i
ANALISIS HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENDAPATAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
FASHION PLANET SURF Studi kasus pada konsumen produk fashion
Planet Surf Malioboro Mall Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Oleh:
M. Fransiska Purwaningsih 032214097
PROGRAM STUDI MANAJEMEN F A K U L T A S E K O N O M I
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.
- Confusius
Bangkitlah hati ku! Berjalanlah bersama sang fajar karena malam telah berlalu.
-Kahlil Gibran
Karya ini kupersembahkan untuk:
1.
Tuhan ku Yesus Kristus, karena pertolongan Nyalah skripsi ini bisa
diselesaikan.
vii
ABSTRAK
ANALISIS HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENDAPATAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN TERHADAP PRODUK
FASHION PLANET SURF
Studi kasus pada konsumen produk fashion Planet Surf Malioboro Mall
Yogyakarta M. Fransiska Purwaningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah gaya hidup dan pendapatan berhubungan dengan keputusan pembelian baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian dilakukan di Planet Surf Malioboro Mall pada bulan Oktober sampai November 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh konsumen toko Planet Surf, sampel penelitian ini berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan data menggunakan teknik kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment, uji t dengan taraf signifikan
05 , 0
=
α , dan Uji F dengan taraf signifikan α=0,05.
viii
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON THE CORRELATION BETWEEN LIFE STYLE AND INCOME TOWARDS CONSUMER DECISION MAKING
OF PLANET SURF FASHION
A Case Study on the consumer of Planet Surf Malioboro Shopping Mall
Jogjakarta
M. Fransiska Purwaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The purpose of this research was to know whether the life style and income related with consumer decision making partially or simultaneously. This research was carried out at Planet Surf Malioboro Shopping Mall Jogjakarta in October-November 2007. This research population was all of the consumer of Planet Surf. The sample size of this research was 100 respondents. The sampling technique used was Incidental Sampling Method. Data were collected through distributing questionnaires. Data analysis technique used were Product Moment correlation, t-test (two-tile) with level of significance α = 0,05, F-test with level of significance α = 0,05.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul Analisis hubungan antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian produk fashion Planet Surf. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada program studi Manajemen, jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini bisa selesai.
2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, MS selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G. M. Si selaku ketua jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. Marianus Mochtar Modesir, M. M selaku dosen pembimbing I yang telah memberi arahan, bimbingan, kritikan, saran, masukan, serta bantuan yang tak terhingga banyaknya selalu proses penyusunan skripsi ini.
x
6. Bapak Terry Prasetya selaku Area Manager Planet Surf yang bersedia memberi ijin penelitian kepada penulis.
7. Karyawan Planet Surf Malioboro Mall yang mau menerima dan membantu penulis selama proses penelitian.
8. Charlie yang selalu ada untuk mendampingi dan mendukungku.
9. My best friend (Henny dan Elvi) yang selalu ada untuk mendampingiku. 10.Orang tua dan kakak-kakak ku yang selalu mendukung dan mencintaiku. 11.Seluruh karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universita Sanata Dharma
yang telah banyak membantu dan melayani semua kebutuhan penulis baik selama kuliah maupun selama penyusunan skripsi ini.
12.Responden dan semua pihak yang tidak mungkin bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mohon kerelaan pembaca untuk memberi kritik, saran yang sifatnya membangun bagi terciptanya kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima kasih
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
1. Bagi Perusahaan ... 4
2. Bagi Penulis ... 5
xii
F. Hipotesis ... 5
G. Sistematika Penulisan ... 5
BABII LANDASAN TEORI ... 7
A. Pengertian Gaya Hidup ... 7
B. Identifikasi Gaya Hidup ... 15
C. Tipikal Konsumen Gaya Hidup ... 16
D. Pendapatan ... 17
E. Perilaku Konsumen ... 20
1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 20
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Pembelian ... 21
3. Perilaku Pembelian ... 22
F. Tipe-tipe Perilaku Keputusan Pembelian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
C. Subjek dan Objek ... 26
1. Subjek Penelitian ... 26
2. Objek Penelitian ... 27
D. Populasi dan Sampel ... 27
1. Populasi ... 27
xiii
E. Variabel Penelitian ... 28
F. Teknik Pengukuran Variabel ... 28
G. Data ... 30
1. Data Primer ... 30
2. Data Sekunder ... 30
H. Metode Pengumpulan Data ... 30
1. Kuesioner ... 31
2. Metode Observasi ... 31
3. Wawancara ... 31
I. Teknik Pengujian Instrumen ... 31
1. Analisis Validitas ... 31
2. Analisis Reliabilitas ... 32
J. Teknik Analisa Data ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 39
A.Sejarah Perusahaan ... 39
B.Visi dan Misi ... 39
1. Visi... 39
2. Misi ... 39
C.Culture ... 40
D.Struktur Organisasi ... 42
xiv
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43
A.Analisis Profil Responden ... 43
B.Pengujian Instrumen Penelitian ... 46
1. Pengujian Validitas ... 47
2. Pengujian Reliabilitas ... 48
C.Analisis Data ... 50
1. Hipoteis pertama ... 50
2. Hipotesis kedua ... 52
3. Hipotesis ketiga ... 54
D.Pembahasan ... 57
1. Hipotesis pertama ... 57
2. Hipotesis kedua ... 57
3. Hipotesis ketiga ... 58
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 59
A.Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 59
C. keterbatasan ... 60
xv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Dimensi AIO
Tabel II.2 Empat tipe perilaku pembelian
Tabel III.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Tabel V.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel V.2 Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel V.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel V.4 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan atau uang saku Tabel V.5 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi belanja dalam
setahun
Tabel V.6 Karakteristik responden berdasarkan jumlah uang yang dibelanjakan pada sekali belanja
Tabel V.7 Hasil uji Validitas variabel independen gaya hidup Tabel V.8 Hasil uji Validitas vaiabel dependen keputusan pembelian Tabel V.9 Tingkat Reliabilitas berdasarkan nilai alpha
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat IjinPenelitian Lampiran II Kuisioner
Lampiran III Hasil Kuisioner
Lampiran IV Tabel frekuensi profil responden Lampiran V Analisis Validitas dan Reliabilitas Lampiran VI Analisis Data
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masyarakat konsumen Indonesia mulai tumbuh beriringan dengan
globalisasi ekonomi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan
bergaya seperti shopping mall, industri mode atau fashion, industri kecantikan, kawasan huni mewah, apartemen, real estate, gencarnya iklan
barang-barang mewah, kegandrungan terhadap merk-merk asing, dan
berbagai tawaran gaya hidup melalui iklan televisi.
Globalisasi industri media mancanegara mulai masuk ke Indonesia
sejak akhir tahun 1990-an. Banyaknya majalah-majalah mode dan gaya hidup
yang terbit dalam edisi khusus bahasa Indonesia menawarkan gaya hidup
yang tidak mungkin terjangkau oleh kebanyakan masyarakat.
Majalah-majalah yang diperuntukkan bagi pria dan wanita kelas menengah ke atas ini
menanamkan nilai, cita rasa, dan gaya yang terlihat jelas dari kemasan, rubrik,
cover, dan slogan yang menawarkan fantasi hidup seperti “Be Smarter, Richer, & Sexier!”. Begitu juga berkembangnya industri penerbitan majalah remaja yang menjadi target pertumbuhan industri gaya hidup. Majalah anak
muda ini banyak menawarkan gaya hidup dengan budaya selera diseputar
Dalam abad gaya hidup, penampilan adalah segalanya. Perhatian
terhadap penampilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah.
Urusan penampilan atau presentasi diri ini sudah lama menjadi perbincangan
sosiolog dan kritikus budaya. Erving Goffman, misalnya dalam The Presentation of Self in Everyday Life (1959), mengemukakan bahwa kehidupan sosial terutama terdiri dari penampilan teatrikal yang diritualkan,
yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan dramaturgi (dramaturgical approach). Yang dia maksudkan adalah bahwa kita bertindak seolah-olah di atas sebuah panggung. Bagi Goffman, berbagai penggunaan ruang,
barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil untuk memfasilitasi
kehidupan sosial sehari-hari.
Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern atau biasa juga
disebut modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam
masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk
menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya (Kotler, 2002:192). Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa
yang kita maksud; dan mungkin sulit menemukan gambaran mengenai hal-hal
yang merujuk pada pada gaya hidup. Oleh karena itu, gaya hidup membantu
memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan
Gaya hidup berkaitan dengan bagaimana seseorang membentuk image
di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk
membentuk image inilah, dibutuhkan simbol-simbol tertentu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya. Simbol yang di
maksud adalah jenis benda yang harus dimiliki dan yang lebih penting adalah
mereknya.
Selain gaya hidup, faktor sumber daya dalam hal ini adalah
pendapatan juga sangat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang.
Dimana tingkat pendapatan sangat menentukan daya beli seseorang. Orang
yang berpendapatan tinggi cenderung mengkonsumsi barang-barang dengan
merk terkenal, sedang orang yang dengan penghasilan pas-pasan membeli
barang berdasar apa yang dibutuhkan.
Banyak pemasar menggunakan konsep gaya hidup dan faktor sumber
daya sebagai dasar untuk memahami perubahan nilai konsumen dan
bagaimana hubungannya dengan keputusan pembelian seseorang.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil topik
“ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN
PENDAPATAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
FASHION PLANET SURF”.
B. Rumusan Masalah
Pengambilan keputusan pembelian setiap konsumen berbeda,
hidup itu sendiri bertujuan bagaimana seseorang ingin dipersepsikan oleh
orang lain dalam masyarakat berkaitan dengan status sosialnya. Berdasarkan
masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah gaya hidup berhubungan dengan keputusan pembelian?
2. Apakah pendapatan berhubungan dengan keputusan pembelian?
3. Apakah gaya hidup dan pendapatan secara simultan berhubungan dengan
keputusan pembelian?
C. Batasan Masalah
Untuk mempersempit dan membatasi produk atau barang apa saja
yang menjadi bahan penelitian maka penulis meneliti produk pakaian Planet Surf dan faktor yang diteliti adalah gaya hidup dan tingkat pendapatan dengan keputusan pembelian konsumen produk fashion Planet Surf malioboro Mall.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian konsumen
produk fashion Planet Surf Malioboro Mall.
E. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan dalam memasarkan produk ke konsumen melalui riset
konsumen kemudian dari riset ini bisa ditentukan segmentasi pasar, target
pasar, serta strategi pemasaran yang efektif.
2. Bagi Penulis
Sebagai penerapan ilmu yang telah didapat di kampus dalam
kegunaannya sebagai pembanding teori yang di dapat di bangku kuliah
dengan pelaksaan penelitian pada konsumen.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah kepustakaan
dibidang perilaku konsumen bagi Universitas Sanata Dharma.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai suatu hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu dan dapat menuntun penyelidikan
selanjutnya (Umar, 2001:104). Berdasarkan perumusan masalah maka penulis
merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara gaya hidup dengan keputusan pembelian.
2. Ada hubungan antara pendapatan dengan keputusan pembelian.
3. Secara simultan terdapat hubungan antara gaya hidup dan pendapatan
G. Sistematika Penulisan
Keseluruhan penulisan skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan
pembahasannya sebagai berikut. Dalam bab pendahuluan akan dikemukakan
Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Hipotesis,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Dalam bab ke 2 yaitu Landasan Teori dikemukakan secara rinci studi
pustaka yang berisi teori-teori yang mendukung analisis permasalahan, dan
membahas pengertian perilaku konsumen, gaya hidup dan pendapatan.
Dalam bab ke 3 yaitu Metodologi Penelitian dikemukakan tentang
jenis lokasi dan waktu, objek dan subjek, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, teknik sampling dan pengujian
hipotesis.
Dalam bab ke 4 yaitu Gambaran Umum Perusahaan dikemukakan
tentang sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi, culture, struktur
organisasi serta produk-produk yang dipasarkan.
Dalam bab ke 5 yaitu bab yang berbicara mengenai Hasil Penelitian
dan Pembahasan dikemukakan tentang analisis profil responden dan
pembahasan dari hasil perhitungan data.
Sedangkan dalam bab ke 6 atau penutup dikemukakan Kesimpulan,
keterbatasan penelitian dan saran dari penulis yang diambil dari analisis dan
pembahasan yang mungkin berguna sebagai bahan masukan bagi perusahaan
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Gaya Hidup
Media massa sangat kuat didalam memberikan pengaruh pada gaya hidup
seseorang karena banyak hal yang bisa diperoleh dari media massa tersebut.
Media massa pada saat ini dalam hal isinya sudah mulai mempengaruhi gaya
hidup sebagian remaja kita, hal ini dikarenakan adanya faktor psikologis,
pendidikan konsumtifisme yang dapat membuat orang untuk terus bermimpi.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diungkapkan dalam
kegiatan minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup melukiskan “keseluruhan
orang” tersebut yang berinteraksi dalam lingkupnya. (Philip Kotler, 1995: 215).
Untuk memahami hal ini maka kita dapat mengukur dimensi-dimensi
utama konsumen yaitu dimensi AIO. Dimensi yang pertama ialah Activities yang
meliputi pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kegiatan sosial. Dimensi yang kedua
ialah Interests yang meliputi makanan, mode, keluarga, rekreasi. Dimensi yang
ketiga ialah Opinions yang meliputi mengenai diri mereka sendiri,
masalah-masalah sosial, bisnis, produk.
Beberapa perusahaan berusaha untuk mengembangkan klasifikasi
mengenai gaya hidup. Yang paling banyak digunakan ialah values and lifestyles
buatan SRI Consulting yang membagi konsumen menjadi delapan kelompok
berdasarkan dua dimensi utama yaitu dimensi orientasi diri dan dimensi sumber
membantu seseorang memperkuat identitas sosialnya. Terdapat tiga orientasi diri
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh valuesand lifestyles yaitu:
1. Konsumen berorientasi prinsip membeli berdasarkan kriteria abstrak atau
ideal dan bukan perasaan, emosi atau keinginan yang diterima oleh
masyarakat.
2. Konsumen berorientasi status berusaha mendapatkan posisi sosial yang jelas
dan membeli berdasarkan pendapat orang lain.
3. Konsumen berorientasi tindakan didorong oleh keinginan atas kegiatan,
variasi dan pengambilan resiko.
Dimensi sumber daya terbagi-bagi di dalam pendapatan, pendidikan,
kesehatan, kepercayaan diri, tenaga dan faktor-faktor lain.
Klasifikasi gaya hidup menurut VALS 2, yaitu terdapat 8 segmen
konsumen VALS 2: (Kotler & Amstrong, 2001: 208)
1. Actualizers : orang-orang yang sukses, modern, aktif, siap bekerja keras dengan pengakuan diri yang tinggi dan sumber daya yang melimpah.
2. Fulfileds (berorientasi prinsip) : dewasa, merasa puas, memiliki informasi, reflektif dan yang paling jelas berpendidikan. Mereka adalah konsumen
konservatif dan praktis yang menginginkan nilai, daya tahan dan
kemanfaatan dalam produk yang mereka beli.
3. Believers (berorientasi prinsip). Ini adalah orang-orang yang konservatif dan konvensional dengan kepercayaan yang konkrit berdasarkan pada nilai-nilai
mereka adalah konservatif dan biasa diduga, menyukai produk-produk
Amerika dan merk-merk yang sudah mapan.
4. Achievers (berorientasi status). Orang-orang dalam segmen ini sukses dan berorientasi kerja dan berusaha mengendalikan kehidupannya. Mereka
menilai struktur, prediktabilitas, stabilitas, dan menyukai produk dan jasa
yang sudah mapan.
5. Stivers (berorientasi status). Mereka mencari informasi, definisi diri dan pengakuan dari dunia di sekeliling mereka. Mereka sangat memperhatikan
opini dan pengakuan dari orang lain. Stivers bersifat impulsive dan mudah
merasa bosan.
6. Experiencers (berorientasi tindakan). Mereka adalah orang-orang yang antusias, impulsive, dan suka memberontak yang menginginkan variasi dan
kegembiraan. Mereka menyukai latihan fisik, olah raga dan kegiatan sosial
dan merupakan konsumen yang antusias terutama terhadap pakaian, musik,
film bioskop, dan makanan cepat saji.
7. Makers (berorientasi tindakan). Ini adalah orang-orang yang praktis dan mandiri dengan keahlian konstruktif. Mereka tinggal di dalam lingkungan
keluarga tradisional, pekerjaan praktis, dan rekreasi fisik, tidak begitu
berminat pada hal-hal lain.
8. Strugalers. Mereka miskin, kurang terampil, berpendidikan rendah, beranjak tua, dan sangat mengkhawatirkan kesehatan. Mereka sering putus asa, pasif
Gaya hidup merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam memilih dan mengambil keputusan untuk prinsip hidupnya
karena itu gaya hidup seseorang dapat menjadi simbol prestise dalam sistem
stratifikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang meurut
Wirth adalah: (Daldjoeni, 1982: 71).
1. Jumlah manusia
Semakin banyak manusianya semakin bermunculan kegiatan-kegiatan dan
lembaga-lembaga baru yang dibuat manusia.
2. Kepadatan
Kepadatan ini yang mendorong kegiatan-kegiatan seleksi seperti kebugaran,
time zone, dan arena permainan.
3. Heterogenitas
Munculnya relasi yang segmentasi orang yang mengenal seseorang tak
secara utuh lagi, akan tetapi perhatian tertentu saja. Ini disebabkan
segmentasi bersifat universal heterogenitas, yang mengakibatkan munculnya
gejala universal heterogenitas yang mengakibatkan munculnya
depersonalisasi, yakni lunturnya kepribadian di mana ia menjadi penting
secara individual saja. Gejala ini dalam proses selanjutnya akan menuju pada
impersonalitas dari masyarakat modern.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan sebuah gaya hidup
diantaranya adalah latar belakang budaya, agama, pendidikan, lingkungan sosial,
tingkat kesejahteraan, sarana dan prasarana, atau wilayah tempat tinggal sering
Menurut Redana (Ecstacy Gaya Hidup, 1997: 181) suatu perubahan gaya
hidup dalam sebuah kebudayaan masyarakat melalui media masa (komunikasi)
di mana media komunikasi merupakan bagian terpenting sebagai bagian dari
wujud kebudayaan masa. Dalam dunia kebudayaan masa, konsumen memasuki,
didatangi, atau terpaksa menerima berbagai lingkungan budaya lain secara
perlahan atau cepat membawa mereka menjadi masyarakat transtruktural.
Tawaran gaya hidup yang “wah” akan mendekonstruksi atau mengubah
kebudayaan beserta pengertiannya lewat gemerlap iklan dan sihir-sihir program
televisi, dan bukan melalui indoktrinasi kaku, pamflet, propaganda, pidato,
penataran, atau yang lainnya.
Menurut Redana (dalam Ibrahim, 1997: 181) perubahan dalam
kebudayaan masa tersebut dapat terjadi semboyan secara besar-besaran dan
perang besar-besaran untuk mendewakan kekuatan uang, kekuatan materi, dan
perpacuan yang bukan saja menjadi orang kaya tetapi bagaimana tampil dan
dihormati sebagai orang kaya, ini dapat dilihat pada:
1. Tingkat konsumsi. Yang dikonsumsi masyarakat pada level ini bukan lagi
berdasarkan nilai guna, nilai pakai, tetapi sesuatu yang disebut simbol.
Simbol citra atau image menjadi sangat penting sehingga informasi dari
media komunikasi tidak lagi sebagai alat atau modal tetapi sebagai produk.
Adanya rumah produksi tidak lagi memproduksi barang tetapi memproduksi
informasi tentang barang, citra tentang barang, sehingga dalam dunia
mendistribusikan simbol tersebut sehingga mengklaim bahwa kebenaran
hanya satu adanya.
2. Orang rela membayar atau mengongkosi dengan mahal untuk kepentingan
citra seperti produk-produk tertentu, makanan tertentu, bergaya tertentu,
rekreasi tertentu. Dengan perubahan terutama pada gaya hidup tertentu ada
ongkos sosial yang harus dibayar dalam arti seberapa banyak orang atau
kelompok yang harus menderita dan menyingkir dari kemakmuran demi
membiayai satu kelompok tertentu.
Perubahan yang terjadi di atas merupakan perubahan yang mutakhir di
Indonesia, bagaimana orang dilatih dan terobsesi dengan persoalan gaya hidup.
Bukan hanya perempuan, lelaki pun pergi ke salon untuk merawat kuku. Sekolah
yang disebut sekolah kepribadian merupakan sekolah yang melatih bagaimana
orang-orang bisa makan sup dengan sopan dan akhir-akhir ini menjamur. Belum
lagi fitness center yang merebak sampai ke kampung-kampung dan urusan diet
untuk menjaga kelangsingan dan sebagainya.
Pentingnya citra atau image cukup menyolok manifestasinya yang terjadi
pada perubahan kebudayaan yaitu terjadinya jor-joran iklan, disain, aksesoris,
toko dan plasa yang bukan main gemerlapnya, sehingga nyaris tak ada subkultur
tandingan (counter sub cultur) yang secara terprogram dan disadari hendak
dihadapkan pada iklan konsumentifisme dari kebudayaan material itu.
Pada umumnya gaya hidup remaja masa kini bertujuan untuk sekedar
yang lainnya, gaya hidup yang sering banyak dicontoh / ditiru adalah gaya hidup
kota yang muncul dari produk kebudayaan popular seperti:
1. Majalah-majalah trend remaja yaitu : Gadis, Hai, Aneka, Kawanku, dan
lain-lain.
2. Film-film import yang begitu mudah didapat dalam bioskop, tv maupun
VCD
3. Musik-musik barat beserta konser-konsernya yang selalu dilihatnya secara
berkelompok atau individu
4. Novel-novel atau bacaan ringan
5. Aktivitas kelompok, seperti jalan-jalan di mall serta ikut senam aerobik dan
lain-lain.
Hal tersebut di atas dinamakan komunikasi masyarakat yang sekarang ini
sedang berkembang, tetapi pada saat menyampaikan segala kebudayaan yang
populer tersebut sebagai cermin dari masyarakat tidak memasukkan kenyataan,
bahkan lebih banyak merefleksikan bayangan-bayangan yang diinginkan oleh
masyarakat tersebut (Ibrahim, dalam Abar, 1998: 224).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator gaya hidup yang
berhubungan dengan gaya berpakaian.
Pengertian gaya (fad) berpakaian adalah gaya dalam cara berpakaian
yang masa berlakunya bersifat sementara, dan berjangka waktu pendek.
Gaya lahir dari keinginan untuk memperoleh dan mempertahankan status
dipandang sesuatu yang baru. Semua ragam gaya berkembang dengan cepat
selama dua atau tiga bulan kemudian menghilang.
Pengertian mode (fashion) adalah gaya dalam cara berpakaian yang
massa berlakunya bersifat sementara, kurang penting, jangka waktunya lebih
singkat daripada gaya, serta kemunculannya cenderung bersiklus (Horton dan
Hunt, 1992: 186).
Mode lahir dari keinginan seseorang untuk menghias dirinya agar
memiliki daya tarik seksual yang lebih memikat. Mode hanya penting dalam
masyarakat yang bersistem kelas sosial, pada masyarakat yang homogen (tidak
berdeferensiasi) tidak terdapat perbedaan mode karena semua orang berdandan
dan berperilaku hampir sama. Mode hanya penting pada kelas sosial yang
terbuka. Orang-orang kelas sosial menengah yang aktif adalah orang-orang yang
paling memperhatikan mode.
Penyebaran mode tidak selalu berawal dari kalangan elit, kemudian ditiru
oleh kalangan kelas bawah tetapi dapat berawal dari tiap kelas sosial. Penyebaran
mode terjadi karena orang-orang ingin mengikuti mode terakhir, melengkapi
koleksi dengan berbagai macam model yang bersaing.
Mode dapat nampak pada hampir semua aspek kehidupan yaitu
kelompok tindak tanduk, kesenian, kesusasteraan, filsafat dan metodologi ilmu
pengetahuan, tetapi tampak sangat menonjol pada aspek cara berpakaian dan
cara berdandan. Mode tidak semata-mata menyangkut hal yang sepele atau hal
yang aneh-aneh karena mode merefleksikan minat dan nilai-nilai masyarakat
B. Identifikasi Gaya Hidup
Klasifikasi gaya hidup tidak dapat dianggap berlaku secara universal
antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat berbeda, antara wilayah
yang satu dapat berbeda dengan wilayah yang lain. Harry Susianto dalam
penelitiannya dalam mengidentifikasi gaya hidup anak muda Jakarta
mendapatkan hasil sebagai berikut:
1. Hura-hura
Orang-orang yang selalu terlibat dengan orang lain, berjumlah 9%.
2. Hedonis
Orang-orang yang mengarahkan gaya hidupnya atau aktivitasnya untuk
mencapai kenikmatan hidup, berjumlah 2%.
3. Rumahan
Orang-orang yang banyak menghabiskan waktunya di rumah, berjumlah
23%.
4. Sportif
Orang-orang yang cenderung berhati-hati dalam bertingkah-laku, berjumlah
21%.
5. Orang untuk orang lain
Orang-orang yang peka terhadap kebutuhan orang lain, berjumlah 15%.
Tabel berikut ini memperlihatkan dimensi-dimensi utama yang digunakan dalam
Tabel II.1 Dimensi AIO
Kegiatan Minat Pendapat Demografis
Pekerjaan Keluarga Mereka sendiri Umur
Hobi Rumah Isu-isu sosial Pendidikan
Kejadian sosial Pekerjaan Plolitik Penghasilan
Liburan Masyarakat Bisnis Pekerjaan
Hiburan Rekreasi Ekonomi Ukuran keluarga
Klub Mode Pendidikan Tempat tinggal
Masyarakat Makanan Produk Geografi
Belanja Media Masa depan Besar kota
Olah raga prestasi Kebudayaan Tahap siklus hidup
C. Tipikal Konsumen Gaya Hidup
Terdapat dua macam tipikal konsumen terhadap produk gaya hidup.
Yang pertama ialah konsumen yang mementingkan kualitas ketimbang harga dan
yang kedua ialah konsumen yang lebih mengutamakan citra ketimbang yang
lainya.
Pada masa sekarang ini di mana masyarakat menjadi lebih konsumtif
menyebabkan pemasar berusaha untuk mempertajam segmen pasar yang
dimasukinya sehingga muncul segmen pasar berdasarkan psikografis. Pada
segmen pasar ini banyak orang membedakan antara riset psikografis dan gaya
hidup (lifesyle). Tetapi gaya hidup (lifesyle) merupakan bagian yang dominan
dari dimensi psikografis manusia. Sejalan dengan perkembangan gaya hidup
tersebut pemasar juga mengembangkan konsep lifesyle branding, di mana
produk dilihat lebih dari sekedar memberi manfaat emosional tetapi juga
pernyataan diri (self-expressive-benefit). Pemasar dalam mengembangkan
1. Memperoleh keuntungan melalui pembentukan dan mempertahankan ikatan
yang kuat, emosional dan jangka panjang dengan konsumennya.
2. Membangun lifesyle brand dapat bermanfaat saat meluncurkan produk baru
karena biaya lebih murah.
3. Dapat mencapai ROI (Return On Investment) lebih cepat.
4. Pengguna yang loyal akan menceritakan kepada orang lain mengenai
keuntungan penggunaan suatu produk.
D. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil
kerja seseorang. Jika kita memperhatikan lingkungan di sekitar kita, maka
akan terlihat betapa sibuknya orang bekerja. Hal ini dilakukan orang agar
memperoleh imbalan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu rumah
tangga, maka sebuah keluarga harus berusaha agar memperoleh pemasukan
sebagai sumber keuangan guna memenuhi kebutuhannya. Keduanya
mempunyai pengertian yang sama yaitu besarnya arus uang dan barang
masuk dalam suatu rumah tangga yang diperoleh dari sektor usaha baik
formal maupun informal yang dinilai dengan satuan uang (rupiah).
2. Bentuk Pendapatan
Menurut biro pusat statistik pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga
a. Pendapatan berupa uang
b. Pendapatan berupa barang
c. Pendapatan berupa uang dan barang
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang
sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau
kontraprestasi. Sumber-sumber utama adalah gaji dan upah serta lain-lain
balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan
pekerjaan bebas, pendapatan dari jumlah barang yang dipelihara di halaman
rumah, investasi serta keuntungan sosial.
Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya
reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima
dalam bentuk barang dan jasa. Barang-barang dan jasa yang diperoleh dinilai
dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang
oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian pula penerimaan
barang secara cuma-cuma, penerimaan barang dan jasa dengan harga subsidi
atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.
Untuk penerimaan barang yang disepakati sebagai pedoman adalah
segala penerimaan yang bersifat transfer atau retribusi dan biasanya
membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga, misalnya penjualan
barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan,
penagihan utang, kiriman uang, menang judi dan lain-lain.
Ketiga bentuk pendapatan tersebut dapat dirinci dalam kategori
a. Pendapatan berupa uang
1) Dari gaji dan upah yang diperoleh
a) Kerja pokok
b) Kerja sampingan
c) Kerja kadang-kadang
2) Dari usaha sendiri, yang meliputi
a) Hasil bersih dari usaha sendiri
b) Komisi
c) Penjualan dari kerajinan rumah
3) Dari instansi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik rumah
4) Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja
sosial
b. Pendapatan berupa barang
1) Bagian pembayaran upah dan gaji yang diwujudkan dalam beras,
pengobatan, transportasi, perumahan, rekreasi dan sebagainya
2) Penerimaan uang yang bukan merupakan pendapatan, yaitu :
a) Pengambilan tabungan
b) Penjualan barang-barang yang dipakai
c) Penagihan utang
d) Pinjaman uang
e) Kiriman uang
f) Hadiah
h) Menang judi
E. Perilaku Konsumen
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen perlu diketahui untuk menentukan strategi
pemasaran yang akan dijalankan supaya produk yang ditawarkan bisa tepat
sasaran dan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Analisis perilaku
konsumen menyangkut kegiatan-kegiatan yang sulit diamati. Mempelajari
perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli tetapi juga
bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi macam apa barang dan jasa itu
dibeli.
Pengertian tentang perilaku konsumen yang diungkapkan oleh ahli
(James F. Engel, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard, 1994: 3):
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa
termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini.
Sedangkan American Marketing Association mendefinisikan perilaku
konsumen adalah pengaruh atau kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar
kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka
(dalam Amirullah, 2002: 2).
Menurut David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta, perilaku
secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh atau dapat
mempergunakan barang dan jasa (dalam Amirullah, 2002: 2).
Dari definisi di atas ada dua elemen terpenting dalam perilaku
konsumen yaitu proses pengambilan keputusan yang semua ini
mencerminkan usaha konsumen dalam memenuhi dan memuaskan
kebutuhannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah sebagai
berikut:
a. Faktor budaya
1) Budaya
2) Sub budaya
3) Kelas sosial
b. Faktor sosial
1) Kelompok acuan
2) Keluarga
3) Peran dan status
c. Faktor pribadi
1) Usia dan tahap siklus hidup
2) Pekerjaan
3) Keadaan ekonomi
4) Gaya hidup
d. Faktor psikologis
1) Motivasi
2) Persepsi
3) Pengetahuan
4) sikap
3. Perilaku Pembelian
Menurut Philip Kotler (2002: 202) ada lima peran yang dimainkan
orang dalam keputusan pembelian, yaitu:
a. Pencetus: seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk
membeli suatu produk atau jasa.
b. Pemberi pengaruh: seseorang yang dipandang sarannya mempengaruhi
keputusan.
c. Pengambil keputusan: seseorang yang mengambil keputusan untuk
setiap komponen keputusan pembelian; apakah membeli, tidak membeli,
bagaimana membeli, dan di mana akan membeli.
d. Pembeli: orang yang akan melakukan pembelian sesungguhnya.
e. Pemakai: seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau
jasa yang bersangkutan.
F. Tipe-tipe Perilaku Keputusan Pembelian
Ketika konsumen melakukan pembelian pada umumnya akan terjadi
banyak perbedaan dengan konsumen yang lain. Hal ini terjadi karena melibatkan
pembelian konsumen dapat dibedakan menjadi empat berdasarkan derajat
keterlibatan pembeli dan derajat perbedaan antara berbagai merek. (Kotler, 2001
: 202)
Tabel II.2
Empat tipe perilaku pembeli
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Perbedaan merek yang signifikan
Perilaku pembelian yang kompleks Perilakupembelian mencari variasi Sedikit perbedaan merek Perilaku pembelian mengurangi disonansi Perilaku pembelian menurut kebiasaan Keterangan tabel:
1. Perilaku pembelian yang kompleks
Perilaku membeli konsumen dalam berbagai situasi bercirikan
keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli dan adanya perbedaan
pandangan yang signifikan antara mereka yang satu dengan yang lain.
Pembelian-pembelian dengan keterlibatan tinggi meliputi produk atau jasa
yang secara psikologis penting bagi konsumen karena dapat memenuhi
kebutuhan sosial atau pribadinya. Konsumen mengambil resiko sosial
apabila keluarganya atau teman-temannya mengatakan bahwa pembelian
tersebut tidak tepat selain itu juga resiko keluarga yang berhubungan dengan
produk yang tidak memuaskan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan maka konsumen mencari informasi-informasi yang berkaitan
dengan produk yang ingin dibeli sehingga dapat menimbulkan kesalahan
pembelian. Pada umumnya konsumen akan melalui proses pembelajaran
untuk mengembangkan kepercayaan mengenai produk tersebut sehingga
jarang berpaling untuk memilih produk yang lain. Dengan melihat hal
tersebut para pemasar perusahaan harus menciptakan perbedaan-perbedaan
pada produk yang dihasilkannya dengan cara menjelaskan keunggulan yang
mereka miliki kepada konsumen, memotivasi penjual dan pembeli untuk
mempengaruhi pilihan merek akhir.
2. Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakcocokan (disonansi)
Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakcocokan ialah perilaku
konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi
sedikit perbedaan yang dirasakan di antara merek-mereka yang ada.
Keterlibatan yang tinggi ini berdasarkan kenyataan bahwa pembelian
terhadap suatu produk tersebut bersifat mahal, jarang dan beresiko.
3. Perilaku pembelian menurut kebiasaan
Perilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan
diantara merek-merek yang ada. Perilaku konsumen tidak melewati urutan
keyakinan, sikap, perilaku yang biasa. Konsumen langsung mengambil suatu
proses keputusan pembelian tanpa berpikir terlalu banyak karena sudah
merasa percaya akan produk yang dibelinya sehingga tampak bahwa
konsumen tidak mencari informasi mengenai produk yang ingin dibelinya
dan tidak mengevaluasi kelebihan atau kekurangan produk tersebut.
4. Perilaku membeli yang mencari variasi
Perilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan rendahnya
Konsumen tidak memiliki suatu kepercayaan terhadap salah satu atau
beberapa macam merek. Pada umumnya konsumen mencoba-coba suatu
produk yang baru, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengalihan
penggunaan terhadap suatu merek tertentu oleh konsumen. Pengalihan
mereka ini terjadi karena dengan alasan untuk mencari variasi lain yang
ditawarkan produk lain, mungkin karena bosan atau ingin rasa yang berbeda
bukan karena ketidakpuasan terhadap suatu produk.
Proses keputusan pembelian:
Keterangan:
1. Identifikasi masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi.
3. Evaluasi alternatif
Konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sadar dan rasional.
4. Keputusan pembelian
Konsumen memutuskan jadi atau tidak melakukan pembelian.
5. Perilaku pasca pembelian:
Konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Identifikasi
masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah studi kasus yang mana
penelitian tersebut memusatkan diri secara intensif pada individu yang memiliki
kekurangan, kelemahan, ketidakseimbangan untuk diperbaiki (Nawawi,
1998: 31). Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian kuantitatif bersifat
studi kasus yang menggambarkan suatu keadaan atau mengungkapkan suatu
masalah sesuai keadaan sebenarnya dari subjek yang diteliti yaitu hubungan
antara gaya hidup dan pendapatan dengan keputusan pembelian produk fashion
Planet Surf.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian : Penelitian dilakukan di Planet Surf Malioboro Mall
2. Waktu Penelitian : Oktober sampai November 2007
C. Subjek dan Objek
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen produk fashion
Planet Surf Malioboro Mall.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel-variabel yang menjadi perhatian pokok
dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
keputusan pembelian pada konsumen produk fashion Planet Surf.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Sugiono ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
2. Sampel
Menurut Sugiono (Sugiono, 2001:73) sampel ialah bagian dari populasi yang
menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian, artinya sampel
adalah sebagian dari populasi yang mewakili seluruh populasi dengan
demikian sampel juga dapat dikatakan sebagai bagian individu yang
diselidiki dan sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan insidental sampling (incidental sampling methods ) yaitu
pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan kedalam sampel dilakukan
secara kebetulan saja dengan catatan bahwa sampel tersebut bersifat
representatif atau mewakili populasi. Konsumen yang diambil sebagai
terdapat atau dijumpai dilokasi penelitian (Sugiono ,1999:77). Besarnya
sampel yang diambil adalah 100 responden, hal ini berdasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga
tidak dapat mengambil sampel yang terlalu besar.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik, ciri, sifat, watak, milik atau keadaan
yang melekat pada beberapa subjek, orang atau barang yang dapat berbeda-beda
intensitasnya, banyaknya atau kategorinya (Soehardi Sigit, 2003: 37).
Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah variabel independen dan
dependen.
1. Variabel dependent:
Keputusan pembelian yaitu berbagai pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli
produk.
2. Variabel independent:
a. Gaya hidup yaitu pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam minat,
aktivitas, dan opininya.
b. Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja
seseorang.
F. Teknik Pengukuran Variabel
a. Gaya hidup
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu memberi
penilaian terhadap jawaban.
Metode penilaian:
Penilaian Skor
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
5
4
3
2
1
b. Pengukuran tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan diukur dengan menggunakan jumlah rupiah yang
diterima oleh masing-masing konsumen selama periode tertentu (dalam
hal ini bulanan) sebagai upah, gaji, sewa bunga, deviden, dan lain
sebagainya.
2. Variabel terikat
a. Keputusan pembelian
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu memberi
Metode penilaian:
Penilaian Skor
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju 5
4
3
2
1
G. Data
Data merupakan sejumlah informasi yang menjelaskan mengenai karakteristik
dari suatu objek (orang dan benda) untuk keperluan penelitian (Widayat dan
Amirullah, 2002: 65).
1. Data Primer
Informasi yang diperoleh dari sumber pertama oleh peneliti yang
berkaitan dengan variabel minat, hasil dari wawancara/pengisian kuesioner
yang dilakukan oleh peneliti.
2. Data Sekunder
Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga
lebih informatif jika disgunakan oleh orang lain.
H. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode penelitian analisis kuantitatif yaitu dengan
mengumpulkan data, mengolah data, serta menganalisis data agar dapat tersusun
Jenis-jenis metode pengumpulan data:
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
2. Metode Observasi
Observasi meliputi kegiatan pencatatan pola perilaku orang, objek
dan kejadian-kejadian dalam suatu cara sistematis untuk mendapatkan
informasi tentang fenomena-fenomena yang diminati. Metode observasi
dapat dilakukan secara terstruktur/tidak terstruktur, tersembunyi atau
terang-terangan.
3. Wawancara
Metode wawancara merupakan metode yang memberi pertanyaan
baik terstruktur maupun tak terstruktur kepada sampel dari populasi dan
dirancang untuk memperoleh informasi dari responden.
I. Teknik Pengujian Instrumen
1. Analisis Validitas
Analisis validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur benar-benar cocok atau sesuai sebagai alat ukur yang diinginkan
(Salamah Wahyuni 1993: 42). Analisis validitas menggunakan rumus
r =
[
2 2][
2 2]
) y ( y n . ) x ( x n y x xy n
∑
∑
∑
−∑
∑
∑ ∑
− − di mana:r = koefisien korelasi sederhana
x = gaya hidup
y = keputusan pembelian
n = jumlah sampel
Besarnya rxy dihitung menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi 5%.
Di mana jika rhitung > rtabel maka instrumen penelitian yang digunakan
dinyatakan valid.
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur konsisten atau memiliki
kemantapan dalam penggunaannya, baik ditinjau dari waktu kewaktu maupun
dari kondisi satu dengan kondisi yang lain (Sumarni & Wahyuni, 2006:49).
Menurut Umar (2003:87) semakin kecil kesalahan pengukuran, maka makin
reliabel alat pengukur. Sebaliknya jika makin besar kesalahan pengukuran
maka semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Besar kecil kesalahan
pengukuran dapat diketahui antara lain dari nilai korelasi antara hasil
pengukuran pertama dan kedua. Ada cukup banyak teknik untuk mengukur
reliabilitas dan salah satunya adalah teknik Alpha Cronbach yang digunakan
dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat reliabilitas dalam penelitian ini.
Teknik Alpha Cronbach ini mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan
0-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5 dan 1-7 dan seterusnya dapat menggunakan
koefisien alpha cronbach, adapun rumusnya seperti berikut:
⎟
⎟
⎠
⎞
⎜
⎜
⎝
⎛
−
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
−
=
∑
22 11
1
1
t bk
k
r
σ
σ
Keterangan: 11r = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan
2
t
σ = Varian total
∑
2b
σ = Jumlah varian butir
Untuk mengetahui daftar pertanyaan atau kuesioner (kumpulan dari item
pertanyaan yang valid) reliabel atau tidak maka dilakukan pengujian terhadap
koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Suatu daftar pertanyaan atau scale
dinyatakan reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach > 0,60.
J. Teknik Analisa Data
1. Untuk menguji hipotesis pertama, yang menyatakan ada hubungan antara
gaya hidup dengan keputusan pembelian, maka digunakan rumus koefisien
korelasi product moment (Sugiono, 1999: 182) sebagai berikut:
r =
[
2 2][
2 2]
di mana:
r = koefisien korelasi antara gaya hidup dan keputusan pembelian
X = gaya hidup
Y = keputusan pembelian
n = jumlah sampel
Nilai koefisien korelasi dapat bervariasi dari –1 sampai dengan 1.
r = 1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna
dan positif. Jika r mendekati 1 berarti hubungan kedua variabel sangat kuat
dan positif.
r = -1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna
dan negatif. Jika r mendekati –1 hubungan kedua variabel sangat kuat dan
negatif.
Langkah selanjutnya memberikan interpretasi koefisien korelasi dengan
menggunakan pedoman sebagai berikut (Sugiyono 1999: 183):
Tabel III.1
Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment
Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup kuat
0,60 – 0,799 Kuat
Untuk menguji signifikansi korelasi di atas dengan rumus uji t (Wapolle,
1986: 188).
t = 2
1 2
r n r
− −
Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = sampel
r2 = koefisien determinasi
t = nilai t hitung
Untuk menguji signifikansi r yaitu:
a. Dengan menentukan hipotesis:
H0 = Tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan keputusan
pembelian.
H1 = Ada hubungan antara gaya hidup dengan keputusan pembelian.
b. Menentukan level of significance:
Level signifikansi sebesar 5% dan derajat kebebasan n-2.
c. Perbandingan nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan ketentuan:
Jika H0 diterima maka t hitung < t tabel.
Jika H0 ditolak maka t hitung > t tabel.
2. Untuk menguji hipotesis kedua, yang menyatakan ada hubungan antara
tingkat pendapatan dengan keputusan pembelian maka digunakan rumus
r =
[
2 2][
2 2]
) y ( y n . ) x ( x n y x xy n
∑
∑
∑
−∑
∑
∑ ∑
− − di mana:r = koefisien korelasi antara pendapatan dan keputusan pembelian
X = pendapatan
Y = keputusan pembelian
n = jumlah sampel
Nilai koefisien korelasi dapat bervariasi antara –1 sampai dengan 1.
r = 1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna
dan positif. Jika r mendekati 1 berarti hubungan kedua variabel sangat kuat
dan positif.
r = -1 berarti kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna
dan negatif. Jika r mendekati –1 hubungan kedua variabel sangat kuat dan
negatif.
Langkah selanjutnya memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
dengan menggunakan pedoman pada Tabel III.1.
Untuk menguji signifikansi korelasi di atas dengan rumus t (Supranto,
2001: 72).
t = 2
1 2 r n r − − Keterangan:
r = koefisien korelasi
r2 = koefisien determinasi
t = nilai t hitung
Untuk menguji signifikansi r yaitu:
a. Dengan menentukan hipotesis:
H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan keputusan
pembelian.
H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan keputusan
pembelian.
b. Menentukan level of significance:
Level signifikansi sebesar 5% dan derajat kebebasan n-2.
c. Perbandingan nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan ketentuan:
Jika H0 diterima maka t hitung < t tabel.
Jika H0 ditolak maka t hitung > t tabel.
3. Untuk menguji hipotesis ketiga, yang menyatakan ada hubungan antara gaya
hidup dan pendapatan secara simultan dengan keputusan pembelian maka
digunakan rumus koefisien korelasi ganda (Sugiyono, 1999: 182) sebagai
berikut: 2 12 12 2 1 2 2 1 2 1,2 r 1 r ry ry 2 -y r y r ) Ry( − + = di mana:
Ry12 = koefisien korelasi antara variabel gaya hidup dan pendapatan
ry1 = koefisien korelasi antara variabel gaya hidup dengan keputusan
pembelian
ry2 = koefisien korelasi antara variabel pendapatan dengan keputusan
pembelian
r12 = koefisien korelasi antara gaya hidup dan pendapatan dengan
keputusan pembelian
Langkah selanjutnya memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
dengan menggunakan pedoman pada Tabel III.1.
Kemudian untuk membuktikan bahwa hipotesis dapat diterima atau tidak
diadakan pengujian hipotesis dengan tingkat signifikan 5%, untuk menguji
signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda digunakan uji F, yaitu:
(
n k 1)
2 R 1 k 2 r Fh − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = Keterangan:
R = koefisien korelasi ganda
k = jumlah variabel independen
n = jumlah anggota sampel
Kriteria pengujiannya adalah:
a. H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, berarti tidak ada hubungan uji signifikan
dari variabel independen terhadap variabel dependen.
b. H0 diterima jika Fhitung > Ftabel, berarti ada hubungan uji signifikan dari
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Planet Surf berpusat di Bali dan bernaung di bawah pimpinan PT.
PLANET SELANCAR MANDIRI dengan alamat:
Jl. Mertasari No 7 Kerobokan – Kuta Bali 80361 (Kantor Bali)
Ruko Taman Palem Lestari Blok E 22-23, Cengkareng, Jakarta barat (Kantor
Jakarta)
Pendiri sekaligus Owner Planet Surf adalah Bapak Bruno Tjahjono.
Untuk kota Yogyakarta, Planet Surf pertama kali berdiri di Galeria Mall Jl.
Jend. Sudirman, pada 31 Januari 1997. Selanjutnya disusul dengan dibukanya
cabang-cabang lain seperti Planet Surf Malioboro dan Plaza Ambarukmo.
B. Visi dan Misi
1. Visi
“Menembus Batas Meraih Bintang Di Dunia Surfing Indonesia”
2. Misi
a. Team Work Sinergy
Menyiapkan struktur organisasi yang jelas dan membangun
infrastruktur yang mendukung pencapaian Team Work Sinergy untuk
memperoleh produktivitas yang maksimum.
b. On Time Information
Menyiapkan infrastruktur yang menunjang perusahaan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu dan tepat
guna.
c. Provide The Best
Mendorong dan melatih seluruh karyawan dan perangkat yang
diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan terbaik dan kecepatan
serta ketepatan layanan terbaik.
C. Culture
Adapun culture Planet Surf adalah “HIGH FIVE”
1. Hard and Smart Working
Kami siap bekerja dengan tekun, teliti dan jeli.
Improvement:
Kami bertekad untuk selalu meningkatkan mutu dan cara kerja serta
2. Great Attitude
Kami mengutamakan kepentingan perusahaan diatas kepentingan
individu, serta mendahulukan kewajiban sebelum menuntut hak.
3. Honest and Responsible
Kami menjunjung tinggi iman, kejujuran, dan bertanggung jawab dalam
menyelesaikan pekerjaa.
4. Fight Like a Tiger Win Like Champion
Kami siap berjuang dengan semangat yang tinggi dan selalu berjiwa
pemenang.
5. Integrity
Kami siap bahu-membahu dalam kerja sama tim untuk menyelesaikan
pekerjaan dan pemecahan masalah.
6. Viva Vision and Mission
Kami siap terus-menerus memberi kontribusi yang terbaik untuk
mencapai visi dan misi perusahaan.
7. Efficient, Effective and enterpreneur
Kami siap melaksanakan pekerjaan secara tepat sasaran dan efisien,
D. Struktur Organisasi
PT PLANET SELANCAR MANDIRI
E. Produk-produk yang dipasarkan
Planet Surf menawarkan berbagai jenis fashion seperti jeans, T-shirt,
kemeja, dan berbagai aksesoris seperti dompet, topi, tas, belt, jam tangan,
sendal, dan sebagainya. Produk yang ditawarkan ditujukan untuk segmen
kelas atas, terdiri dari merk-merk seperti: Billabong, Hurley, Insight, Ripcurl,
Roxy, Rusty, Spyderbilt, Volcom, Quicksilver, Globe, dan Planet Surf.
DIRECTOR
GENERAL MANAGER FINANCE ACCOUNTING & IT
GENERAL MANAGER SALES, OPERATION & HRGA
REA
M
ERCHAINDI
F
INANCE & IT
MANAGER HR & GA
43
BAB V
ANALISIS DATA
A. Analisis Profil Responden
Profil dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pengelompokkan responden
dalam kategori-kategori seperti jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, dan
pendapatan atau uang saku setiap bulan.
1.Profil Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel V.1
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Responden Persentase
Laki-laki 51 responden 51%
Perempuan 49 responden 49%
Total 100 responden 100%
Sumber: data primer diolah
Dilihat dari data yang diperoleh pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin,
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 51 orang atau 51% dari 100 responden
yang diteliti, sisanya sebanyak 49 orang atau 49% berjenis kelamin perempuan.
2.Profil Responden berdasarkan Usia
Tabel V.2
Karakteristik responden berdasarkan usia
Kelompok usia Responden Persentase
Dibawah 20 tahun 25 responden 25%
20 sampai 25 tahun 51 responden 51%
Lebih dari 25 tahun 24 responden 24%
TOTAL 100 responden 100%
Sumber: data primer diolah
Pengelompokkan responden berdasarkan usia, responden yang masuk dalam
responden, responden yang masuk kelompok usia antara 20 sampai 25 tahun
berjumlah 51 orang atau 51% dari 100 responden merupakan jumlah responden
yang terbesar, dan kelompok usia lebih dari 25 tahun berjumlah 24 orang atau
24% dari 100 responden.
3. Profil responden berdasarkan pekerjaan
Tabel V.3
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Responden Persentase
Mahasiswa/pelajar 63 responden 63%
Pegawai Negeri 2 responden 2%
Pegawai Swasta 14 responden 14%
Wiraswasta 14 responden 14%
Ibu rumah tangga 7 responden 7%
TOTAL 100 responden 100%
Sumber: data primer diolah
Pengelompokan responden berdasarkan pekerjaan, responden yang berstatus
mahasiswa atau pelajar berjumlah 63 respoden atau 63%, responden yang
bekerja sebagai Pegawai Negeri 2 orang atau 2% dari 100 responden, responden
yang bekerja sebagai pegawai swasta berjumlah 14 orang atau 14% dari 100
responden, responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 14 orang 22%
dari 100 responden, dan responden ibu rumah tangga 7 orang atau 7% dari 100
responden.
4.Profil responden berdasar pendapatan/uang saku
Tabel V.4
Karakteristik responden berdasarkan pendapatan atau uang saku
Pendapatan Responden Persentase
Kurang dari Rp.2000.000;00 40 responden 40%
Antara Rp.2000.000;00 - Rp 4.000.000;00 58 responden 58%
Lebih dari Rp.4000.000;00 2 responden 2%
TOTAL 100 responden 100%
Dalam penelitian ini dari data yang diperoleh bahwa responden yang
pendapatannya kurang dari Rp.2000.000 berjumlah 40 responden atau 40% dari
100 responden. Jumlah responden dengan pendapatan antara Rp.2000.000
sampai Rp.4000.000 sebesar 58 responden atau 58% dari 100 responden. Dan
kelompok pendapatan lebih dari Rp.4000.000 berjumlah 2 responden atau 2%
dari 100 responden.
5.Profil responden berdasarkan frekuensi belanja dalam setahun
Tabel V.5
Karakteristik responden berdasarkan frekuensi belanja
Frekuensi responden Persentase
Kurang dari 3 kali 31 responden 31%
Antara 3 sampai 5 kali 46 responden 46%
Antara 6 sampai 8 kali 20 responden 20%
Lebih dari 8 kali 3 responden 3%
TOTAL 100 responden 100%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, diketahui bahwa jumlah
responden yang berbelanja kurang dari 3 kali dalam setahun sebesar 31
responden atau 31% dari 100 responden. Responden yang menjawab kelompok
frekuensi belanja antara 3 sampai 5 kali berjumlah 46 responden atau 46% dari
100 responden, responden yang berbelanja antara 6 sampai 8 kali dalam setahun
berjumlah 20 responden atau 20% dari 100 responden. Dan responden yang
berbelanja lebih dari 8 kali dalam stahun berjumlah 3 responden atau 3% dari
6.Profil responden berdasarkan jumlah uang yang dibelanjakan pada sekali belanja
Tabel V.6
Karakteristik responden berdasarkan jumlah uang yang dibelanjakan pada sekali belanja
Jumlah uang belanja responden Persentase
Antara Rp 150.000;00 – Rp 300.000;00 53 responden 53%
Antara Rp 301.000;00 – Rp 450.000;00 20 responden 20%
Antara Rp 451.000,00 – Rp 600.000;00 13 responden 13%
Antara Rp 601.000;00 – Rp 750.000;00 5 responden 5%
Lebih dari Rp 750.000;00 9 responden 9%
TOTAL 100 responden 100%
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah uang yang dibelanjakan
antara Rp.150.000;00 sampai Rp.300.000;00 sebanyak 53 responden atau 53%
dari 100 responden. Kelompok jumlah uang belanja kisaran antara
Rp.301.000;00 sampai Rp. 450.000;00 sebanyak 20 responden atau 20% dari
100 responden. Responden yang membelanjakan uang antara antara
Rp.451.000,00 sampai Rp.600.000;00 berjumlah 13 responden atau 13% dari
100 responden, kelompok jumlah uanga yang dibelanjakan antara
Rp.601.000;00 sampai Rp.750.000;00 sebesar 5 responden. Dan responden
dengan jumlah uang yang dibelajakan untuk fashion Planet Surf lebih dari
Rp.750.000;00 berjumlah 9 orang atau 9 % dari 100 responden.
B.Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini pengujian instrumennya menggunakan pengujian
validitas dan pengujian reliabilitas sebagai alat ukur terhadap 30 responden yang
yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS 15.00 for windows sebagai berikut:
1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang
digunakan variabel bebas dalam penelitian ini (gaya hidup) dalam kuesioner
dapat diukur secara tepat atau tidak dengan menggunakan validitas instrumen ini,
Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari
masing-masing item dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi
product moment dengan tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil
pengujiannya menggunakan bantuan software SPSS 15.00 for windows dengan
melihat tabel Item Total Statistic pada kolom Corrected Item Total Correlation
(lampiran) dan rhitung terkoreksi dengan melihat tabel Correlations pada kolom
total (lampiran V) sebagai berikut:
Tabel V.7
Hasil Uji Validitas Variabel Independen gaya hidup Item
pertanyaan
r hitung r tabel Status
1 0,568 0,361 Valid
2 0,476 0,361 Valid
3 0,688 0,361 Valid
4 0,514 0,361 Valid
5 0,580 0,361 Valid
6 0,611 0,361 Valid
7 0,681 0,361 Valid
8 0,496 0,361 Valid
9 0,489 0,361 Valid
10 0,532 0,361 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa instrumen penelitian
untuk variabel gaya hidup dinyatakan valid, dapat lihat bahwa hasil dari
kesebelas item pertanyaan rhitung lebih besar dibanding rtabel atau rhitung > rtabel,
sehingga instrumen dapat dipakai dalam penelitian, karena hasil pengukurannya
mampu mengukur dengan tepat apa yang ingin dianalisis dalam penelitian ini.
Tabel V.8
Hasil Uji Validitas Variabel Dependen (keputusan pembelian) Item
pertanyaan
r hitung r tabel Status
1 0,626 0,361 Valid
2 0,588 0,361 Valid
3 0,572 0,361 Valid
4 0,700 0,361 Valid
5 0,397 0,361 Valid
6 0,496 0,361 Valid
7 0,384 0,361 Valid
8 0,432 0,361 Valid
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa instrumen penelitian untuk variabel
keputusan pembelian dinyatakan valid, dapat dilihat bahwa dari kedelapan item
pertanyaan hasil rhitung lebih besar dibanding rtabel atau rhitung > rtabel, sehingga
instrumen dapat dipakai dalam penelitian, karena hasil pengukuran mampu
mengukur dengan tepat apa yang ingin dianalisis dalam penelitian ini.
2. Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah
item pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner reliabel atau tidak. Pengujian
alphahitung dengan nilai alpha sebesar 0,60, apabila alphahitung > nilai alpha 0,60
dan alphahitung bernilai positif maka item pertanyaan yang digunakan adalah
reliabel dan begitu juga sebaliknya apabila alphahitung < nilai alpha 0,60 dan
alphahitung bernilai negatif maka item pertanyaan yang digunakan adalah tidak
reliabel. Tingkat reliabilitas diukur berdasarkan skala alpha dari 0 sampai 1,
ukuran kemantapan alpha dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel V.9
Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s/d 0,20 Sangat Tidak Mantap
0,00 s/d 0,40 Tidak Mantap
0,00 s/d 0,60 Cukup Mantap
0,00 s/d 0,80 Mantap
0,00 s/d 1,00 Sangat Mantap
Berikut hasil pengujiannya menggunakan bantuan software SPSS 15.00 for
windows dengan melihat tabel Reliability Statistic pada kolom Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items (Lampiran V).
Tabel V.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independen Gaya Hidup
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
0,862 0,865 11
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data pada tabel di atas, maka
dapat dinyatakan reliabel karena nilai alphahitung > nilai alpha 0,60. Dalam