x Intisari
Penelitian yang dilakukan yaitu Optimasi Formula Gel UV Protection
Filtrat Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.): Tinjauan terhadap Gliserol dan Propilenglikol. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh range komposisi optimum humektan (gliserol dan propilenglikol) sehingga diperoleh gel dengan sifat fisis dan stabilitas yang baik.
Pada penelitian dilakukan ekstraksi, penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel, dan pembuatan gel. Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai
Sun Protecting Factor (SPF), pengujian sifat fisis dan stabilitas sediaan, serta analisis data.
Optimasi formula dalam pembuatan gel menggunakan metode Simplex Lattice Design. Setelah dibuat, gel diuji sifat fisisnya berdasarkan kriteria yang meliputi daya sebar (3-5 cm) dan viskositas (260-300 d.Pa.s), serta stabilitas gel selama penyimpanan satu bulan (persen pergeseran viskositas kurang dari 15 %).
Hasil penelitian menunjukkan tidak diperolehnya range komposisi optimum humektan karena validitas dari persamaanSimplex Lattice Design (taraf kepercayaan 95 %) tidak regresi, sehingga persamaan yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk memprediksi respon. Hal ini disebabkan karena respon hasil pengujian dan respon hasil perhitunganSimplex Lattice Design yang tidaksimilar. Selain itu tidak terdapat perbedaan statistik terhadap respon (sifat fisis dan stabilitas) dari semua formula gel yang dibuat, akan tetapi kelima formula gel menunjukkan sifat fisis dan stabilitas yang baik, yang memenuhi kriteria formula gel yang optimum.
xi Abstract
The research was about Formula Optimization of Filtrate Extract Carrot (Daucus carota, Linn.) UV Protection Gels: Review of Glycerol and Propyleneglycol. This research aimed to obtain optimum composition range of humectants (glycerol and propyleneglycol) to produce gels with appropriate physical characteristics and stability.
This research involved some process, such as extraction, determination of beta carotene in filtrate extract carrot and Sun Protecting Factor (SPF) value, gels manufacturing, physical characteristics and stability evaluation of the gels, and data analysis.
To optimize the formula, Simplex Lattice Design method was used. After manufacturing, gels were phisically characterised based on the criteria of their spreadability (3-5 cm), viskosity (260-300 d.Pa.s), and physical stability over a month storage (percent viskosity shift was less than 15 %).
The result showed no optimum composition range of humectants because the validity of Simplex Lattice Design equations (with 95 % reliability degree) was not regression, so the equations were unavailable to predict the respons. This might be due to unsimilar responses between test and Simplex Lattice Design equations. Beside, there were no statistical differences of the responses (physical characterictics and stability) in all gel formulas, however five formulas of the gels showed good physical characteristics and stability that included in optimum gel criteria.
Key words: beta carotene, UV protection gel, composition of humectants, Simplex Lattice Design
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN
GEL
UV PROTECTION
FILTRAT PERASAN WORTEL
(
Daucus carota,
Linn
.
): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL
DAN PROPILENGLIKOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Silvia Margaretha NIM : 048114016
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN
GEL
UV PROTECTION
FILTRAT PERASAN WORTEL
(
Daucus carota,
Linn
.
): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL
DAN PROPILENGLIKOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Silvia Margaretha NIM : 048114016
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii Skripsi
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN
GEL
UV PROTECTION
FILTRAT PERASAN WORTEL
(
Daucus carota,
Linn
.
): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL
DAN PROPILENGLIKOL
Yang diajukan oleh: Silvia Margaretha NIM : 048114016
Skripsi ini telah disetujui oleh
Pembimbing
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
H ALAM AN PERSEM BAH AN
GOD, give me
Strength, to change things that I can change
Peace, to approve things that I can t change
and Wise, to difference between it.
Alw ays tr y the best in ever ything that you do
and let it be beautiful in HI S time
This work is dedicated to
Everyone who I loved,
Jesus Christ
M om, D ad, & my lovely sister V ani
M y grandma, uncle Agus & aunt ie M aureen
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Silvia Margaretha
Nomor Mahasiswa : 048114016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Optimasi Formula Sediaan Gel UV Protection Filtrat Perasan Wortel (Daucus carota,Linn.): Tinjauan terhadap Gliserol dan Propilenglikol
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Januari 2008
Yang menyatakan
( Silvia Margaretha )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas semua berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan sebaik-baiknya. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Dalam menyelesaikan laporan akhir ini, penulis banyak mengalami permasalahan dan kesulitan. Namun dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada :
1. Jesus Christ, for all Your love and bless to me.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
4. Agatha Budi Susiana, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah menguji sekaligus memberi saran dan kritik yang membangun bagi penulis.
5. C.M. Ratna Rini Nastiti, S.Si., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya mengujii dan memberi kritik dan saran bagi penulis.
viii
7. My grandma, uncle Agus, auntie Maureen, and lovely sister Vani, untuk semua bantuan, doa, dan dukungannya.
8. Desy Chrismawati, for our beautiful friendship.
9. Henny, Ayu, Deka, Ineke, Cendani, buat bantuan, keceriaan, persahabatan dan kebersamaan kita.
10. Dion Martin B., for spirit and supportnya.
11. Agung, Rudi, Dian “sapi”, buat kebersamaan, bantuan, dan kekompakan kita selama kuliah dan praktikum.
12. Teman-teman proyek wortel Desy, Deka, Ineke, Budiaji, Finza, Ella, Andrian, buat kerjasama, keceriaan, dan kebersamaannya selama ini.
13. Teman-teman angkatan 2004 terutama kelas FST, atas suka duka bersama selama di Farmasi ini.
14. Amakusa family untuk kebersamaan, keceriaan, dan dukungannya.
15. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Ottok, serta laboran-laboran lainnya atas bantuannya selama penulis menyelesaikan laporan akhir.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini banyak kesalahan dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 Desember 2007 Penulis
x Intisari
Penelitian yang dilakukan yaitu Optimasi Formula Gel UV Protection
Filtrat Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.): Tinjauan terhadap Gliserol dan Propilenglikol. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh range komposisi optimum humektan (gliserol dan propilenglikol) sehingga diperoleh gel dengan sifat fisis dan stabilitas yang baik.
Pada penelitian dilakukan ekstraksi, penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel, dan pembuatan gel. Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai
Sun Protecting Factor (SPF), pengujian sifat fisis dan stabilitas sediaan, serta analisis data.
Optimasi formula dalam pembuatan gel menggunakan metode Simplex Lattice Design. Setelah dibuat, gel diuji sifat fisisnya berdasarkan kriteria yang meliputi daya sebar (3-5 cm) dan viskositas (260-300 d.Pa.s), serta stabilitas gel selama penyimpanan satu bulan (persen pergeseran viskositas kurang dari 15 %).
Hasil penelitian menunjukkan tidak diperolehnya range komposisi optimum humektan karena validitas dari persamaanSimplex Lattice Design (taraf kepercayaan 95 %) tidak regresi, sehingga persamaan yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk memprediksi respon. Hal ini disebabkan karena respon hasil pengujian dan respon hasil perhitunganSimplex Lattice Design yang tidaksimilar. Selain itu tidak terdapat perbedaan statistik terhadap respon (sifat fisis dan stabilitas) dari semua formula gel yang dibuat, akan tetapi kelima formula gel menunjukkan sifat fisis dan stabilitas yang baik, yang memenuhi kriteria formula gel yang optimum.
Kata kunci: beta karoten, gel UV protection, komposisi humektan, Simplex Lattice Design
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi Abstract
The research was about Formula Optimization of Filtrate Extract Carrot (Daucus carota, Linn.) UV Protection Gels: Review of Glycerol and Propyleneglycol. This research aimed to obtain optimum composition range of humectants (glycerol and propyleneglycol) to produce gels with appropriate physical characteristics and stability.
This research involved some process, such as extraction, determination of beta carotene in filtrate extract carrot and Sun Protecting Factor (SPF) value, gels manufacturing, physical characteristics and stability evaluation of the gels, and data analysis.
To optimize the formula, Simplex Lattice Design method was used. After manufacturing, gels were phisically characterised based on the criteria of their spreadability (3-5 cm), viskosity (260-300 d.Pa.s), and physical stability over a month storage (percent viskosity shift was less than 15 %).
The result showed no optimum composition range of humectants because the validity of Simplex Lattice Design equations (with 95 % reliability degree) was not regression, so the equations were unavailable to predict the respons. This might be due to unsimilar responses between test and Simplex Lattice Design equations. Beside, there were no statistical differences of the responses (physical characterictics and stability) in all gel formulas, however five formulas of the gels showed good physical characteristics and stability that included in optimum gel criteria.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PUBLIKASI...vi
PRAKATA …...vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
INTISARI ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENGANTAR... .1
A. Latar Belakang ... .1
B. Perumusan Masalah ... .3
C. Keaslian Karya ... .3
D. Manfaat Penelitian... .4
E. Tujuan Penelitian ... .4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... .5
A. Antioksidan ... .5
B. Wortel...7
C. Beta Karoten...8
D. Spektrofotometri UV-Visible...9
E. Gel...10
F. Humektan...12
G. Daya Sebar...13
H. Viskositas...14
I. Stabilitas...14
J. MetodeSimplex Lattice Design...15
K. Keterangan Empiris ...17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Jenis Rancangan Penelitian... 19
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 19
C. Bahan dan Alat ... 20
D. Tata Cara Penelitian ... 21
1. Pembuatan kurva baku beta karoten………..…..21
2. Ekstraksi dan penetapan kadar beta karoten dalam wortel (Daucus carota, Linn.)...22
xiv
4. Prediksi nilai SPF beta karoten dalam filtrat perasan
wortel (Daucus carota, Linn.)...24
5. Uji sifat fisis dan stabilitas gel ...24
6. Analisis data dan optimasi...25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
A. Pembuatan kurva baku beta karoten………..…....26
B. Ekstraksi dan penetapan kadar beta karoten dari wortel (Daucus carota, Linn.)...28
C. Optimasi pembuatan gelUV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)...29
D. Prediksi nilai SPF beta karoten dalam filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)...32
E. Uji sifat fisis dan stabilitas gel ...35
F. Uji validitas menggunakan F tabel...42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN ... 49
BIOGRAFI PENULIS ... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kategori proteksi produkUV protection berdasarkan nilai SPF...7
Tabel II. Formula standarclear aqueous gel with dimeticone…...23
Tabel III. Rancangan percobaanSimplex Lattice Design... 23
Tabel IV. Kurva baku beta karoten...27
Tabel V. Serapan dan jumlah beta karoten dalam 1 g filtrat ...29
Tabel VI. pH Gel ... 31
Tabel VII. Serapan dan SPF beta karoten dalam filtrat perasan wortel... 34
Tabel VIII. Respon pengujian dari masing-masing formula gel ... 35
Tabel IX. PersamaanSimplex Lattice Design berbagai pengujian...35
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur beta karoten...8
Gambar 2. Struktur carbopol...10
Gambar 3. Struktur gliserol... 12
Gambar 4. Struktur propilenglikol... 13
Gambar 5. GrafikSimplex Lattice Design 2 komponen...16
Gambar 6. Hasilscanning larutan baku beta karoten 2, 6, dan 10 ppm...26
Gambar 7. Hasilscanning larutan baku beta karoten pada 365 nm...33
Gambar 8. Hasilscanning filtrat perasan wortel pada 365 nm...33
Gambar 9. Grafik uji daya sebar gelUV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)...36
Gambar 10. Grafik uji viskositas gelUV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)...38
Gambar 11. Grafik persen pergeseran viskositas gelUV protection filtrat Perasan wortel (Daucus carota, Linn.)...40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan kurva baku beta karoten ... 49
Lampiran 2. Ekstraksi dan penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) ... 53
Lampiran 3. Optimasi pembuatan gelUV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) ... 55
Lampiran 4. Prediksi nilai SPF beta karoten dalam filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) ... 56
Lampiran 5. Uji sifat fisis dan stabilitas gel ... 58
Lampiran 6. PerhitunganSimplex Lattice Design... 64
Lampiran 7. Uji validitas menggunakan F tabel ... 68
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Paparan kronik sinar matahari khususnya sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan pada kulit dapat menyebabkan berbagai reaksi biokimia. Reaksi primer yang terjadi yaitu sinar UV bereaksi dengan kromofor yang bertindak sebagai
photosensitizer. Proses fotooksidatif ini menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS), yang merupakan singlet oksigen atau radikal lipid peroksil sekunder yang dapat merusak fungsi molekul biologi, seperti modifikasi ekspresi gen, berbagai reaksi imun dan inflamasi (Sies dan Stahl, 2004).
Sinar UV B dengan panjang gelombang 290-315 nm merupakan penyebab utama terjadinya sunburn pada kulit. Kemerahan pada kulit (erythema) disertai dengan rasa sakit merupakan reaksi inflamasi yang terjadi. Sinar ini merupakan karsinogen fisik yang dapat menyebabkan kanker kulit non-melanoma, penuaan kulit secara dini, dan berbagai penyakit fotosensitivitas (Sies dan Stahl, 2004).
Penelitian ini menggunakan kandungan aktif beta karoten dari wortel (Daucus carota, Linn.) yang diketahui memiliki aktivitas fotoprotektif berkaitan dengan kemampuannya sebagai antioksidan untuk bereaksi dengan singlet oksigen molekular dan radikal peroksil serta menginaktifkan keduanya (Sies dan Stahl, 2004). Wortel paling banyak mengandung beta karoten, rata-rata 12.000 IU, yang berfungsi sebagai antioksidan untuk menjaga kesehatan, menghambat proses penuaan, mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker (Dalimartha, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sediaan UV protection yang ada di pasaran umumnya berupacream dan
lotion. Namun kandungan minyak dalamcream dapat menimbulkan masalah bagi pengguna dengan produksi kelenjar sebasea berlebih karena dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Di sisi lain, viskositas yang encer dari lotion kurang dapat bertahan lama pada kulit sehingga kemampuanUV protection menjadi berkurang. Maka perlu dikembangkan bentuk sediaan lain dengan sifat fisis dan estetika yang lebih baik yaitu gel, yang merupakan sistem semi padat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Anonim, 1995).
Dalam sediaan gel digunakan humektan yang berfungsi sebagai pelembab (Boyland et al., 1986). Penggunaan humektan untuk memproteksi hilangnya air dari gel sehingga tidak mengurangi daya sebar sediaan. Selain itu humektan dapat membantu mengurangi efek paparan sinar UV dalam sediaan gel
UV protection. Penggunaan gliserol dan propilenglikol secara bersamaan akan memperbaiki sifat fisis gel yang dihasilkan. Penambahan gliserol akan meningkatkan kelarutan solut lipofilik (Buchmann, 2001) sedangkan propilenglikol yang bersifat higroskopis (Boyland et al., 1986) akan menjaga konsistensi sediaan.
3
uraian di atas, diharapkan dari penelitian ini diperolehrange komposisi optimum humektan yang menghasilkan gel dengan sifat fisis (daya sebar dan viskositas) serta stabilitas (persen pergeseran viskositas) yang dikehendaki.
B. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan diteliti adalah:
1. Adakah range komposisi optimum humektan dalam formulasi gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota,Linn.) bila dilihat dari sifat fisis (uji daya sebar dan uji viskositas) dan stabilitas gel (persen pergeseran viskositas setelah satu bulan penyimpanan) menggunakan metode Simplex Lattice Design?
2. Berapakah nilai range komposisi humektan dalam formula gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan formula optimum?
3. Bagaimana profil sifat fisis gelUV protectionfiltrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang dihasilkan?
C. Keaslian Karya
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang Optimasi Formula Gel UV protection Filtrat Perasan Wortel (Daucus carota,
Linn.) dengan Humektan Gliserol dan Propilenglikol menggunakan metode
Simplex Lattice Designbelum pernah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara teoritis menambah informasi bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai aplikasi Simplex Lattice Design pada proses optimasi formula gel UV protection. Penelitian ini secara praktis bermanfaat untuk mengetahui range komposisi optimum humektan yang menghasilkan gelUV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota,Linn.) yang memiliki sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas (persen pergeseran viskositas setelah satu bulan penyimpanan) yang baik.
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui adanya range komposisi optimum humektan dalam formulasi gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) dilihat dari sifat fisis (uji daya sebar dan uji viskositas) dan stabilitas gel (persen pergeseran viskositas setelah satu bulan penyimpanan) menggunakan metodeSimplex Lattice Design.
2. Mengetahui nilai range komposisi humektan dalam formula gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan formula optimum.
5 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antioksidan
Paparan sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet (UV) memiliki dampak pada kesehatan kulit. Sinar UV C (100-290 nm) sudah terhalang lapisan ozon sehingga tidak mencapai bumi. Sinar UV B (290-315 nm) menyebabkan
erythema (sunburn) pada kulit dengan mengaktifkan melanosit yang menghasilkan melanin, sedangkan sinar UV A (315-400 nm) dapat menyebabkan kehilangan kolagen, pengurangan jumlah pembuluh darah, dan penambahan jaringan penghubung pada dermis (Walters, C., Keeney, A., Wigal, C.T., Johnston, C.R., dan Cornelius, R.D., 1997).
Tubuh terpapar oksidan secara terus-menerus, baik yang berasal dari dalam tubuh, seperti hasil respirasi yang berupa superoksida dan hidrogen peroksida, xantin oksida, dan NADPH yang memproduksi hidroperoksid maupun dari luar tubuh, seperti polusi asap dan radiasi UV (Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I., 2001).
Sebagai pengatasan masalah di atas maka digunakan antioksidan, yaitu substansi yang dalam konsentrasi rendah bila diberikan pada substrat yang dapat teroksidasi akan menghambat/mencegah proses oksidasi (Young dan Lowe, 2001). Antioksidan ini berfungsi untuk menginaktifkan spesies oksidan reaktif sehingga mencegah gangguan pada lipid, DNA, dan protein. Proteksi antioksidan timbul dari sintesis molekul seperti GSH dan asam urat, vitamin C, vitamin E, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
enzim yang mendekomposisi spesies oksidan reaktif seperti superoksid dismutase, katalan, dan glutation peroksidase (Barelet al., 2001).
Diketahui paling sedikit 3 mekanisme proteksi sel dari stress oksidatif, yaitu: menginaktifkan sensisitasi tingkat triplet, bereaksi dengan singlet oksigen dan menginaktifkannya, serta pemotongan rantai radikal bebas. Menginaktifkan sensisitasi tingkat triplet dilakukan dengan memisahkan sebuah atom hidrogen atau sebuah elektron dari bermacam-macam molekul dan menyebabkan dampak lain pada mediasi radikal (tipe 1) atau reaksi dengan tingkat dasar oksigen (tipe 2). Untuk reaksi dan penginaktifan singlet oksigen, hampir semua proses transfer energi menghasilkan tingkat dasar oksigen dan tingkat eksitasi triplet (Thiele, J.J., Dreker, F., dan Packer, L., 2000).
Sun Protecting Factor (SPF) adalah kemampuan suatu produk UV protection dalam memproteksi kulit terhadap radiasi sinar UV yang dapat menyebabkan kulit terbakar (erythema) (Schueller, 2003). Meskipun pengukuran SPF dapat dilakukan secara alami, namun juga diketahui hubungan yang sederhana antara SPF dan absorbansi sebagai berikut :
A (absorbansi) = - log10 SPF
1
= log10 SPF
7
Tabel I. Kategori proteksi produkUV protection berdasarkan nilai SPF (Harry, 1982)
SPF Kategori proteksi Keterangan
2-3 minimal Daya proteksi paling kecil, tidak mencegah
suntanning.
4-5 moderat Proteksisunburning moderat, mencegah sedikit
suntanning.
6-7 ekstra Proteksisunburning ekstra,membatasisuntanning.
8-14 maksimal Proteksisunburning maksimal, sedikit
suntanning/tidak sama sekali.
≥ 15 ultra Proteksisunburning paling baik, meniadakan
suntanning.
B. Wortel
Wortel termasuk dalam familia Apiaceae (Umbelliferae). Merupakan tanaman semak semusim, tinggi kurang lebih 1 meter, batang tegak, berbulu, warna hijau. Daun majemuk, menyirip, berselang, bentuk lonjong, tepi bertoreh, ujung runcing, pangkal berlekuk, warna hijau. Perbungaan bentuk bintang, warna putih. Buah buni, lonjong, warna coklat. Biji lonjong, warna putih (Soedibyo, 1988). Akarnya tunggang, membentuk umbi berwarna oranye (Hutapea, 1933).
Kandungan kimia dari setiap 100 g umbi wortel yaitu 42 kalori; 1,2 g protein; 0,3 g lemak; 9,3 g karbohidrat; 39 mg kalsium, 37 mg fosfor; 0,3 mg zat besi; 0,06 mg vitamin A; 0,06 mg vitamin B; 6 mg vitamin C; dan 88,2 g air (Rukmana, 1995). Wortel paling banyak mengandung beta karoten, rata-rata 12.000 IU. Kandungan beta karoten ini berfungsi sebagai antioksidan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjaga kesehatan dan menghambat proses penuaan. Selain itu beta karoten dapat mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker (Dalimartha, 2000).
Manfaat wortel dalam kesehatan adalah mengatasi gangguan kulit, membantu pencernaan, sebagai antioksidan dan anti kanker, menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah tinggi, dan rabun senja (Bangun, 2004). Penggunaan wortel dalam kosmetik yaitu menstimulasi produksi sebum, meningkatkan formasi jaringan kulit, digunakan untuk kulit kering, menyamarkan noda hitam, luka, dan jerawat (Fridd, 1992).
C. Beta Karoten
Gambar 1. Struktur beta karoten(Anonim, 1989)
Karotenoid adalah pigmen warna yang memberikan warna merah, oranye, kuning, dan hijau pada sayuran dan buah. Beta karoten larut dalam benzen, kloroform; cukup larut di eter, petroleum eter dan sangat sedikit larut di metanol dan etanol (Anonim, 1989). Kelarutan beta karoten pada larutanaqueous
9
1989). Sedangkan menurut Anonim (1995a), absorbansi maksimum beta karoten terjadi pada panjang gelombang 436 nm.
Beta karoten memiliki aktivitas fotoprotektif yang berkaitan dengan kemampuannya sebagai antioksidan, yaitu mampu menginaktifkan sensisitasi tingkat triplet serta bereaksi dan menginaktifkan singlet oksigen (Thiele et al., 2000). Young dan Lowe (2001) menyebutkan bahwa beta karoten dapat berfungsi sebagai antioksidan in vivo, dimana studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi makanan yang kaya akan beta karoten dapat mengurangi resiko kanker paru-paru dan beberapa kanker lainnya. Keefektifan beta karoten sebagai antioksidan juga bergantung pada interaksinya dengan koantioksidan lain, khususnya vitamin C dan vitamin E.
D. Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometeri UV-Visible adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).
Terbentuknya pita spektrum UV-Visible disebabkan oleh transisi energi yang tidak sejenis dan terjadinya eksitasi elektronik lebih dari satu macam pada gugus molekul yang kompleks (transisi, rotasi, dan vibrasi). Panjang gelombang dimana terjadinya eksitasi elektronik yang memberikan absorban yang maksimum disebut sebagai panjang gelombang maksimum (λ maks) (Mulja dan Suharman, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pita spektrum UV-Visible yang terbentuk juga disebabkan oleh pelarut yang digunakan. Menurut Mulja dan Suharman (1995), syarat pelarut yang digunakan yaitu: molekulnya tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi dan tidak berwarna, tidak berinteraksi dengan molekul yang dianalisis, serta memiliki kemurnian yang tinggi. Apabila absorbsi pelarut berada di daerah UV-Visible, maka penggal UV/UVcut offjuga harus diperhatikan.
E. Gel
Gel, kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Anonim, 1995). Dalam pembuatan bentuk sediaan, dilakukan teknik pemrosesan secara farmasi sehingga menghasilkan sediaan obat yang memenuhi tuntutan estetika (Voigt, 1994).
Untuk membentuk sediaan gel dengan basis hidrofilik dalam penelitian ini digunakan basis carbopol. Rumus molekul carbopol adalah C3H4O2.
C HC H
H
C
OH O
Gambar 2. Struktur carbopol(Stephenson dan Karsa, 2000)
11
Carbopol yang terdispersi dalam air membentuk larutan asam keruh dengan pH 2,8-3,2 tetapi tidak larut. Netralisasi asam dengan basa akan menghasilkan gugus karboksilat bermuatan negatif sehingga polimer akan terurai dan mengentalkan sistem berair (Zatz et al., 1996). Dalam sistem berair, basa yang dapat digunakan adalah natrium, amonium, kalium hidroksida, natrium karbonat, atau amina seperti trietanolamin (Zatz dan Kushla, 1996).
Trietanolamin merupakan campuran basis yang dibuat dari reaksi antara etilen oksida dengan amonia. Merupakan cairan higroskopis yang bening, tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, kental, tidak berbau atau sedikit berbau amonia. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, larut dalam kloroform, sedikit larut dalam eter. Sepuluh persen larutan ini bersifat basa terhadap kertas lakmus (Stephenson, 2000).
Menurut Buchmann (2001), hidrogel adalah sistem hidrofilik yang utamanya terdiri dari 85-95% air atau campuran aqueous-alcoholic dan gelling agent. Polimer organik yang biasa digunakan adalah asam poliakrilat (carbopol), natrium karboksimetilselulosa, atau selulosa non ionik lainnya.
Hidrogel akan memberi efek mendinginkan karena evaporasi pelarut. Hidrogel mudah diaplikasikan dan memberi kelembaban secara instan, tetapi pada penggunaan jangka panjang akan membuat kulit kering. Dengan demikian, diperlukan humektan seperti gliserol (Buchmann, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Humektan
Humektan digunakan untuk mencegah kekeringan dari suatu sediaan terutama setelah sediaan dikeluarkan dari pengemas dan diaplikasikan ke kulit. Humektan bekerja dengan mencegah evaporasi air dari sediaan. Contoh humektan yaitu gliserol, polietilenglikol, dan propilenglikol (Aulton, 2002).
Humektan yang digunakan pada penelitian ini yaitu gliserol dan propilenglikol. Gliserol adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis, dapat bercampur dengan air dan alkohol. Gliserol bersifat sebagai pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan pelarut pembantu dalam air dan alkohol (Ansel, 1989). Rumus molekul gliserol adalah C3H8O3.
C
OH
H
H
C
OH
H
C
H
OH
H
Gambar 3. Stuktur gliserol(Anonim, 1995)
13
Propilenglikol merupakan cairan dengan rasa khas yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan higroskopis. Dapat bercampur dengan air, aseton, alkohol, dan kloroform. Larut dalam eter, kurang larut dalam minyak (Boyland, 1986). Rumus molekul propilenglikol adalah C3H8O2.
H
2C
OH
C
H
OH
CH
3Gambar 4. Struktur propilenglikol (Anonim, 1995)
Propilenglikol digunakan sebagai humektan, pelarut, dan plasticizer. Dapat pula sebagai desinfektan, penstabil vitamin, dan kosolven larut air (Boyland, 1986). Fungsi propilenglikol sebagai pengawet yaitu pada konsentrasi 15-30 % (Anonim, 1983). Propilenglikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman digunakan pada produk kosmetik dengan dengan konsentrasi lebih dari 50 % (Loden, 2001).
G. Daya Sebar
Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak tiap tetes cairan atau preparasi semisolid yang berhubungan langsung dengan koefisien friksi. Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya kaku atau tidak, kecepatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, serta temperatur pada tempat aksi. Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi (Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
The parallel-plate method merupakan metode yang paling sering digunakan dalam menentukan dan mengukur daya sebar sediaan semisolid. Metode ini adalah mudah dan relatif murah. Adapun kelemahan metode ini yaitu kurang presisi, kurang sensitif, dan perlu interpretasi data (Garget al., 2002).
H. Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas maka semakin besar pula tahanannya (Martin dan Bustamante, 1993). Viskositas, elastisitas dan rheologi merupakan karakteristik formulasi yang penting dalam produk akhir sediaan semisolid. Peningkatan viskositas akan menurunkan daya sebar (Garget al., 2002).
Dalam penyimpanannya, gel dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan (Anonim, 1995). Tiksotropik merupakan suatu pemulihan yang isotermis dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karenashearing (Martin dan Bustamante,1993).
I. Stabilitas
15
viskositas yang kecil pada variasi temperatur penyimpanan yang normal. (Zatz et al., 1996). Hidrogel harus diberi preservative untuk menghindari pertumbuhan mikroba (Buchmann, 2001).
J. MetodeSimplex Lattice Design
Dalam mendesain produk terbaik, bila dilakukan secara trial and error
akan menghabiskan banyak waktu, biaya, dan belum terjamin keberhasilannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, dirancang suatu desain eksperimental yang dikombinasikan dengan metode optimasi (Bolton, 1997).
Metode Simplex Lattice Design adalah metode optimasi untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari dua campuran atau lebih. Metode ini juga dapat memprediksi sifat-sifat campuran tersebut pada semua perbandingan dan mengestimasi respon yang dihasilkan (Bolton, 1997). Persamaan umum untuk
Simplex Lattice Design dengan dua variabel bebas adalah sebagai berikut : Y = B1(A) + B2(B) + B12(A)(B)
Keterangan :
Y = respon atau hasil penelitian A = kadar proporsi komponen A B = kadar proporsi komponen B
B1, B2, B12 = koefisien yang dihitung dari pengamatan penelitian
Koefisien B1, B2, dan B12dapat dihitung dari asal percobaannya (Bolton, 1997).
Sistem solven dua komponen (komponen A dan B) untuk mengoptimasi dengan pendekatanSimplex Lattice Design diilustrasikan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0 5 10 15 20 25 30 35
0 20 40 60 80 100 120
100% B
S
o
lubility
(mg/m
l)
Gambar 5. GrafikSimplex Lattice Design 2 komponen(Bolton, 1997)
Dari gambar diketahui Y adalah respon (pada contoh ini yaitu kelarutan), (A) dan (B) adalah konsentrasi (proporsi) dari A dan B. Koefisien B1, B2, B12dihitung dari
pengamatan. Respon dapat diperhitungkan dari semua kombinasi A dan B, dimana (A) + (B) = 1,0 (100 %). Proporsi dari tiap komponen biasanya diindikasikan dalam bentuk desimal, daripada dalam bentuk persen. Koefisien dapat dihitung sebagai berikut:
B1 = respon pada (A) sama dengan 1,0 (100 %) = 10
B2 = respon pada (B) sama dengan 1,0 (100 %) = 15
B12 = 4 (respon pada 0,5-0,5 campuran dari A-B) – (jumlah dari respon pada
A = 1,0 dan B = 1,00) B12 = 4 (20) – 2 (10+15) = 30
17
K. Keterangan Empiris
Paparan kronik sinar UV B (290-315 nm) diketahui menyebabkan terjadinyasunburndanerythema pada kulit. Sinar ini merupakan karsinogen fisik yang dapat menyebabkan kanker kulit, penuaan kulit secara dini, dan berbagai penyakit fotosensitivitas (Sies dan Stahl, 2004). Untuk mencegah hal tersebut dapat digunakan antioksidan, yang mekanisme kerjanya dengan menginaktifkan sensisitasi tingkat triplet, bereaksi dengan singlet oksigen dan menginaktifkannya, serta pemotongan rantai radikal bebas (Thieleet al., 2000).
Sediaan UV protection di pasaran umumnya berupa cream dan lotion.
Namun kandungan minyak dalam cream menjadi masalah pada pengguna dengan produksi kelenjar sebasea berlebih karena dapat merangsang timbulnya jerawat. Di sisi lain, viskositas yang encer darilotion tidak dapat bertahan lama pada kulit sehingga daya perlindungan UV protection akan cepat berkurang. Maka perlu dikembangkan bentuk sediaan lain dengan sifat fisis dan estetika yang lebih baik yaitu gel.
Pembuatan sediaan gel UV protection dalam penelitian ini menggunakan kandungan aktif beta karoten dari filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang diketahui memiliki aktivitas fotoprotektif berkaitan dengan kemampuannya sebagai antioksidan untuk bereaksi dengan singlet oksigen molekular dan radikal peroksil serta menginaktifkan keduanya (Sies dan Stahl, 2004).
Penggunaan humektan pada sediaan gel berfungsi sebagai pelembab (Boyland et al., 1986), untuk memproteksi hilangannya air dari sediaan yang dapat mempengaruhi sifat fisis gel. Selain itu humektan dapat membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengurangi efek paparan sinar UV dalam sediaan gelUV protection. Penggunaan gliserol dan proplenglikol secara bersamaan akan memperbaiki sifat fisis dari sediaan. Gliserol akan meningkatkan kelarutan solut lipofilik (Buchmann, 2001) sehingga beta karoten yang bersifat lipofil akan lebih terdispersi merata dalam sediaan gel. Sedangkan sifat higroskopis propilenglikol (Boyland et al., 1986) akan menjaga konsistensi sediaan.
Optimasi formula gel terhadap humektan pada penelitian ini menggunakan metode Simplex Lattice Design dua komponen. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisis dari campuran bahan, memprediksi sifat-sifat campuran tersebut pada semua perbandingan, dan mengestimasi respon yang dihasilkan (Bolton, 1997). Dalam penelitian ini diharapkan perolehanrange
19 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental semu yang bersifat eksploratif, dengan desain penelitian secaraSimplex Lattice Design.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
a) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi gliserol dan propilenglikol dalam formula gelUV protectionfiltrat perasan wortel (Daucus carota,Linn.).
b) Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis gel (daya sebar dan viskositas) serta stabilitas gel (pergeseran viskositas setelah satu bulan penyimpanan).
c) Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama kecepatan putar dan pengadukan, suhu penyimpanan, dan lama penyimpanan.
2. Definisi operasional
a) Filtrat adalah supernatan dari perasan wortel (Daucus carota,Linn.) yang telah disentrifugasi, diekstraksi, dan diberi pengawet metil paraben 0,2 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b) Humektan adalah bahan yang berfungsi sebagai pelembab dalam sediaan gel, yang komposisinya dioptimasi dalam penelitian ini. Pada penelitian ini digunakan gliserol dan propilenglikol sebagai humektan.
c) Respon adalah hasil percobaan yang diamati dalam penelitian ini, yang meliputi daya sebar, viskositas, dan persen pergeseran viskositas gel setelah satu bulan penyimpanan.
d) Range komposisi optimum humektan adalah range komposisi humektan yang menghasilkan gel dengan daya sebar 3-5 cm, viskositas 260-300 d.Pa.s, dan persen pergeseran viskositas (setelah satu bulan penyimpanan) kurang dari 15 % (Zatzet al., 1996).
C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu baku beta karoten, aseton (p.a., E. MERCK), heksan (p.a., E. MERCK), kloroform (p.a., E. MERCK), filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.), carbopol, gliserol, propilenglikol, trietanolamin, metil paraben, danaquadest (semuanya kualitas farmasetis).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu juicer (MIYAKO), saringan, sentrifuge, glasswares (PYREX-GERMANY), neraca (METTLER-TOLEDO), hot plate (IKAMAG-RET), spektrofotometer UV-Vis (PERKIN-ELMER LAMBDA 20V), spektrofotometer UV (GENESIS 10), mixer
(ERWEKA-GERMANY), mixer (CUCINA, dengan modifikasi pengatur rpm),
21
D. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan kurva baku beta karoten
a) Pembuatan kurva baku beta karoten. Timbang seksama 10,0 mg beta karoten murni, larutkan dalam 25 ml pelarut aseton:heksan (1:9). b) Pembuatan larutan intermediet beta karoten. Larutan stok beta
karoten sebanyak 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan pelarut aseton:heksan (1:9) hingga tanda.
c) Pembuatan seri larutan baku beta karoten. Pipet larutan intermediet beta karoten sebanyak 1,25 ; 2,5 ; 3,75 ; 5,0 ; dan 6,25 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Tambahkan pelarut aseton:heksan (1:9) hingga tanda sehingga diperoleh seri larutan baku dengan konsentrasi 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm.
d) Scanning panjang gelombang serapan maksimum beta karoten.
Scanning panjang gelombang serapan maksimum beta karoten menggunakan spektrofotometer visible (pada panjang gelombang 390-500 nm) terhadap 3 seri larutan baku (2, 6, dan 10 ppm). Kurva serapan dari ketiga seri larutan baku tersebut dibandingkan dan dapat diketahui panjang gelombang serapan maksimum dari beta karoten. e) Pengukuran serapan larutan seri baku beta karoten. Mengukur
serapan larutan seri baku beta karoten pada panjang gelombang serapan maksimum beta karoten yang diperoleh. Kemudian dibuat persamaan regresi linier antara konsentrasi dengan absorbansi (Y = BX + A).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Ekstraksi dan penetapan kadar beta karoten dari wortel (Daucus carota, Linn.)
a) Ekstraksi beta karoten dari wortel (Daucus carota, Linn.). Satu kg wortel diperas dengan juicer dan disaring. Hasilnya disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit, lalu diambil bagian supernatannya.
Sebanyak 2 g filtrat ditambah 2 x 25 ml aseton, masing-masing
di-stirer dengan kecepatan 700 rpm selama 2,5 menit, lalu disaring dengan kertas saring. Residunya ditambah 25 ml heksan, di-stirer
dengan kecepatan 700 rpm selama 1 menit dan disaring dengan kertas saring.
Aseton dihilangkan dari ekstrak dengan menambahkan 5 x 100 ml
aquadestmenggunakan corong pisah. Lapisan teratas (fraksi heksan) diambil, dilarutkan dalam pelarut aseton:heksan (1:9) hingga 25 ml. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
23
3. Optimasi pembuatan gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota,Linn.).
Formula yang digunakan pada percobaan ini mengacu pada formula standar
clear aqueous gel with dimeticone menurut Allenet al. (2005): Tabel II. Formula standarclear aqueous gel with dimeticone
(Allenet al. 2005)
Komposisi %
Water 59,8
Carbomer 934 0,5
Triethanolamine 1,2
Glycerin 34,2
Propyleneglicol 0,2
Dimethicone copolyol 2,3
Tabel III. Rancangan PercobaanSimplex Lattice Design
Formula I II III IV V
Gliserol 48 36 24 12 0
Propilenglikol 0 12 24 36 48
Carbopol 1 1 1 1 1
Aquadest 47 47 47 47 47
Trietanolamin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Filtrat perasan wortel 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Carbopol dimasukkan ke dalamaquadest dan diaduk menggunakanmixer
dengan kecepatan 400 rpm selama 10 menit (campuran 1). Di tempat yang berbeda gliserol dan propilenglikol dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit (campuran 2). Masukkan campuran 2 ke dalam campuran 1 sambil terus diaduk sampai homogen menggunakan mixer dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kecepatan 400 rpm selama 5 menit. Tambahkan filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang digunakan. Terakhir tambahkan trietanolamin ke dalam campuran tersebut.
4. Prediksi nilai SPF beta karoten dalam filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)
Filtrat wortel (Daucus carota, Linn.) sebanyak 0,875 g dilarutkan dengan pelarut kloroform hingga 25 ml, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 365 nm. Rata-rata serapan yang diperoleh dihitung nilai SPF-nya sesuai dengan persamaan :
A = - log10
SPF
1
= log10 SPF
(Walters, 1997). Keterangan : A = Absorbansi (serapan)
SPF =Sun Protecting Factor
5. Uji sifat fisis dan stabilitas gel
25
b) Uji viskositas. Uji viskositas menggunakan Viscosimeter RION seri VT 04 dengan memasukkan gel ke dalam wadah dan memasangnya pada portable viscotester, lalu mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, segera setelah gel selesai dibuat (24 jam) dan setelah gel disimpan selama 1 bulan, dengan replikasi masing-masing pengujian sebanyak 6 kali (Voigt, 1994). Pergeseran viskositas ditentukan dengan besarnya persen pergeseran viskositas, yang perhitungannya sebagai berikut :
pembuatan setelah
s viskosita rata
-rata
pembuatan) setelah
s viskosita rata
-rata -bulan 1 s (viskosita
x100% Suatu sediaan dianggap stabilitasnya masih baik jika persen pergeseran viskositasnya kurang dari 15 % (Zatzet al.,1996).
6. Analisis data dan optimasi
Dari respon daya sebar, viskositas, dan persen pergeseran viskositas gel setelah penyimpanan selama 1 bulan menurut persamaan Simplex Lattice Design Design (Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B)) dapat digunakan untuk melihat pengaruh komposisi humektan terhadap sifat fisik gel (daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas).
Persamaan Simplex Lattice Design yang diperoleh diuji validitasnya menggunakan F tabel dengan taraf kepercayaan 95 % dan digunakan untuk mencari adanya range komposisi optimum humektan dalam pembuatan gel
UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) dan nilai dari
range komposisi optimum humektan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Kurva Baku Beta Karoten
Dalam setiap optimasi formula gel selalu dilakukan penetapan kadar beta karoten dalam wortel (Daucus carota, Linn.) untuk menjamin reprodusibilitas jumlah beta karoten dalam filtrat perasan wortel yang dimasukkan ke dalam lima macam formula sediaan gel. Pembuatan kurva baku beta karoten bertujuan memperoleh persamaan kurva baku yang digunakan untuk menghitung kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel. Kadar filtrat yang diperoleh digunakan untuk menghitung jumlah filtrat perasan wortel yang dimasukkan ke dalam sediaan gel.
27
Scanning panjang gelombang serapan maksimum beta karoten dilakukan menggunakan spektrofotometer Visible pada panjang gelombang 390-500 nm terhadap 3 macam konsentrasi larutan baku (2, 6, dan 10 ppm). Scanning ini bertujuan untuk memastikan puncak serapan yang dihasilkan merupakan serapan beta karoten. Dari hasil scanning diperoleh panjang gelombang serapan maksimum beta karoten pada 452,2 nm. Panjang gelombang maksimum beta karoten yang diperoleh tidak sesuai dengan pustaka menurut Anonim (1995a) yaitu sebesar 436 nm. Perbedaan ini dapat disebabkan karena terjadinya pergeseran batokromik dimana panjang gelombang maksimum beta karoten bergeser ke panjang gelombang yang lebih besar, selain itu karena kondisi percobaan (suhu dan kelembaban ruangan) yang berbeda dengan standar.
Tabel IV. Kurva baku beta karoten
Kurva Baku I Kurva Baku II Kurva Baku III Kadar
(ppm) Serapan (A)
Kadar
(ppm) Serapan (A)
Kadar
(ppm) Serapan (A)
2,060 0,341 2,114 0,276 2,182 0,361
4,120 0,669 4,228 0,543 4,364 0,676
6,180 0,980 6,342 0,922 6,546 1,046
8,240 1,320 8,456 1,182 8,728 1,232
10,300 1,656 10,57 1,462 10,91 1,658
A = 0,00890 B = 0,15927 r = 0,99988 Y = 0,15927X + 0,00890
A = – 0,02630 B = 0,14240 r = 0,99812 Y = 0,14240X – 0,02630
A = 0,04960 B = 0,14436 r = 0,99510 Y = 0,14436X + 0,04960
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persamaan kurva baku yang digunakan untuk penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel yaitu Y = 0,15927X + 0,00890 karena persamaan tersebut memiliki nilai r yang paling mendekati± 1.
B. Ekstraksi dan Penetapan Kadar Beta Karoten dari Wortel (Daucus carota, Linn.)
Penggunaan filtrat dari perasan wortel (Daucus carota, Linn.) ini disebabkan karena ukuran partikel wortel yang terkandung di dalamnya lebih kecil dan sudah tercampur dalam air perasan wortel (dibandingkan dengan penggunaan endapan wortel), sehingga beta karoten yang terkandung di dalam filtrat tersebut akan lebih mudah terdispersi dalam sediaan gel.
Ekstraksi beta karoten dari wortel menggunakan prosedur menurut Anonim (1995) dengan modifikasi, seperti penggunaan sentrifuge untuk membantu pengendapan sehingga diperoleh supernatan perasan wortel yang lebih baik dan reprodusibel. Selain itu juga dilakukan penyaringan beberapa kali agar tidak ada padatan/endapan yang terkandung dalam filtrat.
29
aquadest, sehingga yang terdapat dalam fase heksan hanya beta karoten dari wortel.
Dalam proses ekstraksi ini dilakukan penyeragaman kondisi percobaan, seperti kecepatan putar sentrifuge dan stirer, serta lama waktu sentrifugasi dan ekstraksi. Hal ini bertujuan agar jumlah beta karoten yang terekstraksi antar replikasi tidak berbeda jauh.
Tabel V. Serapan dan jumlah beta karoten dalam 1 g filtrat Replikasi Serapan (A) Σ beta karoten
dalam 1 g filtrat x ± SD CV
1 1,067 0,08304 mg
2 1,056 0,08218 mg
3 1,059 0,08241 mg
0,08254± 0,00044 0,540
Dengan memasukkan nilai serapan beta karoten dalam filtrat ke dalam persamaan kurva baku Y = 0,15927 X + 0,00890 maka diperoleh jumlah beta karoten dalam tiap 1 g filtrat perasan wortel yang akan dimasukkan dalam sediaan gel yaitu sebesar 0,08254± 0,00044 mg.
C. Optimasi Pembuatan GelUV ProtectionFiltrat Perasan Wortel (Daucus carota,Linn.)
Pada optimasi formula gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang dilakukan dalam penelitian, 7 g filtrat wortel yang dimasukkan dalam 200 g sediaan gel memberi hasil yang baik secara estetika dimana gel yang dihasilkan berwarna oranye jernih. Sediaan gel tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengandung beta karoten sebanyak x mg g
g
08254 , 0 200
7
= 2,8889 x 10-3 mg%
b b
atau 0,28889 mg beta karoten dalam 200 g sediaan gel.
Umumnya dalam pembuatan sediaan gel digunakan etanol untuk memberi sensasi dingin pada kulit saat terjadi evaporasi etanol dari sediaan akibat suhu tubuh dan suhu lingkungan. Namun adanya alkohol pada preparasi gel carbopol dapat menurunkan viskositas dan kejernihan gel yang dihasilkan (Allen, 2005). Penurunan viskositas ini dapat mempengaruhi daya sebar gel yang dihasilkan, sedangkan kejernihan gel berpengaruh pada segi estetika (penerimaan konsumen). Selain itu etanol sendiri bersifat iritatif terhadap kulit, apalagi jika penggunaannya dalam jumlah banyak. Oleh karena itu dalam penelitian ini tidak digunakan etanol, melainkan aquadest. Aquadest juga dapat menghasilkan sensasi dingin seperti etanol dan tidak mengiritasi kulit.
31
bersifat higroskopis (Boyland, 1986) akan menjaga konsistensi sediaan gel yang terbentuk.
Pada penelitian juga dilakukan modifikasi formula terhadap jumlah Trietanolamin (TEA) yang digunakan, dari semula 4,2 g dalam 200 g gel menjadi 1 g dalam 200 g gel. Penggunaan TEA dengan jumlah yang lebih sedikit ini disesuaikan dengan konsistensi gel yang terbentuk. Bila digunakan TEA dalam jumlah yang lebih banyak (sesuai formula awal yaitu 4,2 g), gel yang terbentuk terlalu viskous (kental) selain itu pH gel akan semakin basa sehingga kurang isohidris dengan kulit sehingga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan.
Tabel VI. pH Gel
Formula pH± SD
I 5,43±0,011
II 5,45±0,005 III 5,51±0,010 IV 5,76±0,000
V 5,80±0,010
Rata-rata pH gel yang dihasilkan berkisar antara 5,43-5,80 dimana pH ini termasuk dalam rentang pH kulit normal yaitu 4,5-6 (Anonim, 2007) sehingga bersifat isohidris dan kurang iritatif pada penggunaannya. Menurut Allen (2005), viskositas maksimum dan kejernihan gel terjadi pada pH 7, namun viskositas dan kejernihan yang dapat diterima dimulai pada pH 4,5-5 sampai dengan pH 11. Sediaan gel yang dihasilkan bila dibandingkan dengan literatur sudah memiliki viskositas dan kejernihan yang cukup baik dan dapat diterima masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian juga ditambahkan pengawet yaitu metil paraben sebanyak 0,2 % ke dalam filtrat perasan wortel untuk menjaga kestabilan filtrat sebelum dimasukkan ke dalam gel. Hal ini disebabkan karena filtrat yang digunakan mengandung banyak air yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikrobia. Namun pada sediaan gel tidak ditambahkan pengawet lagi karena humektan yang digunakan (gliserol dan propilenglikol) dapat berfungsi sebagai pengawet (Anonim, 1983; Ansel, 1989).
D. Prediksi Nilai SPF Beta Karoten dalam Filtrat Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.)
Dalam pembuatan sediaan gelUV protection dilakukan pengukuran nilai
Sun Protecting Factor (SPF) beta karoten dalam filtrat perasan wortel. Hasil pengukuran SPF ini merupakan data pendukung untuk mengetahui kemampuan senyawa aktif tersebut dalam menangkal radiasi UV.
Beta karoten dalam filtrat diukur serapannya pada panjang gelombang 365 nm dan ditentukan nilai SPF-nya menurut Walters (1997) menggunakan
persamaan
=
SPF 1 log
-A 10 = log10SPF. Pemilihan panjang gelombang yang
33
Pelarut yang digunakan untuk scanning ini berbeda dengan pelarut yang digunakan untuk penetapan kadar (aseton:heksan = 1:9), namun karena beta karoten dalam filtrat tidak larut jenuh di dalam kedua macam pelarut tersebut, maka tidak terjadi perbedaan serapan yang dihasilkan dari kedua macam pelarut tersebut.
Gambar 7. Hasilscanning larutan baku beta karoten pada UV 365 nm
Gambar 8. Hasilscanning filtrat perasan wortel pada UV 365 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari hasil scanning larutan baku beta karoten dan filtrat perasan wortel pada UV 365 nm diatas, diketahui bahwa beta karoten memiliki serapan pada
range panjang gelombang UV A (320-400 nm) danrange panjang gelombang UV B (290-320 nm). Serapan yang dihasilkan disebabkan karena beta karoten memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) yang dapat menyerap sinar UV dengan panjang gelombang tersebut. Dari uraian di atas maka beta karoten memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai produksunscreen.
Tabel VII. Serapan dan SPF beta karoten dalam filtrat perasan wortel
Serapan (A) SPF
Replikasi Replikasi
Jumlah beta karoten dalam
200 g gel 1 2 3 1 2 3
SPF rata-rata 0,28889 mg 0,080 0,029 0,032 1,2023 1,0691 1,0765 1,1159
35
E. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Gel
Kualitas dari sediaan gel dapat dilihat dari sifat fisik dan stabilitas sediaan gel tersebut. Uji sifat fisik meliputi uji daya sebar dan uji viskositas, sedangkan stabilitas gel dapat dilihat dari persen pergeseran viskositas yang terjadi setelah penyimpanan gel selama 1 bulan. Pengujian-pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah gel yang dibuat sudah memenuhi syarat sediaan gel yang baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Tabel VIII. Respon pengujian dari masing-masing formula gel Respon Daya sebar
(cm)
Viskositas setelah 24 jam (d.Pa.s.)
Persen pergeseran viskositas (%) I 4,18±0,075 295,83±21,075 3,66 %±1,851 II 3,98±0,248 291,67±7,527 0,57 %±0,000 III 4,26±0,301 296,67±5,163 3,46 %±1,894 IV 4,10±0,178 283,33±5,164 1,76 %±0,644 V 4,36±0,413 296,67±5,163 7,30 %±1,066
Tabel IX. PersamaanSimplex Lattice Design berbagai pengujian Pengujian PersamaanSimplex Lattice Design
Daya sebar Y = 4,18X1+ 4,36 X2- 0,03 X1 X2
Viskositas Y = 295,83 X1+ 296,66 X2+ 1,66 X1 X2
% Pergeseran viskositas Y = 3,66 X1+ 7,30 X2- 8,07 X1 X2
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas area penyebaran gel saat diaplikasikan ke kulit. Daya sebar untuk sediaan gel yang dibuat yaitu memiliki diameter sebar antara 3-5 cm. Dengan diameter sebar yang kurang dari 5 cm, gel yang dibuat tergolong bersifat semi kaku (semistiff) (Garg et al., 2002). Hal ini disebabkan karena sediaan yang dibuat memiliki viskositas yang cukup tinggi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimana viskositas berbanding terbalik dengan kemampuan sebar suatu sediaan. Namun demikian, diameter sebar 3-5 cm sudah cukup baik dan merata saat gel diaplikasikan ke kulit.
Daya sebar sediaan gel dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti karakteristik formula gel, kecepatan evaporasi pelarut yang digunakan dalam gel, dan peningkatan viskositas akibat proses evaporasi tersebut. Karakteristik sediaan gel yang dibuat dipengaruhi oleh sifat dan komposisi humektan yang digunakan, yaitu gliserol dan propilenglikol. Sediaan gel pada penelitian ini menggunakan pelarut aquadest yang kecepatan evaporasinya tidak secepat gel yang menggunakan pelarut alkohol, sehingga daya sebarnya lebih terjaga.
GRAFIK DAYA SEBAR
3.95 4 4.05 4.1 4.15 4.2 4.25 4.3 4.35 4.4
0 25 50 75 100% Propilenglikol
d
seb
ar
(cm
)
respon SLD respon uji
Gambar 9. Grafik uji daya sebar gel UVprotection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)
Dari grafik yang dibuat dari persamaan Simplex Lattice Design diatas terlihat bahwa komposisi humektan mempengaruhi daya sebar sediaan gel,
37
dimana semakin banyak jumlah propilenglikol yang digunakan maka daya sebar gel menjadi semakin besar, sehingga diharapkan sediaan akan merata saat diaplikasikan di kulit. Hal ini juga tampak pada formula II (25 % propilenglikol, 75 % gliserol) dan formula IV (75 % propilenglikol, 25 % gliserol) dimana daya sebar formula II (3,98 cm) lebih kecil daripada formula IV (4,10 cm). Namun daya sebar hasil pengujian tidaksimilar dengan hasil perhitungan denganSimplex Lattice Design, yaitu daya sebar formula II sebesar 4,22 cm dan daya sebar formula IV sebesar 4,31 cm. Hasil yang berbeda cukup bermakna ini dapat disebabkan karena kelemahan dari The parallel-plate method yang digunakan, yaitu kurang presisi dan kurang sensitif dalam pengamatannya (Garget al., 2002). Viskositas sediaan gel merupakan tahanan gel tersebut untuk mengalir, dimana semakin besar viskositas berarti sediaan tersebut semakin kental, demikian juga sebaliknya. Viskositas yang diharapkan dari gel yang terbentuk adalah 260-300 d.Pa.s. Uji viskositas dilakukan dua kali, yaitu sesaat setelah pembuatan gel (24 jam) dan 1 bulan penyimpanan setelah sediaan dibuat. Uji viskositas sesaat setelah pembuatan dimaksudkan untuk melihat sifat fisis sediaan, yaitu profil kekentalan dari gel tersebut.
Kelima formula gel yang dibuat memiliki nilai viskositas antara 283,33-296,67 d.Pa.s, yang masuk dalam rentang viskositas yang diharapkan. Hal ini berhubungan dengan sifat fisis lain dari gel yaitu daya sebar, dimana gel yang dibuat tidak terlalu encer sehingga perlekatannya di tempat aplikasi lebih baik, dan juga gel tersebut tidak terlalu kental sehingga sukar merata saat diaplikasikan dan sukar dikeluarkan dari kemasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari data pengujian terlihat adanya penurunan viskositas setelah gel diuji dalam beberapa kali replikasi. Hal ini menunjukkan sediaan gel yang dibuat memiliki tipe aliran non-Newtonian yang bersifat pseudoplastik, dimana viskositas gel berkurang dengan meningkatnyarate of shear(Martinet al., 1993),
sehingga semakin banyak/sering gaya yang diberikan, sediaan gel menjadi semakin encer. Sifat pseudoplastik yang dihasilkan dari penelitian ini sesuai dengan literatur yang menyatakan basis gel polimer sintetik seperti carbopol pada konsentrasi rendah (1 %) bersifat pseudoplastik (Barry, 1983).
GRAFIK VISKOSITAS
282 284 286 288 290 292 294 296 298
0 25 50 75 100% Propilenglikol
visk
o
sitas
(d
.P
a
s)
respon SLD respon uji
Gambar 10. Grafik uji viskositas gel UVprotection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)
Pada grafik tampak bahwa respon viskositas gel hasil perhitunganSimplex Lattice Design sebanding dengan komposisi propilenglikol dalam sediaan. Semakin besar jumlah propilenglikol, viskositasnya semakin besar pula. Namun grafik ini kurang sesuai bila dibandingkan dengan grafik uji daya sebar, karena
39
antara daya sebar dan viskositas terdapat hubungan yang berkebalikan. Maka seharusnya dengan peningkatan jumlah propilenglikol dalam sediaan, maka viskositasnya akan semakin kecil. Hal ini tampak dari hasil pengujian gel formula II (25 % propilenglikol, 75 % gliserol) dan formula IV (75 % propilenglikol, 25 % gliserol) yang menunjukkan penurunan viskositas, yaitu 291,67 dan 283,33 d.Pa.s. Uji viskositas setelah penyimpanan selama 1 bulan bertujuan untuk melihat kestabilan dari sediaan gel tersebut. Jika setelah penyimpanan 1 bulan tidak terjadi pergeseran viskositas yang berarti, maka sediaan tersebut dikatakan stabil. Kestabilan sediaan akan berpengaruh pada kemampuan basis gel dalam mempertahankan filtrat perasan wortel yang terjebak dalam matriks gel sehingga kemampuan antioksidan dari gel UV protection ini tetap optimal. Pergeseran viskositas ditentukan dengan besarnya persen pergeseran viskositas, yaitu viskositas gel setelah penyimpanan 1 bulan dikurangi viskositas rata-rata gel setelah pembuatan, dibagi dengan viskositas rata-rata gel setelah pembuatan dikalikan 100 %. Suatu sediaan dianggap stabilitasnya masih baik jika persen pergeseran viskositasnya kurang dari 15 % (Zatzet al., 1996).
Dari kelima formula gel yang dibuat, semua memiliki persen pergeseran viskositas yang sesuai dengan kriteria sehingga sediaan gel yang dibuat dapat dikatakan stabil. Persen pergeseran viskositas gel yang paling kecil dihasilkan oleh formula IV (75 % propilenglikol, 25 % gliserol) yaitu sebesar 0,57 % sedangkan persen pergeseran viskositas gel yang paling besar dihasilkan oleh formula V (100 % propilenglikol, 0 % gliserol) yaitu sebesar 7,30 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GRAFIK % PERGESERAN VISKOSITAS
0 1 2 3 4 5 6 7 8
0 25 50 75 100% Propilenglikol
vi
s
kosit
as
(d
.Pas)
respon SLD respon uji
Gambar 11. Grafik % pergeseran viskositas gel UVprotection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.)
Pergeseran viskositas yang terjadi pada gel setelah penyimpanan 1 bulan dapat disebabkan karena perubahan agen pembentuk viskositas dalam sediaan atau interaksi dengan sistem pada kondisi istirahat. Basis gel (carbopol) yang merupakan polimer mengalami depolimerisasi yang mengakibatkan penurunan berat molekul sehingga akan menurunkan viskositas gel. Hal ini tampak pada pengujian, dimana viskositas gel setelah penyimpanan 1 bulan lebih kecil daripada viskositas gel yang diukur langsung setelah pembuatan.
Selain pergeseran viskositas, stabilitas dari sediaan gel juga dapat dilihat dari perubahan organoleptis (bau dan warna gel), ada tidaknya pertumbuhan mikrobia, dan fenomena-fenomena yang sering terjadi pada gel, seperti swelling
(absorbsi cairan dalam volume meningkat, ditandai dengan masuknya pelarut dalam matriks gel) dan syneresis (kontraksi matriks gel sehingga cairan tertekan
41
keluar). Sediaan hidrogel yang dibuat tidak mengalami swelling dan syneresis,
juga tidak ditumbuhi oleh mikrobia karena sudah diberi pengawet metil paraben 0,2 %. Namun terjadi sedikit perubahan warna menjadi lebih muda, akibat terpapar cahaya selama penyimpanannya. Seharusnya kemasan gel yang digunakan tidak tembus cahaya agar warna gel tetap terjaga dan tidak terjadi degradasi senyawa aktif, sehingga efek UV protection dari beta karoten tetap maksimal.
Dari ketiga grafik pengujian diatas dapat dilihat pula profil sifat fisis dari gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang dibuat berdasarkan persamaanSimplex Lattice Design, yaitu grafik uji daya sebar berupa garis linier, grafik uji viskositas berupa garis cembung, dan grafik persen pergeseran viskositas berupa garis cekung. Menurut Amstrong (1996), garis linier pada grafik menunjukkan respon yang dihasilkan dari kedua komponen humektan dalam sediaan (gliserol dan propilenglikol) murni aditif, sehingga tidak ada interaksi dari kedua humektan yang digunakan tersebut. Bila garis pada grafik cembung atau cekung, berarti terjadi interaksi antara kedua komponen humektan dalam sediaan gel tersebut. Garis cembung menandakan respon yang dihasilkan semakin besar, sedangkan garis cekung menandakan respon yang dihasikan semakin kecil. Grafik persen pergeseran viskositas menunjukkan hasil uji sesuai dengan yang diharapkan, dimana grafik berupa garis cekung dengan nilai persen pergeseran viskositas gel setelah satu bulan penyimpanan yang cukup kecil (kurang dari 15 %).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Uji Validitas menggunakan F tabel
Persamaan Simplex Lattice Design dari pengujian sifat fisis (daya sebar dan viskositas) serta stabilitas (persen pergeseran viskositas) diuji validitasnya menggunakan uji F tabel (taraf kepercayaan 95 %) menurut Amstrong (1996).
Tabel X. Hasil uji validitas dengan F tabel
Respon F hitung F tabel
Daya sebar 0,77 3,35
Viskositas 0,01 3,35
% Pergeseran viskositas 3,07 3,35
Uji validitas tersebut memberi hasil F hitung ketiga persamaan Simplex Lattice Design (Y = 4,18X1+ 4,36 X2- 0,03 X1 X2untuk daya sebar, Y = 295,83 X1+
296,66 X2+ 1,66 X1 X2 untuk viskositas, dan Y = 3,66 X1+ 7,30 X2- 8,07 X1 X2
untuk persen pergeseran viskositas) yang lebih kecil dari F tabel, sehingga Ho
diterima (ketiga persamaan garis tidak regresi), yang artinya ketiga persamaan
Simplex Lattice Design tersebut tidak dapat digunakan untuk memprediksi respon. Penyebabnya yaitu karena perbedaan antara respon hasil pengujian dengan respon hasil perhitungan menggunakanSimplex Lattice Design yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian dimana ketiga grafik pengujian gel (daya sebar, viskositas, dan persen pergeseran viskositas) menunjukkan respon uji yang tidak mirip (similar) dengan respon hasil perhitungan denganSimplex Lattice Design.
43
viskositas, dan persen pergeseran viskositas). Artinya perbedaan komposisi humektan dari tiap formula gel tidak mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sedian gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang dihasilkan.
Karena ketiga persamaanSimplex Lattice Design yang diperoleh tidak ada yang regresi, maka tidak dapat digunakan untuk menentukan range komposisi optimum humektan dari formula gelUV protectionfiltrat perasan wortel (Daucus carota, Linn.) berdasarkan sifat fisis (uji daya sebar dan uji viskositas) dan stabilitas gel (persen pergeseran viskositas setelah satu bulan penyimpanan).
Oleh karena itu hasil penelitian ini hanya dapat digunakan untuk menentukan formula optimum dari kelima formula gel yang dibuat. Kelima formula gel yang dibuat dalam penelitian ini memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik, yang memenuhi semua kriteria formula optimum gel yang telah ditetapkan dalam definisi operasional, yaitu daya sebar 3-5 cm; viskositas 260-300 d.Pa.s; dan persen pergeseran viskositas kurang dari 15 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak diperoleh range komposisi optimum formula gel UV protection filtrat perasan wortel (Daucus ca