• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hubungan antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian produk fashion Planet Surf : studi kasus pada konsumen produk fashion Planet Surf Malioboro Mall Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis hubungan antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian produk fashion Planet Surf : studi kasus pada konsumen produk fashion Planet Surf Malioboro Mall Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENDAPATAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK

FASHION PLANET SURF Studi kasus pada konsumen produk fashion

Planet Surf Malioboro Mall Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Oleh:

M. Fransiska Purwaningsih 032214097

PROGRAM STUDI MANAJEMEN F A K U L T A S E K O N O M I

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh.

- Confusius

Bangkitlah hati ku! Berjalanlah bersama sang fajar karena malam telah berlalu.

-Kahlil Gibran

Karya ini kupersembahkan untuk:

1.

Tuhan ku Yesus Kristus, karena pertolongan Nyalah skripsi ini bisa

diselesaikan.

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENDAPATAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN TERHADAP PRODUK

FASHION PLANET SURF

Studi kasus pada konsumen produk fashion Planet Surf Malioboro Mall

Yogyakarta M. Fransiska Purwaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah gaya hidup dan pendapatan berhubungan dengan keputusan pembelian baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian dilakukan di Planet Surf Malioboro Mall pada bulan Oktober sampai November 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh konsumen toko Planet Surf, sampel penelitian ini berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan data menggunakan teknik kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment, uji t dengan taraf signifikan

05 , 0

=

α , dan Uji F dengan taraf signifikan α=0,05.

(8)

viii

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON THE CORRELATION BETWEEN LIFE STYLE AND INCOME TOWARDS CONSUMER DECISION MAKING

OF PLANET SURF FASHION

A Case Study on the consumer of Planet Surf Malioboro Shopping Mall

Jogjakarta

M. Fransiska Purwaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this research was to know whether the life style and income related with consumer decision making partially or simultaneously. This research was carried out at Planet Surf Malioboro Shopping Mall Jogjakarta in October-November 2007. This research population was all of the consumer of Planet Surf. The sample size of this research was 100 respondents. The sampling technique used was Incidental Sampling Method. Data were collected through distributing questionnaires. Data analysis technique used were Product Moment correlation, t-test (two-tile) with level of significance α = 0,05, F-test with level of significance α = 0,05.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul Analisis hubungan antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian produk fashion Planet Surf. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada program studi Manajemen, jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini bisa selesai.

2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, MS selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G. M. Si selaku ketua jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Marianus Mochtar Modesir, M. M selaku dosen pembimbing I yang telah memberi arahan, bimbingan, kritikan, saran, masukan, serta bantuan yang tak terhingga banyaknya selalu proses penyusunan skripsi ini.

(10)

x

6. Bapak Terry Prasetya selaku Area Manager Planet Surf yang bersedia memberi ijin penelitian kepada penulis.

7. Karyawan Planet Surf Malioboro Mall yang mau menerima dan membantu penulis selama proses penelitian.

8. Charlie yang selalu ada untuk mendampingi dan mendukungku.

9. My best friend (Henny dan Elvi) yang selalu ada untuk mendampingiku. 10.Orang tua dan kakak-kakak ku yang selalu mendukung dan mencintaiku. 11.Seluruh karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universita Sanata Dharma

yang telah banyak membantu dan melayani semua kebutuhan penulis baik selama kuliah maupun selama penyusunan skripsi ini.

12.Responden dan semua pihak yang tidak mungkin bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mohon kerelaan pembaca untuk memberi kritik, saran yang sifatnya membangun bagi terciptanya kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima kasih

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Perusahaan ... 4

2. Bagi Penulis ... 5

(12)

xii

F. Hipotesis ... 5

G. Sistematika Penulisan ... 5

BABII LANDASAN TEORI ... 7

A. Pengertian Gaya Hidup ... 7

B. Identifikasi Gaya Hidup ... 15

C. Tipikal Konsumen Gaya Hidup ... 16

D. Pendapatan ... 17

E. Perilaku Konsumen ... 20

1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 20

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Pembelian ... 21

3. Perilaku Pembelian ... 22

F. Tipe-tipe Perilaku Keputusan Pembelian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek dan Objek ... 26

1. Subjek Penelitian ... 26

2. Objek Penelitian ... 27

D. Populasi dan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

(13)

xiii

E. Variabel Penelitian ... 28

F. Teknik Pengukuran Variabel ... 28

G. Data ... 30

1. Data Primer ... 30

2. Data Sekunder ... 30

H. Metode Pengumpulan Data ... 30

1. Kuesioner ... 31

2. Metode Observasi ... 31

3. Wawancara ... 31

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 31

1. Analisis Validitas ... 31

2. Analisis Reliabilitas ... 32

J. Teknik Analisa Data ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 39

A.Sejarah Perusahaan ... 39

B.Visi dan Misi ... 39

1. Visi... 39

2. Misi ... 39

C.Culture ... 40

D.Struktur Organisasi ... 42

(14)

xiv

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A.Analisis Profil Responden ... 43

B.Pengujian Instrumen Penelitian ... 46

1. Pengujian Validitas ... 47

2. Pengujian Reliabilitas ... 48

C.Analisis Data ... 50

1. Hipoteis pertama ... 50

2. Hipotesis kedua ... 52

3. Hipotesis ketiga ... 54

D.Pembahasan ... 57

1. Hipotesis pertama ... 57

2. Hipotesis kedua ... 57

3. Hipotesis ketiga ... 58

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 59

A.Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

C. keterbatasan ... 60

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Dimensi AIO

Tabel II.2 Empat tipe perilaku pembelian

Tabel III.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Tabel V.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel V.2 Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel V.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel V.4 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan atau uang saku Tabel V.5 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi belanja dalam

setahun

Tabel V.6 Karakteristik responden berdasarkan jumlah uang yang dibelanjakan pada sekali belanja

Tabel V.7 Hasil uji Validitas variabel independen gaya hidup Tabel V.8 Hasil uji Validitas vaiabel dependen keputusan pembelian Tabel V.9 Tingkat Reliabilitas berdasarkan nilai alpha

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat IjinPenelitian Lampiran II Kuisioner

Lampiran III Hasil Kuisioner

Lampiran IV Tabel frekuensi profil responden Lampiran V Analisis Validitas dan Reliabilitas Lampiran VI Analisis Data

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masyarakat konsumen Indonesia mulai tumbuh beriringan dengan

globalisasi ekonomi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan

bergaya seperti shopping mall, industri mode atau fashion, industri kecantikan, kawasan huni mewah, apartemen, real estate, gencarnya iklan

barang-barang mewah, kegandrungan terhadap merk-merk asing, dan

berbagai tawaran gaya hidup melalui iklan televisi.

Globalisasi industri media mancanegara mulai masuk ke Indonesia

sejak akhir tahun 1990-an. Banyaknya majalah-majalah mode dan gaya hidup

yang terbit dalam edisi khusus bahasa Indonesia menawarkan gaya hidup

yang tidak mungkin terjangkau oleh kebanyakan masyarakat.

Majalah-majalah yang diperuntukkan bagi pria dan wanita kelas menengah ke atas ini

menanamkan nilai, cita rasa, dan gaya yang terlihat jelas dari kemasan, rubrik,

cover, dan slogan yang menawarkan fantasi hidup seperti “Be Smarter, Richer, & Sexier!”. Begitu juga berkembangnya industri penerbitan majalah remaja yang menjadi target pertumbuhan industri gaya hidup. Majalah anak

muda ini banyak menawarkan gaya hidup dengan budaya selera diseputar

(18)

Dalam abad gaya hidup, penampilan adalah segalanya. Perhatian

terhadap penampilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah.

Urusan penampilan atau presentasi diri ini sudah lama menjadi perbincangan

sosiolog dan kritikus budaya. Erving Goffman, misalnya dalam The Presentation of Self in Everyday Life (1959), mengemukakan bahwa kehidupan sosial terutama terdiri dari penampilan teatrikal yang diritualkan,

yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan dramaturgi (dramaturgical approach). Yang dia maksudkan adalah bahwa kita bertindak seolah-olah di atas sebuah panggung. Bagi Goffman, berbagai penggunaan ruang,

barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil untuk memfasilitasi

kehidupan sosial sehari-hari.

Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern atau biasa juga

disebut modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam

masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah

pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan

opininya (Kotler, 2002:192). Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat

menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa

yang kita maksud; dan mungkin sulit menemukan gambaran mengenai hal-hal

yang merujuk pada pada gaya hidup. Oleh karena itu, gaya hidup membantu

memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan

(19)

Gaya hidup berkaitan dengan bagaimana seseorang membentuk image

di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk

membentuk image inilah, dibutuhkan simbol-simbol tertentu yang sangat

berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya. Simbol yang di

maksud adalah jenis benda yang harus dimiliki dan yang lebih penting adalah

mereknya.

Selain gaya hidup, faktor sumber daya dalam hal ini adalah

pendapatan juga sangat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang.

Dimana tingkat pendapatan sangat menentukan daya beli seseorang. Orang

yang berpendapatan tinggi cenderung mengkonsumsi barang-barang dengan

merk terkenal, sedang orang yang dengan penghasilan pas-pasan membeli

barang berdasar apa yang dibutuhkan.

Banyak pemasar menggunakan konsep gaya hidup dan faktor sumber

daya sebagai dasar untuk memahami perubahan nilai konsumen dan

bagaimana hubungannya dengan keputusan pembelian seseorang.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil topik

“ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN

PENDAPATAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK

FASHION PLANET SURF”.

B. Rumusan Masalah

Pengambilan keputusan pembelian setiap konsumen berbeda,

(20)

hidup itu sendiri bertujuan bagaimana seseorang ingin dipersepsikan oleh

orang lain dalam masyarakat berkaitan dengan status sosialnya. Berdasarkan

masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah gaya hidup berhubungan dengan keputusan pembelian?

2. Apakah pendapatan berhubungan dengan keputusan pembelian?

3. Apakah gaya hidup dan pendapatan secara simultan berhubungan dengan

keputusan pembelian?

C. Batasan Masalah

Untuk mempersempit dan membatasi produk atau barang apa saja

yang menjadi bahan penelitian maka penulis meneliti produk pakaian Planet Surf dan faktor yang diteliti adalah gaya hidup dan tingkat pendapatan dengan keputusan pembelian konsumen produk fashion Planet Surf malioboro Mall.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan

antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian konsumen

produk fashion Planet Surf Malioboro Mall.

E. Manfaat Penelitian

(21)

Sebagai masukan dalam memasarkan produk ke konsumen melalui riset

konsumen kemudian dari riset ini bisa ditentukan segmentasi pasar, target

pasar, serta strategi pemasaran yang efektif.

2. Bagi Penulis

Sebagai penerapan ilmu yang telah didapat di kampus dalam

kegunaannya sebagai pembanding teori yang di dapat di bangku kuliah

dengan pelaksaan penelitian pada konsumen.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah kepustakaan

dibidang perilaku konsumen bagi Universitas Sanata Dharma.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai suatu hal yang

dibuat untuk menjelaskan hal itu dan dapat menuntun penyelidikan

selanjutnya (Umar, 2001:104). Berdasarkan perumusan masalah maka penulis

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara gaya hidup dengan keputusan pembelian.

2. Ada hubungan antara pendapatan dengan keputusan pembelian.

3. Secara simultan terdapat hubungan antara gaya hidup dan pendapatan

(22)

G. Sistematika Penulisan

Keseluruhan penulisan skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan

pembahasannya sebagai berikut. Dalam bab pendahuluan akan dikemukakan

Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Hipotesis,

Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan.

Dalam bab ke 2 yaitu Landasan Teori dikemukakan secara rinci studi

pustaka yang berisi teori-teori yang mendukung analisis permasalahan, dan

membahas pengertian perilaku konsumen, gaya hidup dan pendapatan.

Dalam bab ke 3 yaitu Metodologi Penelitian dikemukakan tentang

jenis lokasi dan waktu, objek dan subjek, variabel penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, teknik sampling dan pengujian

hipotesis.

Dalam bab ke 4 yaitu Gambaran Umum Perusahaan dikemukakan

tentang sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi, culture, struktur

organisasi serta produk-produk yang dipasarkan.

Dalam bab ke 5 yaitu bab yang berbicara mengenai Hasil Penelitian

dan Pembahasan dikemukakan tentang analisis profil responden dan

pembahasan dari hasil perhitungan data.

Sedangkan dalam bab ke 6 atau penutup dikemukakan Kesimpulan,

keterbatasan penelitian dan saran dari penulis yang diambil dari analisis dan

pembahasan yang mungkin berguna sebagai bahan masukan bagi perusahaan

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Gaya Hidup

Media massa sangat kuat didalam memberikan pengaruh pada gaya hidup

seseorang karena banyak hal yang bisa diperoleh dari media massa tersebut.

Media massa pada saat ini dalam hal isinya sudah mulai mempengaruhi gaya

hidup sebagian remaja kita, hal ini dikarenakan adanya faktor psikologis,

pendidikan konsumtifisme yang dapat membuat orang untuk terus bermimpi.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diungkapkan dalam

kegiatan minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup melukiskan “keseluruhan

orang” tersebut yang berinteraksi dalam lingkupnya. (Philip Kotler, 1995: 215).

Untuk memahami hal ini maka kita dapat mengukur dimensi-dimensi

utama konsumen yaitu dimensi AIO. Dimensi yang pertama ialah Activities yang

meliputi pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kegiatan sosial. Dimensi yang kedua

ialah Interests yang meliputi makanan, mode, keluarga, rekreasi. Dimensi yang

ketiga ialah Opinions yang meliputi mengenai diri mereka sendiri,

masalah-masalah sosial, bisnis, produk.

Beberapa perusahaan berusaha untuk mengembangkan klasifikasi

mengenai gaya hidup. Yang paling banyak digunakan ialah values and lifestyles

buatan SRI Consulting yang membagi konsumen menjadi delapan kelompok

berdasarkan dua dimensi utama yaitu dimensi orientasi diri dan dimensi sumber

(24)

membantu seseorang memperkuat identitas sosialnya. Terdapat tiga orientasi diri

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh valuesand lifestyles yaitu:

1. Konsumen berorientasi prinsip membeli berdasarkan kriteria abstrak atau

ideal dan bukan perasaan, emosi atau keinginan yang diterima oleh

masyarakat.

2. Konsumen berorientasi status berusaha mendapatkan posisi sosial yang jelas

dan membeli berdasarkan pendapat orang lain.

3. Konsumen berorientasi tindakan didorong oleh keinginan atas kegiatan,

variasi dan pengambilan resiko.

Dimensi sumber daya terbagi-bagi di dalam pendapatan, pendidikan,

kesehatan, kepercayaan diri, tenaga dan faktor-faktor lain.

Klasifikasi gaya hidup menurut VALS 2, yaitu terdapat 8 segmen

konsumen VALS 2: (Kotler & Amstrong, 2001: 208)

1. Actualizers : orang-orang yang sukses, modern, aktif, siap bekerja keras dengan pengakuan diri yang tinggi dan sumber daya yang melimpah.

2. Fulfileds (berorientasi prinsip) : dewasa, merasa puas, memiliki informasi, reflektif dan yang paling jelas berpendidikan. Mereka adalah konsumen

konservatif dan praktis yang menginginkan nilai, daya tahan dan

kemanfaatan dalam produk yang mereka beli.

3. Believers (berorientasi prinsip). Ini adalah orang-orang yang konservatif dan konvensional dengan kepercayaan yang konkrit berdasarkan pada nilai-nilai

(25)

mereka adalah konservatif dan biasa diduga, menyukai produk-produk

Amerika dan merk-merk yang sudah mapan.

4. Achievers (berorientasi status). Orang-orang dalam segmen ini sukses dan berorientasi kerja dan berusaha mengendalikan kehidupannya. Mereka

menilai struktur, prediktabilitas, stabilitas, dan menyukai produk dan jasa

yang sudah mapan.

5. Stivers (berorientasi status). Mereka mencari informasi, definisi diri dan pengakuan dari dunia di sekeliling mereka. Mereka sangat memperhatikan

opini dan pengakuan dari orang lain. Stivers bersifat impulsive dan mudah

merasa bosan.

6. Experiencers (berorientasi tindakan). Mereka adalah orang-orang yang antusias, impulsive, dan suka memberontak yang menginginkan variasi dan

kegembiraan. Mereka menyukai latihan fisik, olah raga dan kegiatan sosial

dan merupakan konsumen yang antusias terutama terhadap pakaian, musik,

film bioskop, dan makanan cepat saji.

7. Makers (berorientasi tindakan). Ini adalah orang-orang yang praktis dan mandiri dengan keahlian konstruktif. Mereka tinggal di dalam lingkungan

keluarga tradisional, pekerjaan praktis, dan rekreasi fisik, tidak begitu

berminat pada hal-hal lain.

8. Strugalers. Mereka miskin, kurang terampil, berpendidikan rendah, beranjak tua, dan sangat mengkhawatirkan kesehatan. Mereka sering putus asa, pasif

(26)

Gaya hidup merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang dalam memilih dan mengambil keputusan untuk prinsip hidupnya

karena itu gaya hidup seseorang dapat menjadi simbol prestise dalam sistem

stratifikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang meurut

Wirth adalah: (Daldjoeni, 1982: 71).

1. Jumlah manusia

Semakin banyak manusianya semakin bermunculan kegiatan-kegiatan dan

lembaga-lembaga baru yang dibuat manusia.

2. Kepadatan

Kepadatan ini yang mendorong kegiatan-kegiatan seleksi seperti kebugaran,

time zone, dan arena permainan.

3. Heterogenitas

Munculnya relasi yang segmentasi orang yang mengenal seseorang tak

secara utuh lagi, akan tetapi perhatian tertentu saja. Ini disebabkan

segmentasi bersifat universal heterogenitas, yang mengakibatkan munculnya

gejala universal heterogenitas yang mengakibatkan munculnya

depersonalisasi, yakni lunturnya kepribadian di mana ia menjadi penting

secara individual saja. Gejala ini dalam proses selanjutnya akan menuju pada

impersonalitas dari masyarakat modern.

Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan sebuah gaya hidup

diantaranya adalah latar belakang budaya, agama, pendidikan, lingkungan sosial,

tingkat kesejahteraan, sarana dan prasarana, atau wilayah tempat tinggal sering

(27)

Menurut Redana (Ecstacy Gaya Hidup, 1997: 181) suatu perubahan gaya

hidup dalam sebuah kebudayaan masyarakat melalui media masa (komunikasi)

di mana media komunikasi merupakan bagian terpenting sebagai bagian dari

wujud kebudayaan masa. Dalam dunia kebudayaan masa, konsumen memasuki,

didatangi, atau terpaksa menerima berbagai lingkungan budaya lain secara

perlahan atau cepat membawa mereka menjadi masyarakat transtruktural.

Tawaran gaya hidup yang “wah” akan mendekonstruksi atau mengubah

kebudayaan beserta pengertiannya lewat gemerlap iklan dan sihir-sihir program

televisi, dan bukan melalui indoktrinasi kaku, pamflet, propaganda, pidato,

penataran, atau yang lainnya.

Menurut Redana (dalam Ibrahim, 1997: 181) perubahan dalam

kebudayaan masa tersebut dapat terjadi semboyan secara besar-besaran dan

perang besar-besaran untuk mendewakan kekuatan uang, kekuatan materi, dan

perpacuan yang bukan saja menjadi orang kaya tetapi bagaimana tampil dan

dihormati sebagai orang kaya, ini dapat dilihat pada:

1. Tingkat konsumsi. Yang dikonsumsi masyarakat pada level ini bukan lagi

berdasarkan nilai guna, nilai pakai, tetapi sesuatu yang disebut simbol.

Simbol citra atau image menjadi sangat penting sehingga informasi dari

media komunikasi tidak lagi sebagai alat atau modal tetapi sebagai produk.

Adanya rumah produksi tidak lagi memproduksi barang tetapi memproduksi

informasi tentang barang, citra tentang barang, sehingga dalam dunia

(28)

mendistribusikan simbol tersebut sehingga mengklaim bahwa kebenaran

hanya satu adanya.

2. Orang rela membayar atau mengongkosi dengan mahal untuk kepentingan

citra seperti produk-produk tertentu, makanan tertentu, bergaya tertentu,

rekreasi tertentu. Dengan perubahan terutama pada gaya hidup tertentu ada

ongkos sosial yang harus dibayar dalam arti seberapa banyak orang atau

kelompok yang harus menderita dan menyingkir dari kemakmuran demi

membiayai satu kelompok tertentu.

Perubahan yang terjadi di atas merupakan perubahan yang mutakhir di

Indonesia, bagaimana orang dilatih dan terobsesi dengan persoalan gaya hidup.

Bukan hanya perempuan, lelaki pun pergi ke salon untuk merawat kuku. Sekolah

yang disebut sekolah kepribadian merupakan sekolah yang melatih bagaimana

orang-orang bisa makan sup dengan sopan dan akhir-akhir ini menjamur. Belum

lagi fitness center yang merebak sampai ke kampung-kampung dan urusan diet

untuk menjaga kelangsingan dan sebagainya.

Pentingnya citra atau image cukup menyolok manifestasinya yang terjadi

pada perubahan kebudayaan yaitu terjadinya jor-joran iklan, disain, aksesoris,

toko dan plasa yang bukan main gemerlapnya, sehingga nyaris tak ada subkultur

tandingan (counter sub cultur) yang secara terprogram dan disadari hendak

dihadapkan pada iklan konsumentifisme dari kebudayaan material itu.

Pada umumnya gaya hidup remaja masa kini bertujuan untuk sekedar

(29)

yang lainnya, gaya hidup yang sering banyak dicontoh / ditiru adalah gaya hidup

kota yang muncul dari produk kebudayaan popular seperti:

1. Majalah-majalah trend remaja yaitu : Gadis, Hai, Aneka, Kawanku, dan

lain-lain.

2. Film-film import yang begitu mudah didapat dalam bioskop, tv maupun

VCD

3. Musik-musik barat beserta konser-konsernya yang selalu dilihatnya secara

berkelompok atau individu

4. Novel-novel atau bacaan ringan

5. Aktivitas kelompok, seperti jalan-jalan di mall serta ikut senam aerobik dan

lain-lain.

Hal tersebut di atas dinamakan komunikasi masyarakat yang sekarang ini

sedang berkembang, tetapi pada saat menyampaikan segala kebudayaan yang

populer tersebut sebagai cermin dari masyarakat tidak memasukkan kenyataan,

bahkan lebih banyak merefleksikan bayangan-bayangan yang diinginkan oleh

masyarakat tersebut (Ibrahim, dalam Abar, 1998: 224).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator gaya hidup yang

berhubungan dengan gaya berpakaian.

Pengertian gaya (fad) berpakaian adalah gaya dalam cara berpakaian

yang masa berlakunya bersifat sementara, dan berjangka waktu pendek.

Gaya lahir dari keinginan untuk memperoleh dan mempertahankan status

(30)

dipandang sesuatu yang baru. Semua ragam gaya berkembang dengan cepat

selama dua atau tiga bulan kemudian menghilang.

Pengertian mode (fashion) adalah gaya dalam cara berpakaian yang

massa berlakunya bersifat sementara, kurang penting, jangka waktunya lebih

singkat daripada gaya, serta kemunculannya cenderung bersiklus (Horton dan

Hunt, 1992: 186).

Mode lahir dari keinginan seseorang untuk menghias dirinya agar

memiliki daya tarik seksual yang lebih memikat. Mode hanya penting dalam

masyarakat yang bersistem kelas sosial, pada masyarakat yang homogen (tidak

berdeferensiasi) tidak terdapat perbedaan mode karena semua orang berdandan

dan berperilaku hampir sama. Mode hanya penting pada kelas sosial yang

terbuka. Orang-orang kelas sosial menengah yang aktif adalah orang-orang yang

paling memperhatikan mode.

Penyebaran mode tidak selalu berawal dari kalangan elit, kemudian ditiru

oleh kalangan kelas bawah tetapi dapat berawal dari tiap kelas sosial. Penyebaran

mode terjadi karena orang-orang ingin mengikuti mode terakhir, melengkapi

koleksi dengan berbagai macam model yang bersaing.

Mode dapat nampak pada hampir semua aspek kehidupan yaitu

kelompok tindak tanduk, kesenian, kesusasteraan, filsafat dan metodologi ilmu

pengetahuan, tetapi tampak sangat menonjol pada aspek cara berpakaian dan

cara berdandan. Mode tidak semata-mata menyangkut hal yang sepele atau hal

yang aneh-aneh karena mode merefleksikan minat dan nilai-nilai masyarakat

(31)

B. Identifikasi Gaya Hidup

Klasifikasi gaya hidup tidak dapat dianggap berlaku secara universal

antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat berbeda, antara wilayah

yang satu dapat berbeda dengan wilayah yang lain. Harry Susianto dalam

penelitiannya dalam mengidentifikasi gaya hidup anak muda Jakarta

mendapatkan hasil sebagai berikut:

1. Hura-hura

Orang-orang yang selalu terlibat dengan orang lain, berjumlah 9%.

2. Hedonis

Orang-orang yang mengarahkan gaya hidupnya atau aktivitasnya untuk

mencapai kenikmatan hidup, berjumlah 2%.

3. Rumahan

Orang-orang yang banyak menghabiskan waktunya di rumah, berjumlah

23%.

4. Sportif

Orang-orang yang cenderung berhati-hati dalam bertingkah-laku, berjumlah

21%.

5. Orang untuk orang lain

Orang-orang yang peka terhadap kebutuhan orang lain, berjumlah 15%.

Tabel berikut ini memperlihatkan dimensi-dimensi utama yang digunakan dalam

(32)

Tabel II.1 Dimensi AIO

Kegiatan Minat Pendapat Demografis

Pekerjaan Keluarga Mereka sendiri Umur

Hobi Rumah Isu-isu sosial Pendidikan

Kejadian sosial Pekerjaan Plolitik Penghasilan

Liburan Masyarakat Bisnis Pekerjaan

Hiburan Rekreasi Ekonomi Ukuran keluarga

Klub Mode Pendidikan Tempat tinggal

Masyarakat Makanan Produk Geografi

Belanja Media Masa depan Besar kota

Olah raga prestasi Kebudayaan Tahap siklus hidup

C. Tipikal Konsumen Gaya Hidup

Terdapat dua macam tipikal konsumen terhadap produk gaya hidup.

Yang pertama ialah konsumen yang mementingkan kualitas ketimbang harga dan

yang kedua ialah konsumen yang lebih mengutamakan citra ketimbang yang

lainya.

Pada masa sekarang ini di mana masyarakat menjadi lebih konsumtif

menyebabkan pemasar berusaha untuk mempertajam segmen pasar yang

dimasukinya sehingga muncul segmen pasar berdasarkan psikografis. Pada

segmen pasar ini banyak orang membedakan antara riset psikografis dan gaya

hidup (lifesyle). Tetapi gaya hidup (lifesyle) merupakan bagian yang dominan

dari dimensi psikografis manusia. Sejalan dengan perkembangan gaya hidup

tersebut pemasar juga mengembangkan konsep lifesyle branding, di mana

produk dilihat lebih dari sekedar memberi manfaat emosional tetapi juga

pernyataan diri (self-expressive-benefit). Pemasar dalam mengembangkan

(33)

1. Memperoleh keuntungan melalui pembentukan dan mempertahankan ikatan

yang kuat, emosional dan jangka panjang dengan konsumennya.

2. Membangun lifesyle brand dapat bermanfaat saat meluncurkan produk baru

karena biaya lebih murah.

3. Dapat mencapai ROI (Return On Investment) lebih cepat.

4. Pengguna yang loyal akan menceritakan kepada orang lain mengenai

keuntungan penggunaan suatu produk.

D. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil

kerja seseorang. Jika kita memperhatikan lingkungan di sekitar kita, maka

akan terlihat betapa sibuknya orang bekerja. Hal ini dilakukan orang agar

memperoleh imbalan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu rumah

tangga, maka sebuah keluarga harus berusaha agar memperoleh pemasukan

sebagai sumber keuangan guna memenuhi kebutuhannya. Keduanya

mempunyai pengertian yang sama yaitu besarnya arus uang dan barang

masuk dalam suatu rumah tangga yang diperoleh dari sektor usaha baik

formal maupun informal yang dinilai dengan satuan uang (rupiah).

2. Bentuk Pendapatan

Menurut biro pusat statistik pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga

(34)

a. Pendapatan berupa uang

b. Pendapatan berupa barang

c. Pendapatan berupa uang dan barang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang

sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau

kontraprestasi. Sumber-sumber utama adalah gaji dan upah serta lain-lain

balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan

pekerjaan bebas, pendapatan dari jumlah barang yang dipelihara di halaman

rumah, investasi serta keuntungan sosial.

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya

reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima

dalam bentuk barang dan jasa. Barang-barang dan jasa yang diperoleh dinilai

dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang

oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian pula penerimaan

barang secara cuma-cuma, penerimaan barang dan jasa dengan harga subsidi

atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.

Untuk penerimaan barang yang disepakati sebagai pedoman adalah

segala penerimaan yang bersifat transfer atau retribusi dan biasanya

membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga, misalnya penjualan

barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan,

penagihan utang, kiriman uang, menang judi dan lain-lain.

Ketiga bentuk pendapatan tersebut dapat dirinci dalam kategori

(35)

a. Pendapatan berupa uang

1) Dari gaji dan upah yang diperoleh

a) Kerja pokok

b) Kerja sampingan

c) Kerja kadang-kadang

2) Dari usaha sendiri, yang meliputi

a) Hasil bersih dari usaha sendiri

b) Komisi

c) Penjualan dari kerajinan rumah

3) Dari instansi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik rumah

4) Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja

sosial

b. Pendapatan berupa barang

1) Bagian pembayaran upah dan gaji yang diwujudkan dalam beras,

pengobatan, transportasi, perumahan, rekreasi dan sebagainya

2) Penerimaan uang yang bukan merupakan pendapatan, yaitu :

a) Pengambilan tabungan

b) Penjualan barang-barang yang dipakai

c) Penagihan utang

d) Pinjaman uang

e) Kiriman uang

f) Hadiah

(36)

h) Menang judi

E. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen perlu diketahui untuk menentukan strategi

pemasaran yang akan dijalankan supaya produk yang ditawarkan bisa tepat

sasaran dan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Analisis perilaku

konsumen menyangkut kegiatan-kegiatan yang sulit diamati. Mempelajari

perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli tetapi juga

bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi macam apa barang dan jasa itu

dibeli.

Pengertian tentang perilaku konsumen yang diungkapkan oleh ahli

(James F. Engel, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard, 1994: 3):

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa

termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini.

Sedangkan American Marketing Association mendefinisikan perilaku

konsumen adalah pengaruh atau kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar

kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka

(dalam Amirullah, 2002: 2).

Menurut David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta, perilaku

(37)

secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh atau dapat

mempergunakan barang dan jasa (dalam Amirullah, 2002: 2).

Dari definisi di atas ada dua elemen terpenting dalam perilaku

konsumen yaitu proses pengambilan keputusan yang semua ini

mencerminkan usaha konsumen dalam memenuhi dan memuaskan

kebutuhannya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Pembelian

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah sebagai

berikut:

a. Faktor budaya

1) Budaya

2) Sub budaya

3) Kelas sosial

b. Faktor sosial

1) Kelompok acuan

2) Keluarga

3) Peran dan status

c. Faktor pribadi

1) Usia dan tahap siklus hidup

2) Pekerjaan

3) Keadaan ekonomi

4) Gaya hidup

(38)

d. Faktor psikologis

1) Motivasi

2) Persepsi

3) Pengetahuan

4) sikap

3. Perilaku Pembelian

Menurut Philip Kotler (2002: 202) ada lima peran yang dimainkan

orang dalam keputusan pembelian, yaitu:

a. Pencetus: seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk

membeli suatu produk atau jasa.

b. Pemberi pengaruh: seseorang yang dipandang sarannya mempengaruhi

keputusan.

c. Pengambil keputusan: seseorang yang mengambil keputusan untuk

setiap komponen keputusan pembelian; apakah membeli, tidak membeli,

bagaimana membeli, dan di mana akan membeli.

d. Pembeli: orang yang akan melakukan pembelian sesungguhnya.

e. Pemakai: seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau

jasa yang bersangkutan.

F. Tipe-tipe Perilaku Keputusan Pembelian

Ketika konsumen melakukan pembelian pada umumnya akan terjadi

banyak perbedaan dengan konsumen yang lain. Hal ini terjadi karena melibatkan

(39)

pembelian konsumen dapat dibedakan menjadi empat berdasarkan derajat

keterlibatan pembeli dan derajat perbedaan antara berbagai merek. (Kotler, 2001

: 202)

Tabel II.2

Empat tipe perilaku pembeli

Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah

Perbedaan merek yang signifikan

Perilaku pembelian yang kompleks Perilakupembelian mencari variasi Sedikit perbedaan merek Perilaku pembelian mengurangi disonansi Perilaku pembelian menurut kebiasaan Keterangan tabel:

1. Perilaku pembelian yang kompleks

Perilaku membeli konsumen dalam berbagai situasi bercirikan

keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli dan adanya perbedaan

pandangan yang signifikan antara mereka yang satu dengan yang lain.

Pembelian-pembelian dengan keterlibatan tinggi meliputi produk atau jasa

yang secara psikologis penting bagi konsumen karena dapat memenuhi

kebutuhan sosial atau pribadinya. Konsumen mengambil resiko sosial

apabila keluarganya atau teman-temannya mengatakan bahwa pembelian

tersebut tidak tepat selain itu juga resiko keluarga yang berhubungan dengan

produk yang tidak memuaskan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan maka konsumen mencari informasi-informasi yang berkaitan

dengan produk yang ingin dibeli sehingga dapat menimbulkan kesalahan

pembelian. Pada umumnya konsumen akan melalui proses pembelajaran

untuk mengembangkan kepercayaan mengenai produk tersebut sehingga

(40)

jarang berpaling untuk memilih produk yang lain. Dengan melihat hal

tersebut para pemasar perusahaan harus menciptakan perbedaan-perbedaan

pada produk yang dihasilkannya dengan cara menjelaskan keunggulan yang

mereka miliki kepada konsumen, memotivasi penjual dan pembeli untuk

mempengaruhi pilihan merek akhir.

2. Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakcocokan (disonansi)

Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakcocokan ialah perilaku

konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi

sedikit perbedaan yang dirasakan di antara merek-mereka yang ada.

Keterlibatan yang tinggi ini berdasarkan kenyataan bahwa pembelian

terhadap suatu produk tersebut bersifat mahal, jarang dan beresiko.

3. Perilaku pembelian menurut kebiasaan

Perilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan

keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan

diantara merek-merek yang ada. Perilaku konsumen tidak melewati urutan

keyakinan, sikap, perilaku yang biasa. Konsumen langsung mengambil suatu

proses keputusan pembelian tanpa berpikir terlalu banyak karena sudah

merasa percaya akan produk yang dibelinya sehingga tampak bahwa

konsumen tidak mencari informasi mengenai produk yang ingin dibelinya

dan tidak mengevaluasi kelebihan atau kekurangan produk tersebut.

4. Perilaku membeli yang mencari variasi

Perilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan rendahnya

(41)

Konsumen tidak memiliki suatu kepercayaan terhadap salah satu atau

beberapa macam merek. Pada umumnya konsumen mencoba-coba suatu

produk yang baru, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengalihan

penggunaan terhadap suatu merek tertentu oleh konsumen. Pengalihan

mereka ini terjadi karena dengan alasan untuk mencari variasi lain yang

ditawarkan produk lain, mungkin karena bosan atau ingin rasa yang berbeda

bukan karena ketidakpuasan terhadap suatu produk.

Proses keputusan pembelian:

Keterangan:

1. Identifikasi masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan.

2. Pencarian informasi

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi.

3. Evaluasi alternatif

Konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sadar dan rasional.

4. Keputusan pembelian

Konsumen memutuskan jadi atau tidak melakukan pembelian.

5. Perilaku pasca pembelian:

Konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Identifikasi

masalah

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah studi kasus yang mana

penelitian tersebut memusatkan diri secara intensif pada individu yang memiliki

kekurangan, kelemahan, ketidakseimbangan untuk diperbaiki (Nawawi,

1998: 31). Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian kuantitatif bersifat

studi kasus yang menggambarkan suatu keadaan atau mengungkapkan suatu

masalah sesuai keadaan sebenarnya dari subjek yang diteliti yaitu hubungan

antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian produk fashion

Planet Surf.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian : Penelitian dilakukan di Planet Surf Malioboro Mall

2. Waktu Penelitian : Oktober sampai November 2007

C. Subjek dan Objek

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen produk fashion

Planet Surf Malioboro Mall.

(43)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel-variabel yang menjadi perhatian pokok

dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

keputusan pembelian pada konsumen produk fashion Planet Surf.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Sugiono ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

2. Sampel

Menurut Sugiono (Sugiono, 2001:73) sampel ialah bagian dari populasi yang

menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian, artinya sampel

adalah sebagian dari populasi yang mewakili seluruh populasi dengan

demikian sampel juga dapat dikatakan sebagai bagian individu yang

diselidiki dan sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan insidental sampling (incidental sampling methods ) yaitu

pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan kedalam sampel dilakukan

secara kebetulan saja dengan catatan bahwa sampel tersebut bersifat

representatif atau mewakili populasi. Konsumen yang diambil sebagai

(44)

terdapat atau dijumpai dilokasi penelitian (Sugiono ,1999:77). Besarnya

sampel yang diambil adalah 100 responden, hal ini berdasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga

tidak dapat mengambil sampel yang terlalu besar.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik, ciri, sifat, watak, milik atau keadaan

yang melekat pada beberapa subjek, orang atau barang yang dapat berbeda-beda

intensitasnya, banyaknya atau kategorinya (Soehardi Sigit, 2003: 37).

Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah variabel independen dan

dependen.

1. Variabel dependent:

Keputusan pembelian yaitu berbagai pertimbangan dalam proses

pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli

produk.

2. Variabel independent:

a. Gaya hidup yaitu pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam minat,

aktivitas, dan opininya.

b. Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja

seseorang.

F. Teknik Pengukuran Variabel

(45)

a. Gaya hidup

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu memberi

penilaian terhadap jawaban.

Metode penilaian:

Penilaian Skor

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

N : Netral

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

5

4

3

2

1

b. Pengukuran tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan diukur dengan menggunakan jumlah rupiah yang

diterima oleh masing-masing konsumen selama periode tertentu (dalam

hal ini bulanan) sebagai upah, gaji, sewa bunga, deviden, dan lain

sebagainya.

2. Variabel terikat

a. Keputusan pembelian

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu memberi

(46)

Metode penilaian:

Penilaian Skor

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

N : Netral

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju 5

4

3

2

1

G. Data

Data merupakan sejumlah informasi yang menjelaskan mengenai karakteristik

dari suatu objek (orang dan benda) untuk keperluan penelitian (Widayat dan

Amirullah, 2002: 65).

1. Data Primer

Informasi yang diperoleh dari sumber pertama oleh peneliti yang

berkaitan dengan variabel minat, hasil dari wawancara/pengisian kuesioner

yang dilakukan oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya

dalam bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga

lebih informatif jika disgunakan oleh orang lain.

H. Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode penelitian analisis kuantitatif yaitu dengan

mengumpulkan data, mengolah data, serta menganalisis data agar dapat tersusun

(47)

Jenis-jenis metode pengumpulan data:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.

2. Metode Observasi

Observasi meliputi kegiatan pencatatan pola perilaku orang, objek

dan kejadian-kejadian dalam suatu cara sistematis untuk mendapatkan

informasi tentang fenomena-fenomena yang diminati. Metode observasi

dapat dilakukan secara terstruktur/tidak terstruktur, tersembunyi atau

terang-terangan.

3. Wawancara

Metode wawancara merupakan metode yang memberi pertanyaan

baik terstruktur maupun tak terstruktur kepada sampel dari populasi dan

dirancang untuk memperoleh informasi dari responden.

I. Teknik Pengujian Instrumen

1. Analisis Validitas

Analisis validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

ukur benar-benar cocok atau sesuai sebagai alat ukur yang diinginkan

(Salamah Wahyuni 1993: 42). Analisis validitas menggunakan rumus

(48)

r =

[

2 2

][

2 2

]

) y ( y n . ) x ( x n y x xy n

∑ ∑

− − di mana:

r = koefisien korelasi sederhana

x = gaya hidup

y = keputusan pembelian

n = jumlah sampel

Besarnya rxy dihitung menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi 5%.

Di mana jika rhitung > rtabel maka instrumen penelitian yang digunakan

dinyatakan valid.

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur konsisten atau memiliki

kemantapan dalam penggunaannya, baik ditinjau dari waktu kewaktu maupun

dari kondisi satu dengan kondisi yang lain (Sumarni & Wahyuni, 2006:49).

Menurut Umar (2003:87) semakin kecil kesalahan pengukuran, maka makin

reliabel alat pengukur. Sebaliknya jika makin besar kesalahan pengukuran

maka semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Besar kecil kesalahan

pengukuran dapat diketahui antara lain dari nilai korelasi antara hasil

pengukuran pertama dan kedua. Ada cukup banyak teknik untuk mengukur

reliabilitas dan salah satunya adalah teknik Alpha Cronbach yang digunakan

dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat reliabilitas dalam penelitian ini.

Teknik Alpha Cronbach ini mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan

(49)

0-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5 dan 1-7 dan seterusnya dapat menggunakan

koefisien alpha cronbach, adapun rumusnya seperti berikut:

=

2

2 11

1

1

t b

k

k

r

σ

σ

Keterangan: 11

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

2

t

σ = Varian total

2

b

σ = Jumlah varian butir

Untuk mengetahui daftar pertanyaan atau kuesioner (kumpulan dari item

pertanyaan yang valid) reliabel atau tidak maka dilakukan pengujian terhadap

koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Suatu daftar pertanyaan atau scale

dinyatakan reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach > 0,60.

J. Teknik Analisa Data

1. Untuk menguji hipotesis pertama, yang menyatakan ada hubungan antara

gaya hidup dengan keputusan pembelian, maka digunakan rumus koefisien

korelasi product moment (Sugiono, 1999: 182) sebagai berikut:

r =

[

2 2

][

2 2

]

(50)

di mana:

r = koefisien korelasi antara gaya hidup dan keputusan pembelian

X = gaya hidup

Y = keputusan pembelian

n = jumlah sampel

Nilai koefisien korelasi dapat bervariasi dari –1 sampai dengan 1.

r = 1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna

dan positif. Jika r mendekati 1 berarti hubungan kedua variabel sangat kuat

dan positif.

r = -1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna

dan negatif. Jika r mendekati –1 hubungan kedua variabel sangat kuat dan

negatif.

Langkah selanjutnya memberikan interpretasi koefisien korelasi dengan

menggunakan pedoman sebagai berikut (Sugiyono 1999: 183):

Tabel III.1

Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup kuat

0,60 – 0,799 Kuat

(51)

Untuk menguji signifikansi korelasi di atas dengan rumus uji t (Wapolle,

1986: 188).

t = 2

1 2

r n r

− −

Keterangan:

r = koefisien korelasi

n = sampel

r2 = koefisien determinasi

t = nilai t hitung

Untuk menguji signifikansi r yaitu:

a. Dengan menentukan hipotesis:

H0 = Tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan keputusan

pembelian.

H1 = Ada hubungan antara gaya hidup dengan keputusan pembelian.

b. Menentukan level of significance:

Level signifikansi sebesar 5% dan derajat kebebasan n-2.

c. Perbandingan nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan ketentuan:

Jika H0 diterima maka t hitung < t tabel.

Jika H0 ditolak maka t hitung > t tabel.

2. Untuk menguji hipotesis kedua, yang menyatakan ada hubungan antara

tingkat pendapatan dengan keputusan pembelian maka digunakan rumus

(52)

r =

[

2 2

][

2 2

]

) y ( y n . ) x ( x n y x xy n

∑ ∑

− − di mana:

r = koefisien korelasi antara pendapatan dan keputusan pembelian

X = pendapatan

Y = keputusan pembelian

n = jumlah sampel

Nilai koefisien korelasi dapat bervariasi antara –1 sampai dengan 1.

r = 1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna

dan positif. Jika r mendekati 1 berarti hubungan kedua variabel sangat kuat

dan positif.

r = -1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna

dan negatif. Jika r mendekati –1 hubungan kedua variabel sangat kuat dan

negatif.

Langkah selanjutnya memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi

dengan menggunakan pedoman pada Tabel III.1.

Untuk menguji signifikansi korelasi di atas dengan rumus t (Supranto,

2001: 72).

t = 2

1 2 r n r − − Keterangan:

r = koefisien korelasi

(53)

r2 = koefisien determinasi

t = nilai t hitung

Untuk menguji signifikansi r yaitu:

a. Dengan menentukan hipotesis:

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan keputusan

pembelian.

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan keputusan

pembelian.

b. Menentukan level of significance:

Level signifikansi sebesar 5% dan derajat kebebasan n-2.

c. Perbandingan nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan ketentuan:

Jika H0 diterima maka t hitung < t tabel.

Jika H0 ditolak maka t hitung > t tabel.

3. Untuk menguji hipotesis ketiga, yang menyatakan ada hubungan antara gaya

hidup dan pendapatan secara simultan dengan keputusan pembelian maka

digunakan rumus koefisien korelasi ganda (Sugiyono, 1999: 182) sebagai

berikut: 2 12 12 2 1 2 2 1 2 1,2 r 1 r ry ry 2 -y r y r ) Ry( − + = di mana:

Ry12 = koefisien korelasi antara variabel gaya hidup dan pendapatan

(54)

ry1 = koefisien korelasi antara variabel gaya hidup dengan keputusan

pembelian

ry2 = koefisien korelasi antara variabel pendapatan dengan keputusan

pembelian

r12 = koefisien korelasi antara gaya hidup dan pendapatan dengan

keputusan pembelian

Langkah selanjutnya memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi

dengan menggunakan pedoman pada Tabel III.1.

Kemudian untuk membuktikan bahwa hipotesis dapat diterima atau tidak

diadakan pengujian hipotesis dengan tingkat signifikan 5%, untuk menguji

signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda digunakan uji F, yaitu:

(

n k 1

)

2 R 1 k 2 r Fh − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = Keterangan:

R = koefisien korelasi ganda

k = jumlah variabel independen

n = jumlah anggota sampel

Kriteria pengujiannya adalah:

a. H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, berarti tidak ada hubungan uji signifikan

dari variabel independen terhadap variabel dependen.

b. H0 diterima jika Fhitung > Ftabel, berarti ada hubungan uji signifikan dari

(55)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Planet Surf berpusat di Bali dan bernaung di bawah pimpinan PT.

PLANET SELANCAR MANDIRI dengan alamat:

Jl. Mertasari No 7 Kerobokan – Kuta Bali 80361 (Kantor Bali)

Ruko Taman Palem Lestari Blok E 22-23, Cengkareng, Jakarta barat (Kantor

Jakarta)

Pendiri sekaligus Owner Planet Surf adalah Bapak Bruno Tjahjono.

Untuk kota Yogyakarta, Planet Surf pertama kali berdiri di Galeria Mall Jl.

Jend. Sudirman, pada 31 Januari 1997. Selanjutnya disusul dengan dibukanya

cabang-cabang lain seperti Planet Surf Malioboro dan Plaza Ambarukmo.

B. Visi dan Misi

1. Visi

“Menembus Batas Meraih Bintang Di Dunia Surfing Indonesia”

2. Misi

a. Team Work Sinergy

(56)

Menyiapkan struktur organisasi yang jelas dan membangun

infrastruktur yang mendukung pencapaian Team Work Sinergy untuk

memperoleh produktivitas yang maksimum.

b. On Time Information

Menyiapkan infrastruktur yang menunjang perusahaan untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu dan tepat

guna.

c. Provide The Best

Mendorong dan melatih seluruh karyawan dan perangkat yang

diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan terbaik dan kecepatan

serta ketepatan layanan terbaik.

C. Culture

Adapun culture Planet Surf adalah “HIGH FIVE

1. Hard and Smart Working

Kami siap bekerja dengan tekun, teliti dan jeli.

Improvement:

Kami bertekad untuk selalu meningkatkan mutu dan cara kerja serta

(57)

2. Great Attitude

Kami mengutamakan kepentingan perusahaan diatas kepentingan

individu, serta mendahulukan kewajiban sebelum menuntut hak.

3. Honest and Responsible

Kami menjunjung tinggi iman, kejujuran, dan bertanggung jawab dalam

menyelesaikan pekerjaa.

4. Fight Like a Tiger Win Like Champion

Kami siap berjuang dengan semangat yang tinggi dan selalu berjiwa

pemenang.

5. Integrity

Kami siap bahu-membahu dalam kerja sama tim untuk menyelesaikan

pekerjaan dan pemecahan masalah.

6. Viva Vision and Mission

Kami siap terus-menerus memberi kontribusi yang terbaik untuk

mencapai visi dan misi perusahaan.

7. Efficient, Effective and enterpreneur

Kami siap melaksanakan pekerjaan secara tepat sasaran dan efisien,

(58)

D. Struktur Organisasi

PT PLANET SELANCAR MANDIRI

E. Produk-produk yang dipasarkan

Planet Surf menawarkan berbagai jenis fashion seperti jeans, T-shirt,

kemeja, dan berbagai aksesoris seperti dompet, topi, tas, belt, jam tangan,

sendal, dan sebagainya. Produk yang ditawarkan ditujukan untuk segmen

kelas atas, terdiri dari merk-merk seperti: Billabong, Hurley, Insight, Ripcurl,

Roxy, Rusty, Spyderbilt, Volcom, Quicksilver, Globe, dan Planet Surf.

DIRECTOR

GENERAL MANAGER FINANCE ACCOUNTING & IT

GENERAL MANAGER SALES, OPERATION & HRGA

REA

M

ERCHAINDI

F

INANCE & IT

MANAGER HR & GA

(59)

43

BAB V

ANALISIS DATA

A. Analisis Profil Responden

Profil dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pengelompokkan responden

dalam kategori-kategori seperti jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, dan

pendapatan atau uang saku setiap bulan.

1.Profil Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel V.1

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Responden Persentase

Laki-laki 51 responden 51%

Perempuan 49 responden 49%

Total 100 responden 100%

Sumber: data primer diolah

Dilihat dari data yang diperoleh pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin,

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 51 orang atau 51% dari 100 responden

yang diteliti, sisanya sebanyak 49 orang atau 49% berjenis kelamin perempuan.

2.Profil Responden berdasarkan Usia

Tabel V.2

Karakteristik responden berdasarkan usia

Kelompok usia Responden Persentase

Dibawah 20 tahun 25 responden 25%

20 sampai 25 tahun 51 responden 51%

Lebih dari 25 tahun 24 responden 24%

TOTAL 100 responden 100%

Sumber: data primer diolah

Pengelompokkan responden berdasarkan usia, responden yang masuk dalam

(60)

responden, responden yang masuk kelompok usia antara 20 sampai 25 tahun

berjumlah 51 orang atau 51% dari 100 responden merupakan jumlah responden

yang terbesar, dan kelompok usia lebih dari 25 tahun berjumlah 24 orang atau

24% dari 100 responden.

3. Profil responden berdasarkan pekerjaan

Tabel V.3

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Responden Persentase

Mahasiswa/pelajar 63 responden 63%

Pegawai Negeri 2 responden 2%

Pegawai Swasta 14 responden 14%

Wiraswasta 14 responden 14%

Ibu rumah tangga 7 responden 7%

TOTAL 100 responden 100%

Sumber: data primer diolah

Pengelompokan responden berdasarkan pekerjaan, responden yang berstatus

mahasiswa atau pelajar berjumlah 63 respoden atau 63%, responden yang

bekerja sebagai Pegawai Negeri 2 orang atau 2% dari 100 responden, responden

yang bekerja sebagai pegawai swasta berjumlah 14 orang atau 14% dari 100

responden, responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 14 orang 22%

dari 100 responden, dan responden ibu rumah tangga 7 orang atau 7% dari 100

responden.

4.Profil responden berdasar pendapatan/uang saku

Tabel V.4

Karakteristik responden berdasarkan pendapatan atau uang saku

Pendapatan Responden Persentase

Kurang dari Rp.2000.000;00 40 responden 40%

Antara Rp.2000.000;00 - Rp 4.000.000;00 58 responden 58%

Lebih dari Rp.4000.000;00 2 responden 2%

TOTAL 100 responden 100%

(61)

Dalam penelitian ini dari data yang diperoleh bahwa responden yang

pendapatannya kurang dari Rp.2000.000 berjumlah 40 responden atau 40% dari

100 responden. Jumlah responden dengan pendapatan antara Rp.2000.000

sampai Rp.4000.000 sebesar 58 responden atau 58% dari 100 responden. Dan

kelompok pendapatan lebih dari Rp.4000.000 berjumlah 2 responden atau 2%

dari 100 responden.

5.Profil responden berdasarkan frekuensi belanja dalam setahun

Tabel V.5

Karakteristik responden berdasarkan frekuensi belanja

Frekuensi responden Persentase

Kurang dari 3 kali 31 responden 31%

Antara 3 sampai 5 kali 46 responden 46%

Antara 6 sampai 8 kali 20 responden 20%

Lebih dari 8 kali 3 responden 3%

TOTAL 100 responden 100%

Sumber: data primer diolah

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, diketahui bahwa jumlah

responden yang berbelanja kurang dari 3 kali dalam setahun sebesar 31

responden atau 31% dari 100 responden. Responden yang menjawab kelompok

frekuensi belanja antara 3 sampai 5 kali berjumlah 46 responden atau 46% dari

100 responden, responden yang berbelanja antara 6 sampai 8 kali dalam setahun

berjumlah 20 responden atau 20% dari 100 responden. Dan responden yang

berbelanja lebih dari 8 kali dalam stahun berjumlah 3 responden atau 3% dari

(62)

6.Profil responden berdasarkan jumlah uang yang dibelanjakan pada sekali belanja

Tabel V.6

Karakteristik responden berdasarkan jumlah uang yang dibelanjakan pada sekali belanja

Jumlah uang belanja responden Persentase

Antara Rp 150.000;00 – Rp 300.000;00 53 responden 53%

Antara Rp 301.000;00 – Rp 450.000;00 20 responden 20%

Antara Rp 451.000,00 – Rp 600.000;00 13 responden 13%

Antara Rp 601.000;00 – Rp 750.000;00 5 responden 5%

Lebih dari Rp 750.000;00 9 responden 9%

TOTAL 100 responden 100%

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah uang yang dibelanjakan

antara Rp.150.000;00 sampai Rp.300.000;00 sebanyak 53 responden atau 53%

dari 100 responden. Kelompok jumlah uang belanja kisaran antara

Rp.301.000;00 sampai Rp. 450.000;00 sebanyak 20 responden atau 20% dari

100 responden. Responden yang membelanjakan uang antara antara

Rp.451.000,00 sampai Rp.600.000;00 berjumlah 13 responden atau 13% dari

100 responden, kelompok jumlah uanga yang dibelanjakan antara

Rp.601.000;00 sampai Rp.750.000;00 sebesar 5 responden. Dan responden

dengan jumlah uang yang dibelajakan untuk fashion Planet Surf lebih dari

Rp.750.000;00 berjumlah 9 orang atau 9 % dari 100 responden.

B.Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini pengujian instrumennya menggunakan pengujian

validitas dan pengujian reliabilitas sebagai alat ukur terhadap 30 responden yang

(63)

yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan bantuan software SPSS 15.00 for windows sebagai berikut:

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang

digunakan variabel bebas dalam penelitian ini (gaya hidup) dalam kuesioner

dapat diukur secara tepat atau tidak dengan menggunakan validitas instrumen ini,

Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari

masing-masing item dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi

product moment dengan tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil

pengujiannya menggunakan bantuan software SPSS 15.00 for windows dengan

melihat tabel Item Total Statistic pada kolom Corrected Item Total Correlation

(lampiran) dan rhitung terkoreksi dengan melihat tabel Correlations pada kolom

total (lampiran V) sebagai berikut:

Tabel V.7

Hasil Uji Validitas Variabel Independen gaya hidup Item

pertanyaan

r hitung r tabel Status

1 0,568 0,361 Valid

2 0,476 0,361 Valid

3 0,688 0,361 Valid

4 0,514 0,361 Valid

5 0,580 0,361 Valid

6 0,611 0,361 Valid

7 0,681 0,361 Valid

8 0,496 0,361 Valid

9 0,489 0,361 Valid

10 0,532 0,361 Valid

(64)

Berdasarkan hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa instrumen penelitian

untuk variabel gaya hidup dinyatakan valid, dapat lihat bahwa hasil dari

kesebelas item pertanyaan rhitung lebih besar dibanding rtabel atau rhitung > rtabel,

sehingga instrumen dapat dipakai dalam penelitian, karena hasil pengukurannya

mampu mengukur dengan tepat apa yang ingin dianalisis dalam penelitian ini.

Tabel V.8

Hasil Uji Validitas Variabel Dependen (keputusan pembelian) Item

pertanyaan

r hitung r tabel Status

1 0,626 0,361 Valid

2 0,588 0,361 Valid

3 0,572 0,361 Valid

4 0,700 0,361 Valid

5 0,397 0,361 Valid

6 0,496 0,361 Valid

7 0,384 0,361 Valid

8 0,432 0,361 Valid

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa instrumen penelitian untuk variabel

keputusan pembelian dinyatakan valid, dapat dilihat bahwa dari kedelapan item

pertanyaan hasil rhitung lebih besar dibanding rtabel atau rhitung > rtabel, sehingga

instrumen dapat dipakai dalam penelitian, karena hasil pengukuran mampu

mengukur dengan tepat apa yang ingin dianalisis dalam penelitian ini.

2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah

item pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner reliabel atau tidak. Pengujian

(65)

alphahitung dengan nilai alpha sebesar 0,60, apabila alphahitung > nilai alpha 0,60

dan alphahitung bernilai positif maka item pertanyaan yang digunakan adalah

reliabel dan begitu juga sebaliknya apabila alphahitung < nilai alpha 0,60 dan

alphahitung bernilai negatif maka item pertanyaan yang digunakan adalah tidak

reliabel. Tingkat reliabilitas diukur berdasarkan skala alpha dari 0 sampai 1,

ukuran kemantapan alpha dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel V.9

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s/d 0,20 Sangat Tidak Mantap

0,00 s/d 0,40 Tidak Mantap

0,00 s/d 0,60 Cukup Mantap

0,00 s/d 0,80 Mantap

0,00 s/d 1,00 Sangat Mantap

Berikut hasil pengujiannya menggunakan bantuan software SPSS 15.00 for

windows dengan melihat tabel Reliability Statistic pada kolom Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items (Lampiran V).

Tabel V.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independen Gaya Hidup

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

0,862 0,865 11

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data pada tabel di atas, maka

dapat dinyatakan reliabel karena nilai alphahitung > nilai alpha 0,60. Dalam

Gambar

Tabel frekuensi profil responden
Tabel berikut ini memperlihatkan dimensi-dimensi utama yang digunakan dalam
Tabel II.1
Tabel II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Garis penunj ukan ukurandan garis bant u ukuran adalah garis t ipis, garis sum bu, garis t ebal, garis put us- put us t idak boleh dij adikan garis penunj ukan ukuran.Tanda panah

Saya merasa akrab dengan lingkungan merupakan hal yang tidak

Berdasarkan penelitian Simanjorang 2012 dan Briani 2014, maka dilakukan penelitian tentang “pengaruh pemberian enzim papain kasar crude papain dan lama fermentasi terhadap

Blender adalah alat elektronik berupa sebuah wadah dilengkapi pisau berputar yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, menggiling, atau melunakkan bahan

Penyusun Program, Anggaran, dan Laporan Pengolah Data Barang Milik Negara Penata Dokumen Keuangan.

Many researchers have studied edge-magic total and super edge-magic total labelings for many families of disconnected graphs (see the general survey of Gal- lian [14]) and obtained

Kelompok Kerja (Pokja) Jasa Konsultansi ULP STAIN Parepare, maka ditetapkan calon.. penyedia yang memenuhi syarat kualifikasi untuk memasukkan penawaran

[r]