KADAR ABU &
MINERAL
PENDAHULUAN
Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan
Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin
Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral
dalam bahan atau produk pangan
Merupakan parameter penting nilai gizi pangan
Dalam analisis pangan yang penting tidak hanya kuantitas tetapi juga abu larut dan tidak larut air, alkalinitas abu larut, dan abu yang tidak larut asam
Pengertian
Abu merupakan residu anorganik dari hasil pengabuan
Kadar abu ditentukan dengan cara mengukur residu setelah sampel dioksidasi pada suhu 500-600C dan mengalami volatilisasi
Untuk pengabuan yang sempurna, pemanasan dilakukan sampai warna sampel menjadi seragam dan berwarna abu-abu sampai putih, serta bebas dari sisa sampel yang tidak terbakar
Residu abu yang diperoleh tidak sama
dengan kadar mineral yang ada dalam
sampel bahan pangan asal karena mineral
dapat hilang selama pengabuan atau
mengalami interaksi dengan komponen
pangan lain
Pengabuan dapat dilakukan dalam tanur,
dalam sistem tertutup dengan adanya
oksigen, atau dengan cara basah
menggunakan asam sulfat, asam nitrat,
asam perklorat atau campurannya
Jenis pengabuan
Ada dua jenis pengabuan yang bertujuan terutama untuk menentukan jenis mineral dalam sampel
Pengabuan kering atau secara langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dalam tanur pada suhu tinggi
Pengabuan basah atau secara tidak langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dengan asam kuat pekat
Jenis pengabuan yang lain
Teknik pengabuan tidak langsung seperti konduktometri yang
menentukan total elektrolit dalam bahan atau produk pangan
Pemilihan metode pengabuan bergantung pada
Tujuan pengabuan
Jenis mineral yang akan diukur
1. Pengabuan kering
Merupakan metode
standar untuk
menentukan kadar abu
dalam sampel
Pada pengabuan kering,
sampel dioksidasi pada
suhu tinggi 500-600
C
tanpa adanya flame
Bahan anorganik yang
tidak mengalami
volatilisasi disebut abu
Kadar abu ditentukan
dengan cara menimbang
residu yang tertinggal
setelah pengabuan
Berat
Sampel
& Preparasi
Berat bahan yang ditimbang untuk pengabuan beragam
bergantung pada jenis bahan
Bahan dengan kadar air tinggi dihilangkan dulu airnya
Bahan dengan kadar asam dan lemak tinggi diabukan pada
suhu rendah terlebih dahulu kemudian suhu dinaikkan
Bahan dengan kadar air tinggi seperti produk cair harus
dikeringkan sebelum diabukan
Bahan tinggi karbohidrat seringkali
menimbulkan buih sehingga perlu
ditambahkan beberapa tetes minyak zaitun
Sampel tinggi lemak mengalami pengabuan
yang cepat
Untuk mempercepat pengabuan,
penambahan gliserin dan alkohol dapat
dilakukan
Oksidator kimi seperti H2O2 dapat
ditambahkan untuk mempercepat
pengabuan
Preparasi sampel
• Dikeringkan dahulu (dua tahap: suhu rendah dan tinggi)
• Bahan dengan kadar air <15% bisa langsung diabukan
Bahan
nabati
• Produk hewani, sirup dan bumbu perlu perlakuan pendahuluan karena kadar lemak, air, atau gula tinggi • Daging, gula dan sirup: dikeringkan dulu dalam
penangas air
• Lemak diekstrak dulu • Bahan dibakar dulu
Produk
lemak dan
Jenis dan Berat Bahan
Jenis Bahan Berat Bahan (g)
Ikan dan produknya,kacang-kacangan, pakan 2 Serealia, susu, keju 3-5 Gula, daging, sayuran 5-10 Jeli, sirup, selai, buah kering 10 Jus, buah segar, buah kaleng 25
Suhu Pengabuan
Harus diperhatikan karena banyak unsur abu
yang dapat menguap pada suhu tinggi
Pengabuan dilakukan dalam tanur dengan suhu
dimulai 250
C dan secara bertahap ditingkatkan
menjadi 450
C dalam waktu 1 jam
Tujuannya adalah memberikan kesempatan
bahan-bahan organik terdekomposisi
Kehilangan Garam selama Pengabuan (%)
Jenis Garam 250C 16 jam 450C 1-3 jam 650C 8 jam 700C 8 jam 750C 8 jam KCl - 0.99 0.37 1.36 8.92 K2SO4 - 1.11 0.33 0.00 0.00 K2CO3 - 1.53 0.07 1.01 2.45 CaCl2 - 1.92 0.93 14.31 mencair CaSO4 - 1.37 0.40 0.00 0.00 CaCO3 0.22 42.82 - -CaO - 3.03 0.55 0.00 0.00 MgSO4 31.87 32.61 0.33 - -MgCl 74.72 78.29 0.30 - 0.00Suhu Pengabuan
Beberapa Bahan
Jenis Bahan Suhu (C)
Buah-buahan dan produknya 525 Daging dan produk olahan daging 525 Gula dan produk tinggi gula 525
Sayuran 525
Ikan dan produk olahannya 500
Seafood 500 Rempah-rempah 500 Keju 500 Anggur 500 Serealia 600 Pakan ternak 600
2. Pengabuan basah
Sampel didigesti dengan asam kuat (dioksidasi) Suhu yang digunakan lebih rendah
Biasa digunakan untuk menentukan jenis mineral yang menguap pada suhu tinggi, mineral trace, dan beracun
Kelebihan: lebih singkat, kerusakan mineral minimal
Pengabuan basah lebih baik karena kerusakan mineral rendah
Pengabuan kering: penguapan mineral dan kelarutan abu rendah
Penggunaan satu jenis asam mempunyai kelemahan yaitu dekomposisi sampel tidak sempurna sehingga biasanya digunakan campuran asam Asam nitrat merupakan oksidator kuat tetapi biasanya menguap sebelum proses oksidasi sempurna
Biasanya digunakan campuran asam nitrat asam perklorat.
Residu asam perklorat diuapkan sehingga yang tertinggal adalah abu yang larut dalam asam nitrat
3. METODE KONDUKTOMETRI
Merupakan metode tidak langsung untuk menentukan total elektrolit dalam bahan atau produk pangan
Digunakan untuk menentukan kadar abu pada gula
Prinsip: mineral penyusun abu dalam gula berdisosiasi dalam larutan, sedangkan gula bersifat nonelektrolit yang tidak berdisosiasi
Konduktansi dari larutan merupakan indeks yang menunjukkan konsentrasi ion yang ada
Jika digunakan pengabuan basah atau kering terbentuk buih (akibat tinggi karbohidrat)
4. Metode lain
Abu larut dan
tidak larut air
Abu tidak
larut asam
Alkalinitas
a. Abu larut dan tidak larut air
Digunakan sebagai indeks yang menunjukkan kandungan buah dalam manisan atau jelly.
Fraksi abu larut air yang rendah menunjukkan penambahan buah ekstra pada produk
Prosedur: abu ditambah air, dididihkan, kemudian disaring.
Residu dalam saringan adalah abu yang tidak larut air
b. Abu tidak larut asam
Menunjukkan kontaminasi pada
produkbuah, sayuran, gandum, dan
beras.
Kontaminan tersebut biasanya adalah
silikat yang tidak larut asam
Prosedur seperti abu larut air tetapi air
diganti dengan HCl 10%
c. Alkalinitas abu
Abu dari sayuran dan buah-buahan bersifat alkali (Ca, Mg, K, Na), sedangkan daging dan sejumlah serealia bersifat asam (P, S, Cl)
Alkalinitas abu biasa menjadi indeks mutu produk dan jus buah
Prinsip penentuan dengan melarutkan abu dalam HCl 0.1N.
Setelah ditambah air, kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH
PERBANDINGAN PENGABUAN
KERING DAN BASAH
KEUNTUNGAN
PENGABUAN KERING PENGABUAN BASAH
Sederhana Suhu rendah Selama pengabuan tidak perlu perlakuan
khusus
Peralatan sederhana Tidak digunakan bahan kimia Oksidasi cepat
Analisis dapat dilakukan dalam jumlah banyak
Dalam bentuk cairan yang sesuai untuk analisis mineral
Merupakan metode standar Peralatan yang digunakan murah Merupakan abu larut, abu tidak larut, dan
abu larut asam
KERUGIAN
PENGABUAN KERING PENGABUAN BASAH
Butuh suhu tinggi Memerlukan reagen yang korosif dalam jumlah besar
Alat mahal Asam bersifat eksplosif Volatilisasi mineral Perlu koreksi
Terjadi interaksi antar mineral Bahan kimia berbahaya Mineral tertentu dapat terserap oleh
proselen
Sulit jika jumlah sampel banyak Tidak sesuai untuk analisis Hg, As, P, dan
Se
Prosedur rumit dan lama Pemanasan berlebihan sehingga beberapa
mineral tidak larut
Penanganan abu sulit karena higroskospis, dan ringan
METODE
• Mineral diendapkan kemudian ditimbang • Pengendapan harus bersifat selektif
• Contoh: analisis kalsium, kalsium diendapkan dalam bentuk kalsium oksalat
Gravimetri
• Titrasi kompleksometri yaitu pembentukan kompleks dengan EDTA
• EDTA dapat membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam
• Contoh: penentuan Ca
• Berdasarkan pada prinsip reduksi-oksidasi • Dilakukan dengan titrasi
• Contoh: penentuan kalsium (interferensi P dan Mg), penentuan Fe
Reaksi
redoks
• Produk hasil titrasi merupakan presipitat
• Metode Mohr: penentuan Cl, reaksi Ag + Cl AgCl
Titrasi
presipitasi
• Digunakan untuk sejumlah mineral
• Contoh: penentuan Fe dan P (vanadat-molibdat)
Pendahuluan
AAS mengukur jumlah absorpsi radiasi elektromagnetik
oleh atom-atom diskret dalam fase gas
AAS merupakan metode analitik berdasarkan absorpsi
radiasi uv atau visible oleh atom bebas dalam keadaan gas
Sederhana dan banyak digunakan untuk pangan
Sampel/elemen yang dianalisis mengalami atomisasi
Dua jenis atomisasi: elektrotermal (grafit furnace) dan
Atomisasi
Spektra absorpsi atom dihasilkan ketika atom pada
kondisi ground (atau ion) mengabsorbsi energi radiasi
dari sumber radiasi
AAS memerlukan atom dari elemen bukan dalam
bentuk kompleks
Oleh karena itu, seluruh elemen harus diatomisasi
terlebih dahulu sebelum mengabsorbsi
Pada atomisasi, partikel-partikel yang sudah terpisah
dalam bentuk molekul individual (vaporisasi) dan
molekul pecah menjadi atom.
Atomisasi dilakukan pada suhu tinggi dalam flame
Larutan yang mengandung elemen yang akan dianalisis
dimasukkan ke dalam flame dalam bentuk kabut
Pelarut secara cePat menguap, meninggalkan partikel padat
dari analit.
Partikel padat menguap dan terdekomposisi menjadi atom
Pada flame AAS, pembakar nebulizer digunakan untuk mengubah
lasutan menjadi uap atom
Sampel harus dalam bentuk larutan sebelum analisis dengan AAS Larutan sampel dinebulisasi (didispersikan dalam droplet
berukuran kecil) dicampur dengan bahan bakar dan
pengoksidasi, dan dibakar dalam flame yang dihasilkan dari oksidasi bahan bakar oleh oksidan
Atom dan ion terbentuk dari komponen-komponen dalam
sampel yang terdekomposisi pada suhu tinggi
Bahan bakar untuk mengoksidasi adalah kombinasi
udara-asetilen dan nitrogen oksida-udara-asetilen
Ketika sampel teratomisasi dalam flame, kuantitas elemen
diukur dengan mengukur perubahan radiasi yang melewati
flame
Intensitas radiasi yang meninggalkan flame lebih rendah dari
intensitas radiasi yang masuk ke dalam flame
Hal ini disebabkan sampel atom dalam flame menyerap
Jumlah radiasi yang diabsorpsi sampel mengikuti Hukum Beer
Analisis Dengan Spektroskopi Serapan
Atom
Pengabuan basah
Timbang sejumlah sampel yang mengandung 5-10 g padatan
dan masukkan ke dalam labu Kjedahl
Tambah 10 ml H2SO4 dan 10 ml (atau lebih) HNO3 dan
beberapa buah batu didih
Panaskan perlahan-lahan sampai larutan berwarna gelap,
hindari pembentukan buih yang berlebihan
Tambah 1-2 ml HNO3 dan pemanasan selama 5-10 menit
Lanjutkan penambahan HNO3 dan pemanasan selama 5-10
menit sampai larutan tidak gelap lagi (semua zat organik telah teroksidasi) kemudian dinginkan
Tambahkan 10 ml akuades (larutan akan menjadi tidak
berwarna atau menjadi kuning muda jika mengandung Fe) dan panaskan sampai berasap
Diamkan larutan sampai dingin kembali kemudian tambahkan
5 ml akuades, didihkan sampai berasap
Pembuatan kurva standar
Larutan standar Ca 1000 ppm diambil 5 ml dan dimasukkan
labu takar 50 ml
Tepatkan volume menjadi 50 ml dengan akuades, dan laruta
ini menjadi larutan induk untuk larutan standar Ca
Ambil dari larutan yang sudah diencerkan sebanyak 0, 2, 4, 6,
8, dan 10 ml,
Contoh soal
Analisis kadar Ca dari susu bubuk dilakukan dengan
menggunakan AAS.
Susu bubuk seberat 10 g diabukan dengan pengabuan basah
dengan volume terakhir filtrat setelah pengabuan adalah 1000 ml
Pembuatan kurva standar dilakukan sesuai dengan prosedur
pembuatan kurva standar.
Jika hasil analisis kurva standar adalah sebagai berikut dan
setelah ditera dengan AAS sampel mempunyai absorbansi 0.49, berapa kadar Ca (mg/100 g) dalam susu bubuk?
Kurva standar: No. Volume (ml) Konsentrasi Ca (ppm) Absorbansi 1. 0 0.02 2. 2 0.13 3. 4 0.26 4. 6 0.34 5. 8 0.47 6 10 0.58
Jawaban
KURVA STANDAR
No. Volume (ml) Konsentrasi Ca (ppm) Absorbansi 1. 0 0 0.02 2. 2 2 0.13 3. 4 4 0.26 4. 6 6 0.34 5. 8 8 0.47 6 10 10 0.58y = 0.0557x + 0.0014 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0 2 4 6 8 10 12 Abs orbansi Konsentrasi Ca (ppm)
Absorbansi sampel = 0.49
Absorbansi sampel-Absorbansi blanko = 0.49-0.02 = 0.47 Konsentrasi Ca dalam alikuot = 8.413 ppm
Konsentrasi Ca = 8.413 mg/L
1 L alikuot berasal dari 10 g sampel =8.413 mg/10 g = 84.13 mg/100 g