• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi dekriptif : tingkat stres pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi dekriptif : tingkat stres pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan - USD Repository"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI DESKRIPTIF : TINGKAT STRES PADA SISWA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Agung Sudarmanto

NIM : 059114107

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah

dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan

bukan untuk manusia, lakukanlah semuanya itu

dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur

oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”.

Kolose 3:23;17b

“Menunjukkan kepedulian tanpa membaginya merupakan

sebuah kesia-siaan, namun memberi dan saling berbagi

kepedulian merupakan kebahagiaan”.

-

Adelfontes

-“We Care, We Share!”

(5)

-Adelfontes-v

(6)
(7)

vii

STUDI DESKRIPTIF : TINGKAT STRES PADA SISWA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Agung Sudarmanto

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan sebuah studi deskriptif mengenasi tingkat stres pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kanisius 1 Pakem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat stres yang dialami oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kanisius 1 Pakem. Subyek pada penelitian 53 siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kanisius 1 Pakem dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif dengan menggunakan skala tingkat stres. Uji validitas menggunakan validitas isi. Data dari hasil uji coba diperoleh reliabilitas sebesar 0,904. Hasil analisis menunjukan bahwa sebaran data normal. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kanisius 1 Pakem memiliki tingkat stres yang rendah yang ditunjukkan oleh mean empiris dengan nilai 62,30 yang lebih rendah dibandingkan dengan mean teoritis dengan nilai 75.

(8)

viii

DESCRIPTIVE STUDY : STRESS LEVEL ON STUDENTS OF

VOCATIONAL HIGH SCHOOL

Agung Sudarmanto

ABSTRACT

This study was descriptive study of stress level on students of Kanisius 1 Pakem vocational high school. The goal to find out stress level of students. The subject of this research are 53 students of Kanisius 1 Pakem vocational high school, that acquired by purposive sampling technique. Researcher was using quantitative descriptive method, with stress level scale as data collection techniques. The reliability coeficient for stres levelis 0,904. The result of data analysis show that the normal data spread. The result of this research have empirical maen value 62,30 less then theoretical mean value 75, it showed that students of vocational high school Kanisius 1 Pakem have low stress level.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada saya,

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Halangan, rintangan dan

gangguan terkadang menghampiri, namun dengan adanya dukungan dari

orang-orang yang selalu memperhatikan dan menyayangi saya membuat saya bertahan

dan dapat menyelesaikan segala halangan yang ada. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu hadir dan membimbing setiap langkah saya

dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Anugerah, berkat dan penyertaanNya

senantiasa selalu memberikan kekuatan. Terimakasih atas kekuatan dan

penyertaan tangannya yang tidak terlihat namun nyata.

2. Papa dan Mama tercinta, yang telah senantiasa memberikan semangat dan

mendoakan anak-anaknya setiap waktu. Terimakasih sudah memberikan

seluruh daya upaya dalam hidup untuk membuatku menjadi seperti sekarang.

3. Kakakku terkasih, yang selalu memberikan dukungan perhatian dan semangat

untuk segera menyelesaikan tugas akhir kuliah.

4. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan waktu, kesempatan, saran, dan kesabaran dalam membimbing

skripsi selama hampir 3 tahun. Terima kasih juga untuk setiap sharing selalu

(11)

xi

5. Ibu M.L. Anantasari, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan sapaan, kepedulian dan kelembutan yang diberikan selama

menempuh perkuliahan.

6. Ibu A. Tanti Arini, M.Si selaku dosen pembimbing akademik di akhir masa

kuliah yang telah selalu setia menanyakan perkembangan tugas akhir ini.

7. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajar saya selama menempuh

bangku perkuliahan. Yang juga selalu memberikan pendidikan dan bekal

mengenai kehidupan yang nyata.

8. Seluruh Staf Psikologi : Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas

Muji yang telah memberikan pelayanan serta kemudahan selama saya

menempuh bangku kuliah. Terima kasih telah mengajarkan sebuah pelayanan

yang tulus.

9. Eyang Putri (alm) dan Eyang Kakung (alm) Suhiyatno, tanpa dukungan

kalian mungkin saya tidak bisa seperti sekarang.

10. Tante Rubi dan Om Lulu beserta keluarga yang telah memberikan nasehat

dan semangat serta menjadi keluargaku di Yogyakarta.

11. Kepala SMK Kanisius 1 Pakem, yang telah memberikan dan membantu saya

dalam melakukan penelitian di sekolahnya.

12. Teman-teman di Fakultas Psikologi, mari berjuang manfaatkan waktu.

13. Teman-teman “Last Standing 2005” Ferra, silvi, Via, Sherli, Tristan,

Anggoro, Puput, Heni, Mbak Jes, Hanes terima kasih untuk setiap semangat,

(12)

xii

14. Ferra Setyoningtyas, S.Psi terima kasih sudah mau jadi mentor yang sabar,

mau memberi masukan dan berkenan membuatku untuk selalu merevisi hasil

tulisanku yang sederhana ini.

15. Teman-teman di Wit Gedhang Jogja, Experiencial Learning Facilitator

Bandung, Lembah Bendo Jogja, Nuri Adventuria Jogja yang telah

memberikan kesempatan untuk belajar dan mengolah setiap pengalaman

dalam bidang outbound.

16. Saudara-saudaraku di “ADELFONTES” Denny, Jabat, Malion, Adna, terima

kasih semangat dan dukungannya, terima kasih sudah terus menggaungkan

dan mempraktekan motto kita “WE CARE, WE SHARE!”.

17. Mbak Eta, Bu Tri, Bu Yemima, terima kasih memberikan kesempatan untuk

belajar dan mengaplikasikan ilmu kuliahku di BOSA dan Asrama UKDW.

18. Om, Tante, Pakdhe, Budhe, sepupuku dan keluarga besarku atas dukungan

dan perhatiannya.

19. Rekan-rekan di RESCUE 920, SATKOM 920 “TURGO ASRI”, PMI KOTA

Yogyakarta, DAMKAR SLEMAN, kita adalah tim PUBLIC EMERGENCY

YOGYAKARTAyang solid!

20. Keluarga PPKM Universitas Sanata Dharma, untuk Rm. In, Rm. Kun, Mbak

Tata, Bu Dewi, Pak Budi, Pak Prast, Pak Mardi, Pak Minto, Bu Agnes, Pak

Eko, Agnes Lita, Simbah, Tere, David, Naning, Hari, juga teman-teman

(13)

xiii

21. Teman-teman Padepokan Cemberut, Bobi, Vidi, Yesi, Bayu, Agung, Bowo,

Yosi, Frater Vincent, Supran, Partiman, Mando, Alex, Niko, Fajar, Yudak

Jek, Sigit, Bob, Noel, Elfan terima kasih atas kesediaannya berbagi.

22. Teman-teman di ALUMNI SHARING COMMUNITY dan BPK PENABUR,

Tante Lily, Ko Ferri, Jeffrey, Draco, dan setiap anggotanya, terima kasih atas

kepedulian dan perjuangan pada almamater kita.

23. Teman-teman Gerakan Kemanusiaan Indonesia, Pdt. Ivan, Pdt. Yusak,

Teteruga, Sara Tenu, Mas Dar, terima kasih sudah sering mengingatkan

tentang tugas akhir yang mulia ini.

24. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi yang

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACK ... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xiv

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...7

1. Manfaat Teoritis...7

(15)

xv

BAB II : LANDASAN TEORI ...9

A. Remaja ...9

1. Pengetian Remaja...9

2. Tugas Perkembangan Remaja...11

B. Sekolah Menengah Kejuruan...13

C. Stres...15

1. Pengertian Stres ...15

2. Sumber Stres ...17

3. Gejala Stres ...20

4. Dampak Stres ...26

D. Stres Pada Remaja...28

E. Pertanyaan Penelitian...32

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...33

A. Jenis Penelitian...33

B. Variabel Penelitian...33

C. Definisi Operasional Variabel...33

D. Subyek Penelitian...34

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data...36

F. Pertanggungjawaban Mutu ...38

1. Pengujian Validitas ...38

2. Analisis Aitem ...38

(16)

xvi

G. Tehnik Analisis Data...40

1. Uji Normalitas...40

2. Pembahasan Pertanyaan Penelitian...40

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...41

A. Pelaksanaan Penelitian...41

1. Perijinan Penelitian ...41

2. Pelaksanaan Penelitian...41

B. Deskripsi Subyek...42

C. Hasil Analisis Data...43

D. Deskripsi Data Penelitian ...43

E. Kategorisasi ...45

F. Analisis Tambahan ...46

G. Pembahasan...47

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN...50

A. Kesimpulan...50

B. Saran ...51

1. Peneliti Lain ...51

2. Lembaga Pendidikan dan Pendamping Siswa ...51

3. Siswa ...51

DAFTARA PUSTAKA ...52

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 BlueprintSkala Tingkat Stres ...36

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Skala Tingkat Stres ...37

Tabel 3.3 Aitem Gugur Pada Skala Tingkat Stres...39

Tabel 3.4 Tabel Spesifikasi Aitem Skala Tingkat Stres Setelah tryout...39

Tabel 4.1 Data Demografis Subyek ...42

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas...43

Tabel 4.3 Data Teoritis dan Empiris ...44

Tabel 4.4 Kategorisasi...45

Tabel 4.5 Deskripsi Tambahan Analisis Varian Satu Jalur...46

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Subyek Penelitian...55

LAMPIRAN B : Skala Awal ...58

LAMPIRAN C : Skala Penelitian...64

LAMPIRAN D : Tabulasi Data ...69

LAMPIRAN E : Uji Validitas Dan Reliabilitas...74

LAMPIRAN F : Uji Normalitas ...84

LAMPIRAN G : Uji T ...85

LAMPIRAN H : Analisis Varian Satu Jalur...88

LAMPIRAN I : Analisis Multiple Comparisons ...89

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan

pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah

Menengah Pertama atau bentuk sekolah formal lain yang sederajat. Dalam

kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di Sekolah Menengah

Kejuruan, siswa tidak hanya mempelajari pelajaran-pelajaran formal

namun siswa dalam Sekolah Menengah Kejuruan mempelajari

bidan-bidang kejuruan.

Dewasa ini, banyak orang tua yang mengarahkan anak-anaknya

untuk memilih Sekolah Menengah Kejuruan untuk melanjutkan

pendidikannya setelah menempuh pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama. Orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk memiliki

Sekolah Menengah Kejuruan menganggap bahwa bersekolah di Sekolah

Menengah Kejuruan memiliki lebih banyak keuntungan, karena disediakan

berbagai pilihan keterampilan khusus bagi siswanya. Sekolah Menengah

Kejuruan tidak hanya memberikan pembelajaran di dalam kelas yang

berupa ulasan-ulasan teori saja, tetapi sekolah Menengah Kejuruan

memberikan pengalaman secara langsung untuk mempraktekan ilmu-ilmu

(20)

memberikan pengalaman kepada siswanya untuk terjun langsung ke

lapangan pekerjaan melalui program kerjasama dengan mitra bisnis atau

industri yang telah bekerja sama dengan sekolah. Tujuan Sekolah

Menengah Kejuruan dalam keputusan menteri Lulusan Sekolah Menengah

Kejuruan adalah menyiapkan lulusannya untuk memasuki lapangan kerja

dan mengembangkan sikap professional.

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan berkisar pada usia 15-19

tahun, dimana masa remaja berkisar dari 12-21 tahun (Monks, dkk, 2002).

Menurut G. Stanley Hall (Santrock, 2003) masa remaja merupakan sebuah

periode pertumbuhan dan perkembangan individu yang penuh dengan

pergolakan yang penuh dengan konflik, atau yang dikenal dengan istilah

storm and stress period. Masa remaja dikenal juga dengan suatu periode

peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkambangan

berikutnya, yaitu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 1990).

Masa remaja ditandai dengan perkembangan individu, baik fisik,

psikologis, dan sosial. Perkembangan secara fisik ditandai dengan makin

matangnya organ-organ tubuh termasuk organ reproduksi. Secara sosial

perkembangan ini ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan

dengan orang tuanya, sehingga remaja biasanya akan semakin mengenal

komunitas luar dengan jalan interaksi sosial yang dilakukannya di sekolah,

pergaulan dengan teman sebaya maupun masyarakat luas. Pada masa ini

pula, ketertarikan terhadap lawan jenis mulai muncul dan berkembang.

(21)

misalnya berpacaran di antara mereka. Berpacaran dapat dikatakan sebagai

sebuah upaya untuk mencari seorang teman dekat dan di dalamnya

terdapat hubungan komunikasi yang lebih intens kepada pasangan,

membangun kedekatan emosi, dan proses pendewasaan kepribadian.

Kemudian berpacaran biasanya dimulai dengan membuat janji dan

komitmen tertentu dan bila di antara remaja ada kecocokan.

Menurut Hurlock (1990) ada beberapa perubahan yang terjadi pada

masa remaja. Pertama adalah meningginya emosi yang intensitasnya

bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

Kedua adalah perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh

kelompok sosial atau masyarakat. Ketiga timbulnya masalah baru akibat

dari perubahan pada tubuh, minat dan peran. Masalah tersebut tampak

lebih banyak dan sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi

sebelumnya. Keempat berubahnya nilai-nilai akibat dari perubahan minat

dan pola perilaku. Kelima sikap remaja yang ambivalen terhadap setiap

perubahan.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Anna Freud (Gunarsa, 1984)

yang memandang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja

lebih cenderung dalam hal motivasi seksual, organisasi ego, hubungan

dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya. Perubahan –

perubahan yang terjadi pada masa peralihan tersebut tidaklah mudah untuk

dijalani oleh remaja. Banyak sekali hal yang harus dihadapi remaja selama

(22)

cemas, takut dan munculnya berbagai masalah. Masalah yang terjadi pada

masa peralihan tersebut kadangkala diekspresikan melalui perilaku yang

negatif, seperti bullying, penggencetan junior, tawuran, merokok, minum

minuman keras, mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Remaja yang mengenyam pendidikan di jenjang Sekolah

Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan akan menghabiskan

waktu kurang lebih sebanyak 7 jam dalam sehari di sekolah. Dalam waktu

yang cukup panjang tersebut remaja akan mendapatkan banyak hal di

sekolah, baik ilmu dalam pendidikan formal maupun pergaulan. Sehingga

remaja sangat dimungkinkan untuk menerima informasi dan perlakuan

yang kurang baik di dalam lingkungan pendidikannya. Dalam sekolahnya

tidak jarang para siswa mendapatkan banyak tugas dari sekolah, yang

harus diselesaikannya, disamping itu remaja juga dituntut untuk dapat

memenuhi dan menyelesaikan tugas perkembangannya, serta remaja

memiliki rasa dan sedang berupaya untuk dapat diterima oleh teman

sebayanya. Dalam usahanya untuk memenuhi tugas-tugas dari sekolah dan

tugas perkembangannya, serta dapat diterima oleh teman sebayanya, tidak

jarang remaja merasa tertekan dan menjadi stres.

Dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, remaja akan

berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaannya. Dalam usia

remaja, individu juga akan menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah.

Pada saat remaja bersekolah remaja akan semakin banyak menghadapi

(23)

usahanya untuk memenuhi tuntutan perkembangannya dan tuntutan tugas

di sekolah.

Sejalan dengan pendapat diatas, Goodyer (Smet, 1994) memiliki

pendapat bahwa remaja sama halnya dengan mereka yang berada pada

masa pertengahan kanak-kanak, dan mereka dihadapkan pada kejadian

atau peristiwa sehari-hari yang menimbulkan stres. Penelitian yang

dilakukan oleh Gusniarti (2002) menunjukkan bahwa remaja memiliki

kecenderungan mengalami stres. Pada dasarnya stres merupakan suatu

respon yang terjadi ketika individu melakukan interaksi dengan sesama

dan lingkungannya. Menurut Sarafino (Smet, 1994) ketika interaksi antara

individu dengan lingkungannya menimbulkan suatu kesenjangan antara

tuntutan dengan keadaan biologis, psikologis dan sosial, maka stres akan

timbul dalam diri individu. Hal tersebut serupa dengan Handoyo (2001),

yang berpendapat bahwa stres terjadi bila dalam interaksi individu dengan

lingkungannya terdapat tuntutan yang lebih besar daripada sumber yang

dimilikinya. Stres dapat pula timbul ketika individu memberikan respon

terhadap peristiwa atau kejadian yang terjadi di lingkungannya yang

dianggap mengganggu atau mengancam dirinya (Santrock, 2003).

Stres yang muncul dalam diri individu tentu saja mengakibatkan

gangguan dan perubahan dalam diri individu. Hal tersebut akan tampak

pada gejala-gejala yang timbul pada aspek fisiologis, emosi, kognisi dan

(24)

Dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki tuntutan yang tinggi

untuk menyelesaikan tugas perkembagannya yang juga ditambah dengan

tugas-tugas yang ia terima dari sekolah. Dalam menghadapi

tuntutan-tuntutan yang tinggi tersebut, remaja akan mengalami stres jika ia gagal

atau tidak dapat menyelesaikan tuntutan-tuntutannya. Dimana dalam

merespon stres yang dihadapinya akan memberikan dampak yang akan

dirasakan oleh remaja tersebut, adapun beberapa dampak stres yang

dihadapi remaja salah satunya akan mempengaruhi sisi emosional dari

remaja yang bersangkutan. Remaja menjadi cenderung memiliki mood

yang cepat berubah juga tingkat agresi yang meningkat, sehingga tidak

jarang dalam perjalanannya, remaja ingin meluapkan rasa frustasi yang

dialaminya.

Fenomena-fenomena inilah yang membuat penulis sangat tertarik

untuk melakukan sebuah penelitian tentang tingkat stres di lembaga

pendidikan, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan KANISIUS 1

Pakem.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat stres

(25)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran

mengenai tingkat stres yang dimiliki oleh siswa SMK Kanisius 1 Pakem.

D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

secara umum pada dunia pendidikan tentang tingkat stres di sekolah

khususnya yang terjadi di sekolah menengah atas dan memberikan

sumbangan teoritis pada psikologi perkembangan khususnya

perkembangan remaja, kesehatan mental, dan psikologi pendidikan.

2) Manfaat praktis

Dalam garis besar, penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu

manfaat praktis dan manfaat teoritis.

a). Bagi siswa

Hasil penellitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk

mengetahui tingkat stres yang dialaminya dan dampak yang

diakibatkan, sehingga mereka dapat mengurangi dampak-dampak

(26)

b). Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru

memahami tingkat stres pada siswanya sehingga dapat mengurangi

resiko yang ditimbulkan oleh stres dan semakin memperhatikan

siswanya.

c). Bagi orang tua atau pendamping

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua atau

pendamping memahami tingkat stres yang dialami anaknya sehingga

dapat mengurangi dan semakin memperhatikan putra-putrinya serta

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa Remaja dapat dikatakan sebagai masa transisi dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa, setiap individu mulai mengalami

perubahan-perubahan baik secara fisik, kognitif, maupun psikis.

Dalam perubahan-perubahan yang terjadi, remaja akan mengalami

pertumbuhan menuju kematangan. Kematangan yang terjadi pada

remaja tidak hanya kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial

dan psikologisnya.

Seorang remaja sudah tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak

lagi, tetapi belum dapat dikatakan sebagai manusia dewasa. Remaja

berada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi yang

sebagian diberikan oleh orangtua dan sebagian diperoleh melalui

usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu pada

dirinya (Ausubel dalam Monk, dkk, 2002). Remaja memerlukan masa

peralihan tersebut untuk mempelajari dan mempersiapkan diri untuk

memikul tanggung jawab yang akan diembannya pada masa dewasa.

Masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa bukanlah hal

yang mudah untuk dilalui. Pikunas (1976) berpendapat bahwa dalam

(28)

sehingga seing juga dikenal sebagai masa penuh konflik, masa penuh

gejolak, masa krisis penyesuaian.

Pikunas (1976) mengatakan bahwa kebutuhan untuk

memperoleh pengalaman-pengalaman baru menjadi suatu dorongan

bagi remaja untuk mengadakan aktivitas-aktivitas dan perbaikan diri.

Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik pada

kebutuhan-kebutuhannya dan perilakunya. Dalam periode ini kebutuhan remaja

mulai menjadi kian kompleks, tidak hanya kebutuhan primer

melainkan adanya kebutuhan untuk bergerak, menyelidiki hal-hal

baru, kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang, rasa aman dan

kemandirian. Pemenuhan kebutuhan pada remaja dalam memenuhi

tugas perkembangannya, remaja masih memerlukan bimbingan dan

bantuan pada keluarga (Hurlock, 1997).

Batasan usia remaja dan masa dewasa semakin lama semakin

kabur, karena kematangan yang dicapai individu sangat beragam,

namun penulis mengambil salah satu pendapat ahli, masa remaja

berkisar antara 12-21 tahun dengan pembagian sebagai berikut

(Monks, dkk, 2002) :

1) 12 tahun – 15 tahun : masa remaja awal

2) 15 tahun – 18 tahun : masa remaja pertengahan

3) 18 tahun – 21 tahun : masa remaja akhir

Erickson (Gunarsa, 1984) mendefinisikan remaja dengan

(29)

masa tersebut, yaitu masa terbentuknya suatu perasaan baru mengenai

identitas dirinya yang mencakup cara hidup pribadi yang dialami

sendiri dan sulit dikenali oleh orang lain.

Pada ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti

psikologi faal), remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan

pada saat alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya

(Sarwono, 1989). Hal tersebut sama dengan pedoman yang digunakan

oleh Hurlock (Gunarsa, 1984) dalam memberi batasan usia pada

remaja yaitu berdasarkan pada tanda-tanda fisik yang menunjukan

kematangan seksual dengan timbulnya gejala-gejala biologis.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa

remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa

dewasa, masa terjadinya banyak perubahan dan menimbulkan konflik.

Masa peralihan tersebut berlangsung pada usia 12 tahun – 21 tahun.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Dalam masa remaja, setiap individu memiliki tugas

perkembangan yang harus dilalui dan dituntaskan oleh remaja.

Menurut Havighrust (Hurlock, 1997) ada delapan tugas perkembangan

pada masa remaja yang harus dipenuhi agar tidak terjadi hambatan

pada masa dewasa. Delapan tugas perkembangan tersebut adalah :

1) Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

(30)

3) Mencari hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik teman sejenis maupun dengan lawan jenis.

4) Mempersiapkan karir ekonomi.

5) Diharapkan dapat mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab.

6) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

7) Mencapai pelayanan sosial bagi pria dan wanita.

8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi penguasaan

tugas-tugas perkembangan seperti yang dikemukakan Hurlock (1980).

Faktor-faktor yang menghalangi penguasaan tugas-tugas

perkembangan adalah

a) Tingkat perkembangannya yang mundur.

b) Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas

perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat

menguasainya.

c) Tidak ada motivasi.

d) Kesehatan yang buruk.

e) Cacat tubuh.

f) Tingkat kesehatan yang rendah.

Disamping ada berbagai faktor-faktor yang menghambat

(31)

juga mengutarakan pendapat mengenai faktor-faktor yang membantu

remaja dalam penguasaan tugas perkembangannya, antara lain :

1) Tingkat perkembangan yang normal atau diakselerasikan.

2) Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam

perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya.

3) Motivasi.

4) Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh.

5) Tingkat kecerdasan yang tinggi.

6) Kreativitas.

Dari pemaparan di atas, dapat di simpulkan bahwa tugas-tugas

perkembangan pada masa remaja di antaranya mencapai peran sosial

sebagai pria maupun wanita, agar tercipta suatu hubungan baru yang

lebih matang dalam mencapati perilaku sosial yang bertanggung

jawab untuk mempersiapkan tahap kehidupan selanjutnya.

B. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas

merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang bertanggung

jawab untuk menyelenggarakan pendidikan menengah sebagai lanjutan

dari Sekolah Menengah Pertama atau lanjutan dari hasil belajar yang

diakui sama atau sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama. Berbeda

dengan Sekolah Menengah Atas yang merupakan sebuah satuan

(32)

kepada sisswanya untuk melanjutkan pendidikan ke pendidikan tinggi,

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sebuah satuan bentuk pendidikan

menengah yang memiliki orientasi untuk memberikan bekal kepada

siswanya untuk dapat memasuki lapangan pekerjaan tingkat menengah dan

melanjutkan kejenjang pendidikan yang sesuai dengan kekhususannya

atau kejururannya..

Dalam keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 0490/U/1992, pasal pertama, menjelaskan bahwa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bentuk satuan pendidikan

menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan

pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan

kerja dan mengembangkan sikap profesional.

Pada pasal kedua, menjelaskan mengenai tujuan Sekolah

Menengah Kejuruan, sebagai berikut :

1. mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi dan atau meluaskan pendidikan dasar.

2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat

dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan

sosial budaya dan alam sekitar.

3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri

sejalan engan perkembangan ilmu pengetahuan dan kesenian.

4. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan

(33)

Dalam melakukan proses pengajaran dan pendidikan dalam

Sekolah Menengah Kejuruan memiliki sebuah sistem struktur kurikulum,

yaitu : mata pelajaran wajib, mata pelajaran dasar kejuruan, muatan lokal

dan pengembangan diri. Dalam struktur pendidikan yang sudah ada,

Sekolah Menengah Kejuruan membagi satuan mata pelajarannya kedalam

tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, kelompok adaptif dan kelompok

produktif. Kelompok normatif memiliki cakupan mata pelajaran

Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa INDONESIA,

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Pendidikan Seni dan

Budaya. Kelompok adaptif memiliki cakupan mata pelajaran Bahasa

Inggris, Matematika, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi,

Kewirausahaan, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Kelompok produktif memiliki cakupan sejumlah mata pelajaran yang

dikelompokkan ke dalam Pendidikan Dasar Kompetensi Kejuruan dan

Kompetensi Kejuruan yang disesuaikan dengan kebutuhan program

keahlian untuk dapat memenuhi standar kompetensi dalam dunia kerja.

(sudarmiatin, 2009)

C. Stres

1. Pengertian Stres

Stres oleh setiap individu dapat sangat beragam diartikan.

Sebagian mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan, tuntutan atau

(34)

atau situasi tertentu. Menurut Budiman (1999), stres adalah tantangan

yang terjadi setiap harinya dengan kadar atau intensitas yang

berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Sedangkan Lazarus

dan Launier (Tanumidjojo, dkk, 2004) mendifinisikan stres sebagai

konsekuensi dari proses penilaian individu, yakni pengukuran apakah

sumber daya yang dimilikinya cukup untuk menghadapi tuntutan dari

lingkungan.

Sarafina (Smet, 1994) mendefinisikan stres sebagai suatu

kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan

lingkungannya yang menimbulkan kesenjangan antara

tuntutan-tuntutan yang berasal dari lingkungan dengan sumber-sumber daya

sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Seseorang cenderung mengalami stres apabila dirinya kurang

mampu mengadaptasi keinginan dengan kenyataan yang ada, baik

kenyataan yang ada dalam dirinya maupun di luar dirinya. Hal

tersebut dapat pula disebabkan oleh ketidaktahuan individu akan

keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam dirinya (Anoraga, 1992).

Stres dapat terjadi bila transaksi antar individu dengan peristiwa,

situasi atau hal tertentu yang dianggap mendatangkan stres dapat

membuat individu tersebut melihat adanya ketidaksepadananan, baik

secara nyata maupun tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dengan

sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang ada pada

(35)

Menurut Santrock (2003), stres adalah respon individu

terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang

mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk

menanganinya (coping). Pada saat individu menderita stres karena

mengalami situasi dimana individu tersebut berhadapan dengan

tuntutan dari lingkungannya, maka individu cenderung diharuskan

atau terpaksa untuk berubah dalam suatu hal atau cara tertentu untuk

menangani stres yang dideritanya (Darley, dkk 1991)

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

stres adalah suatu respon individu yang merupakan hasil dari interaksi

antara individu dengan individu lain, dengan lingkungan, dengan

kondisi, atau kejadian yang mengancam, menekan, dan mengganggu.

Dalam interaksinya sendiri terjadi kesenjangan antara tuntutan dengan

kemampuan yang dimiliki sehingga menimbulkan perubahan pada

fisiologis, emosi dan kognitif serta pada perilaku yang nampak.

2. Sumber Stres

Sumber stres merupakan peristiwa atau keadaan yang

dipersepsikan sebagai ancaman atau bahaya yang akan menghasilkan

persaaan tegang. Termasuk dalam pendekatan ini adalah tekanan dan

perasaan tegang yang bersumber dari peristiwa-peristiwa besar dalam

hidup seperti bencana alam, kehilangan orang yang dicintai atau

pekerjaan dan keadaan seperti hidup dalam kepadatan atau situasi

(36)

Hardjana (1994) mengatakan bahwa sumber stres adalah hal,

kejadian, peristiwa, orang, keadaan dan lingkungan yang dirasa

mengancam atau merugikan. Hal yang dapat menjadi sumber stres

antara lain bencana alam (gunung meletus, angisn ribut, gempa bumi,

tsunami), peristiwa hidup yang berhubungan dengan diri sendiri

(menhadapi ujian, mengerjakan skripsi, mencari kerja, mencari

pasangan hidup, sakit). Selain itu, peristiwa hidup yang berhubungan

dengan orang lain (ditinggal oleh orang yang dikasihi, berselisih

dengan tetangga) dapat pula menjadi sumber stres.

Sarafino (Smet, 1994), mengemukakan beberapa hal yang

dapat menjadi sumber stres pada individu, yaitu :

1) Sumber stres dalam diri individu

Salah satunya adalah menderita sakit. Tingkat stres yang

muncul tergantung pada keadaan sakit dan umur individu. Stres juga

dapat muncul dalam diri individu melalui penilaian dari kekuatan

motivasional yang melawan bila seseorang mengalami konflik.

Konflik dapat dikatakan sebagai sumber stres yang paling utama.

Menurut Kurt Lewin ada tiga jenis konflik, yaitu

a) Konflik pendekatan-pendekatan yaitu situasi ketika individu

berhadapan dengan dua pilihan yang sama-sama diinginkan.

b) Konflik penghindaran-penghindaran yaitu situasi ketika individu

berhadapan dengan dua pilihan yang sama-sama tidak

(37)

c) Konflik pendekatan-penghindaran yaitu situasi ketika individu

berhadapan dengan pilihan antara yang diinginkan dengan yang

tidak diinginkan.

2) Sumber stres dalam keluarga

Stres dapat bersumber dari interaksi di antara anggota keluarga

seperti perselisihan masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh,

persaingan saudara kandung atau perbedaan tujuan.

3) Sumber stres dalam lingkungan

Terdapat beberapa sumber stres di dalam lingkungan,

diantaranya stres yang dialami oleh orang tua yang memiliki anak

yang nakal, tuntutan pekerjaan, atau dapat juga stres yang biasa

dialami oleh pelajar karena kompetisi yang kuat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sumber stres atau stressor

pada individu adalah sebagai berikut :

a) Sumber stres dalam diri (intrenal), yaitu keadaan yang dialami oleh

individu tersebut, bisa berupa sakit, rasa ingin melawan dan

menyelesaikan konflik yang terjadi.

b) Sumber stres dari luar diri individu (eksternal), yaitu keadaan atau

konflik yang diakibatkan dari interaksi individu dengan individu

(38)

3. Gejala Stres

Setiap stres yang muncul dalam diri individu akan memberikan

dampak pada individu yang bersangkutan. Cox (Handoyo, 2001)

berpendapat bahwa terdapat empat jenis konsekuensi yang dapat

ditimbulkan stres yang tampak dalam gejala-gejala sebagai berikut :

1) Gejala psikologis

Gejala psikologis dapat berupa kegelisahan, agresi,

kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan

kesabaran dan harga diri yang rendah.

2) Gejala perilaku

Gejala perilaku dapat berupa peningkatan konsumsi rokok

dan alkohol, kehilangan nafsu makan atau peningkatan nafsu

makan yang berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, kehilangan

pola hidup sehat (olah raga). Pada saat stres juga dapat

meningkatkan intensitas kecelakaan di jalan raya, rumah, dan

tempat bekerja.

3) Gejala kognitif

Gejala kognitif dapat berupa ketidakmampuan mengambil

keputusan, kurangnya konsentrasi, dan kurang peka terhadap

(39)

4) Gejala fisiologis

Gejala fisiologis dapat menyebabkan gangguan kesehatan

fisik yang berupa munculnya kembali penyakit yang sudah diderita

sebelumnya atau bahkan memicu timbulnya penyakit tertentu.

Anogara (1992) berpendapat bahwa stres yang tidak teratasi

dapat menimbulkan gejala badaniah, jiwa dan gejala sosial yang

intensitasnya dapat berbeda pula pada setiap individu.

a) Gejala badan atau fisik : sakit kepala, migrain, maag, mudah

terkejut, berkeringat berlebih, gangguan tidur, letih, lesu, sakit

pada leher, dada terasa panas dan sesak, gangguan psikoseksual,

kehilangan nafsu makan, mual, muntah, gangguan kulit, gangguan

menstruasi, kejang dan pingsan.

b) Gejala emosional dan kognitif : pelupa, sukar mengambil

keputusan, sukar konsentrasi, cemas, was-was, khawatir, mimpi

buruk, mudah marah, mudah jengkel, mudah menangis, berpikiran

untuk bunuh diri, gelisah dan putus asa.

c) Gejala sosial : meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol,

gangguan pola makan, munculnya perilaku compulsive, menarik

(40)

Hardjana (1994) memiliki pendapat yang mirip dengan

Anogara mengenai gejala-gejala stres yang dihadapi oleh individu,

yaitu :

1) Gejala fisik, yaitu : sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur,

insomnia, sakit punggung terutama di bagian bawah, diare dan

radang usus besar, sulit buang air besar, gatal-gatal pada kulit, urat

tegang terutama pada leher dan bahu, terganggunya pencernaan,

bisulan, tekanan darah tinggi, serangan jantung, keringat berlebih,

selera makan berubah, mudah lelah atau kehilangan energi serta

bertambah banyak melakukan kekeliruan atau kesalahan dan

bekerja dan hidup.

2) Gejala emosional, yaitu : gelisah atau cemas, sedih, depresi, mudah

menangis, mudah berubah suasana hatinya (mood), mudah marah,

gugup, merasa tidak aman serta menurunnya harga diri, terlalu

peka dan mudah tersinggung, mudah menyerang orang dan

bermusuhan, emosi mengering atau kehabisan sumber daya mental

(burn out)

3) Gejala intelektual, yaitu : sulit berkonsentrasi, sulit membuat

keputusan, mudah lupa, pikirankacau, daya ingat menurun,

melamun secara berlebih, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja,

kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas atau prestasi kerja

menurun, mutu kerja rendah, meningkatnya jumlah kekeliruan

(41)

4) Gejala interpersonal, yaitu : kehilangan kepercayaan kepada orang

lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji

atau tidak menepatinya, suka mencari-cari kesalahan orang lain

atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu

membentengi dan mempertahankan diri dan mengabaikan orang

lain.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diambil sebuah

kesimpulan mengenai gejala-gejala stres di atas, yaitu :

a) Psikologis, emosi dan kognisi

kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi,

kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran dan harga diri yang

rendah, pelupa, sukar mengambil keputusan, sukar konsentrasi,

mimpi buruk, mudah marah, mudah jengkel, mudah menangis,

berpikiran untuk bunuh diri, putus asa, sedih, mudah berubah

suasana hatinya (mood), gugup, merasa tidak aman serta

menurunnya harga diri, terlalu peka dan mudah tersinggung,

mudah menyerang orang dan bermusuhan, pikirankacau, daya

ingat menurun, melamun secara berlebih, pikiran dipenuhi oleh

satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas

atau prestasi kerja menurun, mutu kerja rendah, meningkatnya

jumlah kekeliruan yang dibuat dalam pekerjaan, dan kurang peka

terhadap ancaman

(42)

kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah

menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak

menepatinya, menyerang orang dengan kata-kata, mengambil

sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri dan

mengabaikan orang lain., munculnya perilaku compulsive,

menarik diri, mudah bertengkar, dan mudah tersinggung.

c) Fisik, fisiologis

sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, insomnia, sakit

punggung terutama di bagian bawah, urat tegang terutama pada

leher dan bahu, terganggunya pencernaan, tekanan darah tinggi,

serangan jantung, keringat berlebih, mudah lelah atau kehilangan

energi serta bertambah banyak melakukan kekeliruan atau

kesalahan dan bekerja dan hidup, migrain, mudah terkejut,

gangguan tidur, letih, lesu, dada terasa panas dan sesak, gangguan

psikoseksual, mual, muntah, gangguan kulit, gangguan

menstruasi, kejang dan pingsan, peningkatan konsumsi rokok dan

alkohol, kehilangan nafsu makan atau peningkatan nafsu makan

yang berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, kehilangan pola

hidup sehat (olah raga). Pada saat stres juga dapat meningkatkan

(43)

Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

stres dapat memunculkan beberapa reaksi, yaitu :

(1) Reaksi Emosional, antara lain meliputi kecemasan dan

mudah khawatir, merasa tegang dan gugup, merasa

ketakutan tanpa ada alasan yang jelas, mudah marah,

tertekan/depresi, merasa sangat sedih dan mudah menangis,

menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berharga dan

pesimis.

(2) Reaksi fisiologis, yaitu detak jantung meningkat, sakit

kepala, sembelit atau sulit buang air besar, pening atau

pusing, mulut terasa kering, rahang mengencang atau

tegang, nyeri otot, gemetar, nyeri pada dada, lemas atau

merasa tidak bertenaga pada bagian tubuh tertentu, letih,

mual dan gangguang pencernaan, telapak tangan

berkeringat, tangan dan kaki menjadi dingin,s ering buang

air kecil, sulit benafas.

(3) Reaksi kognitif, yaitu meliputi ketidakmampuan atau

kesulitan untuk berkonsentrasi dan mengalami gangguan

perhatian, daya ingat menurun, pikiran menjadi kacau dan

mudah bingung, munculnya pemikiran obsesif (pemikiran

yang berulang-ulang), mimpi buruk, dan munculnya

(44)

(4) Reaksi perilaku, antara lain berupa tidur tidak teratur atau

insomnia (sulit tidut), nafsu makan berubah, serta

meningkatnya perilaku konfrontatif atau sebaliknya,

perilaku menarik diri dari sumber stres.

4. Dampak Stres

Selye (Santrock 2003) menyatakan bahwa stres merupakan

kerusakan yang dialami oleh tubuh akibat berbagai tuntutan yang

ditempatkan padanya. Menurut pengamatan yang dilakukannya

berapapun kejadian dari lingkungan atau stimulus yang ada akan

menghasilkan respon stres yang sama pada tubuh. Tanpa

memperhatikan masalah apa yang dihadapi, gejala yang muncul

cenderung sama atau serupa. Pada saat mengalami stres, tubuh akan

menanggapinya melalui beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap peringatan (alarm), yaitu tahap ketika individu memasuki

kondisi shock yang bersifat sementara dan pertahanan tubuh

terhadap stres berada dibawah normal. Individu akan berusaha

mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya

sehingga kondisi otot tubuh menjadi lemah, menurunnya suhu

tubuh dan tekanan darah. Setelah kondisi shock, kemudian

individu akan memasuki countershock, yang menyebabkan

pertahanan tubuh terhadap stres dan pengeluaran hormon stres

(45)

2) Tahap perlawanan (resistance), yaitu tahap ketika pertahanan

tubuh terhadap stres menjadi semakin intensif dan tubuh akan

melakukan segala upaya untuk melawan stres. Tubuh individu

akan dipenuhi oleh hormon stres dan tekanan darah, detak

jantung, suhu tubuh serta pernafasan meningkat.

3) Tahap kelelahan (exhausted), yaitu ketika individu akan

mengalami kelelahan karena gagalnya upaya yang telah

dilakukannya untuk melawan stres. Individu akan mengalami

kerusakan tubuh dan menjadi rentan terhadap penyakit.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tubuh akan memberikan

respon terhadap stres melalui tiga tahap. Pertama adalah tahap

peringatan yaitu tahap ketika tubuh dalam kondisi normal dan tubuh

berusaha mengenali dan melawan stres sehingga kondisi tubuh

menurun. Pada tahap kedua, yaitu tahap perlawanan, individu akan

berusaha melawan stres dengan segala daya upaya dan kondisi tubuh

akan mengalami peningkatan hormon stres serta meningkatkan

tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan. Pada

akhirnya individu akan memasuki tahap yang ketiga, yaitu tahap

kelelahan sebagai akibatnya tubuh akan menjadi rentan terhadap

(46)

D. Stres Pada Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Pada masa peralihan tersebut remaja mengalami banyak

perubahan dalam aspek fisik dan psikologisnya. Remaja cenderung

bersikap ambivalen terhadap perubahan tersebut. Pada satu sisi remaja

menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain remaja takut untuk

bertanggung jawab terhadap akibat yang dapat terjadi serta remaja

meragukan kemampuannya dalam memikul tanggung jawab tersebut.

Pada saat remaja dihadapkan pada berbgai masalah, tuntutan,

tugas-tugas perkembangan serta tanggung jawab yang harus diembannya,

remaja dihadapkan pada suatu harapan masyarakat atau lingkungan di

sekitarnya yang menginginkan agar remaja dapat berhasil dalam mengatasi

masalah, tuntutan maupun tugas-tugas perkembangannya (Hurlock, 1990).

Bila remaja tidak dapat memenuhi tugas tersbut maka ada suatu

perasaan tertekan yang menjadi suatu sumber timbulnya stres pada remaja.

Hurrelman dan Losel (Smet, 1994) menjelaskan stres sebagai suatu

keadaan tegang secara biopsikososial karena tugas-tugas perkembangan

yang dihadapi individu sehari-hari baik dalam kelompok sebayanya,

keluarga, sekolah maupun pekerjaan.

Goodyer (Smet, 1994) berpendapat bahwa pada setiap tahap

perkembangannya manusia dihadapkan pada tuntutan lingkungan yang

(47)

perkembangan yang berbeda, stressor yang sama dapat memiliki arti yang

berbeda dan memberikan intensitas stres yang berbeda pula.

Menurut Watson (Zefanja, 1988) ada beberapa masalah pada diri

remaja pada umumnya yang dapat menjadi sumber stres pada saat remaja

menghadapi perubahan di masa peralihan yang sedang mereka jalani,

yakni :

a. Kematangan fisik. Secara tidak langsung bila remaja menuju dewasa,

mereka ingin memiliki hak untuk bebas dan mandiri mengatur dirinya

sendiri sehingga mereka memberontak pada aturan-aturan orang tua

mereka.

b. Kesenjangan antar generasi. Remaja melawan kekuasaan dan aturan

orang dewasa karena pertentangan pandangan antara kedua belah

pihak. Hal ini dikarenakan perbedaan latar belakang kehidupan yang

menyebabkan adanya sistem nilai yang berbeda.

c. Tingkat intelegensi yang rendah. Hal ini menimbulkan ketidaktahuan

remaja tentang apa yang baik dan yang buruk serta kurang dapat

mengendalikan diri dan emosinya.

d. Frustasi yang terjadi karena adanya peraturan-peraturan,

harapan-harapan dari lingkungan yang harus diikuti oleh remaja.

e. Pengaruh lingkungan dan pola asuh. Pola asuh yang otoriter maupun

permisif berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home).

f. Pengaruh teman sebaya. Remaja lebih berorientasi pada kelompok

(48)

beringkah laku walaupun tidak sesuai dengan nilai-nilai yang

ditanamkan oleh orang tua mereka.

g. Pengaruh media masa. Pemberian atau pemuatan gambar-gambar pada

media masa tentang harapan masyarakat merupakan salah satu

penyebab tingkah laku remaja untuk memberontak, karena mereka

beranggapan apa yang dimiliki oleh kelompoknya ternyata kurang

diakui standar orang dewasa.

h. Idealisme. Adanya ideologi-ideologi yang melambung dan

membahagiakan (unrealistic aspiration) mengakibatkan remaja

memperlihatkan suatu ketidaksenangan terhadap keridakadilan.

i. Status sosial ekonomi. Adanya keterbatasan finansial dan fasilitas

dapat menimbulkan perasaan kecewa serta iri yang dapat

mengakibatkan ketegangan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

secara umum masalah atau situasi yang dapat memicu timbulnya stres

pada remaja di masa peralihannya antara lain :

1) Kematangan fisik, yaitu munculnya keinginan untuk bebas dan

mengatur dirinya sendiri dan memberontak pada aturan-aturan orang

tua.

2) Kesenjangan antara generasi yaitu perbedaan dan latar belakang

kehidupan antara remaja dan orang dewasa serta orang uta mereka.

(49)

4) Adanya rasa frustasi karena peraturan yang ada dan tuntutan yang

ditujukan pada dirinya.

5) Pengarush teman sebaya terhadap perilaku dan nilai-nilai yang

dianutnya.

6) Pengaruh lingkungan luar yaitu harapan masyarakat terhadap dirinya.

7) Idealisme dalam diri remaja berupa impian-impiannya yang tidak

realistik.

8) Status sosial ekonomi yaitu berupa jumlah finansial yang dimiliki

remaja.

9) Pengaruh lingkungan keluarga, berkaitan dengan masalah dengan

orang tua, saudara atau anggora keluarga lainnya, keluarga yang tidak

harmonis dan kurangnya perhatian yang diperoleh

10) Menderita suatu penyakit yang serius.

11) Kehilangan seseorang yang disayanginya atau dekat dengan dirinya.

Maka dapat disimpulkan bahwa stres pada remaja merupakan

respon dari remaja sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan

terhadap situasi atau kondisi dan hal yang bersifat eksternal (peristiwa,

tuntutan dan masalah dari luar diri remaja yaitu keluarga, lingkungan

studi, tempat tinggal atau teman sebayanya) yang dianggap mengancam,

menekan atau mengganggu dirinya dan mengakibatkan terjadinya

(50)

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan maka muncul

pertanyaan bagi peneliti, yaitu bagaimakah tingkat stres yang dimiliki oleh

(51)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dengan menekankan analisa pada data numeric yang diperoleh dari skor jawaban subyek pada skala untuk dapat menggambarkan tingkat stres pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kanisius 1 Pakem.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti adalah tingkat stres pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kanisius 1 Pakem.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Tingkat stres yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah suatu respon remaja sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan terhadap situasi, kondisi, peristiwa, tuntutan dan masalah dari luar dirinya seperti lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan pergaulannya dengan teman sebaya yang mengancam, menekan atau mengganggu dirinya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada fisik, emosi, kognisi dan perilakunya.

(52)

untuk mengukur tingkat stres dalam penelitian ini tingkat stres akan diukur berdasarkan reaksi yang muncul akibat stres, yaitu :

a) Reaksi Emosional. b) Reaksi fisiologis. c) Reaksi kognitif. d) Reaksi perilaku.

Tinggi rendah tingkat stres dilihat dari skor total skala tingkat stres yang diukur dari reaksi yang muncul akibat stres. Semakin tinggi skor total yang diperoleh seorang individu ada skala stres yang disusun oleh peneliti, semakin tinggi tingkat stres individu tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh individu pada skala tingkat stres,s emakin rendah tingkat stresnya.

D. Subyek Penelitian

Pemilihan subyek dilakukan dengan teknik sampel purposif, yaitu suatu metode pengambilan sampel yang karakteristiknya sudah ditentukan dan ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Pemilihan subyek penelitian juga didasarkan pada beberapa pertimbangan dan alasan tertentu.

(53)

1, 2, 3 Sekolah Menengah Kejuruan KANISIUS 1 Pakem usia mereka berkisar antara 15-18 tahun yang menurut Monk, dkk (2002) dikategorikan kedalam masa remaja pertengahan.

(54)

juga pembuatan laporan praktek kerja lapangan yang telah dilakukan pada akhir tahun ajaran pada saat siswa kelas 2.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode skala. Skala dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat stres pada subyek. Skala akan disusun dengan menggunakan metode summated ratingsatau yang dikenal dengan istilah skala likert, yaitu metode penskalaan yang memiliki orientasi pada respon yang diberikan oleh responden terhadap seperangkat stimulus (Azwar, 2005).

Skala tingkat stres akan digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya stres pada subyek penelitian. Skala ini disusun berdasarkan pada kesimpulan peneliti tentang reaksi yang mucul akibat stres yang dihadapi subyek atas dasar pendapat beberapa ahli. Skala ini terdiri dari 24 pernyataan favorabel dan 24 pernyataan unfavorabel.

Berikut adalah blueprint skala tingkat stres yang disusun berdasarkan empat reaksi atau respon atas stres :

Tabel 3.1

Blueprint Skala Tingkat Stres

no indikator Aitem jumlah Bobot

(55)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sistem try outterpakai. Hal ini dikarenakan jumlah subyek yang terbatas, disamping itu subyek sedang memasuki masa ujian akhir semester yang akan memasuki masa liburan sekolah dan keterbatasan waktu peneliti. Skala yang telah disusun oleh peneliti akan langsung digunakan untuk penelitian yang sebenarnya. Namun, peneliti hanya akan menggunakan aitem yang telah lolos uji realibilitas dan validitas dalam pengolahan data.

Skor terhadap jawaban atau pilihan respon subyek dalam skala tingkat stres ini adalah :

Tabel 3.2

Skor Pernyataan Skala Tingkat Stres Jenis pilihan respon favorabel unfavorabel

SR (sering) 4 1

KD (kadang) 3 2

JR (jarang) 2 3

TP (tidak pernah) 1 4

(56)

F. Pertanggungjawaban Mutu 1. Pengujian Validitas

Validitas merupakan tingkat kemampuan dari intrumen-instrumen penelitian untuk mengungkap data sesuai dengan apa yang ingin di teliti dan diuji. Uji validitas digunakan untuk dapat mengetahui kelayakan setiap aitem-aitem dalam suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dapat mendefinisiksan suatu variabel. Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan uji validitas yang diestimasi melalui pengajuan isi aitem penelitian dengan analisis secara rasional atau melalui pprofesional judgement (azwar, 2004).

2. Analisis Aitem

seluruh analisis aitem skala tingkat stres dan kecenderungan perilaku bullying dihitung dengan menggunakan program SPSS for windows versi 17. Seleksi aitem dilakukan dengan cara melihat korelasi skor masing-masing aitem dengan skor total keseluruhan aitem. Skala dalam penelitian ini mengacu kepada kriteria korelasi aitem total yaitu aitem yang baik adalah aitem yang memiliki (rix) ≥

(57)

Dari penelitian yang dilakukan, hasil yang diperoleh ada 18 aitem yang gugur pada skala tingkat stres dan terdapat 6 aitem gugur pada skala kecenderungan perilaku bullying. Aitem dinyatakan gugur karena memiliki rixkurang dari 0,30.

Tabel 3.3

Aitem Gugur Pada Skala Tingkat Stres

No aitem Keterangan

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 13, 15, 23, 25, 29, 32, 35, 38, 41, 43

rixkurang dari 0,30

Tabel 3.4

Tabel Spesifikasi Aitem Skala Tingkat Stres Setelah tryout

no indikator Aitem jumlah Bobot (%)

favorabel unfavorabel

(58)

pengukuran yang reliabel. Reliabilitas (rxx) dinyatakan dengan angka

atau koefisien korelasi yang berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi koefisien korelasi (mendekati 1) berarti skala semakin reliabel. Pengujian reliabilitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan

Alpha Cronbachdari program SPSS for windowsversi 17.

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien Alpha Cronbach

untuk skala tingkat stres sebesar 0,904 yang menunjukkan bahwa skala ini mempunyai reliabilitas yang baik.

G. Tehnik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal apabila signifikasi lebih besar daripada 5% atau 0,05, namun apabila nilai signifikasinya lebih kecil dari 5% atau 0,05 maka sebaran data itu tidak berdistribusi normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov dari program SPSS for windowsversi 17.

2. Pembahasan Pertanyaan Penelitian

(59)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Perijinan Penelitian

Perijinan dilakukan secara informal terlebih dahulu kepada kepala

SMK 1 Kanisius Pakem. Kemudian peneliti memberikan surat ijin

penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan No.

38a/D/KP/Psi/USD/VI/2012 yang ditujukan kepada kepala SMK 1

Kanisius Pakem.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Jumat, 15 Juni 2012. Peneliti

membagikan skala siswa SMK 1 Kanisius Pakem yang berada di sekolah.

kepada setiap subyek diberikan satu eksemplar skala yang terdiri skala

tingkat. Skala dibagikan kepada 53 subyek, dimana 31 subyek merupakan

siswa yang sedang melakukan remidial dalam kelas, dan 22 subyek

lainnya merupakan siswa yang sedang mengurusi keperluan administrasi

(60)

B. Deskripsi Subyek

Subyek penelitian yang dipakai pada penelitian ini berjumlah 53

orang, dengan rincian sebagai berikut : berkaitan dengan usia subyek yang

berusia 14 tahun berjumlah 1 orang (1,89%), subyek dengan usia 15 tahun

berjumlah 4 orang (7,54%), subyek dengan usia 16 tahun berjumlah 14 orang

(26,41%), subyek dengan usia 17 tahun berjumlah 17 orang (32,08%), subyek

dengan usia 18 tahun berjumlah 13 orang (24,53%) dan subyek dengan usia

19 tahun berjumlah 4 orang (7,55%). Menurut jenis kelamin subyek dengan

jenis kelamin perempuan berjumlah 1 orang (1,89%) dan subyek dengan jenis

kelamin laki-laki berjumlah 52 orang (98,11%). Menurut kelas yang

ditempuh, subyek yang duduk di bangku kelas satu berjumlah 31 orang

(58,49%), subyek yang duduk di bangku kelas dua berjumlah 9 orang

(16,98%), dan subyek yang duduk di bangku kelas tiga berjumlah 13 orang

(24,53%)

Tabel 4.1

Data Demografis Subyek

Usia (dalam tahun) Jenis Kelamin Kelas

14 15 16 17 18 19 Laki-laki Perempuan 1 2 3

(61)

C. Hasil Analisis Data

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran

variabel x dan y bersifat normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji

normalitas sebaran untuk untuk variabel tingkat stres dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnovdiperoleh sebesar 0,801 (p = 0,543 , p

> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran variabel tingkat stres adalah

normal.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

Variabel Kolmogorov-Smirnov Signifikansi Keterangan

Tingkat Stres 0,801 0,543 Normal

D. Deskripsi Data Penelitian

Analisa tambahan dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan

subyek memiliki tingkat stres tinggi dan kecenderungan perilaku bullying

yang tinggi. Pada tabel berikut ini disajikan data teoretis dan empiris skala

tingkat stres dan kecenderungan perilaku bullying pada siswa SMK 1

(62)

Tabel 4.3

Data Teoritis dan Empiris

Dalam penelitian ini, tingkat stres diukur dengan melihat reaksi

subyek tehadap stres yang terdiri dari empat macam reaksi terhadap stres,

oleh karena itu peneliti melakukan analisa lanjutan untuk mengetahui

gambaran atau deskripsi tingkat stres dari masing-masing reaksi terhadap

stres. Hal ini dilakukan agar diperoleh data yang lebih lengkap mengenai

aspek-aspek yang mendominasi tingkat stres dari subyek. Berdasarkan tabel

diatas, dapat dilihat bahwa secara umum mean empiris pada setiap reaksi

terhadap stres lebih kecil dibandingkan nilai mean teoritisnya, yang disertai

dengan perbedaan (t) yang memiliki signifikasi (p) 0,00 yang menunjukan

bahwa perbedaan yang dimiliki sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan

bahwa subyek penelititan pada kenyataannya memiliki tingkat stres yang

lebih rendah.

Reaksi Emosional 0,00 4 8 32 20 4,33 9 25 15,36

Reaksi Fisiologis 0,00 3 6 24 15 3,06 7 19 12,34

Reaksi Kognitif 0,00 3 6 24 15 3,61 7 22 13,15

(63)

E. Kategorisasi

Tabel 4.4. Kategorisasi

Kategorisasi Norma Kategorisasi Norma Skor Frekuensi Persen

Tinggi (µ+1,0σ) ≤x 90≤x 4 7,55%

Sedang (µ-1,0σ) ≤x < (µ+1,0σ) 90≤x ≤60 26 49,05%

Rendah x < (µ-1,0σ) x ≤60 23 43,4%

Total 53 100%

Keterangan : µ : Mean teoritik

σ : Standar deviasi

Skot tingkat stres, aitem berjumlah 30, dengan rentang skor 1 - 2 - 3 –

4. Rentang minimum 1 x 30 = 30 dan rentang maksimum 4 x 30 = 120.

Dengan demikian diperoleh rentang skor skala sebesar 120 – 30 = 90,

kemudian dibagi dengan 6 satuan debiasi standar populasi diperoleh 90 : 6 =

15. Angka 15 merupakan estimasi besarnya satuan deviasi standar populasi (σ)

yang digunakan untuk membuat kategori normatif skor subyek, sedangkan

mean teoritik (µ) untuk skala tingkat stres adalah (30 + 120) : 2 = 75.

Tabel diatas menunjukkan besarnya frekuensi dan prosentase tingkat

stres yang dialami subyek. Dari subyek penelitian sebanyak 53 siswa, terdapat

4 subyek (7,55%) yang berada dalam kategori tinggi, 26 subyek (49,05%)

yang berada dalam kategori sedang , sedangkan 23 subyek (43,4%) berada

(64)

F. Analisis Tambahan

Analisis tambahan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

perbedaan tingkat stres yang dialami oleh subyek berdasarkan tingkat

pendidikannya yang pada perhitungannya menggunakan analisis varian satu

jalur dengan taraf signifikansi 5% dilakukan dengan bantuan program SPSS

for windows versi 17. Hasil analisis varian satu jalur yang diperoleh setelah

dilakukan perhitungan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.5

Deskripsi Tambahan Analisis Varian Satu Jalur Kuadrat

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan perbedaan

dengan menggunakan analisis varian satu jalur memiliki signifikansi (p)

sebesar 0,00 karena peneliti menggunakan taraf signifikansi 5%, dimana p <

0,05 dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres yang signifikan

pada subyek berdasarkan pada tingkat pendidikannya.

Untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat

stres berdasarkan tingkat pendidikannya, penelitit melakukan analisa

tambahan dengan menggunakan metode multiple comparisons yang

(65)

17. Hasil multiple Comparisons yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.6

Kelas 1 Kelas 2 14.84229* 4.65781 .002 5.4868 24.1978

Kelas 3 -11.24318* 4.06469 .008 -19.4073 -3.0790

Kelas 2 Kelas 1 -14.84229* 4.65781 .002 -24.1978 -5.4868

Kelas 3 -26.08547* 5.33424 .000 -36.7996 -15.3713

Kelas 3 Kelas 1 11.24318* 4.06469 .008 3.0790 19.4073

Kelas 2 26.08547* 5.33424 .000 15.3713 36.7996

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Tabel multiple comparisons menunjukkan bahwa perbedaan yang

sangat signifikan ada pada siswa kelas 2 dan siswa kelas 3 yang memiliki nilai

p sebesar 0,00, pada siswa kelas 1 dan siswa kelas 2 memiliki perbedaan yang

sginifiakan dengan nilai p sebesar 0,02, sedangkan untuk siswa kelas 1 dan

siswa kelas 3 terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p sebesar 0,08.

G. Pembahasan

Secara umum subyek dalam penelitian ini pada kenyataannya memiliki

tingkat stres yang rendah, hal ini terlihat dengan adanya perbedaan yang

signifikan antara mean empiris skala tingkat stres dan mean teoritik skala

Gambar

Blueprint Tabel 3.1Skala Tingkat Stres
Tabel 3.2Skor Pernyataan Skala Tingkat Stres
Tabel 3.3Aitem Gugur Pada Skala Tingkat Stres
Tabel 4.1Data Demografis Subyek
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Herman Boone’s Effort in Fighting Against Racism in Gregory Allen Howard Movie Script Remember The Titans; Agus Wahid Efendi, 060110191018, 2011:.. 45 pages; English

[r]

[r]

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan perusahaan yang diteliti dari situs resmi Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) yaitu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan perawat post

Sehubungan dengan pelaksanaan Seleksi Sederhana Pengadaan Jasa Konsultansi Penyusunan Database Perumahan Berdasarkan Fisik Bangunan telah memasuki proses klarifikasi

Dalam bersaing di pasar guna memberi pelayanan terbaik bagi pelanggan dan meningkatkan nilai pemegang saham, PT. DI harus tunduk kepada undnag- undang persaingan yang pada