• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi komposisi gliserol dan propilenglikol sebagai humectant dalam krim sunscreen ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) dengan aplikasi : desain faktorial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi komposisi gliserol dan propilenglikol sebagai humectant dalam krim sunscreen ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) dengan aplikasi : desain faktorial - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Kartika Elisabeth NIM : 07 8114 066

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Kartika Elisabeth NIM : 07 8114 066

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

“Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan

melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada

seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari

padamu." (Yohanes 16:22)

Karya kecilku ini kupersembahkan kepada:

Yesus Kristus, Tuhan dan Penolongku

Bapak, Ibu, dan Saudaraku tercinta

Sahabat-sahabatku

(6)

vi Nama : Kartika Elisabeth Nomor Mahasiswa : 078114066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Optimasi Komposisi Gliserol Dan Propilen Glikol Sebagai Humektan Dalam Krim Sunscreen Ekstrak Kental Apel Merah (Pyrus Malus L.) Dengan Aplikasi : Desain Faktorial

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universita Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 14 Januari 2011 Yang Menyatakan

(7)

vii

penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan akhir yang berjudul Optimasi Komposisi Gliserol Dan Propilenglikol Sebagai Humectant Dalam Krim Sunscreen Ekstrak Apel merah (Pyrus malus L.) dengan Aplikasi : Desain Faktorial dengan baik dan lancar. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi (S.Farm) dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis berhasil menyelesaikan penelitiaan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi atas segala pengarahan dan bimbingan yang diberikan pada penulis selama penelitian dan peyusunan laporan akhir ini.

(8)

viii

5. Bapak serta Ibu tercinta serta Mbak Ari, Mbak Yuli, Mas Totok, Mas Endar dan si gendut Noel atas segala dukungan, semangat, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat satu tim Bella, puput, dan Mala atas segala kerjasama, kebersamaan, canda tawa, dan keceriaan selama penelitian dan penyusunan laporan akhir.

7. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Sigit, Mas Bimo lantai empat, Mas Bimo lantai satu, dan Mas Heru atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.

8. Mas Andri atas segala semangat dan perhatian yang diberikan kepada penulis. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam penyusunan laporan akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini masih banyak kekurangan dan kesalahan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran kritik dari semua pihak. Akhir kata, semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam bidang kefarmasiaan.

(9)

ix

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 14 Januari 2011 Penulis

(10)

x

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

INTISARI... xix

ABSTRACT... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 4

2. Keaslian Penelitian... 4

3. Manfaat Penelitian ... 4

a. Manfaat teoritis... 4

b. Manfaat praktis... 5

(11)

xi

B. Kuersetin ... 7

C. Ekstraksi ... 8

D. Ekstrak... 9

E. Kulit... 9

F. Sunscreen... 11

G. SinarUltra violet... 12

H. Spektrofotometri UV-Vis ... 12

I. Sun Protection Factor(SPF)... 13

J. Emulsi... 14

K. Krim... 15

L. Moisturizer... 16

M.Humectants... 17

N. Stabilitas Emulsi... 18

O. Daya Sebar ... 20

P. Viskositas ... 20

Q. Mikromiretik ... 21

R. Cetyl alcohol... 22

S. Asam stearat ... 22

T. Trietanolamin ... 23

(12)

xii

II. Landasan Teori ... 28

III. Hipotesis... 29

BAB III. METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 30

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 30

1. Variabel penelitian ... 30

2. Definisi operasional ... 31

C. Alat dan Bahan Penelitian... 33

D. Tata Cara Penelitian ... 33

1. Penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah ... 33

2. PenentuanSPFekstrak apel merah secarain vitro... 35

3. Formula krimsunscreenekstrak apel merah ... 37

4. Pembuatan krimsunscreenekstrak apel merah ... 38

5. Penetapan tipe emulsi krimsunscreenapel merah ... 39

6. Pengujian daya sebar... 39

7. Pengujian viskositas ... 39

8. Pengujian mikromeritik... 40

(13)

xiii

2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum... 43

3. Pembuatan kurva baku ... 43

4. Penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah.... 44

B. Penetapan NilaiSPFsecaraIn vitro... 45

1. Scanningspektra UV... 45

2. Penetapan nilaiSPF ... 47

3. Formulasi Krim ... 48

C. Pengujian Tipe Formulasi Krim ... 49

D. Sifat Fisik Dan Stabilitas Formula Krim ... 50

1. Pengujian daya sebar... 50

2. Pengujian viskositas ... 54

3. Uji stabilitas ... 57

a. Pergeseran viskositas krim ... 57

b. Pengujian mikromeritik ... 60

E. Optimasi Formula ... 64

1. Contour plotdaya sebar ... 65

2. Contour plotviskositas ... 66

3. Contour plotpergeseran viskositas ... 67

(14)

xiv

(15)

xv

dan dua level ... 26

Tabel II. Rancangan desain faktorial dan propilenglikol ... 38

Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan... 38

Tabel IV. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak apel merah... 41

Tabel V. Kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah ... 45

Tabel VI. Hasil perhitungan nilaiSPF... 48

Tabel VII.Hasil pengukuran daya sebar krimsunscreen ekstrak apel merah ... 51

Tabel VIII.Efek gliserol, propilenglikol, dan efek interaksi dalam menetukan daya sebar krim... 52

Tabel IX. Hasil perhitungan ANOVA untuk respon daya sebar krim ... 54

Tabel X. Hasil pengukuran viskositas krimsunscreen ekstrak apel merah ... 55

Tabel XI. Efek gliserol, propilenglikol, dan efek interaksi dalam menentukan viskositas krim... 55

Tabel XII. Hasil perhitungan ANOVA untuk respon viskositas krim .... 57

Tabel XIII.Hasil pengukuran pergeseran viskositas krimsunscreen ekstrak apel merah... 58

(16)

xvi

(17)

xvii

Gambar 2.Struktur kuersetin ... 7

Gambar 3.Anatomi kulit ... 10

Gambar 4.Anatomi epidermis... 10

Gambar 5.Strukturcetyl alcohol... 22

Gambar 6.Struktur asam stearat ... 22

Gambar 7.Struktur trietanolamin... 23

Gambar 8.Struktur gliserol ... 24

Gambar 9.Struktur nipagin ... 24

Gambar 10. Struktur propilenglikol... 25

Gambar 11.Kurva hubungan antara konsentrasi baku kuersetin dengan absorbansi ... 44

Gambar 12.Spektra serapan ekstrak apel merah pada daerah UV... 46

Gambar 13.Struktur senyawa dalam ekstrak apel merah yang memiliki sistem kromofor dan auksokrom ... 47

Gambar 14.Hasil pengamatan tipe emulsi... 49

(18)

xviii

terhadap viskositas pada propilenglikol level rendah dan

tinggi ... 56

Gambar 18.Grafik hubungan antara gliserol dan propilenglikol terhadap viskositas pada gliserol level rendah dan tinggi... 56

Gambar 19.Grafik interaksi gliserol dan propilenglikol terhadap pergeseran viskositas pada propilenglikol level rendah dan tinggi ... 59

Gambar 20.Grafik hubungan antara gliserol dan propilenglikol terhadap pergeseran viskositas pada gliserol level rendah dan tinggi . 59 Gambar 21.Kurva ukuran dropletvsfrekuensi untuk formula (1) ... 63

Gambar 22.Kurva ukuran dropletvsfrekuensi untuk formula (A) ... 63

Gambar 23.Kurva ukuran dropletvsfrekuensi untuk formula (B)... 64

Gambar 24.Kurva ukuran dropletvsfrekuensi untuk formula (AB)... 64

Gambar 25.Contour plotdaya sebar... 66

Gambar 26.Contour plotviskositas ... 67

Gambar 27.Contour plotpergeseran viskositas... 68

(19)

xix

(Pyrus malusL.)... 80

Lampiran 3.Penetapan NilaiSPF... 86

Lampiran 4.Pengukuran Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Krim ... 89

Lampiran 5.Data Mikromiretik ... 93

(20)

xx

krim sunscreen ekstrak Apel merah(Pyrus malus L.)sebagai humectant dengan aplikasi : desain faktorial bertujuan untuk mengetahui pengaruh gliserol, propilenglikol atau interaksinya dalam menentukan stabilitas krim dan mendapatkan area optimum dari formulasi krimsunscreenekstrak apel merah.

Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimental, yaitu mencari komposisi humectant gliserol dan propilenglikol dalam formula krim sunscreen ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) yang optimum dalam sifat fisis dan stabilitas penyimpanannya. Parameter sifat fisik yang uji meliputi : viskositas, daya sebar, stabilitas krim dengan menggunakan perubahan viskositas serta pengukuran ukuran droplet setelah tiga minggu penyimpanan. Data dianalisis secara statistik menggunakandesign expert7.1.4 dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa propilenglikol dominan menentukan daya sebar dan viskositas, sedangkan gliserol dominan menentukan pergeseran viskositas. Berdasarkan contour plot super impossed ditemukan area optimum yang diperkirakan sebagai formula optimum krimsunscreenekstrak apel merah.

(21)

xxi

application: factorial design aimed to determine the effect of glycerin, propylenglycol, or their interaction in determining the stability of the cream and get the optimum area of red apple extract (Pyrus malusL.) sunscreen cream.

This study used quasi experimental design, there are to find the compotition of glycerin and propylenglycol as humectants of red apple extract (Pyrus malus L.) sunscreen cream in optimum physical properties and storage stability. Physical properties of the test parameters include : viscosity, spreadibility, and stability cream by using viscosity shift and analysis of droplet size over three weeks storage. The data were analyzed statistically using design expert 7.14 with 95% level of confidance.

The result of this study showed that propylenglycol dominant determine spreadibility and viscosity, whereas glycerin dominant determine viscosity shift. Based on contour plot super imposed the optimum formula of red apple extract (Pyrus malusL.) sunscreen cream was obtained.

(22)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Sinar matahari sangat bermanfaat bagi kesehatan untuk pembentukan vitamin D dan dapat mengurangi kadar kolesterol darah, gula darah, dan menstimulasi sirkulasi darah. Selain itu paparan sinar matahari yang melimpah dengan intensitas tinggi dapat memungkinkan terjadinya hiperpigmentasi kulit yang dapat menyebabkan kulit kusam dan kering. Terutama pada saat ini, terjadi perlubangan pada lapisan ozon yang semakin meluas, sehingga sinar UV A dan B dapat menembus dengan leluasa. Sinar ultra violet yang diserap oleh kulit dapat menghasilkan senyawa reactive oxygen spesies (ROS) yang dapat mengakibatkan kanker kulit dan penuaan dini (Katiyar, Afad, Perez, Mukhtar, 2001).

Pada dasarnya kulit memiliki perlindungan alami terhadap paparan sinar matahari yaitu dengan mekanisme penebalan stratum corneum, pengeluaran keringat, dan pigmentasi kulit (Purwati, Erawati, Kurniawati, 2005), tetapi hal ini kurang dapat melindungi kulit terhadap pengaruh paparan sinar UV terutama di Indonesia yang termasuk daerah tropis yang intensitas paparan sinar matahari cukup tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan proteksi tambahan dengan menggunakan produk-produk kosmetik (Brown and Burus, 2005).

(23)

Pada perkembangannya, produk sunscreen dibuat dari bahan alam terutama yang mengandung senyawa polifenol. Senyawa polifenol memiliki sistem kromofor dan auksokrom yang bertanggung jawab menyerap radiasi sinar UV (Bisset, 2001), oleh karena itu senyawa polifenol dapat digunakan sebagai komponen penyusun utama dalam suatu produksunscreen. Salah satu bahan alam yang mengandung polifenol adalah apel merah. Polifenol yang terdapat dalam apel merah yaitu kuersetin, yang merupakan salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat kuat. Suatu vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka kuersetin memiliki aktivitas antioksidan 4,7. Selain itu kuersetin merupakan senyawa polifenol yang memiliki gugus hidroksil (Anonim, 2008a).

Penggunaan topikal ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) secara langsung dapat menimbulkan ketidaknyamanan, mengingat konsistensi ekstrak apel merah yang kental. Oleh karena itu untuk mempermudah pengaplikasian dan meningkatkan kenyamanan saat digunakan secara topikal maka ekstrak apel merah(Pyrus malus L.) dibuat menjadi suatu bentuk sediaan topikal yaitu krim.

Dipilih bentuk sediaan krim karena mudah diaplikasikan dan dapat menempel pada seluruh kulit dengan waktu kontak yang relatif cukup lama. Selain itu karena diformulasikan menjadi vanishing cream tipe M/A yang dapat memberikan rasa nyaman pada saat diaplikasikan ke kulit dan dapat menjaga kelembaban kulit.

(24)

dalam sistem sediaan krim sehingga sifat sifik dan stabilitas krim secara keseluruhan dapat dipertahankan, selain itu humenctant dapat menjaga kelembaban kulit karena dapat menarik air dari lingkungan dengan membentuk ikatan hidrogen. Dalam penelitian ini digunakan kombinasi humenctant yaitu gliserol dan propilenglikol

(25)

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Apakah ada pengaruh antara gliserol, propilenglikol, atau interaksi antara gliserol dan propilenglikol terhadap sifat fisik dan stabilitas krim sunscreen ekstrak apel merah(Pyrus malus L.)?

b. Apakah ditemukan area optimum dari komposisi gliserol dan propilenglikol dalam krimsunscreenekstrak apel merah(Pyrus malus L.)?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) yang digunakan sebagai krim sunscreen dengan menggunakan gliserol dan propilenglikol sebagaihumectantbelum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

(26)

b. Manfaat praktis

Mengetahui pengaruh komposisi gliserol dan propilenglikol sebagai humectant dalam pembuatan krim terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan krim yang tersebut.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh gliserol, propilenglikol atau interaksi keduanya terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan krim ekstrak apel merah(Pyrus malus L.). 2. Mengetahui area komposisi gliserol dan propilenglikol yang optimum dalam

(27)

6

I. Tinjauan Pustaka A. Apel Merah (Pyrus malusL.)

Gambar 1. Apel merah (Pyrus malusL.)

Apel merah (Pyrus malus L.) merupakan sumber yang kaya berbagai vitamin, elemen, asam amino dan flavonoid. Asam malat merupakan kandungan asam yang utama (90-95% dari total asam) dalam buah. Apel merah memiliki sifat tonik, keratolitik dan antiseptik. Apel merah mempunyai kandungan tanin, turunan tanin dan flavonoid (Anonim, 2011a).Dalam apel merah ditemukan suatu zat fitokimia dalam kadar yang cukup tinggi yaitu kuersetin yang termasuk dalam jenis flavonoid dan berperan sebagai antioksidan (Anonim, 2008a). Kandungan flavonoid secara tidak merata terdistribusi dalam jaringan tanaman. Kuersetin terdapat dalam buah maupun pada kulit apel (Anonim, 2009).

(28)

sebagai antioksidan dalam buah apel merah adalah quercetin-3-galactoside, quercetin3-glucoside, quercetin-3-rhamnoside, catechin, epicatechin, pricyanidin, cyanidin-3-galactoside, coumaric acid, chlorogenic acid, gallie acid, dan phloridzin. Buah apel merah beserta kulitnya mempunyai aktivitas total antioksidan sekitar 83 imol vitamin C, hal ini menunjukkan bahwa 100 gram apel mempunyai aktivitas antioksidan setara dengan 1.500 mg vitamin C (Anonim, 2009).

B. Kuersetin

Kuersetin adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka kuersetin memiliki aktivitas antioksidan 4,7 (Anonim, 2008a). Flavonoid merupakan sekelompok besar antioksidan bernama polifenol yang terdiri atas antosianidin, diflavon, katekin, flavanon, dan flavonol (Waji dan Sugrani, 2009).

OH

Gambar 2. Struktur Kuersetin

(29)

C. Ekstraksi

Ekstraksi adalah satu kegiatan menarik suatu zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Secara umum ekstraksi dapat dibedakan menjadi 4 yaitu infundasi, maserasi, perkolasi dan destilasi uap. Proses ekstraksi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan pengekstrak dengan bahan yang mengandung zat tersebut (Anonim, 1986).

Pada dasarnya cairan pengekstraksi harus memenuhi syarat kefarmasian atau dalam perdagangan dikenal dengan kelompok spesifikasi “Pharmaceutical grade”, yang pada sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diizinkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain yang umumnya digunakan sebagai pelarut untuk separasi dan tahap pemurniaan yaitu metanol, heksana (hidrokarbon alifatik), toluene (hidrokarbon aromatik), kloroform (dan segolongannya), aseton (Anonim, 1995).

(30)

D. Ekstrak

Ekstrak merupakan suatu sediaan yang dapat berupa serbuk kering, kental dan cair, dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih. Pembuatan ekstrak bertujuan agar zat berkasiat yang terdapat dalam simplisia terdapat dalam kadar yang tinggi sehingga dapat mempermudah untuk pengaturan dosis (Anief, 2003).

E. Kulit

Kulit adalah organ terluas yang menutupi seluruh permukaan tubuh. Kulit memiliki kekakuan yang bervariasi disetiap bagian. Daerah yang paling kaku adalah telapak kaki dan tangan serta sela-sela jari. Sedangkan pada kulit wajah terdapat sel-sel yang sangat tipis, sehingga hal ini memungkinkan berpenetrasinya sediaan kosmetika. Dalam menjaga kulit agar tetap berada dalam kondisi yang baik diperlukan sediaan kosmetika yang diperlukan yaitu cleasing, freasing atau toning,danmoisturizing(Young, 1972).

(31)

Gambar 3. Anatomi kulit (Brannon, 2007)

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan kulit terluar dan mempunyai 5 lapisan yaitu Lapisan tanduk (stratum corneum), stratum lucidum, stratum spinosum, stratum spinosum, stratum germinativum atau stratum basale (gambar 4) (Brannon, 2007).

Gambar 4. Anatomi epidermis (Anonim, 2008b)

2. Dermis

(32)

tipis dari serat kolagen dan reticular layer yang tersusun dari serat kolagen yang tebal dan tersusun sejajar dengan permukaan kulit (Brannon, 2007).

3. Jaringan subkutan

Jaringan subkutan merupakan lapisan lemak dan jaringan ikat yang didalamnya terdapat pembuluh darah dan syaraf. Lapisan ini berperan untuk pengaturan suhu kulit maupun suhu tubuh (Brannon, 2007).

F. Sunscreen

Sunscreenadalah senyawa kimia yang dapat memantulkan atau menyerap radiasi sehingga dapat melemahkan energi ultra violet sebelum berpenetrasi ke kulit (Stanfield, 2003).

Sunscreen umumnya dapat dibagi menjadi dua yaitu chemical sunscreen danphysical sunscreen.Chemical sunscreenbekerja dengan mengabsorpsi radiasi sinarultra violet (Stanfield, 2003). Sedangkanphysical sunscreenbekerja dengan menghamburkan atau memantulkan radiasi sinar ultra violet dengan membentuk lapisan buram dipermukaan kulit (Bondi, Jegasothy, Lazarus, 1991).

(33)

G. SinarUltra Violet

Sinar ultra violet (UV) secara fisik hampir sama dengan cahaya tampak, hanya saja sinar UV tidak memungkinkan untuk dilihat. Daerah ultra violet dimulai setelah akhir warna ungu dalam pelangi. Secara ilmiah, radiasi UV merupakan radiasi elektromagnetik seperti pada cahaya tampak, sinyal radar dan sinyal pemancar radio (Anonim, 2007a).

Sinar UV pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu sinar UV A, UV B, dan UV C. Efek radiasi UV pada kesehatan manusia tergantung dari jenis dan jumlah radiasi yang mengenai tubuh. Radiasi sinar UV A yaitu pada rentang panjang gelombang 320-400 nm dengan efektifitas tertinggi pada 340 nm dapat menimbulkan tanningatau pigmentasi, penuaan dini, dan kanker kulit. Selain itu UV A juga dilaporkan dapat menyebabkan efek samping yaitu hilangnya kolagen (Harry, 1982). Sinar UV B yaitu dengan rentang panjang gelombang 290-320 nm dengan aktivitas tertinggi sekitar 297,6 nm bertanggung jawab terhadap terjadinya eritema. Sinar UV C yaitu pada rentang panjang gelombang 200-290 nm dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Akan tetapi sebagian besar sinar UV dari sinar matahari diserap oleh lapisan ozon di atmosfer (Harry, 1982).

H. Spektrofotometri UV-Vis

(34)

sinar tampak (400-750) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

Spektrum UV-Vis yang menunjukkan korelasi absorban (sebagai ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) tidak merupakan garis spektrum akan tetapi pita spektrum. Terbentuknya pita spektrum tersebut disebabkan transisi energi yang tidak sejenis dan terjadi eksitasi elektronik lebih dari satu macam pada gugus molekul yang kompleks (Mulja dan Suharman, 1995).

I. Sun Protection Factor (SPF)

SPF menunjukkan kemampuan suatu produk sunscreenuntuk melindungi kulit dari eritema (Stanfield, 2003). NilaiSPF ini dapat ditentukan melalui 2 cara yaitu dengan cara in vitro (dengan spektrofotometer) dan dengan cara in vivo. Nilai SPF menunjukkan perbandingan Minimal Erythermal Dose (MED) pada kulit manusia yang terlindung produksunscreendenganMEDtanpa perlindungan produksunscreen(Harry, 1982).

Secara in vitro, SPF dapat ditentukan berdasarkan persamaan SPF = 10A. SPF menurut persamaan tersebut didapat dari nilai absorbansi pada panjang gelombang tunggal, biasanya merupakan puncak absorbansi. Persamaan diatas hanya khusus apabila radiasi yang terjadi berasal dari sinar monokromatis, padahal sinar ultra violet merupakan radiasi polikromatis. Oleh karena itu persamaan yang lebih tepat adalah sebagai berikut:

... (1)

(35)

λn = panjang gelombang terbesar (diatas 290 nm dengan absorbansi 0,05) λ1 = panjang gelombang terkecil (290 nm)

AUC = Areadibawah kurva dari grafik rentang λn-λ1(Petro, 1981). Kategori nilaiSPFmenurut FDA :

1. NilaiSPF2-12 menunjukkan adanya perlindungan minimal 2. NilaiSPF12-30 menunjukkan adanya perlindungan sedang

3. NilaiSPF>30 menunjukkan adanya perlindungan maksimal (Anonim, 1999).

J. Emulsi

Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang minimal terdiri dari dua macam cairan yang tidak saling campur yang dapat terdispersi ke dalam cairan lain dalam bentuk droplet. Emulsi dibuat dalam bentuk dua sediaan jika ada dua cairan yang tidak saling campur yang harus terdispersi menjadi satu kesatuan. Umumnya berupa campuran antara polar (air) dan nonpolar (minyak) (Allen, 2002). Emulsi dengan ukuran 0,5 -10 µm disebut suspensi atau emulsi kasar, sedangkan emulsi yang berukuran 10-50 µm termasuk dalam emulsi kasar (Martin, Swarbick, Cammarata, 1993).

(36)

fase, sehingga hal ini dapat meningkatkan proses emulsifikasi selama proses pencampuran (Anonim, 1995).

K. Krim

Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional yang banyak digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan untuk definisi krim lebih diarahkan untuk tujuan produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Anonim, 1995).

(37)

penutup produk dibuka maupun pada saat diaplikasikan pada permukaan kulit. Tetapi jika digunakan secara topikal, konsentrasi humectant yang tinggi dalam suatu formula dapat memindahkan atau menggurangi lembab dari kulit, atau bahkan memicu terjadinya dehidrasi (Ansel, 1990).

L. Moisturizer

Moisturizer adalah salah satu produk emollient yang diformulasikan khusus sebagai krim dan lotion yang dapat melembabkan kulit kering. Produk emollient seperti moisturizer mempunyai bahan yang larut minyak atau larut air dalam jumlah banyak dapat mengurangi hilangnya air dari kulit. Efek ini didapat karena terbentuknya lapisan tipis dipermukaan kulit (occlusive) yang dapat menjaga kelembapan lapisan kulit terluar (Ash and Michael, 1997).

Moisturizer bekerja pada lapisan terluar dari kulit, yang disebut stratum corneum, yang sebagian besar dibentuk dari squamus cells atau ceratinocytes. Kebanyakan agen yang terdapat dalam moisturizer tidak bisa menembus lapisan yang lebih dalam seperti dermis danhypodermis(Anonim, 2006).

Ada 3 cara melembabkan kulit :

1. Menghaluskan bagian yang kasar (emoliensi) 2. Mengurangi penguapan air dari kulit (oklusif)

(38)

M. Humectant

Humectant merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengontrol perubahan kelembapan pada suatu sediaan dalam wadah atau kemasannya dan mengontrol kelembapan kulit ketika sediaan tersebut diaplikasikan. Humectant yang umum digunakan adalah gliserol, propilenglikol dan sorbitol. Ketiga humectant ini merupakan komponen organik yang termasuk dalam polyhydric alcohol(Sagarin, 1957).

Yang membedakan dari ketiga humectant ini adalah berat molekul, viskositas dan kemampuan untuk menguap (volatily). Propilenglikol memiliki berat molekul yang paling kecil dibandingkan ketiga humectant, tetapi memiliki viskositas yang paling rendah dan kemampuan menguap yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan gliserol. Sedangkan sorbitol memiliki berat molekul yang paling besar, viskositas yang paling tinggi dan mempunyai kemampuan untuk menguap yang paling rendah(nonvolatile)(Sagarin, 1957).

(39)

N. Stabilitas Emulsi

Stabilitas suatu emulsi merupakan sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang (Voigt, 1994).

Beberapa fenomena yang menunjukkan bahwa emulsi tidak stabil sebagai berikut :

1. Inversi

Merupakan proses dimana emulsi berubah dari suatu tipe menjadi tipe lain. Kondisi paling stabil adalah dengan konsentrasi fase dispers 30-60 %. Jika jumlah fase dispers mendekati atau lebih dari batas maksimum yaitu 74 %, maka peristiwa inversi akan terjadi. Inversi merupakan peristiwa yang bersifatirreversible(Winfield, 2004).

2. Creaming

(40)

3. Cracking

Cracking merupakan koalesen dari fase terdispersi dan pemisahan dari fase dispers membentuk suatu lapisan, umumnya peristiwa ini bersifat irreversible sehingga tidak dapat dilakukan redispersi dengan penggojogan (Winfield, 2004).

Metode evaluasi stabilitas emulsi antara lain : 1. Pemisahan fase

Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan pemeriksaan tingkat creaming atau koalesens yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Caranya dengan membandingkan volume terjadinya creaming atau bagian yang memisah dari suatu emulsi dengan volume totalnya (Aulton, 1988).

2. Analisis ukuran droplet

Jika diameter rata-rata partikel bertambah dalam waktu tertentu (seiring dengan penurunan jumlah droplet), diasumsikan terjadi koalesen. Hal tersebut dilakukan dengan membandingkan rata-rata laju terjadinya koalesen untuk bermacam-macam formula emulsi. Pengujian secara mikroskopik atau menghitung droplet secara elektronik seperti dengan coulter counter atau pengukuran laser fraksi suatu emulsi dalam waktu penyimpanan banyak dilakukan untuk menganalisa ukuran droplet (Aulton, 1988).

3. Perubahan viskositas

(41)

memastikan supaya perbandingan relatif dari produknya hampir sama sehubungan dengan kecepatan pembentukancreaming(Aulton, 1988).

O. Daya Sebar

Daya sebar menunjukkan hubungan antara sudut kontak antar sediaan dengan tempat aplikasinya yang menggambarkan kelicinan (lubricity) sediaan tersebut, yang berhubungan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan karekteristik yang penting dari suatu formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan bahan obatnya, serta kemudahan penggunaannya. Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah kekakuan fomula, kecepatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, temperatur pada tempat aplikasi. Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena adanya evaporasi (Garg, Aggarwal, Singla, 2002).

P. Viskositas

(42)

viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran droplet yang lebih sempit. Pengurangan viskositas dengan peningkatan shear, sebagian disebabkan karena penurunan viskositas dari fase kontinyu karena meningkatnya jarak pemisahan droplet-droplet (Martinet al, 1993).

Q. Mikromeritik

Mikromeritik adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mengetahui ukuran droplet. Variasi ukuran droplet dinyatakan dalam nilai standar deviasi (SD) yang pada dasarnya digunakan untuk mengukur variasi dari nilai rata-rata. Kumpulan droplet yang dinyatakan bervariasi dengan nilai SD ≥ 10%. Pada umumnya setiap kumpulan droplet disebut dengan polydisperse, yang umumnya mempunyai dua sifat penting yaitu (1) kisaran ukuran dan banyaknya, dan (2) bentuk dan luas permukaan droplet. Oleh karena itu, tidak hanya ukuran suatu droplet saja yang perlu ditentukan besarnya, tetapi juga banyaknya droplet dengan ukuran yang sama yang terdapat dalam suatu sampel (Martinet al, 1993).

(43)

(Martin et al, 1993). Ukuran tetesan minyak yang semakin kecil umumnya menunjukkan permukaan yang semakin luas dan dengan demikian area yang terabsorbsi oleh koloid juga semakin luas (Aulton, 1988).

R. Cetyl Alcohol

C

H

(CH2)14

H H

CH H

OH

Gambar 5. Strukturcetyl alcohol(Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2006)

Cetyl alcohol (CH3(CH2)15OH) merupakan surfaktan nonionic dari golongan alkohol yang digunakan pada produk perawatan rambut dan digunakan sebagai emollient agent dalam krim danlotion (Rowe et al, 2006). Cetyl alcohol bila dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut air dapat meningkatkan stabilitas emulsi M/A. Campuran emulsying agent tersebut membentuk susunan yang rapat menjadibarier monomoleculardi sekeliling permukaan tetesan minyak yang mencegah koalesensi. Pada sediaan semisolid,cetyl alcoholdikombinasikan dengan emulsying agent yang larut air untuk membentuk fase luar yang kental (Boyland, 1986).

S. Asam Sterat

(44)

Asam stearat merupakan salah satu contoh asam lemak. Asam lemak berupa molekul panjang yang tersusun dari rantai hidrokarbon dengan gugus asam karboksilat di ujungnya. Rantai lurus pada asam stearat, yang tersusun dari karbon dan hidrogen, tidak berinteraksi dengan air dan disebut hidrofobik. Bagian kepala pada struktur asam stearat, yaitu asam karboksilat, dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, dan disebut hidrofilik (Anonim, 2007b).

Asam stearat dapat mengentalkan krim. Penggunaan asam stearat berkisar antara 3-5 % (Boyland, 1986).

T. Trietanolamin

Gambar 7. Struktur trietanolamin

(45)

U. Gliserol

Gambar 8. Struktur gliserol (Roweet al, 2006)

Gliserol mempunyai nama kimia yaitu propane-1,2,3-triol dengan rumus kimia C3H8O3 dan bobot molekul sebesar 92,09. Gliserol berfungsi sebagai emollient, humectant, dan plasticizer. Pada sediaan kosmetik topikal, gliserol umunya digunakan sebagai emollient danhumectant. Sebagaihumectant, gliserol digunakan sebesar kurang dari atau sama dengan 30 %. Gliserol mempunyai sifat kental, higroskopis, bening atau tidak berwarna (Roweet al, 2006).

V. Nipagin

Gambar 9. Struktur nipagin

(46)

W. Propilenglikol

H3C

OH OH

Gambar 10. Struktur propilenglikol (Roweet al, 2009)

Propilenglikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab. Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan kloroform; larut dalam eter dan beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemah (Anonim,1995). Fungsi propilenglikol adalah sebagaihumectant, pelarut, dan plasticizer. Fungsi lain dari propilenglikol adalah sebagai penghambat fermentasi dan pertumbuhan jamur, hygroscopic agent, desinfektan, stabilizer vitamin, pelarut pengganti yang dapat bercampur dengan air, misal pengganti gliserol (Roweet al, 2009).

X. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada faktor-faktor akan menyebabkan perubahan besar pada responnya (Bolton, 1990).

(47)

faktor yang digunakan. Jumlah percobaan untuk penelitian dangan 2 level dan 2 faktor adalah 22 = 4. Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III dan formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1990).

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor I Faktor II Interaksi

(1) - - +

A + -

-B - +

-Ab + + +

Keterangan :

Formula (1) = faktor I pada level rendah, faktor II pada level rendah Formula a = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah Formula b = faktor I pada level rendah, faktor II pada level tinggi Formula ab = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level tinggi _ = level rendah

+ = level tinggi

Rumusan yang berlaku untuk desain faktorial :

Y = Bo + Ba X1 + Bb X2 +Bab X1 X2………..(2) Keterangan :

Y = respon

X1 = level faktor pertama X2 = level faktor kedua

X1 X2 = level faktor pertama dikalikan level faktor kedua Bo = rata-rata respon seluruh formula

(48)

Berdasarkan persamaan diatas, dengan substitusi secara matematis, dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1990) sebagai berikut :

Efek faktor I = ………..(3)

Efek faktor II = ……….(4)

Efek interaksi = ………..(5)

(49)

II. Landasan Teori

Salah satu sediaan kosmetik yang dapat melindungi kulit terhadap pengaruh berlebih sinar ultra violet adalah sunscreen. Bahan alam yang dapat berperan sebagai sunscreenadalah polifenol. Dalam apel merah (Pyrus malusL.) terdapat salah satu jenis polifenol yaitu kuersetin. Untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap sunscreen, diformulasikan suatu sediaan ekstrak apel merah (Pyrus malusL.) yaitu dalam bentuk sediaan krim.

Humectant bertanggung jawab dalam menentukan sifat fisik stabilitas krim, hal ini berkaitan dengan kemampuan humectant dalam mempertahankan kandungan air dalam sediaan krim dan menjaga kelembaban kulit pada saat krim diaplikasikan. Gliserol dan propilenglikol merupakan humectant yang secara umum digunakan dalam formulasi sediaan krim.

(50)

III.Hipotesis

(51)

30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan quasi eksperimental menggunakan desain faktorial, yaitu mencari komposisi humectant gliserol dan propilenglikol dalam formula krim sunscreen ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) yang optimum dalam sifat fisik dan stabilitas penyimpanannya .

B. Variabel dalam Penelitian 1. Variabel penalitian

a. Variabel bebas

Jumlahhumectantgliserol dan propilenglikol level rendah dan level tinggi. b. Variabel tergantung

Daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas. c. Variabel pengacau terkendali

Lama percampuran, lama penyimpanan krim, kemasan krim, dan tinggi letakviscotester.

d. Variabel pengacau tidak terkendali

(52)

2. Definisi Operasional

a. Krimsunscreenekstrak apel merah adalah sediaan semi padat yang dibuat dari ekstrak apel merah dengan komposisi humectant yang telah ditentukan dan dibuat dengan prosedur pembuatan krim.

b. Humectant adalah suatu zat yang dapat menjaga kelembaban sediaan dan kulit saat sediaan diaplikasikan yang terdiri dari gliserol dan propilenglikol.

c. Desain faktorial merupakan suatu desain penelitian yang mengevaluasi efek dari berbagai faktor dan interaksi dalam waktu yang bersamaan. d. Faktor adalah tiap besaran yang memberikan pengaruh terhadap besarnya

respon secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan dua faktor yaitu gliserol sebagai faktor A dan propilenglikol sebagai faktor B.

e. Respon adalah hasil percobaan yang perubahannya diamati secara kuantitatif dalam penelitian ini yaitu sifat fisik krim (viskositas dan daya sebar) dan stabilitas sediaan krim (pergeseran viskositas).

f. Level adalah banyaknya faktor yang dinyatakan secara numerik. Pada penelitian ini menggunakan dua level yaitu level rendah gliserol yaitu 12 gram dan level tinggi sebanyak 14 gram. Sedangkan level rendah propilenglikol yaitu 8 gram dan level tinggi sebanyak 10 gram.

(53)

rumus desain faktorial dengan menghitung selisih rata-rata respon level tinggi dikurangi respon level rendah.

h. Sifat fisik krim adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisik krim, yang dalam penelitian ini meliputi daya sebar dan viskositas.

i. Daya sebar adalah diameter penyebaran krim pada alat uji daya sebar yang selama 5 menit diberi pemberat dan selama 1 menit kemudiaan diberikan beban total seberat 125 gram. Kriteria daya sebar optimum krim adalah 5-7 cm.

j. Viskositas adalah hambatan krim untuk mengalir setelah adanya pemberian gaya. Semakin besar viskositas krim, maka krim seemakin tidak mudah mengalir atau kental. Kriteria viskositas optimum krim adalah 170-210 dPa. s.

k. Pergeseran viskositas adalah persentase dari selisih viskositas krim dalam waktu penyimpanan 21 hari dengan viskositas krim 48 jam setelah dibuat. Kriteria pergeseran krim optimum adalah≤10 %.

(54)

C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Bahan Penelitian

Ekstrak apel merah (Pyrus malus L.), propilenglikol (kualitas farmasetis), trietanolamin (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis), gliserol (kualitas farmasetis), cetyl alcohol (kualitas farmasetis), minyak apel danaquadest.

2. Alat Penelitian

Glassware (PYREX-GERMANY), timbangan analitik, waterbath, thermometer, mortir, stamfer,stopwatch, horizontal double plate, Viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN), mikroskop (merk Boeco germany Model number BM-180)

D. Tata Cara Penelitian

1. Penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) (modifikasi dari Lindorst (1998)

a. Pembuatan larutan stok kuersetin 1 mg/mL. Sebanyak 0,05 g kuersetin standart dimasukkan dalam labu ukur 50,0 mL. Diencerkan dengan aseton 75 % hingga tanda.

(55)

Larutan divortex selama 30 detik. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang 726 nm. Dibuat kurva hubungan serapan dan waktu. Dicari operating timeyang memberikan serapan yang stabil.

c. Penetapan panjang gelombang maksimum. Dibuat larutan dengan konsentrasi 0,40 mg/mL dengan mengambil 4,0 mL larutan stok dan diencerkan dengan aseton 75% hingga 10,0 mL. Diambil 0,50 mL larutan tersebut dan dimasukkan dalam labu ukur 50,0 mL. Ditambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,50 mL didiamkan selama 2 menit, kemudiaan ditambahkan 7,50 mL larutan Na2CO3 dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudiaan didiamkan selama OT. Sebelum diukur serapannya, larutan disentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang 600-800 nm. Diperoleh kurva hubungan panjang gelombang dan serapan. Berdasarkan kurva tersebut, ditentukan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum.

(56)

serapannya, larutan disentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

a. Penetapan kadar polifenol dalam ekstrak apel merah. Sebanyak 1,0 gram ekstrak kental apel merah dilarutkan dengan aseton 75% hingga volumenya 25,0 mL. Diambil 0,50 mL larutan tersebut dan dimasukkan dalam labu ukur 50,0 mL. Ditambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,50 mL didiamkan selama 2 menit, kemudian ditambahkan 7,50 mL larutan Na2CO3 dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian didiamkan selama operating time. Sebelum diukur serapannya, larutan disentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebayak 6 kali. Kadar polifenol dalam sampel dihitung menggunakan persamaan kurva baku. 2. Sun Protection Factor

a. Pembuatan larutan stok polifenol apel 3 mg%. Ditimbang ekstrak apel merah (Pyrus malus L.) yang setara dengan 3 gram polifenol apel merah (Pyrus malus L.). Kemudian dilarutkan dengan etanol 90% hingga 100,0 mL.

(57)

malus L.) dengan konsentrasi 0,6%. Spektra ultra violet larutan diperoleh denganscanningserapan larutan pada panjang gelombang 250-400 nm. c. Penentuan nilai SPF. Diambil larutan stok sebanyak 2,0; 4,0; dan 6,0 mL

dan diencerkan dengan etanol 90% dalam labu ukur 10,0 mL sehingga diperoleh larutan polifenol apel merah dengan konsentrasi 0,6; 1,2; dan 1,8%. Serapan masing-masing konsentrasi diukur tiap 5 nm pada rentang panjang gelombang 290 nm hingga panjang gelombang tertentu di atas 290 nm yang mempunyai nilai serapan 0,050. Dihitung luas daerah di bawah kurva (AUC) antara dua panjang gelombang yang berurutan menggunakan rumus:

……….. (6)

Ap = serapan pada panjang gelombang yang lebih tinggi di antara dua panjang gelombang yang berurutan

A(p-a) = serapan pada panjang gelombang yang lebih rendah di antara dua panjang gelombang yang berurutan

Λp = panjang gelombang yang lebih tinggi diantara dua panjang

gelombang berurutan

λ(p-a) = panjang gelombang yang lebih rendah diantara dua panjang

gelombang berurutan

HargaSPFdapat dihitung dengan rumus :

……….(7)

(58)

mempunyai nilai serapan 0,050; panjang gelombang I (λ1) adalah panjang gelombang terkecil (290 nm) (Petro,1981).

3. Formula krimsunscreenekstrak apel merah

Penelitian ini menggunakan dua faktor yaitu gliserol dan propilenglikol. Level rendah gliserol adalah 12 gram dan level tinggi gliserol adalah 14 gram. Level rendah propilenglikol adalah 8 gram dan level tinggi propilenglikol adalah 10 gram. Penggunaan level rendah dan level tinggi humenctant berdasarkan pada pustaka dariPratical Cosmetic Science Cream Preparation(Young, 1972).

a. Stearic acid 20,0

Cetyl alcohol 0,50

Triethanolamin 1,20

b. Sodyum hydroxide one microspatula-full

Glycerin 8,0

Distilled water 69,94

Preservative(Nipagin M) one microspatula-full

c. Perfume three or four droups

Pada tabel berikut merupakan rancangan desain gliserol dan propilenglikol yang digunakan dalam penelitian ini :

A. Asam stearat 9,0

Cetyl alcohol 2,0

Triethanolamin 1,0

B. Gliserol 14/12

Propilenglikol 10/8

Metil paraben 0,2

C. Aquadest 60,0

D. Ekstrak Apel 3,66

(59)

Tabel II.Rancangan desain faktorial gliserol dan propilenglikol

Formula Gliserol (gram) Propilenglikol (gram)

1 12 8

A 14 8

B 12 10

Ab 14 10

Formula dibuat dalam 100 gram dimana masimg-masing jumlah bahan yang digunakan untuk level rendah dan level tinggi tercantum pada tabel berikut :

Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan

Formula 1 A B Ab

Ekstrak apel merah (gram) 3,66 3,66 3,66 3,66

Aquadest (gram) 60 60 60 60

Propilenglikol (gram) 8 8 10 10

Metil paraben (gram) 0,2 0,2 0,2 0,2

Asam stearat (gram) 9 9 9 9

Gliserol (gram) 12 14 12 14

Cetyl alcohol (gram) 2 2 2 2

Trietanolamin (gram) 1 1 1 1

Total (gram) 95,86 97,86 97,86 99,86

4. Pembuatan krimsunscreenekstrak apel merah

(60)

dingin, kemudian ditambahkan ekstrak apel merah (Pyrus malusL.) (Fase D). Parfum(fase E) ditambahkan sebanyak 3 tetes.

5. Penentuan tipe emulsi krim ekstrak apel merah(Pyrus malusL.) Metode pewarnaan

Beberapa tetes pewarna yang larut dalam air (methylene blue) dicampurkan ke dalam sejumlah krim yang dioleskan pada glass object. Jika seluruh krim bewarna seragam, maka terdapat tipe krim M/A, oleh karena air merupakan fase luar (Voigt, 1994).

6. Pengujian daya sebar

Uji daya sebar krim dilakukan segera setelah pembuatan dengan cara menimbang krim seberat 1 gram, diletakkan di tengahhorizontal double plate. Di atas krim diletakkan horizontal double plate lain dan pemberat 125 gram, diamkan selama 1 menit, kemudiaan dicatat diameter penyebarannya.

7. Pengujian viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN) dengan cara : krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang padaportable viskotester digunakan rotor nomor 2. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan 2 kali yaitu (1) segera setelah krim selesai dibuat dan setelah disimpan selama 21 hari.

8. Pengujian mikromeritik

(61)

dengan perbesaran kuat. Catat diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet (Martinet al, 1993).

E. Analisis Hasil

(62)

41

A. Penetapan Kadar Polifenol dalam Ekstrak Apel Merah (Pyrus malusL.) Ekstraksi apel merah (Pyrus malus L.) dilakukan oleh Lembaga Pengujian “LPPT” UGM , yang diekstraksi dari buah apel merah dan kulitnya dengan menggunakan pelarut etanol 50%. Organoleptis dari ekstrak apel merah (Pyrus malusL.) tercantum pada (tabel IV).

Tabel IV. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak apel merah

Pemeriksaan Hasil

Wujud Kental

Bau Bau khas harum manis

Warna Merah kecoklatan

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menetapkan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah adalah metode Folin-Ciocalteau secara kolorimetri. Prinsip dari metode Folin-Ciocalteau yaitu didasarkan pada reaksi oksidasi yang terjadi pada senyawa polifenol oleh pereaksiFolin-Ciocalteaupada suasana basa. Penyedia suasana basa dalam reaksi ini adalah natrium karbonat (Na2CO3). Dimana sebelum pengukuran dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan garam natrium yang dapat mengganggu pengukuran (Singleton dan Rossi, 1965).

(63)

molybdenum blue, yang absorbansinya ditentukan secara spektrofotometri visibel. MetodeFolin-Ciocalteau yang digunakan untuk penetapan kadar polifenol dalam ekstrak apel merah mempunyai kelebihan yaitu selektif terhadap senyawa polifenol sehingga hal ini dapat mengurangi adanya gangguan pengukuran terhadap adanya senyawa lain. Senyawa standar yang digunakan untuk penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah adalah kuersetin, yang merupakan polifenol terbesar dalam apel merah.

1. Penetapanoperating time

Penetapanoperating timedilakukan untuk mendapatkan waktu optimum yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna sehingga diperoleh serapan yang stabil. Penetapan operating time ini bertujuan untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran kadar polifenol. Dalam reaksi ini operating time terjadi pada saat setiap molekul pereaksi Folin-Ciocalteau telah bereaksi dengan semua molekul polifenol. Dalam penelitian ini penetapan operating time dilakukan dengan mengukur absorbansi baku kuersetin dengan konsentrasi 0,40 mg/mL selama 120 menit pada panjang gelombang serapan maksimum teoritis yaitu 726 nm. Pengukuran dilakukan sampai larutan memberikan serapan yang stabil.

(64)

2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum

Panjang gelombang serapan maksimum merupakan panjang gelombang dimana serapan dari suatu senyawa sudah mencapai maksimum. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas metode karena dengan adanya perubahan kecil dari kadar senyawa dalam larutan yang hendak dianalisis menunjukkan perbedaan serapan yang signifikan. Selain itu, spektra serapan disekitar panjang gelombang serapan maksimum relatif datar sehingga pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dan kemungkinan terjadinya kesalahan karena faktor lain menjadi kecil terutama jika dilakukan replikasi.

Dalam penelitian ini, penetapan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan dengan scanning kuersetin dengan konsentrasi 0,40 mg/mL pada panjang gelombang 600-800 nm.

Panjang gelombang serapan maksimum berdasar hasil scanning yang dilakukan dari hasil reaksi oksidasi Folin-Ciocalteau yaitu 734 nm. Operating time dan panjang gelombang serapan maksimum ini digunakan untuk penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah.

3. Pembuatan kurva baku

(65)

ini nilai r yang didapatkan belum memenuhi persyaratan linearitas sehingga kurva baku yang dihasilkan kurang menggambarkan proporsionalitas antara konsentrasi terhadap absorbansi yang dihasilkan. Korelasi antara kadar kuersetin dan serapan yang diperoleh dapat dilihat pada (gambar 11).

Gambar 11. Kurva hubungan antara konsentrasi baku kuersetin dengan absorbansi

Persamaan kurva baku antara kadar baku kuersetin dan serapannya ini digunakan untuk menetapkan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah. 4. Penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah sebagai

kuersetin

(66)

Dari pengukuran diperoleh kadar polifenol total pada 6 replikasi seperti yang tercantum pada (tabel V).

Tabel V. Kadar polifenol total dalam ekstrak apel merah

Replikasi Absorbansi Kadar polifenol dalam ekstrak (%b/b)

1 0,318 53,09

2 0,314 51,91

3 0,312 51,02

4 0,316 52,31

5 0,317 52,85

6 0,310 50,57

Rata-rata 51,9583 ± 1,0010

CV 1,93%

Pada (tabel V) dapat diketahui bahwa kadar polifenol dalam ekstrak apel merah adalah sebesar (51,9583 ± 1,0010) %(b/b) dengan nilai CV sebesar 1,93%. Polifenol yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah kadar polifenol total dalam sampel ekstrak apel merah yang terhitung sebagai kuersetin.

B. Penetapan NilaiSPFsecaraIn vitro 1. Scanningspektra UV yang diserap oleh ekstrak apel merah

(67)

digunakan. Hasil scanning ekstrak apel merah dengan konsentrasi 6 mg% pada daerah UV dapat dilihat pada (gambar 12).

Gambar 12. Spektra serapan ekstrak apel merah pada daerah UV

(68)

Chlorogenic Acid Quercetin -3- Rhamnoside

Coumaric Acid Epicatechin

Keterangan :

: sistem kromofor : gugus auksokrom

Gambar 13. Struktur senyawa dalam ekstrak apel merah yang memiliki sistem kromofor dan auksokrom

2. Penetapan nilaiSun Protection Factor

(69)

Dari hasil pengukuran didapat nilai SPF dari masing-masing seri konsentrasi sebagai berikut (tabel VI):

Tabel VI. Hasil perhitungan nilaiSPF

Kadar polifenol (%)

Nilai SPF rata-rata

0,6 3,2697

1,2 8,3358

1,8 16,2852

Berdasarkan hasil pengukuran nilaiSPFmaka dapat disimpulkan bahwa kadar polifenol dalam ekstrak apel merah yang dapat memberikan nilai SPF terbesar yaitu 16,2852 adalah pada konsentrasi 1,8%. Menurut FDA nilai SPF antara 12-30 menunjukkan produk sunscreen tersebut dapat memberikan perlindungan sedang terhadap pengaruh sinar UV yang berlebihan. Kadar 1,8 % inilah yang akan menjadi dasar untuk menentukan besarnya jumlah ekstrak apel merah yang digunakan dalam formulasi krimsunscreenekstrak apel merah.

C. Formulasi KrimSunscreenEkstrak Apel merah

(70)

fisik krim yang menarik sedangkancetyl alcoholberfungsi sebagai emollientyang apabila dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut air dapat meningkatkan konsistensi dan stabilitas emulsi M/A. Kombinasi antara gliserol dan propilenglikol berfungsi sebagai humectant untuk menjaga kelembaban sediaan dan kulit saat diaplikasikan. Trietanolamin merupakan basa yang membantu terjadinya reaksi saponifikasi. Metil paraben berfungsi sebagai pengawet pada formula krim.

D. Pengujian Tipe Formulasi KrimSunscreenEkstrak Apel Merah Metode pewarnaan

Formula (I) Formula (A)

Formula (B) Formula (AB)

Gambar 14. Hasil pengamatan tipe emulsi dengan metode pewarnaan

Methylen blue merupakan zat warna yang larut dalam air. Dari (gambar 14) dapat diketahui bahwa krim sunscreen ekstrak apel merah memiliki sistem

Fase air

Fase minyak

Fase air Fase minyak

Fase air

Fase air

Fase minyak

(71)

emulsi bertipe M/A, hal ini ditunjukkan oleh droplet-droplet yang tidak bewarna dan fase yang menggelilingi droplet-droplet tersebut berwarna biru. Droplet-droplet merupakan fase terdispersi yaitu fase minyak dan fase yang mengelilingi droplet adalah fase pendispersi yaitu fase air.

E. Sifat Fisik dan Stabilitas Formulasi KrimSunscreenEkstrak Apel Merah Untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap suatu sediaan krim maka sediaan tersebut harus memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas. Pada penelitian ini sifat fisik krim dilihat melalui pengujian daya sebar dan viskositas sedangkan untuk melihat stabilitas dilakukan dengan melakukan pengamatan pergeseran viskositas krim sunscreen ekstrak apel merah setelah penyimpanan selama 21 hari.

Untuk mengetahui faktor dominan antara gliserol, propilenglikol, dan interaksinya dalam hal menentukan sifat fisik dan stabilitas krim maka data yang didapat dari pengujian sifat fisik dan stabilitas krim kemudian dianalisis menggunakan design expert 7.14 dengan uji statistik ANOVA pada taraf kepercayaan 95 %.

1. Pengujian daya sebar

(72)

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan kaca bulat yang telah diberi krim 1,0 gram dan ditimpa dengan beban dengan total 125 gram selama 1 menit, hasil pengukuran didapat dengan mengukur 4 diameter sebaran krim pada posisi yang berlainan yaitu horizontal, vertikal dan diagonal dan dihitung rata-ratanya.

Nilai optimum untuk daya sebar krim yang memenuhi syarat sediaan semisolid adalah 5-7 cm. Pada (tabel VII) ditunjukkan hasil pengukuran daya sebar krim pada 48 jam setelah pembuatan krim, dimana 48 jam setelah pembuatan sistem dalam krim sudah mengalami relaksasi yaitu sudah tidak ada gaya atau energi pencampuran yang mempengaruhi sistem emulsi.

Tabel VII. Hasil pengukuran daya sebar krimsunscreen ekstrak apel merah

Formula Daya Sebar ± SD (cm) 1 5,3333 ± 0,1862

A 5,9 ± 0,1897

B 6,2833 ± 0,1722 AB 6,6333 ± 0,1211

Dari hasil pengukuran ini, dilakukan analisis dengan desain faktorial dan diperoleh nilai efek gliserol dan propilenglikol maupun interaksinya dalam menentukan besarnya nilai daya sebar krim. Berikut adalah nilai efek yang berpengaruh pada daya sebar krim (Tabel VIII) :

Tabel VIII. Efek gliserol, propilenglikol, dan efek interaksi dalam menentukan daya sebar krim

Faktor Nilai Efek % Contribution

Gliserol 0,51 22,00

Propilen 0,89 67,70

(73)

Dari hasil perhitungan efek, dapat dilihat bahwa faktor yang dominan dalam menetukan respon daya sebar adalah propilenglikol yaitu dengan % contribution sebesar 67,70 %. Propilenglikol menunjukkan efek positif (0,89) yang berarti bahwa peningkatan jumlah propilenglikol dalam fornula mengakibatkan kenaikan respon daya sebar. Sedangkan untuk gliserol juga menunjukkan efek positif (0,51) yaitu meningkatkan daya sebar dan interaksi menunjukkan efek negatif (-0,16), yaitu menyebabkan penurunan respon daya sebar.

Krim dengan level tinggi propilenglikol menunjukkan respon daya sebar yang lebih besar dari pada krim dengan level rendah propilenglikol, hal ini menunjukkan bahwa propilenglikol dapat menurunkan konsistensi krim, sehingga meningkatkan respon daya sebar.

(74)

Dari (gambar 15) diatas dapat dilihat bahwa dengan penambahan gliserol baik pada level tinggi maupun level rendah propilenglikol akan meningkatkan respon daya sebar.

Jadi dengan peningkatan jumlah gliserol dalam formula dapat meningkatkan respon daya sebar baik pada penggunaan propilenglikol level rendah maupun level tinggi.

Gambar 16. Grafik hubungan antara interaksi gliserol dan propilenglikol terhadap daya sebar pada gliserol level rendah dan tinggi

(75)

Tabel IX. Hasil perhitungan ANOVA untuk respon daya sebar krim

Dari tabel diatas (tabel IX) dapat diketahui bahwa untuk respon daya sebar memperlihatkan bahwa gliserol, propilenglikol, dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik atau signifikan, yang ditunjukkan dari nilaip-valuemodel yang nilainya <0,05 yaitu <0,0001. Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan yang diperoleh untuk daya sebar dapat digunakan untuk memprediksikan respon daya sebar.

2. Pengujian Viskositas

Viskositas merupakan faktor yang penting dalam menentukan sifat fisik sediaan krim, viskositas yang tinggi atau yang terlalu rendah dapat menggurangi penerimaan dari krim terutama kemudahan pengaplikasiannya pada kulit. Oleh karena itu viskositas krim harus memenuhi nilai optimum untuk viskositas semisolid yaitu 170-210. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alatViscotester seri VT 04 (RION-JAPAN). Pada (tabel X) dapat diketahui hasil pengukuran viskositas krim 48 jam setelah pembuatan krim.

Source Sum of

Squares Df

F Value

p-value

Prob>F Significancy

Model 6,47 3 75,03 <0,0001 Significant

A-gliserol 1,55 1 53,93 <0,0001 B-propilenglikol 4,77 1 165,93 <0,0001

AB 0,15 1 5,23 0,0332

Pure error 0,57 20

(76)

Tabel X. Hasil pengukuran viskositas krimsunscreen ekstrak apel merah

Formula Viskositas ± SD

(d.Pas)

1 190 ± 10,9545

A 210 ± 10,9545

B 166,6667 ± 10,3280

AB 175 ± 8,3666

Setelah dilakukan analisis dengan desain faktorial berdasar hasil pengukuran viskositas, maka dapat diketahui efek dari gliserol, propilenglikol atau interaksinya yang dominan menentukan respon viskositas pada sediaan krim sunscreenekstrak apel merah, dan dapat dilihat pada tabel (XI) :

Tabel XI. Efek gliserol, propilenglikol, dan efek interaksi dalam menentukan viskositas krim

Faktor Nilai Efek % Contribution

Gliserol 14, 17 14,01

Propilen | -29,17 | 59,38

Interaksi | -5,83 | 2,38

(77)

meningkatkan respon viskositas hal ini dikarenakan gliserol bersifat lebih higroskopik sehingga gliserol lebih dapat mempertahankan kandungan air dalam sistem krim dan dapat mempertahankan konsistensi krim.

Gambar 17. Grafik hubungan antara interaksi gliserol dan propilenglikol terhadap viskositas pada propilenglikol level rendah dan tinggi

Gambar 18. Grafik hubungan antara interaksi gliserol dan propilenglikol terhadap viskositas pada gliserol level rendah dan tinggi

(78)

diketahui dari grafik dapat menurunkan nilai respon viskositas baik pada level tinggi maupun level rendah gliserol.

Tabel XII. Hasil perhitungan ANOVA untuk respon viskositas krim

Source Sum of

Squares

Df F

Value

p-value Prob>F

Significancy

Model 6512,50 3 20,84 <0,0001 significant

A-gliserol 1204,17 1 11,56 0,0028 B-propilenglikol 5104,17 1 49,00 <0,0001

AB 204,17 1 1,96 0,1768

Pure error 2083,33 20

Cor total 8595,83 23

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk respon viskositas memperlihatkan bahwa gliserol, propilenglikol, dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik atau signifikan, yang ditunjukkan dari nilai p-value model yang nilainya <0,05 yaitu <0,0001. Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan yang diperoleh untuk viskositas dapat digunakan untuk memprediksikan respon viskositas.

3. Uji stabilitas

a. Pergeseran viskositas krim

(79)

dengan 10% dapat menghasilkan sediaan krim yang stabil selama penyimpanan. Berikut adalah hasil pengukuran pergeseran viskositas krim pada 21 hari setelah pembuatan krim :

Tabel XIII. Hasil pengukuran pergeseran viskositas krimsunscreen ekstrak apel merah

Formula Pergeseran

Viskositas ± SD (%) 1 14,4685 ± 0,1862 A 5,9470 ± 0,1897 B 16,4009 ± 0,1722 AB 8,1051 ± 0,1211

Setelah dilakukan analisis desain faktorial, dapat diketahui faktor yang paling menentukan besarnya respon pergeseran viskositas.

Tabel XIV. Efek gliserol, propilenglikol, dan efek interaksi dalam menentukan pergeseran viskositas krim

Faktor Nilai Efek % Contribution

Gliserol | -8,41| 76,04

Propilen 2,05 4,50

Interaksi 0,4 0,014

(80)

yaitu 76,04, hal ini terkait dengan kemampuan gliserol dalam mempertahankan kandungan air dalam krim.

Gambar 19. Grafik hubungan antara interaksi gliserol dan propilenglikol terhadap pergeseran viskositas pada propilenglikol level rendah dan tinggi

(81)

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa dengan peningkatan jumlah gliserol menyebabkan menurunkan respon pergeseran viskositas baik pada level tinggi dan level rendah propilenglikol. Dan dengan peningkatan jumlah propilenglikol akan cenderung meningkatkan respon pergeseran viskositas baik pada level tinggi maupun level rendal gliserol.

Tabel XV. Hasil perhitungan ANOVA untuk respon pergeseran viskositas krim

Source Sum of

Squares

Model 449,41 3 27,61 <0,0001 Significant

A-gliserol 424,23 1 78,19 <0,0001 B-propilenglikol 25,10 1 4,63 0,0439

AB 0,076 1 0,014 0,9067

Pure error 106,51 20

Cor total 557,92 23

Dari tabel diatas (tabel XV) dapat diketahui bahwa untuk respon pergeseran viskositas memperlihatkan bahwa gliserol, propilenglikol, dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik atau signifikan, yang ditunjukkan dari nilai p-value model yang nilainya <0,05 yaitu <0,0001. Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan yang diperoleh untuk pergeseran viskositas dapat digunakan untuk memprediksikan respon pergeseran viskositas.

b. Pengujian mikromiretik

(82)

adanya peningkatan jumlah droplet berukuran besar dibandingkan droplet berukuran kecil menunjukkan adanya koalesen. Ukuran droplet yang kecil lebih stabil karena hal ini menunjukkan konsentrsi fase dispers yang besar dengan kata lain juga menunjukkan peningkatan viskositas. Pengukuran droplet dilakukan sebanyak 500 droplet (Martinet al, 1993), hasil pengukuran dikonversi ke ukuran sebenarnya berdasarkan kalibrasi lensa okuler dan lensa obyektif pada saat pengamatan.

Dari hasil pengukuran kemudian dilakukan analisis statistik SPSS 16.0 dengan uji percentile 90, uji ini dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya dari 90 % ukuran droplet pada formula yang diuji. Dengan kata lain uji percentile 90 lebih valid dibandingkan dengan melakukan analisis terhadap modus yang menunjukkan ukuran droplet yang sering muncul, pada pengukuran dua formula yang berbeda dapat menunjukkan nilai modus yang sama tetapi belum tentu frekuensi diameter dropet antara kedua formula tersebut sama.

Tabel XVI. Hasil pengukuranpercentiles90

Formula (I) Formula (A) Formula (B) Formula (AB)

48 jam 21 hari 48 jam 21 hari 48 jam 21 hari 48 jam 21 hari

Percentiles

90

14,8 16,0 11,0 12,0 12,0 13,0 9,0 10,0

(83)

Tabel XVII. Pergeseran Diameter Rata-Rata

Formula Diameter rata-rata droplet pada penyimpanan

Pergeseran diameter

rata-rata Droplet

48 jam 21 hari

Formula (1) 64,29 µm 80,51 µm 25,23 % Formula (A) 42,60 µm 50,33 µm 18,15 % Formula (B) 45,86 µm 63,11 µm 37,61 % Formula (AB) 38,02 µm 48,26 µm 26,93 %

Pada tabel XVII dapat diketahui bahwa formula (A) menunjukkan nilai presentase pergeseran diameter rata-rata yang paling kecil dibandingkan dengan formula yang lain, hal ini berarti formula (A) lebih stabil daripada formula yang lain. Formula (A) dapat menjaga konsistensi diameter droplet selama penyimpanan, karena terkait dengan level tinggi gliserol yang mengakibatkan respon viskositas yang besar, sehingga memperkecil kemungkinan tumbukan antar droplet untuk membentuk droplet yang lebih besar dan memicu terjadinya koalesen.

Pergeseran ukuran droplet

Gambar

Gambar 1. Apel merah (Pyrus malus L.)
Gambar 4. Anatomi epidermis (Anonim, 2008b)
Gambar 6. Struktur asam stearat (Anonim, 2011b)
Gambar 7. Struktur trietanolamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tersebut, semua responden yang menyatakan bahwa pengembangan karir pegawai harus didasarkan pada kompetensi, yaitu sebanyak 158 orang (100%) berpendapat bahwa perlu

Dilihat dari tingkat kepuasan yang telah diketahui setelah evaluasi terhadap situs kampus STMIK Atma Luhur Pangkalpinang dilakukan, ketiga dimensi masing-masing yaitu

Berdasarkan faktor penting dalam sistem tebang muat angkut, penebangan yang sesuai di kedua pabrik gula adalah dengan tenaga manusia, proses pemuatan dengan mekanis dan

Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan yang signifikan antara

59 /PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan sistem akuntansi dan

Sedang menurut Piaget (Depdiknas, 2000:6) bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah anakan tanaman padi umur 15, 30 dan 45 dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan yang dicobakan tetapi perlakuan

Tari Napa merupakan tari dengan komposisi kelompok kecil yaitu tari berpasangan.Pola gerak pada tari Napa saling berbeda, yang membuat gerak penari saling