PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INDONESIA KELAS V SD
KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
HENDRIKUS YULI JEPRIYANTO NIM : 081134026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... . iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
ABSTRAK ... vi
2.1.3 Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 8
2.1.4 Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif ... ... 11
2.1.5 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12
2.1.6 Keterampilan Membaca ... 13
2.1.7 Menyimpulkan Cerita Anak dengan Beberapa Kalimat ... 15
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 15
2.3 Kerangka Berpikir ... . 17
2.4 Hipotesis ... . 18
2.5 Pertanyaan Penelitian ... . 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kebutuhan ... 28
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa ... 28
4.1.2 Data Analisis Kebutuhan Guru ... 29
4.2 Deskripsi Produk Awal ... 30
4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 32
4.3.1 Deskripsi Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa ... 32
4.3.1.1 Revisi Produk dari Pakar Pembelajaran Bahasa ... 33
4.3.2 Deskripsi Data Validasi Pakar Media Pembelajaran ... 35
4.3.3 Deskripsi Data Validasi Guru Bahasa Indonesia ... 35
4.3.3.1 Revisi Produk dari Guru Bahasa Indonesia ... 36
4.4 Data Validasi Lapangan ... 36
4.5 Kajian Produk Akhir ... 37
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 40
5.3 Saran ... 40
DAFTAR REFERENSI ... 42
LAMPIRAN ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1: Bagan Literature Map ... 45
2. Lampiran 2: Kuesioner Pakar Pembelajaran Bahasa ... 46
3. Lampiran 3: Kuesioner Pakar Media Pembelajaran ... 47
4. Lampiran 4: Kuesioner untuk Guru ... 48
5. Lampiran 5: Tabel Jawaban Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 49
6. Lampiran 6: Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Pembelajaran Siswa ... 51
7. Lampiran 7: Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Pembelajaran Guru ... 58
8. Lampiran 8: Silabus PPR ... 63
9. Lampiran 9: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PPR ... 67
10.Lampiran 10: Storyboard ... 75
11.Lampiran 11: Powerpoint ... 83
12.Lampiran 12: Modul Pembelajaran ... 92
13.Lampiran 13: Penilaian Pakar Bahasa ... 102
14.Lampiran 14: Penilaian Pakar Media ... 105
15.Lampiran 15: Penilaian Guru ... 108
16.Lampiran 16: Penilaian Media dan Modul dari Siswa ... 111
17.Lampiran 17: Tabel Hitungan Uji Lapangan ... 117
18.Lampiran 18: Rekapitulasi Hasil Akhir Penilaian Produk ... 118
19.Lampiran 19: Foto Uji Lapangan ... 120
20.Lampiran 20: Surat Penelitian dari Sekolah ... 121
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan (1) latar belakang masalah yang akan
diteliti, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian,
(5) spesifikasi produk, dan (6) definisi operasional.
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Hal ini terbukti dengan diberikannya mata pelajaran
Bahasa Indonesia sejak Sekolah Dasar. Mata pelajaran ini penting karena
merupakan alat untuk mempelajari pelajaran lainnya. Oleh karena itu,
pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diajarkan kepada siswa di SD. Hal ini terbukti dengan diberikannya mata
pelajaran Bahasa Indonesia sejak SD hingga lulus dari SMA. Pelajaran
bahasa Indonesia meliputi empat aspek keterampilan yang meliputi:
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca merupakan hal
yang penting bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan
membaca, siswa akan memperoleh suatu informasi dan
pengalaman-pengalaman baru. Semua hal dapat diperoleh dari membaca, sebab
membaca dapat mempertinggi daya pikir, mempertajam pandangan, dan
memperluas wawasan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SDK Sorowajan kelas
VB, siswa SDK Sorowajan kelas VB masih kesulitan dalam
menyimpulkan cerita anak dengan beberapa kalimat. Hal ini terbukti benar
berdasarkan pengamatan secara langsung saat pelajaran Bahasa Indonesia.
Saat itu siswa-siswi diberikan sebuah cerita pendek dari buku paket
mereka. Kemudian guru membuat kesimpulan ide pokok dari cerita
tersebut dan kemudian siswa-siswi diminta untuk menjabarkannya dalam
dengan beberapa kalimat tersebut, tampak jelas bahwa masih banyak siswa
yang belum menguasai materi tersebut, hanya sebagian kecil siswa saja
yang mampu melakukan itu. Dalam pembelajaran ini guru hanya
menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan alat bantu yang lain
seperti media agar pembelajaran lebih menarik dan peserta didik
cenderung tidak bosan dengan metode ceramah yang selalu peserta didik
alami.
Media dapat membantu guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar secara menarik dan mudah dimengerti oleh siswa terutama pada
pembelajaran membaca guna mengatasi kejenuhan peserta didik dalam
membaca. Media dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pembelajaran
anak didik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Media sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Media perlu diperhatikan
karena dapat digunakan sebagai alat untuk perantara atau penghantar
pesan. Dengan menggunakan media, anak dapat secara aktif menerima
materi yang disampaikan oleh guru dan anak dapat menangkap materi
dengan mengunakan media tersebut.
Dari uraian tentang peneliti menyimpulkan bahwa media sangat
berguna bagi peserta didik terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia
khususnya materi menyimpulkan cerita anak dengan beberapa kalimat.
Karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru perlu
merencanakan dan mempersiapkan alternatif atau solusinya.
Alasan peneliti memilih SDK Sorowajan karena SD tersebut sudah
sesuai dengan penelitian si peneliti. Selain itu, SD Kanisius Sorowajan
juga sudah mempunyai fasilitas komputer yang mendukung tetapi belum
termanfaatkan dengan baik. Alasan lain peneliti memilih SD tersebut
karena peneliti sudah melakukan penelitian saat PPL. Selain itu, di SD
Kanisius Sorowajan juga memakai RPP PPR yang menekankan pada
kepedulian sosial. Jadi, dengan begitu peneliti akan lebih mendapatkan
kemudahan dalam melakukan penelitian.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan tersebut,
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk
keterampilan membaca bahasa Indonesia pada kompetensi dasar
menyimpulkan cerita anak dengan beberapa kalimat kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap?
1.2.2 Bagaimana kualitas pengembangan multimedia interaktif untuk
keterampilan membaca Bahasa Indonesia pada kompetensi dasar
menyimpulkan cerita anak dengan beberapa kalimat kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan
penelitiannya adalah:
1.3.1 Memaparkan prosedur pengembangan multimedia interaktif berupa
CD dan modul pelajaran bahasa Indonesia aspek membaca pada
kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak dengan beberapa
kalimat kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap.
1.3.2 Memaparkan kualitas pengembangan multimedia interaktif berupa
CD dan modul pelajaran bahasa Indonesia aspek membaca pada
kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak dengan beberapa
kalimat kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap.
1.4Manfaat Penelitian
Berikut ini yang merupakan manfaat yang diharapkan setelah
menyelesaikan penelitian ini adalah:
1.4.1 Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman yang baru untuk
menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran bahasa
1.4.2 Bagi siswa, siswa dapat lebih mudah menangkap materi pelajaran
yang diberikan oleh guru.
1.4.3 Bagi guru, media yang dihasilkan dapat berguna bagi pengembangan
profesionalitas guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar
mengajar yang sedang berlangsung.
1.4.4 Bagi sekolah, dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk
menggunakan media dan modul pembelajaran sebagai alternatif
bahan pembelajaran membaca sehingga pembelajaran akan lebih
menarik dan siswa dapat dengan mudah menerima materi yang telah
disampaikan.
1.5Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1.5.1 Komponen pada CD Interaktif terdiri dari komponen: menu utama
meliputi (1) petunjuk, (2) kegiatan pembelajaran, (3) referensi, (4)
penyusun, dan (5) keluar, petunjuk penggunaan berisi tentang cara
penggunaan CD Interaktif, kegiatan pembelajaran terdiri dari
pertemuan I dan pertemuan II. Setiap pertemuan memuat komponen
yaitu indikator, permainan, materi, evaluasi dan lagu.
1.5.2 Komponen pada modul pembelajaran terdiri dari komponen:
pendahuluan meliputi standar kompentensi, kompetensi dasar, dan
indikator, materi pembelajaran disusun sesuai kompetensi dasar
mengidentifikasi unsur- unsur cerita (penokohan, tema, latar,
amanat). Materi ini disampaikan dengan menggunakan CD
1.6Definisi Operasional
Peneliti memberi batasan-batasan istilah yang dipandang penting dan
mendukung pemahaman dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.6.1 Siswa Sekolah Dasar adalah siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta semester genap.
1.6.2 Media adalah alat bantu yang digunakan untuk mempermudah dalam
menyampaikan pesan atau informasi dari sumber ke penerimanya.
1.6.3 Multimedia interaktif adalah multimedia yang berupa CD
pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada
siswa sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa
melalui pengalaman langsung dengan melibatkan siswa secara aktif.
1.6.4 Keterampilan membaca adalah kemampuan dalam membaca yang
harus dimiliki setiap orang saat memilih bacaan dengan tujuan waktu
yang digunakan dalam membaca lebif efektif dan efisien dan pesan
yang ingin diambil tercapai.
1.6.5 Modul pembelajaran adalah seperangkat pembelajaran atau bahan
ajar cetak yang terdiri dari indikator, materi, evaluasi, refleksi dan
aksi.
1.6.6 Paradigma pedagogi reflektif (PPR) adalah metode pembelajaran
yang di dalamnya terdapat konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dibahas (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, (3)
kerangka berpikir, (4) hipotesis dan (5) pertanyaan penelitian. Hal-hal tersebut
akan diuraikan sebagai berikut:
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Multimedia Interaktif
Menurut Sadiman (2009:83), multimedia adalah berbagai macam atau
jenis media yang lazim digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti
media grafis, audio, media jadi, media rancangan, dan sebagainya.
Int erakt if d id e fin is ika n komunikasi dua arah antara media dan
pengguna dalam bentuk stimulus.
Menurut Sutjipto (2011:78), multimedia merupakan kombinasi dari
berbagai media yaitu, menggunakan audio, video, grafis, dan sebagainya.
Kelebihan dari multimedia ini adalah memberikan kemudahan kepada siswa
untuk belajar secara individual maupun secara kelompok. Selain
memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi, media
komputer juga memberikan rangsangan yang cukup besar dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Multimedia bertujuan untuk
menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah
dimengerti, dan jelas. Multimedia berbasis komputer ini sangat menjanjikan
penggunaannya dalam bidang pendidikan (Arsyad, 2011: 169-171).
Menurut Munadi (2010:152), multimedia interaktif mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan multimedia interaktif adalah
sebagai berikut:
1) interaktif, saat siswa mengaplikasikan program, ia diajak untuk
terlibat secara audit, visual, dan kinetik, sehingga dengan
pelibatan ini dimungkinkan informasi atau pesannya mudah
2) memberikan iklim yang bersifat afektif secara individual, baik
bagi yang cepat maupun lambat dalam menerima pembelajaran.
3) meningkatkan motivasi belajar.
4) memberikan umpan balik (respon ).
Adapun kelemahan multimedia interaktif adalah sebagai berikut:
1) pengembangannya memerlukan adanya tim yang profesional
2) pengembangannya memerlukan waktu yang cukup lama.
Dari pengertian multimedia interaktif menurut para ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif adalah suatu alat atau cara
yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan atau
dijalankan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya.
2.1.2 Multimedia
Daryanto (2010:51) mengatakan multimedia dibagi menjadi dua
kategori, yaitu “multimedia linier dan multimedia interaktif”. Multimedia linear adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat
pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini
berjalan sekuensial (berurutan), contohnya TV dan film. Multimedia
interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol
yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih
apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia
interaktif adalah pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain.
Anitah (2010:56) mengatakan bahwa multimedia diartikan sebagai
“penggunaan berbagai jenis media secara berurutan maupun simultan
untuk menyajikan suatu informasi”. Arsyad (2010:170) mengatakan bahwa secara sederhana multimedia diartikan sebagai lebih dari satu
media.
Karakteristik multimedia pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya
b. bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk
mengakomodasi respon pengguna.
c. bersifat mandiri, dalam pengertian memberikan kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa
menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Sadiman (2009:83) mendefinisikan multimedia sebagai “berbagai macam atau jenis-jenis media yang lazim digunakan dalam kegiatan
pembelajaran seperti media grafis, audio, media jadi, media rancangan dan
sebagainya, sedangkan interaktif adalah adanya komunikasi dua arah antara
media dengan pengguna dalam bentuk stimulus”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah
berbagai cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa
sehingga dapat memotivasi terciptanya proses belajar pada diri siswa. Jadi,
multimedia interaktif adalah suatu alat atau cara yang dilengkapi dengan
alat pengontrol yang dapat dioperasikan atau dijalankan oleh pengguna,
sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses
selanjutnya.
2.1.3 Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Pengertian Modul
Prastowo (2011:104) mendefinisikan modul sebagai salah satu
bentuk bahan ajar cetak. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar
(dalam Prastowo, 2011:104) mendefinisikan modul sebagai sebuah
buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Surahman (dalam
Prastowo, 2011:105) mendefinisikan modul adalah satuan program
pembelajaran terkecil yang dapat dipelsjari oleh peserta didik secara
perorangan (self instructional); setelah peserta menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat melangkah maju dan
Badan Pengembangan Pendidikan Depdikbud (dalam Prastowo,
2011:105) mendefinisikan modul sebagai satu unit program kegiatan
belajar mengajar terkecil yang secara terperinci mengariskan hal-hal
sebagai berikut:
1. tujuan-tujuan instruksional umum yang akan ditunjung
pencapaiannya.
2. topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
3. tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan dicapai oleh
siswa.
4. pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan
5. kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program
yang lebih luas.
6. peranan guru di dalam proses belajar mengajar.
7. alat-alat dan sumber yang akan dicapai.
8. kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati
murid secara berurutan.
9. lembaran-lembaran kerja yang harus diisi murid dan
10.program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya
proses belajar ini.
b. Manfaat Modul
Modul memiliki berbagai manfaat baik ditinjau dari kepentingan
peserta didik maupun dari kepentingan guru. Bagi peserta didik, modul
memiliki beberapa manfaat antara lain:
1) peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara
mandiri.
2) belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar
kelas dan di luar jam pelajaran.
3) berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai
4) berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan
kemampuan dan minatnya.
5) mampu membelajarkan diri sendiri.
6) mengembangkan peserta didik dalam berinteraksi langsung
dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Bagi guru, penyusunan modul bermanfaat karena:
1) mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks.
2) memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan
berbagai referensi.
3) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam
menulis bahan ajar.
4) membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan
peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara
tatap muka.
5) menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan
diterbitkan.
Andriani (dalam Prastowo, 2011:108-109) menjabarkan beberapa
kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain sebagai
penyedia informasi dasar karena dalam modul disajikan berbagai materi
pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut; sebagai bahan
instruksi atau petunjuk bagi peserta didik; serta sebagai bahan
pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Di samping itu
kegunaan lainnya adalah sebagai petunjuk mengajar yang efektif bagi
pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam
melakukan penilaian sendiri (self assessment).
c. Tujuan Pembuatan Modul
Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul menurut
a. peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan pendidik (yang minimal).
b. peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam
kegiatan pembelajaran.
c. melatih kejujuran peserta didik.
d. mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta
didik.
e. peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan
materi yang telah dipelajari.
d. Penilaian Modul
Menurut Prastowo (2011:120), ada lima hal penting yang
hendaknya kita jadikan acuan dalam proses penulisan modul,
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.
a. perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
b. penentuan alat evaluasi atau penilaian.
c. penyusunan materi.
d. urutan pengajaran.
e. struktur bahan ajar (modul).
2.1.4 Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif
Menurut Subagya, dkk (2008:39), paradigma pedagogik reflektif
(PPR) merupakan pola [pikir] (paradigma = pola [pikir]) dalam menumbuh
kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan
(pedagogi reflektif = pendidikan kristiani/ kemanusiaan). Pola [pikir] nya:
dalam membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai
kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar
merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan
pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai
tersebut. Subagya, dkk (2008:41) mengatakan ada tiga unsur utama dalam
PPR yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Unsur yang belum disebutkan
2.1.5 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut Subagya, dkk (2008:41), tiga unsur PPR adalah
pengalaman, refleksi, dan aksi. Unsur yang belum disebutkan adalah
konteks dan evaluasi. Gambaran pembinaan siswa melalui PPR
untuk membentuk budaya alternatif secara singkat adalah sebagai
berikut:
1. Konteks
Konteks pada pembelajaran yang berpola PPR adalah wacana
tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan sehingga guru dan
siswa menyadari landasan pengembangan bukanlah aturan,
perintah, atau sanksi, melainkan nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai-nilai tersebut dapat berupa tanggung jawab, kerja keras,
kerjasama, persaudaraan, dan lain sebagainya.
2. Pengalaman
Pengalaman yang diberikan berupa pengalaman bekerja sama
dalam kelompok kecil yang dibuat sedemikian rupa sehingga
terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah, kepedulian,
dan keakraban baik antara siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa.
3. Refleksi
Refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Siswa
diajak untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran dengan
memberikan beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut bertujuan
agar siswa mampu meresapi, memahami, mendalami, dan
meyakini pengalaman belajarnya.
4. Aksi
Siswa setelah melakukan kegiatan belajar diharapkan dapat
merumuskan niat-niat yang berhubungan dengan pengalaman
5. Evaluasi
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui perkembangan pribadi siswa baik dalam hal
kemampuan akademiknya maupun kecakapan dalam perubahan
tingkah laku menjadi lebih baik lagi. Tata cara pelaksanaan
paradigma pedagogi reflektif dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
Gambar 1.1
Pelaksanaan Paradigma Pedagogik Reflektif
2.1.6 Keterampilan Membaca
a. Definisi Membaca
Ada beberapa definisi membaca menurut para ahli, di
antaranya adalah pengertian membaca menurut Soedarso
(2005:14), membaca adalah keterampilan memilih isi bacaan
yang harus dibaca yang sesuai dan relevan dengan tujuan, tanpa
membuang waktu untuk menekuni bagian-bagian yang lain yang
tidak diperlukan. Menurut Tarigan (2008:7), membaca adalah
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/ bahasa tulis.
b. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
c. Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar
bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang
rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian
keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain,
keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:
1. pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca,
2. korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur
linguistik yang formal,
3. hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau
meaning.
Beberapa teknik yang digunakan dalam membaca adalah sebagai
berikut:
1. membaca sekilas (Skimming)
Membaca sekilas adalah suatu tipe membaca, dengan cara
meliputi atau menjelajah bahan bacaan secara cepat agar dapat
memetik ide-ide pokok dengan cepat dan dengan cara
mengumpulkan kata-kata, frase-frase, dan kalimat-kalimat inti.
2. membaca sepintas (Scanning)
Membaca sepintas adalah suatu teknik pembacaan sekilas
tetapi teliti dengan maksud untuk menemukan informasi
3. membaca teliti (close reading)
Membaca teliti atau membaca cermat adalah cara dan upaya
untuk memperoleh pemahaman sepenuhnya atas suatu bahan
bacaaan.
2.1.7 Menyimpulkan Cerita Anak dengan Beberapa Kalimat
Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
mengenai menyimpulkan cerita anak dengan beberapa kalimat
yang disampaikan secara lisan pada keterampilan membaca.
Menyimpulkan cerita itu sendiri mempunyai arti bahwa
membuat suatu kesimpulan dari suatu cerita dengan
menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan apa yang sudah
dibaca. Berarti, menyimpulkan cerita dengan bebrapa kalimat
mempunyai arti bahwa menyimpulkan cerita yang sudah dibaca
dengan menggunakan kata-kata sendiri dan dibuat dalam sebuah
kalimat-kalimat pendek. Bercerita adalah menuturkan sesuatu
yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian yang
disampaikan secara lisan dengan tujuan memberikan informasi,
pengalaman, atau pengetahuan kepada orang lain. Metode
bercerita merupakan salah satu pembelajaran pemberian
pengalaman belajar anak usia dini dengan membawakannya
secara lisan.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini akan dijabarkan beberapa penelitian sebelumnya atau
penelitian yang relevan untuk penelitian ini penelitian tentang
multimedia dan penelitian tentang membaca:
Sulistianingsih (2007) tujuan penelitian ini adalah pengembangan
produk menggunakan model pengembangan berdasarkan satu atau lebih
indikator dalam satu kompetensi dasar. Langkah pengembangan silabus
meliputi: (1) mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2)
kegiatan pembelajaran, (4) merumuskan indikator pembelajaran, (5)
menentukan jenis penilaian, (6) menyertakan aspek materi yang harus
dipelajari siswa, dan (7) menyertakan beberapa kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa beraktivitas.
Zakaria (2007) penelitian ini bertujuan mengembangkan media
untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan juga sebagai media yang
dapat menarik perhatian siswa kelas VII semester I Sekolah Menengah
Pertama Negeri 20 Malang dalam kegiatan belajar sehingga siswa dapat
termotivasi. Pengembangan produk diawali dengan analisis kebutuhan.
Hestiningsih (2003) penelitian ini bertujuan menghasilkan produk
berupa model silabus dan materi bahasa Indonesia dengan media gambar
untuk siswa kelas I Sekolah Dasar Kanisius Kotabaru. Pengembangan
produk diawali dengan analisis kebutuhan. Pengembangan silabus dan
materi pembelajaran bahasa Indonesia dengan media gambar dilakukan
dengan menggunakan model Dick dan Carey dan model Prosedur
Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI)
Retno (2008) penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
tahap-tahap dalam pengembangan multimedia pembelajaran yang efektif untuk
pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara. Pengembangan
multimedia dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: analisis
kebutuhan, desain, produksi evaluasi, dan revisi.
Sukasih (2009) meneliti tentang pengembangan model Directed Reading Thinking Activity (DRTA) untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa Sekolah Dasar. Hasil dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa kualitas model DRTA untuk membaca siswa SD
termasuk dalam kategori baik, dengan rata-rata skor 4,20 dari rentang
nilai 1-5. Aspek pembeajaran menunjukan rata-rata 4,27. Aspek tampilan
4, 46. Hasil pos test yang dilakukan pada uji coba lapangan menunjukkan
bahwa penggunaan model pembelajaran ini mempunyai dampak yang
setelah menggunakan model pengembangan ini adalah 83,87% termasuk
dalam ketuntasan belajar sangat baik.
Septantris (2011) meneliti pengembangan komik cerita rakyat putri
kilaswara untuk pembelajaran membaca cepat kelas 5 SDN Sentul 1 kota
Blitar. Hasil pengembangan media ini memenuhi kriteria valid dengan
hasil uji ahli media mencapai tingkat kevalidan 85%, ahli desain
mencapai tingkat kevalidan 87,5%, dan ahli materi mencapai tingkat
kevalidan sebesar 97,5%, dan uji responden (siswa) perseorangan
mencapai tingkat kevalidan sebesar 87,5%.
Kusmiyanti (2007) meneliti tentang pengembangan cerita rakyat
menjadi komik sebagai media pembelajaran membaca pemahaman siswa
kelas IV SD Kanisius Kota Baru, Yogyakarta. Hasil dari penelitian
tersebut didapatkan bahwa komik cerita Roro Jonggrang sudah layak
menjadi media pembelajaran membaca pemahaman dengan hasil
mencapai 65% termasuk kategori baik. Bagan penelitian-penelitian
sebelumnya terdapat pada halaman 44.
2.3 Kerangka Berpikir
Perkembangan jaman yang semakin hari semakin maju dan
berkembang pesat memaksa pendidikan untuk dapat mengikutinya.
Proses kegiatan belajar dituntut untuk dapat mengikuti agar tidak
ketinggalan jaman. Perkembangan teknologi ternyata sangat diminati
para siswa dari mulai anak TK hingga perguruan tinggi. Mereka sangat
tertarik dan antusias terhadap kegiatan yang berbau teknologi.
Maka, hal tersebut juga menuntut para pendidik untuk menggunakan
dan menciptakan produk pembelajaran yang dapat diminati oleh peserta
didik dengan menggabungkan teknologi ke dalamnya, mengingat juga
kegiatan pembelajaran saat ini yang masih terpusat pada guru sehingga
membuat peserta didik merasa jenuh dan tidak memperhatikan saat guru
menjelaskan. Hal itu membuat peserta didik kurang bisa menerima
Berdasarkan alasan tersebut, perlu adanya pengembangan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Peneliti berasumsi
bahwa keberadaan media pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
keterampilan membaca yang berupa multimedia interaktif masih sangat
minim. Oleh karena itu, perlu dikembangkan multimedia interaktif untuk
keterampilan membaca bahasa Indonesia kelas V SD.
2.4 Hipotesis
Berikut adalah hipotesis dalam penelitian pengembangan produk ini.
2.4.1 Multimedia interaktif untuk keterampilan membaca bahasa Indonesia
kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dikembangkan dengan
prosedur penelitian pengembangan yaitu, tahap pertama analisis standar
kompetensi dan materi pembelajaran, tahap kedua mengembangkan
program pembelajaran yaitu media pembelajaran interaktif dan modul
pembelajaran, tahap ketiga memproduksi atau membuat dan membuat
modul pembelajaran bahasa aspek membaca, tahap keempat validasi dan
revisi produk.
2.4.2 Pengembangan mulitmedia interaktif keterampilan membaca bahasa
Indonesia kelas VB SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap
memiliki kualitas sangat baik berdasarkan validasi dari pakar media,
pakar pembelajaran, dan guru bahasa Indonesia, serta uji lapangan
2.5 Pertanyaan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan antara lain:
2.5.1 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan membaca
bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak
dengan beberapa kalimat menurut pakar media?
2.5.2 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan membaca
bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak
dengan beberapa kalimat menurut pakar pembelajaran?
2.5.3 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan membaca
bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak
dengan beberapa kalimat menurut guru bahasa Indonesia SD Kanisius
Sorowajan Yogyakarta?
2.5.4 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan membaca
bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak
dengan beberapa kalimat menurut siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas 1) jenis penelitian, 2) setting penelitian, 3)
prosedur pengembangan, 4) uji coba produk, 5) instrumen penelitian 6) teknik
pengumpulan data dan 7) teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian pengembangan
(R&D). Sugiyono (2011:297) mengatakan “metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut”. Untuk itu, guru dan peneliti bermaksud berniat menggunakan pengembangan multimedia
interaktif untuk keterampilan membaca bahasa Indonesia kelas VB SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Produk yang dihasilkan berupa multimedia
interaktif dan modul siswa. Dalam pengembangan ini, langkah-langkah
pengembangan hanya dibatasi dengan uji coba prototype produk.
3.2 Seting Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 56 siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta sebagai subjek analisis kebutuhan, dan 22 siswa kelas VB SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebagai subjek uji coba penelitian.
3.2.2 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melaksanakan di SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta yang beralamat di Jalan Sorowajan No 11 Banguntapan 55198,
Bantul. Yogyakarta sebagai tempat penelitian.
3.2.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama empat bulan, terhitung mulai dari bulan Januari
2012 sampai April 2012. Penelitian akan diawali dengan penyebaran angket
atau disebut juga analisis kebutuhan kepada 28 siswa kelas VB SD Kanisius
peneliti memberikan produk awal pada guru untuk dinilai. Pada bulan April
2012, produk yang telah direvisi akan diujicobakan kepada siswa kelas VB
SD Kanisius Sorowajan.
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan penelitian mengarah pada dua produk, yaitu
software multimedia dan modul media pembelajaran. Prosedur
pengembangan ini melalui empat tahap.
Langkah pertama dari penelitian pengembangan ini adalah peneliti
mengkaji standar kompetensi dan materi pembelajaran yang akan
dikembangkan. Peneliti mengambil materi pembelajaran bahasa Indonesia
kelas VB semester genap pada aspek membaca.
Langkah kedua adalah pengembangan program pembelajaran. Dimulai
dengan analisis kebutuhan kepada siswa kelas VB SD Kanisius Sorowajan.
Analisis kebutuhan ini bertujuan agar peneliti mengetahui karakteristik dan
kebutuhan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran bahasa Indonesia
semester genap aspek membaca. Langkah ini merupakan langkah penjajakan
yang dapat memberikan informasi pada peneliti untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan langkah selanjutnya.
Langkah ketiga adalah memproduksi multimedia interaktif dan modul
media pembelajaran membaca. Langkah ini dimulai dengan mendesain
produk dan pengumpulan bahan yang nantinya akan menjadi produk
pengembangan penelitian. Setelah itu, bahan yang telah dikumpulkan
diproses dan diprogram sesuai dengan desain yang telah direncanakan.
Langkah keempat, dilakukan validasi dan revisi produk. Produk
yang dikembangkan akan divalidasi oleh pakar pembelajaran bahasa, pakar
media, guru, dan pembelajar atau siswa. Setelah melewati tahap validasi
kemudian dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan komentar dari
pakar pembelajaran bahasa, pakar media dan guru bahasa Indonesia. Produk
yang sudah direvisi siap untuk diuji coba lapangan pada siswa kelas V SD
Kanisius Sorowajan. Hasil validasi dianalisis dan direvisi lagi oleh peneliti
komputer dan modul untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas V
semester genap.
3.4 Uji Coba Produk
Peneliti akan melakukan validasi produk kepada pembelajaran bahasa,
pakar media, dan guru bahasa Indonesia. Setelah divalidasi, produk diuji
cobakan kepada siswa kelas VB semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
Uji coba kepada siswa bertujuan untuk memperoleh tanggapan, masukan, dan
penilaian terhadap kelayakan produk yang telah dikembangkan peneliti.
Berikut akan dijabarkan desain uji coba dan subjek uji coba.
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting
dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk
selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah
produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk
juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan
tujuan.
3.4.1 Desain Uji Coba
Uji coba pengembangan produk dilakukan dengan dua tahap. Tahap
pertama penilaian produk oleh pakar pembelajaran bahasa, pakar media, dan
guru bahasa Indonesia SD Kanisius Sorowajan untuk mengetahui apakah
produk sudah layak untuk diujicobakan kepada para siswa. Setelah penilaian
oleh para pakar direvisi, tahap kedua dilakukan dengan uji coba lapangan
kepada siswa kelas VB SD Kanisius Sorowajan untuk mengetahui apakah
media sudah layak digunakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia aspek
membaca kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak dengan beberapa
kalimat.
3.4.2 Subjek Uji Coba
Subjek uji coba pada penelitian ini terdiri dari 22 siswa-siswi kelas VB
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Jenis Data Hasil Uji Coba
Data dalam penelitian pengembangan ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran dari penilaian
pakar pembelajaran, pakar media, guru dan siswa. Data kuantitatif
diperoleh dari persentase analisis kebutuhan siswa dan persentase
penilaian pakar pembelajaran, pakar media, guru dan siswa.
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dari penelitian ini berupa kuesioner.
Kuesioner merupakan alat untuk menilai dan mengukur tingkat
kelayakan produk yang dikembangkan. Penelitian pengembangan ini
menggunakan kuesioner untuk analisis kebutuhan dan kuesioner untuk
penilaian produk. Kuesioner analisis kebutuhan disusun untuk
mendapatkan informasi mengenai karakteristik sekaligus kebutuhan
siswa. Kuesioner untuk penilaian juga disusun berdasarkan
indikator-indikator yang akan dinilai oleh pakar pembelajaran, pakar media, guru
dan siswa. Indikator penilaian dalam kuesioner untuk pakar
pembelajaran, pakar media, guru dan siswa berbeda-beda. Hasil
penilaian ini selanjutnya akan digunakan sebagai bahan untuk
menyempurnakan multimedia dan modul pembelajaran yang akan
dikembangkan. Lembar kuesioner pakar pembelajaran bahasa, pakar
media dan guru dapat dilihat pada halaman 45-47.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti meliputi dua
tahap. Tahap pertama data produk pengembangan multimedia dan modul
pembelajaran diperoleh melalui penilaian pakar pembelajaran bahasa, pakar
media dan guru bahasa Indonesia SD Kanisius Sorowajan. Kemudian pada
tahap kedua, data uji coba di kelas VB SD Kanisius Sorowajan diperoleh
dengan cara membagikan kuesioner kepada siswa setelah proses
pembelajaran yang menggunakan multimedia dan modul pembelajaran selesai
menggunakan multimedia dan modul pembelajaran yang dikembangkan
peneliti.
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui instrumen penilaian pada saat uji coba dan
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif kualitatif. Data kualitatif
yang diperoleh melalui angket penilaian dianalisis dengan statistik deskriptif
kemudian dikonversikan ke data kualitatif dengan skala lima. Konversi yang
dilakukan terhadap data kualitatif mengacu pada rumus konversi, seperti pada
tabel berikut ini.
Berdasarkan rumus konversi di atas perhitungan data-data kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi
tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan
Rerata ideal (𝑋𝑖 ) : ½ (5+1) = 3
Simpangan baku ideal (SBi) : 1/6 (5-1) = 0,67
Ditanyakan:
Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat
kurang baik.
Jawaban:
Kategori sangat baik = X> 𝑋𝑖+ 1,80 SBi
= X> 3+ (1,80. 0,67)
= X> 3 + (1,21)
= X> 4,21
Kategori baik = 𝑋𝑖+ 0,60SBi < X≤ 𝑋𝑖+ 1,80SBi
= 3 + (0,60. 0,67) < X ≤ 3 + (1,80. 0,67) = 3 + (0,40) < X≤ 3 + (1,21)
= 3,40 < X≤ 4,21
Kategori cukup baik = 𝑋𝑖- 0,60SBi < X≤ 𝑋𝑖+ 0,60SBi
= 3 - (0,60. 0,67) < X ≤ 3 + (0,60. 0,67) = 3 – (0,40) < X≤ 3 + (0,40)
= 2,60 < X≤ 3,40
Kategori kurang baik = 𝑋𝑖- 1,80SBi < X≤ 𝑋𝑖- 0,60SBi
= 3 - (1,80. 0,67) < X ≤ 3 - (0,60. 0,67) = 3 - (1,21) < X≤ 3 - (0,40)
= 1,79 < X≤ 2,60
Kategori sangat kurang baik = 𝑋≤ 𝑋𝑖– 1,80SBi
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif
menjadi data kualitatif skala lima yaitu sebagai berikut.
Tabel Konversi Nilai Skala Lima
Interval Skor Kriteria
X > 4,21 Sangat Baik
3,40 < X ≤ 4,21 Baik
2,60 < X ≤ 3,40 Cukup
1,79 < X ≤ 2,60 Kurang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas 1) analisis kebutuhan, 2) deskripsi produk
awal, 3) data uji coba dan revisi produk, 4) data validasi lapangan dan 5) kajian
produk akhir.
4.1Analisis Kebutuhan
Pengembangan multimedia interaktif keterampilan bahasa Indonesia
dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilaksanakan di SD
Kanisius Sorowajan pada tanggal 22 November 2012 dengan melibatkan empat
guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan semua siswa kelas VA dan kelas VB
yang berjumlah 56 siswa. Analisis kebutuhan ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia untuk kelas V semester
genap pada aspek membaca.
Dari hasil analisis kebutuhan guru, didapatkan komentar bahwa musik dan
narasi dapat memberikan umpan balik dari anak terhadap materi yang
disampaikan. Unsur pembuatan media yang terpenting adalah mudah dipahami
siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut pendapat guru,
media pembelajaran yang memadukan LKS dan multimedia untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia kelas V SD semester genap harus memuat semua aspek itu.
Salah seorang guru menyebutkan bahwa aspek yang paling penting untuk
dikembangkan hanya ada tiga aspek, yaitu aspek mendengarkan atau/menyimak,
membaca, dan menulis saja. Berikut ini adalah penjabaran dari data keduanya.
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa
Analisis kebutuhan siswa dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan suatu
informasi yang berhubungan dengan kebutuhan siswa-siswi mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, jumlah responden
penelitian ini sebanyak 56 siswa dan analisis kebutuhan dilaksanakan pada
pembelajaran dengan materi pembelajaran dengan pembelajar, sehingga
multimedia yang dikembangkan bermanfaat dalam pembelajaran. Selain itu,
analisis kebutuhan dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran
bahasa Indonesia kelas V semester genap pada aspek membaca.
Dalam analisis kebutuhan ini, peneliti membuat delapan pertanyaan
dengan menyediakan jawaban sebagai pilihan jawaban dan siswa diminta untuk
memilih dan memberikan alasan pada tempat yang telah disediakan. Hasil analisis
kebutuhan nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan
media dan modul pembelajaran bagi siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan.
Berdasarkan data analisis, diperoleh informasi bahwa siswa kelas V SD Kanisius
Sorowajan menyukai pembelajaran dengan memanfaatkan komputer dalam
pelaksanaan pembelajaran. Selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah
saat kegiatan pembelajaran. Hal itu yang membuat siswa menjadi jenuh, bosan,
serta menjadi sulit menerima pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta
membutuhkan media pembelajaran berupa multimedia interaktif yang di
dalamnya menampilkan unsur gambar, suara, animasi, musik, dan tampilan
warna-warna yang sesuai dengan karakteristik siswa SD saat ini. Tabel jawaban
kuesioner analisis kebutuhan siswa dan lembar kuesioner analisis kebutuhan siswa
dapat dilihat pada lampiran halaman 48-56.
4.1.2 Data Analisis Kebutuhan dari Guru
Peneliti juga memberikan kuesioner kepada guru bahasa Indonesia SD
Kanisius Sorowajan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari para siswa
agar memperoleh data yang lebih akurat sesuai dengan kenyataan yang ada di
sekolah tersebut. Dalam hal ini, peneliti juga mengajukan sepuluh pertanyaan
dengan memberikan beberapa kepada guru serta meminta guru untuk memberikan
jawaban yang disertai dengan alasan.
Dari hasil analisis kebutuhan diperoleh suatu informasi bahwa,
pembelajaran yang memadukan modul dan multimedia interaktif yang memuat
komponen desain berupa gambar, teks, animasi, musik, dan suara. Meskipun
demikian, guru menganggap bahwa pembelajaran yang menggunakan multimedia
interaktif sangat diperlukan guna memotivasi dan memudahkan siswa dalam
menerima materi yang dipelajari.
Berdasarkan hasil data dari kedua analisis kebutuhan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa siswa SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta membutuhkan
media pembelajaran yang memadukan modul pembelajaran multimedia interaktif
untuk pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD keterampilan membaca dengan
kompetensi dasar menyimpulkan cerita anak dengan beberapa kalimat. Karena itu,
perlu adanya media pembelajaran yang interaktif dan sesuai dengan karakteristik
siswa kelas V SD dalam pembelajaran. Lembar analisis kebutuhan guru dapat
dilihat pada halaman 57-62.
4.2Deskripsi Produk Awal
Pengembangan multimedia interaktif ini berbentuk CD interaktif dengan
menggunakan program utama Microsoft Office PowerPoint 2007 dan modul pembelajaran dengan materi menyimpulkan cerita untuk kelas V Sekolah Dasar
pada keterampilan membaca. Pengembangan produk ini terdiri dari beberapa
tahapan yaitu penyusunan silabus, penyusunan RPP berpola PPR, pembuatan
storyboard, membuat software dan modul pembelajaran, serta uji coba lapangan. Tahap pertama penelitian ini diawali dengan menyusun silabus yang
mengkaji tujuan dan materi pembelajaran tersebut dan disusun secara sistematis.
Adapun komponen-komponen dalam silabus yaitu (1) identitas yang berisi nama
sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, dan standar kompetensi, (2) kompetensi
dasar, (3) materi pokok, (4) indikator, (5) pengalaman belajar, (6) penilaian, (7)
alokasi waktu, (8) sumber bahan/alat.Silabus dapat dilihat pada halaman 63-66.
Tahap kedua yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan (RPP),
yaitu rencana yang dibuat untuk memuat prosedur dan pengorganisasian
ditetapkan, yaitu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Dalam
penelitian ini RPP yang dibuat berpedoman pada Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR). RPP disusun secara sistematis dan beisikan komponen-komponen antara
lain yaitu, (1) identitas RPP, (2) standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4)
indikator, (5) pengalaman belajar, (6) materi ajar, (7) pendekatan dan metode, (8)
nilai kemanusiaan, (9) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (10) kecakapan
hidup, (11) sumber belajar dan, (12) penilaian hasil belajar. RPP dapat dilihat
pada halaman 67-74.
Tahap ketiga yaitu pembuatan storyboard, berupa rencangan tampilan per
slide yang dikembangkan dalam multimedia interaktif. Dibuat untuk membuat alaur maupun jalan cerita dari produk yang akan dikembangkan.Storyboard dapat
dilihat pada halaman 75-82.
Tahap keempat yaitu membuat produk pengembangan multimedia yang
disajikan menggunakan program Microsoft Office PowerPoint 2007 yang dipadukan dengan teks, hyperlink, suara, gambar, animasi, dan film/video sehingga diperoleh tampilan produk yang baik dan menarik. PowerPoint dapat
dilihat pada halaman 83-91.
Tahap yang kelima adalah membuat modul pembelajaran yang
berpedoman dan telah disesuaikan dengan Microsoft Office PowerPoint 2007
yang telah dibuat. Pembuatan modul pembelajaran ini menggunakan program
Microsoft Word 2007 yang selanjutnya diubah dalam file PDF. Tampilan produk modul ini dibuat baik dan menarik karena dipadukan dengan warna-warni ceria
sesuai karakter anak-anak, dipadukan dengan gambar-gambar sesuai temanya
yaitu budi pekerti. Agar tidak monoton seperti modul-modul biasanya karekter
font yang digunakan pada modul ini adalah Times New Roman dengan ukuran 12. Modul pembelajaran ini terdiri dari 11 halaman dan dicetak dalam ukuran 21cm x
29 cm. Modul terdapat pada halaman 92-101.
Setelah produk awal selesai dibuat, dilakukan uji coba secara keseluruhan
dengan dosen pembimbing. Adapun garis besar isi produk awal multimedia
interaktif terdiri dari, menu utama yang berisi petunjuk, kegiatan pembelajaran,
penggunaan CD Interaktif, kegiatan pembelajaran terdiri dari pertemuan I dan
pertemuan II dan dalam setiap pertemuan terdapat komponen yaitu indikator,
permainan, materi, evaluasi dan lagu, (2) komponen pada modul pembelajaran
yaitu pendahuluan meliputi standar kompentensi, kompetensi dasar, dan
indikator, materi pembelajaran, evaluasi, refleksi, dan aksi.
4.3Data Uji Coba dan Revisi Produk
Untuk ujicoba produk, dipergunakan Tabel kriteria skor skala lima dalam
penilaiannya. Berikut ini Tabel yang dimaksud dan akan dipergunakan untuk
penilaian kualitas media dan modul baik oleh pakar, guru, maupun siswa.
Selain itu, pada bagian ini akan disajikan data uji coba mengenai hasil
pengembangan multimedia pembelajaran sesuai dengan prosedur uji coba yang
terungkap pada bab sebelumnya, yaitu validasi tahap I oleh pakar pembelajaran
bahasa, pakar media pembelajaran dan guru yang dilaksanakan pada tanggal 17
Februari 2012. Kemudian peneliti merevisi produk sesuai dengan komentar/saran
dari para pakar. Untuk validasi tahap ke dua, dilaksanakan pada tanggal 28 Maret
dan untuk tahap akhir adalah dengan melakukan uji lapangan kepada siswa. Data
hasil uji coba produk multimedia interaktif mata pelajaran bahasa Indonesia untuk
keterampilan membaca terinci sebagai berikut.
4.3.1 Deskripsi Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa
Validasi materi dilakukan oleh seorang pakar pembelajaran bahasa yaitu
seorang Dosen program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Drs. J.
Prapta Diharja, S.J., M.Hum. Validasi pakar pembelajaran bahasa dilakukan untuk
penilaian kualitas perangkat lunak multimedia diperlukan evaluasi materi meliputi
aspek pembelajaran, kebenaran isi, komentar atau saran umum, dan kesimpulan
oleh pakar pembelajaran bahasa.
Produk divalidasi sebanyak dua kali oleh pakar pembelajaran bahasa.
Validasi pertama dilakukan pada tanggal 17 Februari 2012. Aspek yang dinilai
dari media dan modul pembelajaran adalah (1) kelengkapan komponen, (2)
pemilihan materi, (3) ketepatan bahasa, dan (4) keterkaitan materi dengan
keempat aspek tersebut semuanya memperoleh skor rata-rata 4,1 dengan kategori
“baik”. Kualitas media dinilai dari keempat aspek tersebut semuanya memperoleh
skor rata-rata 4 dengan kategori “baik”. Berdasarkan validasi tersebut kualitas media dan modul, masing-masing memperoleh skor rata-rata 4,05 dengan kategori
“baik”.
Validasi kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2012. Kualitas media
dinilai dari keempat aspek tersebut semuanya memperoleh skor rata-rata 4,4
dengan kategori “sangat baik”. Kualitas modul dinilai dari keempat aspek tersebut
semuanya memperoleh skor rata-rata 4,6 dengan kategori “sangat baik”. Berdasarkan validasi tersebut kualitas media dan modul, masing-masing
memperoleh skor rata-rata 4,50 dengan kategori “ sangat baik”. Penilaian pakar pembelajaran bahasa terdapat pada lampiran halaman 102-104.
4.3.1.1Revisi Produk dari Pakar Pembelajaran Bahasa
Berdasarkan komentar dan saran dari pakar pembelajaran bahasa, peneliti
melakukan revisi pada bagian-bagian yang disarankan. Materi yang perlu direvisi
pada multimedia menyimpulkan cerita adalah pada evaluasi dan refleksi. Menurut
pakar pembelajaran bahasa, bahasa tersebut kurang tepat dan masih menimbulkan
kekacauan. Perbaikan dilakukan dengan diberikan kunci jawaban pada modul
Tabel 2
Komentar pakar pembelajaran bahasa dan revisi
No Tahap Komentar
Pakar Pembelajaran Bahasa Revisi
Modul
1 Tahap I 1.Bacaannya tidak terdapat dalam MATERI, melainkan pada EVALUASI. 2.Bacaannya tidak dicantumkan dalam
modulnya.
3.Dalam indikator dikatakan ceritanya
“dongeng si kancil”, tetapi dalam
prakteknya bukan si kancil yang dicantumkan.
4.Pada bagian bacaan ke-2, ada beberapa kesalahan dalam penulisan ejaan maupun pada pengkalimatan.
CONTOH: “Setiap panen tiba, Banyak buruh yang diperkerjakan untuk memetik hasil panennya. Namun demikian, kekayaan yang ia miliki tidak membuat Pak Bedu dan keluarganya menjadi orang yang tidaksombong.”
5.Kunci soal tidak diberikan pada modul. 6.Pertanyaan dalam REFLEKSI yang
perlu ditambahkan: Nilai-nilai maupun hikmah apa yang bisa diambil dari bacaan tersebut.
1. Bacaan sudah dicantumkan dalam evaluasi.
2. Bacaan sudah dicantumkan dalam modul.
3. Indikator dalam cerita sudah
diganti menjadi “Hardi Anak yang Manja”.
4. Pada bagian bacaan ke-2, sudah diperbaiki kesalahan pada penulisan ejaan dan pengkalimatan.
5. Kunci soal diberikan pada modul. kiranya sama. Gabungkan menjadi satu
saja, misalnya „Hikmad atau nila-nilai apa yang bisa diambil dar materi
tersebut?”
2.Dalam PowerPoint, EVALUASInya
terjadi 2x. Bacaan tentang “Hardi”
ditempatkan pada EVALUASI? 3.Penggunaan PowertPoint masih
sederhana. Belum dilengkapi suara, dan pilihan tombol pada slide hanya KEMBALI saja. Perlu dilengkapi dengan pilihan tombol yang lain, misalnya tombol KEMBALI KE MUNU UTAMA.
4.3.2 Deskripsi Data Validasi Pakar Media Pembelajaran
Validasi media dilakukan oleh seorang pakar media yaitu dosen
Pendidikan Bahasa Inggris F. Chosa Kastuhandani, M. Hum. Validasi pakar
media dilakukan untuk menggali komentar atau saran, baik secara tertulis maupun
lisan dengan cara melakukan diskusi dan penyerahan produk untuk ditinjau atau
dievaluasi dengan acuan instrumen evaluasi media. Tujuan dari validasi ini adalah
sebagai dasar pengambilan keputusan untuk meningkatkan kualitas media yang
terdiri dari aspek tampilan pemograman dan pembelajaran atau isi.
Validasi pertama dilakukan pada tanggal 17 Februari 2012. Berdasarkan
hasil validasi, kualitas media pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,8 dengan
kategori “baik” sedangkan kualitas media pembelajaran memperoleh nilai
rata-rata 4,1 dengan kategori “baik”. Dari hasil penilaian media dan modul
pembelajaran, pakar media menyatakan bahwa produk yang dikembangkan sudah
layak untuk uji coba lapangan tanpa revisi dan tanpa komentar. Penilaian dari
pakar media terdapat pada halaman 105-107.
4.3.3 Deskripsi Data Validasi Guru
Validasi oleh guru tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 6 Februari
2012 dan validasi tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2012.
Validasi oleh guru ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran materi pada
siswa. Guru memberikan penilaian pada kualitas media pembelajaran dengan
rata-rata nilai 3,6 termasuk dalam kategori “baik”. Guru memberikan penilaian pada
kualitas modul pembelajaran dengan rata-rata nilai 4,1 termasuk dalam kategori
sangat “baik”.
Pada tahap validasi ke II, guru memberikan penilaian pada kualitas media
pembelajaran dengan rata-rata nilai 4,7 termasuk dalam kategori “sangat baik”. Guru memberikan penilaian pada kualitas modul pembelajaran dengan rata-rata
nilai 5 termasuk dalam kategori “sangat baik”. Artinya, modul dan media sangat
baik dan dapat diujicobakan kepada para siswa. Penilaian dari guru terdapat pada
4.3.3.1Revisi Produk dari Guru Bahasa Indonesia
Berdasarkan tabel di atas, komentar dan saran dari guru adalah supaya
penjabaran materi lebih diperbanyak lagi sehingga siswa dapat memahami materi
pelajaran.
Tabel 3
Komentar dari guru bahasa Indonesia dan revisinya
No Tahap Komentar
Pakar Media Pembelajaran Revisi
Modul
1 Tahap I 1. Penjabaran materi kurang
2. Penjabaran materi kurang sehingga akan membuat pemahaman siswa
Uji coba lapangan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 April 2012 di
kelas VB dengan jumlah responden sebanyak 22 siswa. Maksud dari uji coba
lapangan ini untuk mengidentifikasi kekurangan produk multimedia interaktif
yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia pada aspek menyimpulkan cerita semester genap. Dalam uji coba
lapangan, siswa diminta menilai kelayakan tampilan media dan isi produk
melalui pembelajaran. Penilaian modul dan media dari siswa pada halaman
111-116.
Pembelajaran dilakukan seperti biasanya yaitu diawali dengan doa dan
apersepsi yang dilanjutkan pembagian modul kepada 22 siswa dan menayangkan
CD pembelajaran yang telah dipersiapkan. Siswa mengikuti kegiatan belajar
sesuai dengan tampilan menu yang ditayangkan.
Selesai kegiatan belajar, siswa diberi lembar kuesioner berupa pernyataan.
Pernyataan yang disusun sebanyak sepuluh pernyataan dengan cara menyentang
kolom skor yang sesuai dari satu sampai dengan lima, dan siswa diminta untuk
memberikan komentar sebagai masukan terhadap produk yang dikembangkan.
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh data mengenai kualitas media dan
modul pembelajaran. Hasil yang diperoleh setelah direrata yaitu 4,97 dengan
kategori sangat baik. Tanggapan siswa terhadap tampilan secara umum dapat
dikatakan bahwa produk multimedia interaktif untuk pembelajaran menyimpulkan
cerita sangat baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta pada keterampilan
membaca. Semua aspek rata-rata tidak perlu adanya perbaikan karena sudah
“sangat baik”.
4.5 Kajian Produk Akhir
Produk media maupun modul telah mengalami perubahan berdasarkan
hasil validasi. Produk media setelah direvisi terdiri dari (1) petunjuk; (2) kegiatan
pembelajaran; (3) penyusun dan, (4) referensi. Berikut adalah penjelasan dari
setiap komponen tersebut.
4.5.1 Petunjuk
Komponen petunjuk berisikan uraian tentang bagaimana menggunakan
multimedia interaktif. Di dalamnya berisikan uraian tentang simbol-simbol
yang akan ditemui dalam menggunakan media tersebut.
4.5.2 Kegiatan Pembelajaran
Komponen kegiatan pembelajaran terdiri dari pertemuan I dan pertemuan II.
Setiap pertemuan terdiri dari indikator, permainan, materi, evalusi, dan lagu.
4.5.3 Penyusun
Komponen penyusun berisi uraian biodata peneliti.
4.5.4 Referensi
Komponen referensi berisi uraian referensi yang digunakan dalam
multimedia interaktif tersebut.
Produk modul pembelajaran juga mengalami perubahan berdasarkan hasil
Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen tersebut.
pertemuan memuat tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator. Dilanjutkan materi, evaluasi, refleksi, dan aksi yang diberikan
ruang tempat siswa menuliskan jawaban.
3. Daftar Referensi
Pada bagian referensi berisi uraian referensi yang digunakan dalam modul
tersebut.
Hasil validasi yang diperoleh berdasarkan penilaian pakar pembelajaran
bahasa Indonesia terhadap media dan modul pembelajaran diperoleh skor
rata-rata sebesar 4,50 dengan kategori “sangat baik”. Pakar media memberikan penilaian terhadap media dan modul pembelajaran dengan skor
rata-rata sebesar 3,95 dengan kategori “baik”. Guru memberikan skor rata-rata sebesar 4,85 terhadap media dan modul pembelajaran dengan kategori
“sangat baik”. Berdasarkan validasi lapangan diperoleh skor rata-rata sebesar 4,97 dengan kategori “sangat baik”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa produk yang dikembangkan berupa multimedia
interaktif pelajaran Bahasa Indonesia menyimpulkan cerita anak dengan
beberapa kalimat aspek membaca untuk siswa kelas V SD valid/layak
digunakan sebagai media pembelajaran di Sekolah. Rekapitulasi hasil akhir
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dijabarkan tentang tiga hal yaitu: (1) Kesimpulan, (2)
Keterbatasan Pengembangan, (3) Saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan proses dan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
5.1.1 Multimedia interaktif untuk keterampilan membaca bahasa Indonesia kelas
V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dikembangkan dengan prosedur
penelitian pengembangan yaitu, tahap pertama analisis standar
kompetensi dan materi pembelajaran, tahap kedua mengembangkan
program pembelajaran yaitu media pembelajaran interaktif dan modul
pembelajaran, tahap ketiga memproduksi atau membuat dan membuat
modul pembelajaran bahasa aspek membaca, tahap keempat validasi pakar
pembelajaran bahasa, pakar media dan guru bahasa Indonesia, tahap
kelima revisi produk dari pakar pembelajaran bahasa, pakar media dan
guru bahasa Indonesia.
5.1.2 Pengembangan mulitmedia interaktif keterampilan membaca bahasa
Indonesia kelas VB SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester genap
memiliki kualitas sangat baik berdasarkan validasi dari pakar media,
pakar pembelajaran, dan guru bahasa Indonesia, serta sesuai dengan hasil
uji lapangan. Hasil validasi yang diperoleh berdasarkan penilaian pakar
pembelajaran bahasa Indonesia terhadap media dan modul pembelajaran
diperoleh skor rata-rata sebesar 4,50 dengan kategori “sangat baik”. Pakar media memberikan penilaian terhadap media dan modul pembelajaran
dengan skor rata-rata sebesar 3,95 dengan kategori “baik”. Guru memberikan skor rata-rata sebesar 4,85 terhadap media dan modul
pembelajaran dengan kategori “sangat baik”. Berdasarkan validasi lapangan diperoleh skor rata-rata sebesar 4,97 dengan kategori “sangat