• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

2.1.1. Pengertian Respon

Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban (http//kbbi.web.id). Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atua penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan prosimal tersebut (Rukminto, 1994:105).

Respon adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan rangsangan yang terjadi terhadap panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme mengunakan istilah respon yang dipasangkan rangsangan dalam menjalankan proses terbentuknya prilaku. Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsangan dari lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsangan yang dikondisikan.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecendrungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pemahaman yang mendetail, rasa takut,

(2)

ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengungkapan sikap dapat diketahui melalui :

1. Pengaruh atau penolakan 2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek. Seseorang disebut mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengar atau perubahan terhadap sesuatu objek tidak mempengaruhi tindakannya atau justru menghindar dan membenci objek tertentu.

Secara keseluruhan respon individu atau kelmpok terhadap situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan. Simon dalan wijaya (2007), membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu :

1. Persepsi berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan

(3)

3. Partispasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut (Aisha, 2016).

2.1.2. Proses Terjadinya Respon

Dalam hal ini ada beberapa gejala terjadinya respon, mulai dari yang paling berperaga dengan berpangkal pada pengamatan, sampai ke yang paling tidak berperaga yaitu berfikir. Gejala tersebut menurut Suryabrata adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini adalah produk dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abstraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran.

2. Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah bayangan pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya, melainkan seperti warna komplemen dari warna objek.

3. Bayangan eiditik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga menyerupai pengamatan. Respon, yakni bayangan yang menjadi kesan yang dihasikan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan pengamatan.

Jadi proses terjadinya respon adalah pertama-tama indera mengamati objek tertentu, setelah itu muncul bayangan pengiring yang berlangsung sangat

(4)

singkat sesaat sesudah perangsang berlalu. Setelah bayangan perangsang muncul kemudian muncul bayangan eiditis, bayangan ini sifatnya lebih tahan lama, lebih jelas dari bayangan perangsang. Setelah itu muncul tanggapan dan kemudian pengertian (http//a-research.upi.edu diakses pada tanggal 13 Maret 2017 Pukul 07.58 wib).

2.1.3. Indikator Respon

Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

1. Persepsi

Pengertian persepsi dari kamus psikologi adalah berasal dari bahasa inggris, perception yang artinya : persepsi, penglihatan, tanggapan; adalah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimilikinya; atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interprestasi data indera. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera (Branca dalam walgito, 2007:25-26).

Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson persepsi menunjukan pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia disekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Berdasarkan hal tersebut William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita

(5)

diperoleh dari pengelolahan ingatan (memory) kita diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki (Rukminto, 1994:105-106).

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

a. Pengorganisasian

Kecenderunagn membuat pengelompokan rangsang yang sama dan dekat, kontinuitas rangsang, atau menghubungkan antara fokus/gambar dan latar belakang

b. Selektif

Memilih informasi yang menguntungkan atau mendukung pandangannya dan mengabaikan yang merugikan

c. Situasional

Kondisi lingkungan yang menekan akan berpengaruh ketepatan persepsi d. Pera saan/emosi

Emosi positif/negatif mempengaruhi persepsi (Hidayat, 2009: 71-72). Menurut Adi, hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah :

a. Motif dan kebutuhan.

b. Preparator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.

c. Minat

Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah :

a. Intensitas dan ukuran (intensity and size). Misalnya makin keras suatu bunyi maka semakin menarik perhatian seseorang.

(6)

b. Kontras dengan hal-hal yang baru c. Pengulangan.

d. Pergerakan.

Menurut Krech & Crutcfield, faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjasi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

1. Faktor fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi

2. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu, yaitu masyarakat itu sendiri. Menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan (Adrianto, 2006).

Selain panca indera dan atensi, pengetahuan juga penting dalam proses persepsi. Pengetahuan adalah berbagai segala gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal, dimana pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda/kejadian tertentu yang belum pernah dilihat/dilakukan sebelumnya.

(7)

Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk merespon atau bereaksi terhadap objek tertentu. Sikap ini tampak/kelihatan jika direalisasikan/diwujudkan dalam bentuk perbuatan/perilaku/tindakan. Sebelum seseorang mempunyai kecenderungan untuk merespon, maka yang harus terlebih dahulu harus ada ialah objek (disebut objek sikap). Objek sikap ini bisa apa saja seperti orang, hewan, lukisan, kasus korupsi yang diberitakan oleh media, atau apa saja yang ada di sekitar manusia yang akan merespon tersebut (stimuli). Jadi unsur pertama yang ada dalam sikap adalah pengetahuan tentang objek tersebut.

Proses selanjutnya setelah adanya pengetahuan/informasi ialah perasaan/afeksi terhadap objek tersebut, misalnya senang/tidak senang, sedih, marah, kecewa, dan sebagainya. Setelah seseorang memperoleh informasi/ pengetahuan tentang suatu objek dan senang/suka terhadapnya, maka proses selanjutnya adalah bahwa orang tersebut akan cenderung merespon atau melakukan suatu tindakan sesuai dengan keberadaan objek tersebut (Riswandi, 2013: 11-12)

Sesungguhnya sikap dapat dipahami lebih daripada sekedar seberapa favorabel atau seberapa tidak favorabelnya perasaan seseorang, lebih daripada sekedar seberapa positif atau seberapa negatifnya. Sikap dapat diungkap dan dipahami dari dimensinya yang lain. Beberapa karateristik (dimensi) sikap yaitu :

1. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek.

(8)

2. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya.

3. Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.

4. Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang (Sax dalam Azwar, 1995). Menurut Hudaniah, sikap dapat dilihat melalui penilaian, penerimaan/penolakan, mengharapkan/menghindari suatu objek tertentu.

1. Penilaian adalah pengetahuan/informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang bagaimana menilai objek tersebut.

Contoh : Penilaian pekerja terhadap adanya suatu program

2. Penerimaan/penolakan adalah berhubungan dengan rasa senang/tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai yang dimiliki.

(9)

3. Mengharapkan/Menghindari adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.

Contoh : Pekerja mengharapkan/menghindari adanya suatu program (Aisyah, 2016)

3. Partisipasi

Partisipasi secara harfiah mengandung arti ikut serta yang berasal dari kata asing “take a part” atau mengambil bagian. Secara lebih umum lagi kata partisipasi dapat berarti ikut sertanya suatu kesatuan yang lebih besar. Sejalan dengan hal tersebut istilah partisipasi masyarakat juga sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan program (Adrianto, 2006).

2.2. Tenaga kerja

2.2.1. Pengertian tenaga kerja

Di indonesia, pengertian tenaga kerja manpower sering di pergunakan untuk menyebut penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga walaupun sedang tidak bekerja, secara fisik mereka mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut kerja.

Menurut Undang-Undang tahun Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan

(10)

masyarakat. Pengertian ini sangat luas karena mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perseorangan, persekutuan, badan hukum, atau badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan lainnya dalam bentuk apapun.

Defenisi diatas, dapat lebih dipahami bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan didalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perseorangan dengan menerima upah.

2.3. Karyawan 2.3.1. Pengertian

Perusahaan tanpa karyawan ibarat manusia tanpa darah. Hal itu menggambarkan betapa pentingnya karyawan dalam sebuah perusahaan walaupun banyak pemilik perusahaan yang tidak menyadari tentang hal itu. Tidak sedikit pemilik sebuah perusahaan yang memperlakukan karyawannya dengan tidak manusiawi sehingga berakibat fatal terhadap kelangsungan perusahaan itu sendiri dalam jangka panjang. Hal paling ideal adalah memperlakukan karyawan seperti layaknya seorang partner yang saling membutuhkan.Sehingga penting bagi seorang owner untuk memperhatikan hal paling detail sekalipun dari seorang karyawan.Seperti halnya tingkat pendapatan yang layak, jaminan kesehatan serta hari tua yang memadai, dan lain-lain. Disadari atau tidak, secara langsung atau tidak langsung, hal-hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kerja serta loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

Adapun definisi karyawan menurut para ahli yaitu: a. Redaksi ras, karyawan adalah asset

(11)

b. Bambang Suharno. Karyawan adalah aset, dimana aset terpenting dalam perusahaan adalah Sumber Daya Manusia.

c. Rico Sierma & Eva H. Saragih. Karyawan merupakan penggerak utama dari setiap organisasi. Tanpa mereka, organisasi dan sumber daya lainnya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang berarti

d. Paul Birck. Karyawan adalah wajah organisasi anda

e. Rithschild (mgh). Karyawan merupakan investasi, bukan pengeluaran. f. Marcus Buckingham & Curt Coffman. Karyawan adalah pengamat pasif,

yang menunggu untuk menerima penilaian manajernya

g. Paulus Bambang Wirawan. Karyawan adalah pribadi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari mesin dan alat produksi lainnya

h. Sonny keraf. Karyawan adalah orang-orang profesional yang tidak mudah digantikan. Karena mengganti seorang tenaga profesional akan sangat merugikan baik dari segi finansial, waktu, dan energi

i. Frederic W. Taylor. Karyawan merupakan komunitas ekonomis yang termotivasi untuk bekerja berdasarkan kebutuhan keuangan mereka (Anonim, 2017)

2.4. Program

Pengertian program adalah seperangkat aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk mencapai suatu perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan (Suharto, 2005:120)

Program adalah unsur utama yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek seperti:

(12)

1. Adanya tujuan yang mau dicapai

2. Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya pencapaian tujuan tersebut

3. Adanya prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan prosedur yang harus dilewati

4. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan 5. Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas

(Wahab dalam Harahap, 2016:19).

2.4. Jaminan Sosial

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Jaminan sosial bisa terdiri dari berbagai program, antara lain, program jaminan kesehatan, program jaminan pemutusan hubungan kerja, program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun dan program kematian.

Berdasarkan jenis-jenis program jaminan sosial, program jaminan sosial dapat yang bersifat jangka pendek, yaitu program jaminan sosial yang dapat dinikmati pesertanya (misalnya program jaminan kesehatan) dan program jangka panjang (program jaminan pensiun/hari tua), yang baru dapat dinikmati setelah bertahun-tahun menjadi peserta. Keduanya, saling terkait sebab adanya jaminan hari tua dan pensiun juga dapat berdampak rasa aman ketika usia masih muda (Sulastomo, 2011:17).

(13)

2.5. BPJS

2.5.1. Pengertian BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Negara (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk dengan undang-undang untuk menyelenggarakan jaminan sosial (Sumber UU No.40 Tahun 2004 Pasal 1 angka 6 UU).

BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggaraan jaminan sosi al yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial (Sumber UU No.40 Tahun 2004 Penjelasan paragraf 11).

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

2.5.2. Tugas BPJS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:

1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.

2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja. 3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.

4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.

(14)

6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial.

7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan dana jaminan sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.

2.5.3 Wewenang BPJS

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas, BPJS berwenang:

1. Menagih pembayaran Iuran.

2. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.

3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.

(15)

4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah.

5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan. 6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya.

7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program jaminan sosial.

Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

2.6 BPJS Ketenagakerjaan

2.6.1 Pengertian BPJS Ketenagakerjaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakn program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

(16)

Indonesia. (Sumber : UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (2) dan UU No. 40 Tahun 2011 tentang SJSN, Pasal 1 angka 8, Pasal 4 dan pasal 5 ayat (1).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksanaan undang-undang jaminan sosial tenaga kerja. BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaam yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan jaminan yang diadakan dengan sukarelah oleh pengusaha atau karena kewajiban untuk keperluan atau kepentingan buruh yang ditujukan terhadap kebutuhan pada umunya yang tidak dapat dicukupi upah serta tidak mempunyai hubungan kerja.

(17)

2.6.2 Ruang Lingkup BPJS Ketenagakerjaan

Ruang Lingkup Program BPJS Ketenagakerjaan Adapun ruang lingkup program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan adalah:

1. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Jaminan Kecelakaan Kerja adalah santunan berupa uang sebgai pengganti biaya pengangkutan, biaya pemeriksaan, biaya pengobatan atau perawatan, biaya rehabilitasi serta santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya baik, fisik maupun mental, santunan kematian sebagai akibat peristiwa berupa kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakan Kerja (JKK).

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar Iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 persen sampai dengan 1,74 persen sesuai kelompok jenis usaha.

Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan adanya masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib melaporkan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik

Respon Positif Respon Negatif

(18)

atas kejadian kecelakaan kepada BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan, dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.

2. Program Jaminan Kematian (JKM)

Jaminan Kematian (JKM) adalah santunan kematian berupa uang tunai dan santunan berupa uang pengganti biaya pemakaman, seperti pembelian tanah (sewa atau retribusi), peti jenazah, kain kafan, transportasi, dan lain-lain yang berkaitan dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi daerah masing-masing dan tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian (JKM).

Jaminan kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal buka karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian (JKM) diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Wajib menanggung Iuran Program Jaminan Kematian (JKM) bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari gaji atau upah sebulan. Iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 (enam ribu delapan ratus Rupiah) setiap bulan.

Manfaat Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila peserta meninggal dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak

(19)

berlaku lagi). Besarnya iuran dan manfaat program JKM bagi peserta dilakukan evaluasi secara berkala paling lama setiap 2 (dua) tahun.

3. Program Jaminan Hari Tua (JHT)

Jaminan hari tua (JHT) adalah santunan berupa uang yang dibayarkan secara sekaligus atau berkala. Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara sekaligus apabila :

a. Peserta mencapai usia 56 tahun. b. Meninggal dunia.

c. Cacat total tetap

Yang dimaksud usia pensiun termasuk peserta yang berhenti bekerja karena mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja; atau peserta yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya. Hasil pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter rate bank pemerintah.

Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Diambil max 10 % dari total saldo sebagai persiapan usia pension. b. Diambil max 30% dari total saldo untuk uang perumahan

Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi peserta, apabila:

(20)

a. Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutanberhenti bekerja.

b. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 (satu) kali dalam setahun.

c. Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT sebagai berikut :

a. Janda/duda b. Anak

c. Orang tua dan cucu d. Saudara Kandung e. Mertua

f. Pihak yang ditunjuk dalam wasiat

Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan

d. Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai, menjadi tanggungjawab perusahaan.

4. Jaminan Pensiun

Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun diatur dalam UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pasal 39 - 42 sebagai berikut:

(21)

b. Manfaat pasti, berdasarkan formula yang ditetapkan. c. Usia pensiun ditetapkan dengan peraturan perundangan.

Jenis manfaat jaminan pensiun;

a. Pensiun hari tua b. Pensiun cacat c. Pensiun janda/duda

d. Pensiun anak (manfaat pensiun anak berakhir apabila menikah, bekerja tetap, atau mencapai usia 23 tahun)

e. Pensiun orang tua

f. Pembayaran secara berkala diberikan apabila peserta mencapai masa iuran minimal 15 tahun. Apabila masa iuran tidak mencapai 15 tahun maka manfaat diberikan berdasarkan akumulasi iuran ditambah hasil pengembangan.

g. Ketentuan lebih lanjut tentang manfaat diatur dengan Peraturan Presiden. h. Iuran untuk penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu

yang ditanggung bersama antara pekerja dan pemberi kerja.

i. Ketentuan lebih lanjut tentang iuran diatur oleh Peraturan Pemerintah.

BPJS Ketenagakerjaan diamanatkan untuk menyelenggarakan Program Jaminan Pensiun sesuai UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pasal 6 ayat (2). Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun saat ini diinformasikan telah ditandatangani oleh Presiden dan dalam proses pengundangan. RPP tersebut mengatur hal-hal sebagai berikut:

(22)

a. Iuran ditetapkan 3% (pekerja 1% dan pengusaha 2%)

Upah maksimum dilaporkan (ceiling wage) ditetapkan Rp. 7 juta

2.6.3 Dasar Hukum Mengenai BPJS Ketenagakerjaan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (http//www.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses, pada tanggal 21 Maret 2017 Pukul 22.50 WIB).

2.8 Kesejahteraan Sosial

2.8.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Di Indonesia konsep kesejahteraan sosial telah lama dikenal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, misalnya, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentram lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai pancasila.

(23)

Menurut Undang-Undnag Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat (Friedlander dalam Fahruddin, 2012:8-9).

2.8.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan :

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan (Fahruddin, 2012:10)

(24)

2.9 Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian terdahulu milik Angga Efraimta Ginting (2015) yang berjudul “Respon Karyawan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan di PT Mutiara Mukti Farma. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, untuk memperoleh data peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner dan melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan respon karyawan sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan dilihat dari asepek persepsi positif, hal ini dapat dilihat dari pengetahuan dan pemahaman karyawan mengenai program BPJS Ketenagakerjaan. Sementara dari aspek sikap dan partisipasi karyawan memiliki respon yang negatif, hal tersebut disebabkan oleh ketidakpuasan karyawan terhadap pelayanan yang diberikan petugas dan kurangnya keikutsertaan karyawan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas BPJS Ketenagakerjaan.

Penelitian yang dilakukan Nia Wahyuni Harahap (2016) yang berjudul “Respon Buruh Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan dampingan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU)” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan dampingan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU). Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, untuk memperoleh data peneliti

(25)

menggunakan instrument penelitian kuesioner dan melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan respon buruh sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan dilihat dari aspek sosialisasi dan pendaftaran, mendapatkan respon yang positif dari buruh, sementara dari pelayanan memiliki respon yang negatif.

2.10 Kerangka pemikiran

Sebagai bagian dari masyarakat yang produktif, amatlah wajar bila para pekerja atau karyawan diberikan perlindungan, pemeliharaan serta secara bertahap ditingkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan upah dan memberikan jaminan sosial. Begitu juga dengan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus sebagai salah perusahaan yang tergabung dalam BPJS Ketenagakerjaan memprioritaskan karyawannya untuk tercatat mengikuti program jaminan sosial.

Salah satu badan jaminan sosial yang dibentuk oleh pemerintah dalam memberikan jaminan sosial bagi seluruh tenaga kerja maupun buruh di Indonesia adalah Jamsostek. Jaminan sosial tersebut selanjutnya diubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan yang dapat memberikan perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun. Adapun respon karyawan terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan, tersebut akan terbagi lagi dalam 3 hal yaitu persepsi karyawan, sikap karyawan dan partisipasi karyawan, yang kemudian akan menghasilkan respon positif maupun respon negatif. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau

(26)

variabel-variabel peneliti menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (Siagian, 2011:132).

Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(27)

Bagan Alur Pemikiran

Kesejahteraan Karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus Terhadap BPJS KEtenagkerjaan

Jaminan Sosial

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Melalui : 1. Jaminan Kecelakaan Kerja 2. Jaminan Kematian

3. Jaminan Hari Tua 4. Jaminan Pensiun

Respon

Persepsi Sikap Partisipasi

Respon Positif Respon Netral Respon Negatif

(28)

2.11. Defenisi konsep dan Defenisi operasional

2.11.1. Defenisi konsep

Definisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136-138).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelittian ini adalah :

1. Yang dimaksud dengan respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban diamana tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2. Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Yang dimaksud dengan karyawan adalah orang yang bekerja pada suau lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji atau upah.

(29)

4. Yang dimaksud dengan program adalah seperangkat aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk mencapai suatu perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu.

5. Yang dimaksud dengan jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

6. Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakn program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.

2.11.2. Defenisi operasional

Definisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Definisi operasional adalah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Perumusan definisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:141).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam Respon karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus terhadap program BPJS Ketenagakerjaan diukur melalui indikator sebagai berikut ini:

(30)

1. Persepsi karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus terhadap program BPJS Ketenagakerjaan, dapat diukur dengan :

a. Pengetahuan karyawan mengenai program BPJS Ketenagakerjaan

b. Pengetahuan karyawan mengenai tujuan dan manfaat BPJS Ketenagakerjaan

c. Atensi karyawan terhadap BPJS Ketenagakerjaan

2. Sikap karyawan PT Socfindo Kebun Atnah Gambus terhadap Program dan manfaat BPJS Ketenagakerjaan , dapat diukur dengan

a. Penilaian tentang program BPJS Ketenagakerjaan

b. Penerimaan karyawan terhadap program BPJS Ketenagakerjaan c. Harapan karyawan terhadap BPJS Ketenagakerjaan

3. Partisipasi karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus terhadap program BPJS Ketenagakerjaan dalam meningkatkan kesejahteraan peserta BPJS Ketenagakerjaan

a. Kehadiran karyawan PT Socfin Indonesia dalam sosialisasi program Manfaat Layanan Tambahan.

b. Keikutsertaan karyawan PT Socfin Indonesia dalam menikmati hasil dari program dan manfaat BPJS Ketenagakerjaan

Dari indikator-indikator yang digunakan tersebut, diharapkan dapat disimpulkan respon karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus terhadap program BPJS Ketenagakerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen keuangan utama yang digunakan Perusahaan, dari instrumen keuangan yang mana risiko timbul, meliputi kas dan bank, kas dibatasi penggunaannya, piutang usaha,

Hasil PCR 15 sampel DNA jagung yang berasal dari Jagung Lokal Biralle Bakka Didi asal Takalar, Sulawesi Selatan dan Jagung Karotenoid Syn 3 asal CIMMYT dengan

Simulasi skenario model eksisting ekowisata KP2K MS2B dengan laju % pertambahan keragaman hayati pulau (KHP) dan kealamian (KAP) sebesar 2% menghasilkan ekologi

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aras intensitas cahaya yang berpengaruh positif terhadap profil cita rasa kopi Robusta, selain itu juga untuk mengetahui kadar

Berdasarkan keseluruhan hasil perhitungan dari pengolahan data yang telah dilakukan dan pengujian hipotesis maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa mahasiswa memberikan respon

Pada kondisi reaksi penataan ulang Claisen yang sama, kemurnian produk penataan ulang Claisen senyawa alil isoeugenol eter lebih rendah bila dibandingkan dengan

Seorang wanita yang mempunyai tingkat pen- didikan tinggi cenderung untuk menjadi wa- nita karier seperti terlihat pada Tabel 1 bahwa responden di Jurang Ombo yang secara umum

Saran dalam penelitian ini adalah Dosen sebaiknya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya pada mata kuliah yang ada pada Prodi Tata Kecantikan, karena dengan model