuan (goals)

Karyawan yang terlibat langsung dalam memutuskan suatu tujuan yang

hendak dicapai, ia akan merasa bahwa keputusan itu merupakan

keputusannya sendiri dan tidak sekedar pelaksana sesesuatu keputusan

yang ditentukan oleh orang lain. Hal ini membuat seseorang memiliki

motivasi untuk dapat mencapai suatu tujuannya.

3) Kemampuan-kemampuan (abilities)

Karyawan yang memiliki berbagai bentuk kemampuan dalam bekerja

dapat menjadi lebih bergaiirah dan semangat untuk dengan segera

menyelesaikan pekerjaannya. Terlebih, bila kemampuan yang dimiliki

sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditekuni, sehingga membuat orang

menjadi lebih termotivasi dalam bekerja.

b. Faktor-faktor organisasional

1) Keamanan pekerjaan (job security)

Karyawan merasa aman dengan pekerjaannya bila terjamin dalam

melaksanakan pekerjaannya. Perasaan aman ini meliputi pengertian yang

(32)

kerja, rasa aman dari kelanjutan hubungan kerja atau sewaktu-waktu

terkena pemutusan hubungan kerja yang tidak dikehendaki.

2) Kesejahteraan karyawan (employee’s welfare)

Merupakan kondisi ekstrinsik dimana bentuk kesejahteraan bagi

karyawan dapat berupa upah atau gaji yang diterima dirasakan wajar atau

tidak oleh karyawan. Dengan dirasakan adanya kesejahteraan yang

cukup baik, maka diharapkan aktivitas kerja karyawan itu tidak

terhambat oleh pemikiran-pemikiran bagaimana menghidupi dirinya

sendiri dan keluarganya.

3) Sesama pekerja (co-workers)

Relasi antarkaryawan dalam perusahaan dirasakan harmonis atau tidak

oleh karyawan. Kerja sama dan rasa saling menghargai sesama rekan

sekerja akan memberikan perasaan tenang dan menumbuhkan persatuan

dan keakraban yang dapat memperlancar terlaksananya aktivitas kerja.

4) Pengawasan (supervision)

Pengawasan dari pemimpin memberikan reaksi karyawan untuk selalu

mempertahankan atau meningkatkan kegairahan kerjanya. Sikap

ketauladanan yang ditunjukkan oleh atasan kepada bawahan merupakan

suatu contoh dan dapat memberikan ketenangan dan tuntunan bagi

karyawan dalam bekerja.

5) Pengakuan (recognition)

Pengakuan atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai

seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu

(33)

6) Pekerjaan itu sendiri (job itself)

Merupakan kondisi dimana masing-masing karyawan memiliki derajat

minat yang berbeda-beda akan pekerjaannya. Kesesuaian pekerjaan yang

ditangani dengan keinginan karyawan itu sendiri. Dimaksudkan disini

adalah adanya kesesuaian antara keinginan dan kemampuan karyawan

pada tugas yang diberikan.

Di samping itu, seseorang juga memiliki harapan-harapan untuk dapat

terus menjadi lebih baik di dalam bekerja. Oleh karenanya, harapan-harapan

yang ada dapat meningkatkan atau justru menurunkan semangat kerja

karyawan. Pencapaian atas harapan tentunya akan membawa dampak baik

bagi karyawan. Hal tersebut merupakan aplikasi dari teori harapan

(expectancy theory)Vroom. Apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan

berupaya mendapatkannya. Manusia pada dasarnya adalah makhluk irasional

sekaligus rasional, sehingga yang dilakukan oleh manusia di samping dapat

didorong oleh aspek-aspek instingtif juga oleh aspek-aspek rasional

(Hariandja, 2002).

Sagir (dalam Sastrohadiwiryo, 2005) mengemukakan tujuh faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja, yaitu :

(34)

Penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas

suatu kinerja, akan memberikan kepuasan batin yang tinggi.

2) Tantangan (Challenge)

Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi

manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau

dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang,

bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan

biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya.

3) Tanggung jawab (Responsibility)

Adanya rasa ikut memiliki (sense of belonging) atau menimbulkan

motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab.

4) Pengembangan (Development)

Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau

kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga

kerja untuk bekerja lebih giat. Apalagi jika pengembangan perusahaan

selalu dikaitkan dengan produkivitas tenaga kerja.

5) Pengalaman masa bekerja

Masa bekerja seseorang memberikan suatu pengalaman kerja bagi

karyawan. Masa bekerja yang lama dapat membuat karyawan menjadi

jenuh dan mengalami kebosanan dalam bekerja. Sedangkan masa kerja

yang baru akan membuat karyawan lebih giat dalam bekerja karena

adanya harapan-harapan mengenai pengalaman-pengalaman baru yang

(35)

6) Keterlibatan (Involvement)

Adanya rasa keterlibatan (involvement) bukan saja menciptakan rasa

memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of

responsibility), tetapi juga menimbulkan mawas diri untuk bekerja lebih baik, menghasilkan produk yang lebih bermutu.

7) Kesempatan (Oportunity)

Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka, dari

tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang

yang cukup kuat bagi tenaga kerja.

B. Persepsi karyawan terhadap kompensasi 1. Definisi Karyawan Tetap

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008,

karyawan atau pegawai tetap adalah karyawan atau pegawai yang menerima dan

memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota

dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus

menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai

yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang

karyawan atau pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam

pekerjaan tersebut. Sedangkan menurut supervisor bagian SDM&SEKMUM,

karyawan tetap adalah karyawan yang sudah diangkat menjadi karyawn tetap

melalui tahapan yang ditetentukan oleh perusahaan.

Beberapa tahun yang lalu, karyawan dapat diangkat menjadi karyawan

(36)

kemudian menjadi karyawan percobaan. Akan tetapi, proses pengangkatan

karyawan menjadi karyawan tetap yaitu dengan adanya rekrutmen dan kemudian

lolos pada tes yang diujikan. Setelah itu, karyawan tersebut masuk kedalam

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) selama enam (6) bulan, dan langsung

ditempatkan sebagai karyawan kecil di beberapa tempat di PT PLN (Persero)

untuk mengikuti pelatihan atau magang. Selanjutnya, setelah calon karyawan

tersebut mengikuti semua proses yang ada, maka diangkat menjadi karyawan

tetap.

2. Definisi Persepsi Terhadap Kompensasi

Persepsi merupakan pengalaman tentang subyek, peristiwa, atau

hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Desiderato memberikan pengertian persepsi pada makna pada stimuli

inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2008). Sedangkan menurut James (dalam

Adi, 1994) menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita

peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita, serta sebagian lainnya

diperoleh dari ingatan (memory) kita (diolah kembali berdasarkan pengalaman

yang kita miliki). Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian

terhadap stimulus yang diindranya sehingga merupakan sesuatu yang berarti,

dan merupakan respon yang terintegrasi dalam diri individu. Hal itu merupakan

proses transaksi penilaian terhadap suatu obyek, situasi, peristiwa orang lain

berdasarkan pengalaman masa lampau, sikap, harapan dan nilai yang ada pada

(37)

Kompensasi tidak sama dengan upah meskipun upah adalah bagian dari

kompensasi dan mungkin upah tersebut merupakan bagian dari kompensasi yang

paling besar (Nitisemito, 1990). Kompensasi adalah pengaturan keseluruhan

pemberian balas jasa bagi “employees” baik yang langsung berupa uang,

maupun yang tidak langsung berupa uang (Martoyo, 2000). Simamora (2003)

menjelaskan bahwa kompensasi dapat meliputi imbalan finansial dan jasa serta

tunjangan yang diterima oleh para karyawan sebagai bagian dari hubungan

kepegawaian. Menurut Sastrohadiwiryo (2005) kompensasi adalah imbalan jasa

atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja karena

tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi

kemajuan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, kompensasi

merupakan segala bentuk balas jasa, baik dalam bentuk kompensasi finansial

maupun non finansial yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi

mereka kepada organisasi.

Persepsi karyawan terhadap kompensasi adalah penafsiran atas

pengalaman atau informasi mengenai kompensasi atau balas jasa dari

perusahaan kepada karyawan yang diperoleh dari lingkungan dan diserap oleh

indera dengan proses seleksi dan organisasi atau berasal dari ingatan (memory)

mengenai apa yang pernah diterima karyawan sebagai ganti kontribusi mereka

kepada organisasi.

3. Aspek-aspek persepsi

Menurut Ponty (1966), Sears, Shelley, dan Letitia (2009) persepsi

(38)

a. Aspek kognitif

Melibatkan kemampuan untuk memberi keyakinan terhadap suatu stimulus

dengan menggunakan inderanya yaitu melalui proses melihat, meraba, merasa

dan mencium yang dapat terjadi secara terpisah-pisah atau serentak. Otak akan

melakukan persepsi berdasarkan informasi yang diterima oleh panca indera.

b. Aspek afektif

Melibatkan emosi atau perasaan terhadap suatu stimulus dan memberi makna

terhadap stimulus sehingga menjadi memiliki arti bagi dirinya.

c.Aspek konatif

Melibatkan perhatian dan kesadaran individu untuk memfokuskan seluruh

aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek atau

stimulus.

4. Jenis kompensasi

Simamora (2004) memberikan dua jenis utama dalam kompensasi, yaitu:

a. Kompensasi finansial

(1) Kompensasi langsung (direct financial compensation)

Meliputi bayaran yang diperoleh dari seseorang dalam bentuk gaji (salary),

upah (wage), bonus, dan komisi.

(2) Kompensasi tidak langsung (indirect financial compensation)

Disebut juga dengan tunjangan atau program kesejahteraan karyawan yang

meliputi program perlindungan, bayaran di luar jam kerja, dan fasilitas.

b. Kompensasi non finansial

(39)

Meliputi tugas-tugas yang menarik, tantangan, tanggung jawab,

pengakuan, dan rasa pencapaian.

(2) Lingkungan kerja

Dalam hal ini meliputi kebijakan yang sehat, supervisi yang kompeten di

bidangnya, kerabat kerja yang menyenangkan, serta lingkungan kerja yang

nyaman.

5. Aspek-aspek dalam persepsi karyawan terhadap kompensasi

Aspek-aspek yang menjadi bagian dalam persepsi terhadap kompensasi, antara

lain :

a. Aspek kognitif

Melibatkan kemampuan untuk memberi keyakinan terhadap suatu stimulus

dengan menggunakan inderanya yaitu melalui proses melihat, meraba, merasa

dan mencium yang dapat terjadi secara terpisah-pisah atau serentak. Otak

akan melakukan persepsi berdasarkan informasi yang diterima oleh panca

indera. Dalam hal ini apa yang diindera karyawan mengenai upah/ gaji,

insentif, tunjangan, fasilitas, serta pekerjan dan lingkungan kerja yang

diberikan perusahaan dalam bentuk kompensasi bagi karyawan.

b. Aspek afektif

Melibatkan emosi atau perasaan terhadap suatu stimulus dan memberi makna

terhadap stimulus sehingga menjadi memiliki arti bagi dirinya. Dalam hal ini

apa yang dirasakan dan dimaknai karyawan mengenai upah/ gaji, insentif,

tunjangan, fasilitas, serta pekerjan dan lingkungan kerja yang diberikan

(40)

c. Aspek konatif

Melibatkan perhatian dan kesadaran individu untuk memfokuskan seluruh

aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek atau

stimulus, yakni mengenai upah/ gaji, insentif, tunjangan, fasilitas, serta

pekerjan dan lingkungan kerja yang diberikan perusahaan dalam bentuk

kompensasi bagi karyawan.

6. Bentuk Kompensasi di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta

Berdasarkan hasil wawancara dengan supervisor SDM&SEKMUM,

beberapa bentuk kompensasi yang diberikan perusahaan untuk karyawan tetap

lebih kepada kompensasi finansial, yaitu :

a. Gaji Pokok

Gaji diberikan kepada setiap karyawan yang dibayarkan setiap bulannya

berdasarkan golongan (grade).

b. Tunjangan Jabatan

Tunjangan jabatan dibayarkan kepada karyawan berdasarkan kedudukan

jabatan masing-masing (baik jabatan struktural, maupun fungsional).

c. Bonus

Bonus diberikan kepada karyawan bila dalam satu masa tertentu karyawan

dapat berprestasi.

d. THR (Tunjangan Hari Raya)

Tunjangan Hari Raya diberikan kepada karyawan setiap tahun sebagai balas

(41)

e. Pay for Performance(Tunjangan Kompensasi Kerja)

Diberikan kepada setiap karyawan. Pemberian kompensasi ini dilihat

berdasarkan jam masuk kerja. Selain itu, tarif yang berlaku disesuaikan

dengan aturan/ kebijakan dari PT PLN (Persero) yang berpusat di Semarang.

f. Emulemen

Biaya kesehatan yang ditanggung perusahaan untuk karyawan, istri, dan

anak di bawah usia 25 tahun. Selain itu, pensiunan karyawan pun tetap

mendapatkan biaya kesehatan tersebut.

7. Efek persepsi terhadap kompensasi

Kompensasi sebagai balas jasa perusahaan memiliki suatu dampak bagi

karyawan. Dampak tersebut dapat berupa positif maupun negatif tergantung

pada kebijakan pemberian kompensasi itu sendiri (Hasibuan, 1995). Karyawan

sebagai objek yang dikenai kompensasi dapat memiliki persepsi yang berbeda

satu dengan yang lain. Pemberian kompensasi yang baik berdasarkan persepsi

karyawan tentunya dapat memberikan efek positif maupun negatif terhadap

kinerja karyawan. Selanjutnya, adanya persepsi karyawan terhadap kompensasi

yang diberikan perusahaan memiliki beberapa pengaruh terhadap kelangsungan

hidup bekerja bagi karyawan, antara lain :

a. Memantapkan ikatan kerja sama

Dengan pemberian kompensasi, maka terjalinlah ikatan kerja sama formal

antara atasan dengan karyawan, dimana karyawan harus mengerjakan

tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan atasan wajib membayar kompensasi itu

(42)

b. Memberikan kepuasan kerja

Karyawan yang memperoleh balas jasa akan dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, sosial, rohani, serta egoisitiknya,

sehingga ia memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya itu.

c. Memotivasi karyawan

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar atau dapat memenuhi hak serta

harapan karyawan secara wajar, maka akan lebih mudah untuk dapat

memotivasi kerja karyawan sehingga karyawan dapat juga mencapai tujuan

organisasi.

d. Memberikan kestabilitasan kerja

Program kompensasi yang layak dan adil dapat memberikan suatu

kestabilitasan bagi karyawan itu sendiri karena terjaminnya kompensasi.

Turnoverkaryawan pun menjadi relatif kecil. e. Meningkatkan disiplin kerja

Karyawan yang merasa bahwa kompensasi yang diterimanya sudah sesuai

dengan harapannya, akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang

berlaku di perusahaan sebagai balas jasa karyawan terhadap perusahaan.

C. Dinamika hubungan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta

Persepsi karyawan terhadap kompensasi dapat berbeda-beda antara

karyawan yang satu dengan yang lain. Perbedaan persepsi tersebut dipengaruhi oleh

(43)

seperti minat, tujuan, serta kebutuhan-kebutuhan pribadi. Pengaruh kelompok pun

dapat menyebabkan perubahan persepsi pada anggota kelompok. Maksudnya, bila

terjadi konformitas yang kuat, maka karyawan dapat mempersepsikan secara sama

terhadap kompensasi yang diterimanya. Tidak dapat dipungkiri pula hal-hal yang

melatarbelakangi diri karyawan itu sendiri juga membuat karyawan memiliki

perbedaan persepsi.

Persepsi karyawan memiliki aspek kognitif yang memberikan keyakinan

pada karyawan tersebut mengenai kompensasi yang diterimanya. Selain itu, aspek

afektif yang melibatkan emosi atau perasaan untuk memaknai kompensasi itu

sendiri. Aspek konatif juga menjadi salah satu bagian dari persepsi itu sendiri yang

melibatkan perhatian dan kesadaran karyawan untuk memfokuskan segala aktivitas

kepada stimulus, yakni kompensasi, baik kompensasi finansial maupun kompensasi

non finansial.

Persepsi karyawan terhadap kompensasi yang merupakan kebijakan dari

perusahaan dapat memacu atau justru menurunkan motivasi karyawan dalam

bekerja. Bila karyawan memiliki keyakinan yang baik, emosi, serta pengarahan

segala aktivitas kepada kompensasi, maka karyawan akan lebih termotivasi dalam

bekerja. Dengan adanya penilaian seperti itu, karyawan akan semakin termotivasi

untuk dapat semakin memenuhi harapannya. Jika seseorang menginginkan sesuatu

dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan

akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu (“Motivasi

kerja,” 2009). Begitupun sebaliknya, bila karyawan tidak memiliki keyakinan yang

baik, emosi negatif, serta tidak mengarahkan (memfokuskan) segala aktivitas

(44)

tersebut ditandai dengan adanya penurunan pada durasi kegiatan dan frekuensi

kegiatan, persistensi pada kegiatan, pengorbanan untuk mencapai tujuan, aspirasi

yang hendak dicapai, serta kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai

dari kegiatan yang dilakukan yang merupakan indikasi dari turunnya motivasi kerja

karyawan (Sudrajad, 2008). Jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu

tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah (“Motivasi kerja,” 2009).

Motivasi kerja menjadi hal yang sangat penting kaitannya dalam kehidupan

bekerja seseorang. Hal tersebut penting karena motivasi merupakan sesuatu yang

menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja. Motivasi kerja dilihat sebagai

daya kekuatan yang diarahkan pada tingkah laku yang melibatkan diri dengan

pekerjaan. Tingkah laku ini di tujukan untuk meraih harapan yang diinginkan serta

memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapai.

Berdasarkan teori yang ada, motivasi kerja dapat dilihat sebagai bagian yang

fundamental dari kegiatan manajemen, sehingga sesuatunya dapat ditujukan kepada

pengarahan, potensi, dan daya manusia dengan jalan menimbulkan, menghidupkan,

dan menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi dalam menjalankan tugas

perorangan maupun kelompok dalam organisasi. Hal ini pun dapat membantu

seseorang untuk terus dapat menekuni pekerjaannya dan bahkan

mengembangakannya. Orang tidak hanya berbeda dalam kemampuan melakukan

sesuatu tetapi juga dalam motivasi mereka melakukan hal itu.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Misalnya

saja, faktor internal, antara lain kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals),

kemampuan-kemampuan (abilities), serta harapan-harapan pribadi. Sedangkan,

(45)

karyawan (employee’s welfare), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pengakuan (recognition), dan pekerjaan itu sendiri (job itself).

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Kim (2006)

menjelaskan bahwa prioritas motivasional karyawan dapat berubah setiap waktu.

Namun, tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan

adalah upah yang baik, apresiasi yang memuaskan dari perusahaan, serta adanya

keamanan dalam pekerjaan dan promosi atau pengembangan karir dalam

perusahaan. Ketiga faktor tersebut termasuk dalam faktor eksternal yang

mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Selanjutnya, penelitian dari

Houran&Kefgen (2008) juga menemukan bahwa uang menjadi motivator yang

efektif bagi karyawan daripada dengan menggunakan reinforcement non-finansial.

Oleh karena itu, diantara banyak faktor yang dapat berpengaruh dalam motivasi

kerja karyawan, kompensasi sebagai balas jasa dari perusahaan dapat menjadi salah

satu faktor yang dapat memberi dampak pada tingkat motivasi kerja karyawan. Hal

tersebut penting karena masalah uang dan kesejahteraan karyawan merupakan

masalah yang sensitif di dalam lingkungan kerja (“Perhatikan kesejahteraan,” 2007).

Gambar 1 mengenai hubungan antara persepsi karyawan terhadap

kompensasi dengan motivasi kerja di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan

(46)

Gambar 1

Model hubungan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja

Kebijakan Perusahaan

Kompensasi

Upah dan gaji Insentif Tunjangan Fasilitas

(47)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa antara

persepsi terhadap kompensasi yang diberikan kepada karyawan memiliki kaitan

yang erat dengan motivasi kerja karyawan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

diajukan hipotesis ada hubungan positif antara persepsi terhadap kompensasi

dengan motivasi kerja pada karyawan di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Disebut penelitian

korelasional karena dalam penelitian ini dibahas hubungan variabel yang satu

dengan variabel yang lain, yaitu untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara

persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan motivasi kerja. Peneliti ingin

melihat kebenaran dari kesimpulan logika tersebut. Hal tersebut berdasar pada

tujuan penelitian korelasional, yaitu untuk menentukan hubungan antara variabel

atau menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi yang direfleksikan

dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini akan menerangkan sejauh mana

variabel tersebut berkorelasi. Sedangkan dalam pengujian hipotesis, koefisien akan

menunjukan tingkat signifikan teruji tidaknya hipotesis (Suryabrata, 1997).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas : persepsi karyawan terhadap kompensasi

Variabel tergantung : motivasi kerja

Variabel kontrol : masa kerja

C. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian 1. Motivasi kerja

Motivasi kerja merupakan suatu upaya untuk mengusahakan seseorang

(49)

melaksanakannya dalam usaha untuk memenuhi harapan yang ada serta dapat

mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan cara menimbulkan,

menghidupkan, dan menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi, dalam

menjalankan tugas perorangan maupun kelompok dalam organisasi.

Motivasi kerja pada karyawan memiliki aspek :

a. Memiliki durasi dan frekuensi kegiatan

b. Persistensi pada kegiatan

c. Pengorbanan untuk mencapai tujuan

d. Memiliki aspirasi/ harapan

e. Memiliki kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari

kegiatan yang dilakukan.

Tinggi rendahnya motivasi kerja karyawan diperoleh dari pilihan jawaban

subyek terhadap skala motivasi kerja. Nilai skor yang tinggi menunjukkan

adanya motivasi kerja yang tinggi. Sedangkan, nilai skor yang rendah

menunjukkan adanya motivasi kerja yang rendah. Skor total yang tinggi akan

menunjukkan tingginya motivasi kerja subjek. Sebaliknya, skor total yang

rendah akan menunjukkan rendahnya motivasi kerja subjek.

2. Persepsi karyawan terhadap kompensasi

Persepsi terhadap kompensasi adalah penafsiran atas pengalaman atau

informasi mengenai kompensasi atau balas jasa dari perusahaan kepada

karyawan yang diperoleh dari lingkungan dan diserap oleh indera dengan proses

seleksi dan organisasi atau berasal dari ingatan (memory) mengenai kompensasi

(50)

Persepsi terhadap pelaksanaan program kesejahteraan karyawan

memiliki beberapa aspek :

a. Aspek kognitif terhadap upah/ gaji, insentif, tunjangan, fasilitas, serta

pekerjaan dan lingkungan kerja yang diberikan perusahaan dalam bentuk

kompensasi bagi karyawan.

b. Aspek afektif terhadap upah/ gaji, insentif, tunjangan, fasilitas, serta

pekerjaan dan lingkungan kerja yang diberikan perusahaan dalam bentuk

kompensasi bagi karyawan.

c. Aspek konatif terhadap upah/ gaji, insentif, tunjangan, fasilitas, serta

pekerjaan dan lingkungan kerja yang diberikan perusahaan dalam bentuk

kompensasi bagi karyawan.

Nilai skor yang tinggi menunjukkan adanya persepsi yang positif.

Sedangkan, nilai skor yang rendah menunjukkan adanya persepsi yang negatif.

Skor total yang tinggi akan menunjukkan persepsi yang positif terhadap

kompensasi. Sebaliknya, skor total yang rendah akan menunjukkan persepsi

yang negatif terhadap kompensasi.

3. Masa Kerja

Masa bekerja seseorang memberikan suatu pengalaman kerja bagi

karyawan. Masa bekerja yang lama dapat membuat karyawan menjadi jenuh dan

mengalami kebosanan dalam bekerja. Sedangkan masa kerja yang baru akan

membuat karyawan lebih giat dalam bekerja karena adanya harapan-harapan

mengenai pengalaman-pengalaman baru yang akan dihadapinya. Menurut Sagir

(51)

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Oleh

karena itu, agar masa kerja subyek tidak mengganggu hasil penelitian, maka

peru dilakukan kontrol

D. Subjek penelitian

1. Deskripsi subjek penelitian

Menurut Azwar (1999) populasi adalah sekelompok subjek yang hendak

dikenai generalisasi hasil penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah

karyawan tetap PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta

Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta dengan kriteria sebagai berikut :

a. Karyawan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area Pelayanan Dan Jaringan Yogyakarta

Peneliti memilih karyawan tetap yang bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini

dikarenakan perusahaan tidak menjamin adanya kompensasi untuk karyawan

outsourcing. Karyawan outsourcing bukan menjadi tanggung jawab perusahaan, melainkan tanggung jawab pihak ketiga atau perusahaan

penyedia karyawanoutsourcing.

b. Lama / masa bekerja

Peneliti memilih karyawan yang telah bekerja selama lebih dari atau sama

dengan dua tahun masa bekerja. Pertimbangan ini dilakukan karena

kebijakan perusahaan dalam memberikan kompensasi, yakni secara

bertahap; setelah karyawan selesai dalam masa pelatihan. Selain itu, peneliti

(52)

tersebut sudah dapat merasakan dan memberikan penilaian terhadap

kompensasi yang pernah diterimanya dari perusahaan.

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 60 orang karyawan tetap, di setiap

bagian atau divisi di perusahaan tersebut.

2. Identifikasi pemilihan individu untuk menjadi subjek penelitian

Individu dipilih berdasarkan organisasi atau perusahaan yang ditentukan

oleh peneliti. Peneliti menentukan pemilihan organisasi atau perusahaan tersebut

berdasarkan artikel yang peneliti baca mengenai kesejahteraan karyawan di PT

PLN (Persero). Karyawan tetap yang ada di setiap bagian di PT PLN (Persero)

Distribusi Jawa Tengah Dan D.I Yogyakarta Area Pelayanan Dan Jaringan

Yogyakarta akan dijadikan sampel penelitian.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala

Likert. Motivasi kerja karyawan akan diukur dengan skala M-K. Item-item dalam

skala tersebut berisi pernyataan yang berisi pernyataan favorable dan unfavorable.

Sedangkan persepsi karyawan terhadap kompensasi diukur dengan skala P-K.

Item-item dalam skala tersebut juga berisi pernyataan yang berisi pernyataan favorable

dan unfavorable. Dengan demikian, ada dua skala dalam penelitian ini yaitu Skala motivasi kerja dan Skala persepsi terhadap kompensasi.

Skala Likert yang digunakan terdiri dari 4 kategori jawaban, yaitu “Sangat

(53)

menggunakan kategori jawabn “Netral/Ragu-ragu”. Hal ini dikarenakan adanya dua

alasan, yaitu : pertama, kategori N (netral) atau R (ragu-ragu) dapat mempunyai arti

ganda sehingga dapat diartikan belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban

atau diartikan sebagai pilihan netral atau tidak dapat menentukan pilihannya. Kedua,

akan menimbulkan kecenderungan untuk menentukan pilihan di tengah (central

tendency effect), terutama bagi respon ragu-ragu atau bingung untuk menentukan jawabannya (Hadi, 1991). Selain itu, maksud dari kategori jawaban “Sangat Tidak

Sesuai”, “Tidak Sesuai”, “Sesuai”, dan “Sangat Sesuai” adalah untuk melihat

kecenderungan pendapat subjek kearah setuju atau tidak setuju.

Kedua skala tersebut akan dibagikan kepada subjek penelitian dalam 1

eksemplar, masing-masing terdiri dari Skala Persepsi Karyawan Terhadap

Kompensasi dan Skala Motivasi Kerja. Skala Motivasi Kerja selanjutnya disebut

Bagian 1 dan Skala Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi selanjutnya disebut

(54)

a. Skala persepsi karyawan terhadap kompensasi Tabel 1

Blue PrintSkala Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi

No. Aspek Jenis

pernyataan

Nomor item Total Bobot

(55)

Tabel 2

Distribusi item-item pada Skala Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi Jenis pernyataan

No. Aspek dan indikator

Favorable Unfavorable Total Bobot

Aspek kognitif terhadap:

a. Upah/ gaji 1,24 22,51,59

b. Insentif, 31,33 14,19

c. Tunjangan, 3, 4,28 26

d. Fasilitas yang

a. Upah/ gaji 38,54 42

b. Insentif 7,37,44 58

c. Tunjangan 18,46 8, 2,23

d. Fasilitas yang

a. Upah/ gaji 13,55 6,43

b. Insentif 48 11, 25,60

c. Tunjangan 35 17,39,57

d. Fasilitas yang

(56)

Pemberian skor pada alat ukur di atas adalah sebagai berikut :

Untuk itemfavorable

Nilai 4 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sangat sesuai dengan diri subyek.

Nilai 3 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sesuai dengan diri subyek.

Nilai 2 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang

tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subyek.

Nilai 1 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan

yang tersedia dirasa sangat tidak sesuai dengan diri subyek.

Untuk itemunfavorable

Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sangat sesuai dengan diri subyek.

Nilai 2 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sesuai dengan diri subyek.

Nilai 3 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang

tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subyek.

Nilai 4 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan

(57)

b. Skala motivasi kerja

Tabel 3

Blue PrintSkala Motivasi Kerja

No. Aspek Jenis

pernyataan

Nomor item Total Bobot

(58)

Tabel 4

Distribusi item-item pada Skala Motivasi Kerja Jenis pernyataan

No. Aspek

Favorable Unfavorable Total Bobot

Durasi dan frekuensi kegiatan a. Meluangkan banyak waktu

dan memanfaatkannya untuk

b. Secara kontinyu mengerjakan suatu pekerjaan.

20,40,60 2,30,38,54,62

16 item 20%

Persistensi pada kegiatan a. Memandang kegagalan atau

kesulitan yang dihadapi sebagai suatu tantangan.

1,8,53, 65,79 33,59,69,70

2.

b. Memiliki keinginan untuk terus bekerja, berusaha dan berhasil.

15,28,49 21,37,41,55

16 item 20%

Pengorbanan untuk mencapai tujuan

a. Bersedia meluangkan tenaga dan pikiran dalam bekerja.

7, 24 47,63

3,42 45,56 3.

b. Bekerja ikhlas dalam bekerja. 13,18,52,66 26,29,72,75

16 item 20%

Memiliki aspirasi/ harapan a. Memiliki ide atau gagasan

yang baik.

10, 22 34,43,58

50,74,77,80 4.

b. Dapat berpikir kreatif dalam menyelesaikan tugas

pekerjaannya.

4,16,36 12,25,31,67 16 item 20%

Memiliki kualifikasi prestasi atau

produk(out put)yang dicapai

dari kegiatan yang dilakukan.

a. Dapat mensinkronisasikan

antara cita-cita diri dan

organisasi.

dan potensi optimal untuk

mencapai prestasi kerja.

5,11,46,51,68 6,19,23,35,61, 64

16 item 20%

Gambar

Gambar 1Model hubungan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi
Blue PrintTabel 1 Skala Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi
Tabel 2Distribusi item-item pada Skala Persepsi Karyawan Terhadap Kompensasi
Blue PrintTabel 3 Skala Motivasi Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada kenyataannya, tidak semua perawat dapat melakukan strategi koping dalam rangka menghadapi sumber atau situasi stres, hal itu terdeteksi dari hasil wawancara yang

Dalam hal ini, walaupun hasil ujian nasional secara keseluruhan tidak terdapat penurunan nilai yang signifikan, penulis menduga terdapat perbedaan antara cakupan

So when a client sends data to the server, the server spawns a child process and a new port for that “connection.” Then the next time the client receives data from the server it

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode lean six sigma dalam pengendalian kualitas dengan studi kasus kualitas produk air minum dalam kemasan cup 240 ml pada

Pada umumnya produksi per Ha padi varietas unggul lebih tinggi dari pada varieta unggul nasional maupun lokal, karena mempunyai sifat-sifat pembawaan..

Maha suci Allah (Dzat) yang menundukkan (kendaraan dan perjalanan) ini kepada kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu1. dan sesungguhnya kami akan kembali kepada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah metoeksper dapat meningkatkan keterampilan proses kimia materi sifat koligatif larutan pada peserta didik kelas XII

Dalam penulisan skripsi ini, penulis bekerja sama dengan pengelola Bunga Tanjung Home Industry untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan melakukan penelitian untuk