• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Akuntansi Biaya dan Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan cabang akuntansi, yang berasal dari pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

Dibawah ini terdapat beberapa pandangan dari beberapa Penulis tentang pengertian akuntansi biaya sebagai berikut :

Menurut Carter Usry (2006 : 13 )

“Akuntansi Biaya adalah cara perhitungan atas nilai persediaan yang dilaporkan dineraca dan nilai harga pokok penjualan yang dilaporkan di laporan Laba Rugi“.

Armanto Witjaksono (2006 : 1 )

“Akuntansi biaya didefinisikan sebagai ilmu dan seni mencatat, mengakumulasikan, mengukur serta menyajikan informasi berkenaan dengan biaya dan beban”.

Dari definisi Armanto Witjaksono dapat diuraikan beberapa pengertian dalam akuntansi biaya, sebagai berikut :

a. Akuntansi biaya merupakan ILMU, dalam pengertian bahwa akuntansi biaya merupakan hal yang dapat dipelajari dan tentu saja telah memenuhi kaidah-kaidah tertentu untuk dapat diakui sebagai suatu

(2)

disiplin ilmu, antara lain logis, dan telah diterima serta dipraktekkan oleh banyak orang.

b. Akuntansi biaya merupakan SENI, dalam pengertian bahwa akuntansi biaya merupakan bagian disiplin ilmu sosial yang karakteristiknya antara lain didasarkan atas suatu set asumsi tertentu. Asumsi tersebut dapat diungkapkan baik secara implisit maupun eksplisit. Dan perhitungan dalam akuntansi yang sebenarnya merupakan model yang merupakan abstraksi dari dunia nyata, yang tentu saja memiliki berbagai keterbatasan tergantung pada set asumsi yang membentuk model itu sendiri.

Mulyadi ( 2005 : 7 )

“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.

Dari beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa akuntansi biaya tergantung pada untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi pemakai luar perusahaan dan dapat pula untuk memenuhi kebutuhan dalam perusahaan.

Untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan, akuntansi biaya perlu memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan, dengan demikian, akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Dan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan, akuntansi

(3)

biaya perlu memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen, dengan demikian akuntansi biaya dapat juga merupakan bagian dari akuntansi manajemen.

Dalam hal ini Penulis memfokuskan pada permasalahan pemenuhan kebutuhan pamakai dalam perusahaan, yaitu bagaimana cara manajer memperhitungkan harga pokok produk, untuk mencapai penentuan harga jual. Kebijakan penetapan harga oleh manajemen idealnya memastikan pemulihan (recovery) atas semua biaya dan mencapai laba, dalam kondisi yang sulit sekalipun. Meskipun permintaan dan penawaran biasanya merupakan faktor penentu dalam penetapan harga, penetapan harga jual yang menguntungkan juga memerlukan pertimbangan atas biaya.

Akuntansi biaya menyediakan informasi mengenai pendapatan dan biaya yang berbeda yang dapat berasal dari tindakan-tindakan alternatif. Selain itu akuntansi biaya juga dapat digunakan untuk menghitung biaya output yang dijual selama suatu periode; biaya ini dan biaya-biaya lain ditandingkan dengan pendapatan (cost are matched with revenues) untuk menghitung laba. Biaya dan laba dapat dilaporkan atas segmen dari perusahaan atau untuk keseluruhan perusahaan, bergantung pada kebutuhan manajemen dan pelaporan eksternal.

Proses penandingan atau pengaitan (matching) melibatkan identifikasi biaya jangka panjang dan jangka pendek, serta biaya variabel dan biaya tetap (kapasitas). Biaya manufaktur variabel dibebankan terlebih

(4)

dahulu ke unit yang diproduksi, kemudian ditandingkan dengan pendapatan saat unit-unit tersebut dijual. Biaya yang tidak tepat memunculkan kemungkinan dilakukan atau dipertahankannya bisnis yang tidak menguntungkan serta ditolaknya bisnis yang menguntungkan. Dengan cara ini informasi biaya memainkan peranan penting dalam mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi untuk organisasi.

2. Pengertian Biaya

Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya.

Menurut Hansen yang diterjemahkan oleh Deni Arnos kwary (2006 : 40), “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa dating bagi organisasi”.

Mulyadi (2005 : 8)

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas : a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, b. Diukur dalam satuan uang,

c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

(5)

Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini :

• Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa) • Volume Produksi

• Departemen, Proses, Pusat Biaya (cost center), atau sub divisi lain dari manufaktur

• Periode Akuntansi

• Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi

a. Biaya dalam hubungannya dengan produk

Biaya dalam hubunganya dengan produk ini terdiri dari:

1) Biaya manufaktur atau biaya produksi atau disebut juga sebagai biaya pabrik yang terdiri dari tiga unsur biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi.

- Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel. Jumlah paku di mebel merupakan bagian

(6)

integral dari barang jadi, tetapi karena biaya dari paku yang diperlukan untuk setiap mebel tidak signifikan, maka paku diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung.

- Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.

- Overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Contohnya adalah amplas, pola kertas.

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenag kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi. Tenaga kerja tidak langsung termasuk gaji pengawas, pegawai pabrik, pembantu umum, pekerja bagian pemeliharaan, dan biasanya, pekerja bagian gudang.

(7)

2) Beban Komersial

Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar : beban pemasaran dan beban administratif (juga disebut beban umum dan administratif).

- Beban pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Beban pemasaran termasuk beban promosi, beban penjualan dan pengiriman.

- Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Tidak semua beban tersebut dialokasikan sebagai beban administratif. Gaji dari wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas proses manufaktur dapat dianggap sebagai biaya manufaktur, dan gaji wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas pemasaran dapat dianggap sebagai biaya pemasaran.

b. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi

Dalam hubunganya dengan volume produksi, biaya dapat digolongkan menjadi :

1) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji Direktur produksi.

(8)

2) Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. 3) Biaya semivariabel

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

4) Biaya semifixed

Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

c. Biaya dalam hubunganya dengan Departemen produksi atau Segmen lain

Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain digolongkan menjadi dua yaitu :

1) Departemen Produksi

Di departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Jika dua atau tiga jenis mesin yang berbeda melakukan operasi pada satu produk dalam departemen yang sama, maka mungkin untuk meningkatkan

(9)

akurasi dari biaya produk dengan membagi departemen tersebut menjadi dua pusat biaya atau lebih.

2) Departemen jasa

Di departemen jasa, jasa diberikan untuk kepentingan departemen lain. Departemen jasa tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian dari biaya produk. Departemen jasa yang umum dibeberapa organisasi adalah departemen pemeliharaan, departemen penggajian, departemen akuntansi biaya, departemen pemrosesan data, dan departemen katering.

d. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi Dalam hal ini biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pengeluaran modal (capital expenditure)

Pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.

2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.

e. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan atau evaluasi

Ketika suatu keputusan harus dibuat diantara tindakan-tindakan atau alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan adalah penting untuk

(10)

mengidentifikasikan biaya (pendapatan, pengurangan biaya dan penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut.

Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. Biaya diferensial sering kali disebut biaya marginal atau biaya inkremental. Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila satu alternatif tertentu diambil, maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan dengan alternatif itu. Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena itu, tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya tertanam (sun cost).

Dalam suatu keputusan untuk menghentikan suatu produk atau divisi, beberapa dari biaya produk atau divisi tersebut biasa saja tidak berpengaruh dengan keputusan itu, biaya seperti itu disebut biaya yang tidak dapat dihindari. Biaya yang dapat dihindari justru relevan terhadap pengambilan keputusan.

B. Harga Pokok Produksi

Salah satu tujuan akuntansi biaya adalah menentukan Harga Pokok Produksi, hal ini harus dikerjakan dengan teliti dan adanya pemahaman dalam proses pembuatan produk.

i. Pengertian Harga Pokok Produksi

(11)

“Harga Pokok Produksi adalah biaya dari produk yang selesai diproduksi dan dipindahkan keluar akun persediaan barang dalam proses pada suatu periode”.

Menurut Armanto Witjaksono (2006 : 3)

“Harga pokok adalah sejumlah aktiva (Asset), tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan ke beban”.

Menurut Hansen yang diterjemahkan oleh Deni Arnos kwary (2006 : 53), “Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan”.

ii. Metode Perhitungan harga Pokok produksi

Menurut Carter Usry ada 2 metode dalam perhitungan harga pokok produksi antara lain :

a. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order costing)

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, produk dipertanggungjawabkan dalam batch. Setiap batch diperlakukan sebagai pesanan yang terpisah, dan pesanan tersebut merupakan obyek biayanya. Semua biaya yang terjadi dalam produksi suatu pesanan dibebankan ke kartu biaya pesanan dari pesanan tersebut. Jika pekerjaan yang dilakukan untuk satu pesanan terjadi di lebih satu departemen atau pusat biaya (cost center) yang lain, biaya yang terjadi disetiap pusat biaya diakumulasikan di kartu biaya pesanan.

(12)

Ketika pesanan selesai, biaya per unit dari produk ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke kartu biaya pesanan dengan jumlah unit yang diproduksi untuk pesanan tersebut. Ketika produk yang diproduksi selama periode akuntansi dalam suatu pusat biaya memerlukan kuantitas dan kombinasi sumber daya yang berbeda-beda, perhitungan biaya berdasarkan pesanan merupakan pilihan logis karena biaya untuk memproduksi produk yang berbeda-beda adalah tidak sama. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, produk yang berbeda dapat diproduksi untuk pesanan yang berbeda dan biayanya dapat ditentukan secara terpisah.

Sistem harga pokok pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Produksi didasarkan pada pesanan dari pelanggan. Oleh karena itu baik spesifikasi produk dan jumlah yang diproduksi harus sesuai dengan kehendak pelanggan.

2) Produk yang dihasilkan adalah unik, dengan pengertian bahwa dapat dibedakan antara pesanan yang satu dengan pesanan yang lainnya.

3) Proses produksi menuntut adanya uji kualitas untuk meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan akan memenuhi tuntutan kualitas dan spesifikasi yang diminta oleh pelanggan.

(13)

Dalam harga pokok pesanan dicatat antara lain : - Nomor pesanan - Jenis produk - Tanggal pemesanan - Sifat pemesanan - Nama pemesan - Jumlah - Tanggal selesai - Harga Jual - Biaya produksi

Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan contoh bentuk kartu harga pokok pesanan sebagai berikut :

Kartu Harga Pokok SETIA BARU Manufacture

REKAPITULASI No. Pesanan : Jenis Prod : Tgl. Pesanan : Sifat Pesanan : Sifat Pesan : Nama Pemesan : Jumlah Unit : Tgl. Selesai : Harga Jual :

Jenis Biaya taksirannyaBiaya sesungguhnyaBiaya Selisih

Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja

Biaya tak langsung Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Tgl BPBNo. BahanJenis Jumlah Tgl. Kartu Jam KerjaJumlah Tgl. Dept. Tarip Jumlah

(14)

Apabila proses produksi melalui beberapa departemen produksi, maka kartu harga pokok pesanan disusun sebagai berikut:

Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, satu untuk setiap item berikut :

• Pembelian bahan baku

• Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik • Pengakuan biaya overhead pabrik • Penggunaan bahan baku

• Distribusi beban gaji tenaga kerja • Pembebanan estimasi biaya overhead

SETIA BARU Manufacture

Kartu Harga Pokok

Nama Pemesan : ……….. No. Pesanan : ………. Tgl. Pesanan : ……….. Tgl. Selesai : ………. Tgl. Keterangan No. Bukti Dept. I Dept. II Dept. III Jumlah

Biaya Bahan Baku

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Jumlah Biaya Bahan Baku Rp. Rp. Rp. Rp. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

Jumlah BTKL Rp. Rp. Rp. Rp.

Biaya Overhead Pabrik

Rp. Rp. Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp. Rp.

(15)

• Penyelesaian Pesanan • Penjualan produk

b. Perhitungan biaya berdasarkan Proses (Process Costing)

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama satu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk.

Jika praktis untuk dilakukan, perhitungan biaya berdasarkan proses lebih disukai dibandingkan dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Alasannya, secara umum perhitungan berdasarkan proses membutuhkan pencatatan yang lebih sedikit, dan pencatatan yang lebih sedikit berarti lebih murah untuk dioperasikan. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, buku besar pembantu untuk barang proses (kartu biaya pesanan) harus disimpan untuk setiap batch. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses, karena semua unit produk yang dihasilkan dalam suatu departemen bersifat homogen, biaya dibebankan hanya ke

(16)

departemen produksi. Perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan saat produk dihasilkan dalam kondisi proses yang kontinu atau metode produksi massal dimana produk-produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya lain bersifat homogen.

Karakteristik dari sistem biaya proses antara lain :

1) Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus (intermitten)

2) Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen)

3) Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan (inventory)

Dalam kaitannya dengan tahap-tahap pengolahan produk ada tiga bentuk aliran produksi fisik yang berhubungan dengan perhitungan biaya berdasarkan proses yaitu :

Aliran produk berurutan (Sequential Product Flow)

Pada cara ini, mula-mula dimasukkan ke dalam proses departemen yang paling awal, yang kemudian dilanjutkan ke proses-proses departemen berikutnya, tambahan bahan mungkin diperlukan pada departemen berikutnya.

Pada cara ini sering terdapat pada industri rokok, konveksi ataupun industri lainnya.

(17)

Dibawah ini terdapat diagram aliran biaya produksi secara berurutan. Produksi Selesai PDP Dep I - Biaya Bahan - BTK - BOP PDP Dep II - Biaya Bahan - BTK - BOP PDP Dep III - Biaya Bahan - BTK - BOP

Aliran produk Paralel (Parallel Product Flow)

Bahan untuk pertama kalinya dimasukkan kedalam lebih dari satu proses yang berbeda, pada waktu yang bersamaan bahan yang barang kali berbeda dalam jenis dan satuan ukurnya serta dimasukkan kedalam proses yang berbeda pula, kemudian digabungkan pada proses operasi-operasi berikutnya.

Pada cara ini terdapat pada industri makanan dan minuman. Di bawah ini terdapat diagram aliran biaya produksi cara parallel. Produksi Selesai PDP Dep I - Biaya Bahan - BTK - BOP PDP Dep II - BTK - BOP PDP Dep III - Biaya Bahan - BTK - BOP PDP Dep IV - BTK - BOP PDP Dep V - BTK - BOP PDP Dep VI - BTK - BOP

(18)

Terdapat beberapa jenis yang dihasilkan dari bahan-bahan yang dalam waktu bersamaan dimasukkan ke dalam proses permulaannya.

Produk yang berbeda itu terjadi karena proses produksi yang terjadi kemudian memang berlainan. Pada cara selektif dapat didapati pada industri obat-obatan.

Dibawah ini terdapat diagram aliran biaya produksi secara selektif. PDP Dep I - Biaya Bahan - BTK PDP Dep II - Produk A - Produk B - Produk C PDP Dep II - BTK - BOP PDP Dep III - BTK - BOP

iii. Tujuan Perhitungan Harga Pokok

Ada beberapa tujuan dalam penetapan harga pokok yang dilakukan oleh manajemen pada suatu perusahaan, yaitu :

1) Sebagai dasar penentuan harga jual

Harga penjualan akan ditentukan oleh harga pokok produk, diartikan bahwa seorang produsen tidak akan memproduksi sesuatu barang apabila tidak untuk mendapatkan laba dari pekerjaan itu. Seorang produsen baru akan menghasilkan produk suatu barang apabila harga penjualan barang lebih tinggi dari harga pokok.

(19)

Selanjutnya bila harga pokok suatu barang lebih rendah dari harga penjualan yang sedang berjalan, maka harga penjualan dari barang itu akan ditekan, dan bila harga pokok sama atau lebih tinggi dari penjualan maka barang itu akan diproduksi lagi.

2) Menetapkan efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan

Salah satu cara penilaian efisiensi tidaknya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perbandingan-perbandingan atau dengan harga standar terhadap harga pokok historis. Apabila harga pokok historis lebih tinggi dari harga pokok standar, maka hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut bekerja tidak efisien, dan bila harga pokok historis sama atau lebih rendah dari harga pokok standar, berarti bahwa perusahaan bekerja secara efisien.

3) Dalam rangka menentukan kebijaksanaan perusahaan

Keuntungan dan kerugian suatu perusahaan mencerminkan kebijakan dari pimpinan perusahaan. Kebijakan tertentu harus dirubah bila ternyata bahwa dengan pelaksanaan tersebut jauh dari tujuannya. Akan tetapi tidaklah berarti bahwa dengan adanya keuntungan harus selalu mempertahankan kebijakan tersebut. Harga pokok juga merupakan suatu alat untuk menentukan apakah suatu kebijakan dan metode penjualan barang dirubah atau tidak. Biasanya bagian penjualan akan mencari saluran penjualan tertentu yang memungkinkan harga pokok historis serendah mungkin, agar

(20)

kebijakan dalam pendistribusian barang dapat diperbaiki jika harga pokok historis terlalu tinggi.

4) Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru

Penentuan harga pokok dapat pula dipergunakan sebagai petunjuk apakah mesin-mesin dan alat perlengkapan diganti atau ditambah dengan mesin baru. Harga pokok suatu produk untuk bagian yang diakibatkan oleh biaya yang dikeluarkan dalam memperbaiki mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan. Meningkatnya pengeluaran, untuk itu dapat terlihat dalam perhitungan harga pokok historis, yaitu merupakan pertanda bahwa mesin-mesin dan alat-alat sudah terlalu tua untuk digunakan dan sudah tidak layak lagi dipakai.

5) Sebagai bahan dalam penyusunan neraca

Untuk keperluan penyusunan neraca, perlu diketahui harga pokok barang jadi atau harga produk yang masih dalam gudang. Hal ini dapat ditentukan dengan mengetahui harga pokok barang jadi yang bersangkutan.

C. Harga Jual

1. Pengertian Harga Jual

Pada umumnya, harga tidak menentukan harga jual produk atas jasa. Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai suatu interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran di pasar.

(21)

Namun manajemen puncak memerlukan informasi biaya penuh untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif harga jual yang terbentuk di pasar. Oleh karena itu manajemen puncak harus memperoleh jaminan bahwa harga jual produk dan jasa dapat menutup biaya penuh untuk menghasilkan produk tersebut dan dapat menghasilkan laba wajar. Laba wajar ditentukan sebesar tarif kembalian investasi yang diharapkan, yang dihitung sebesar persentase tertentu dari aktiva penuh.

"Harga Jual" adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta layanannya”.

"Harga akhir" (harga jual) yang diperoleh dari suatu perhitungan merupakan harga bersih (Net Price), artinya ia merupakan pendapatan bersih yang diharapkan dapat diterima di perusahaan, agar masih mendapat keuntungan (laba). Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Manajemen, Konsep, dan Manfaat dan Rekayasa, Harga Jual adalah sebagai berikut:

“Umumnya harga jual produk dan jasa standar ditentukan oleh pertimbangan permintaan dan penawaran di pasar sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual”.

Satunya-satunya faktor yang memiliki kepastian yang relatif tinggi yang berpengaruh pada harga jual adalah biaya, karena biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual yang harus ditentukan.

(22)

2. Metode Perhitungan Harga Jual

Karena penentuan harga atau Pricing sering menjadi penentu atas kuantitas yang akan terjual dan laba akan diperoleh. Jadi, penentuan harga yang tepat merupakan suatu yang sangat vital bagi perusahaan dan labanya. Dalam menentukan harga jual banyak faktor yang mempengaruhi selain cost dari pembuatan produk itu sendiri. Oleh karena itu, harga jual harus disesuaikan dengan jenis perusahaan pasar dan produknya.

Ada 5 metode yang sering digunakan dalam harga jual : 1. Metode Gross Margin Pricing

Pada umumnya digunakan oleh perusahaan perdagangan dimana jenis perusahaan ini tidak membuat sendiri produk yang di jual sehingga tidak banyak aktiva tetap yang di gunakan. Caranya adalah dengan menentukan persentase tertentu di atas harga atau cost produk yang dibeli, yang disebut dengan "Mark on Prosentage atau Mark-Up ". Biasanya penentuan Mark-Up dilihat dari beberapa faktor seperti musiman atau tidaknya produksinya, biaya operasinya, aktiva yang digunakan, tingkat persaingan dan sebagainya.

2. Metode Direct Cost Pricing

Pada metode ini perusahaan yang menjual produknya pada pasar dengan persaingan yang tajam, dalam menentukan harga jualnya yaitu dengan memperhitungkan biaya-biaya yang berhubungan secara proporsional dengan volume penjualan sehingga menghasilkan

(23)

Marginal Income. Marginal income berapa yang dikehendaki atau kelebihan diatas biaya-biaya variabel yang dikehendaki perusahaan menjadi dasar penentuan harga jual. Atau dirumuskan menjadi (Biaya produksi variable + biaya lain-lain variable) + (Persentase yang diinginkan x dasar penentuan laba).

3. Metode Full Cost Pricing

Pada metode ini hampir sama dengan metode direct cost pricing. Perbedaannya hanya terletak pada dasar pembebanan cost-nya. Dimana pada direct cost pricing hanya biaya-biaya variabel saja, tetapi pada metode full cost pricing semua jenis biaya dipakai sebagai dasar untuk menentukan harga jual.

4. Metode Time and Material Pricing

Pada metode ini tarif tertentu ditentukan dari upah langsung dan tarif lainnya dari bahan baku masing-masing, tarif ini dijadikan satu ditambah jumlah tertentu dari biaya overhead pabrik serta laba yang diinginkan, metode ini biasanya digunakan pada perusahaan jasa. 5. Metode Written On Capital Employed Pricing

Pada metode ini prosedurnya dilakukan dengan menentukan persentase mark-up tertentu dari capital employed yaitu capital yang dianggap mempunyai peranan dalam memproduksi barang. yang dinyatakan dalam bentuk rumusan sebagai hasil antara total cost + (persentase x capital employed ) dengan volume penjualan dalam unit.

(24)

Selain kelima metode diatas, ada 3 metode penentuan harga jual dan juga harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:

1. Penentuan harga jual dalam keadaan normal (cost - Plus Pricing) Menurut pendapat Mulyadi, cost - Plus Pricing didefinisikan sebagai berikut:

"Cost - Plus Pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk”.

Return of Investment ( ROI ) adalah salah satu cara untuk menentukan besarnya Mark-Up. Dimana Mark-Up dibentuk untuk menutup biaya-biaya selain biaya yang menjadi dasar perhitungan dan untuk menutup laba yang diinginkan. Jika salah dalam menentukan % Mark-Up, maka biaya-biaya dan laba yang diinginkan tidak dapat ditutup oleh harga jual.

2. Penentuan harga jual dalam cost - type contract (Cost-Type Contract Pricing)

Cost-Type Contract merupakan kontrak pembuatan produk atau jasa, jika pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung

(25)

sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya maka kontrak pun akan dibuat.

3. Penentuan harga jual pesanan khusus (Special Order Pricing) Metode harga pokok pesanan adalah cara menentukan harga pokok yang biaya-biaya pendukungnya dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produk persatuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut, dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan bersangkutan. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dalam perusahaan.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual

Manajeman dalam melakukan kebijaksanaan untuk penetapan harga harus bisa menutupi semua biaya dan harus menjamin adanya laba, walaupun keadaan yang sedang dihadapi tidak menguntungkan.

Penetapan harga jual produk dipengaruhi beberapa faklor, baik dari dalam perusahaan (internal perusahaan) maupun dari luar perusahaan (eksternal perusahaan).

- Faktor Internal Perusahaan, antara lain :

(26)

Dalam tujuan penetapan harga jual ini harus realistis, yang dapat diukur (measurable), dan mencerminkan tujuan-tujuan dari perusahaan itu. Tujuan perusahaan yang realistis harus bisa dilakukan oleh perusahaan dengan sumber daya yang tersedia, dan tujuan perusahaan yang dapat diukur itu harus dapat dinyatakan secara kuantitatif

b. Biaya (Cost)

Biaya adalah faktor penentu dalam penetapan harga jual, karena itulah pihak manajemen dengan tetap memperhitungkan biaya atau harga pokok yang harus terencana.

- Faktor Eksternal a. Tingkat Permintaan

Harga merupakan faktor yang ditentukan oleh perubahan. sedangkan permintaan merupakan faktor yang berada di luar kekuatan perusahaan. Melihat hubungan dari faktor-faktor ini, maka akan diketahui efek perubahan harga terhadap permintaan. b. Tingkat Persaingan

Faktor ini merupakan keadaan yang harus di perhatikan oleh pihak perusahaan. Dimana pada faktor ini, harga akan dilemparkan pada kondisi yang ada di pasar. Persaingan yang akan terjadi di pasar akan membuat kebijaksanaan yang akan diambil

(27)

oleh pihak manajemen dengan mengetahui seberapa jauh kekuatan perusahaan saingan itu.

c. Faktor Eksternal lainnya

Kondisi ekonomi dan peraturan pemerintah (kebijaksanaan harga minimum penetapan kenaikan harga).

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu harga pokok pesanan (Job Order Cost Sheet ) yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya yang memuat informasi umum

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran tentang pengendalian kualitas produk semen tipe PPC pada proses penggilingan akhir periode Maret 2011

Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral

Berdasarkan berbagai pernyataan di atas maka dapat disimpulkan pengertian kolektivisme dikaitkan dengan penelitian ini adalah nilai yang berhubungan dengan

Pada tahun 2019 capaian sasaran kinerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau dapat dicapai dengan capaian target 100% pada capaian periode rencana

AMANDEMEN LANJUTAN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO' LP-172-IDN. Nama

Tidak terdapat hubungan antara frekuensi makan sehari, kebiasaan sarapan pagi, dan kesukaan jajan dengan status gizi (p >0.05), namun demikian frekuensi makan pada contoh

BIAYA YANG TERJADI DAN OPPORTUNITY COST KARENA DITOLAKNYA PRODUK ATAU JASA OLEH PELANGGAN... Biaya Kualitas Klasifikasi