• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas adalah Suku Batak Toba. Masyarakat di daerah ini datang dari daerahdaerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mayoritas adalah Suku Batak Toba. Masyarakat di daerah ini datang dari daerahdaerah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat yang tinggal di desa Lobu Singkam, Kecamatan Sipoholon mayoritas adalah Suku Batak Toba. Masyarakat di daerah ini datang dari daerah-daerah sekitarnya untuk membuka lahan pertanian, kemudian tinggal di dekat lahan tersebut. Dengan tekstur wilayah yang berbukit dan dipenuhi pegunungan, masyarakat yang tinggal di desa ini hidup berkelompok di lembah-lembah. Setiap wilayah yang ditempati biasanya terdiri dari satu klan atau marga. Jarak satu wilayah kewilayah lainnya biasanya sangat jauh dan jalannya kurang baik.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa Lobu Singkam terutama di Dusun Habinsaran yang mayoritas sebagai petani ini sangat menjunjung tinggi

dalihan natolu sebagai hukum adat dalam melaksanakan setiap kegiatan, baik

dalam kekerabatan. upacara adat dan keagamaan. Masyarakatnya juga mengenal setiap bentuk kesenian Batak Toba, seperti gondang sabangunan, uning-uningan, tambor-tambor, Opera Batak, termasuk juga gondang keyboard1. Dalam pesta

perkawinan biasanya gondang sabangunan atau gondang keyboard diundang untuk menghibur masyarakat yang datang ke pesta tersebut. Akan tetapi berbeda dengan upacara kematian, biasanya yang diundang adalah uning-uningan atau sebuah grup musik yang mirip dengan grup musik Keroncong untuk menghibur orang-orang yang mengalami kemalangan.

(2)

Grup musik Keroncong ini sangat unik dan fenomenal, karena bila dilihat secara umum sejarah kesenian Batak Toba, ansambel musik ini tidak ada. Akan tetapi di desa Lobu Singkam grup musik seperti ini sudah ada sejak tahun 1960-an. Bahkan di desa ini pernah terdapat 4 grup musik seperti ini, walaupun saat ini tinggal satu grup saja yang bertahan yaitu Grup Musik Nunut yang berada di Dusun Habinsaran.

Grup Musik Nunut bukanlah nama sebenarnya, dan para pemain Grup Musik Nunut tidak mempunyai terminologi yang bisa menjelaskan seperti apa grup musik tersebut. Akan tetapi karena grup musik ini pernah diundang oleh sebuah lembaga kebudayaan yang bernama Soripada pada Pameran Ulang Tahun Kabupaten Tapanuli Utara 2006 di Tarutung, akhirnya mereka mencari nama dan menyebut dirinya dengan Grup Musik Nunut2

.

Grup Musik Nunut ini pada mulanya dibuka oleh Ompu Binahar Sipahutar pada tahun 1964, pada saat itu terjadi sebuah permasalahan yang menganggap opera tidak lagi layak dijadikan sebagai hiburan. Sehingga pada saat itu tidak ada lagi hiburan rakyat. Kemudian Ompu Binahar Sipahutar meminta seorang temannya yang bernama Karel Hutagalung untuk membuat beberapa alat musik musik yang nantinya digunakan sebagai hiburan. Karel Hutagalung merupakan seorang pembuat gitar dan organ yang sudah sangat dikenal dengan nama Gitar Sipoholon. Tidak diketahui dari mana ide Beliau untuk membuat alat musik seperti yang digunakan Grup Musik Nunut tersebut. Namun berkat alat musik tersebut maka terbentuklah grup-grup musik Keroncong di desa tersebut.

(3)

Grup Musik Nunut merupakan sebuah grup musik instrumental atau ansambel musik yang memainkan lagu-lagu tradisional Batak Toba seperti

gondang3, lagu-lagu perjuangan maupun lagu-lagu gereja. Namun pada saat ini

mereka sudah memainkan lagu-lagu pop Batak yang dimainkan secara instrumental.

Alat musik yang mereka gunakan pada awalnya adalah Mandolin (short neck lute), Gitar (long neck lute), Gardap (senar drum), Tambor (bass drum), Viol (Biola), dan Karoccong4 (sejenis ukulele). Kemudian pada tahun 1965 Grup Musik Nunut mengalami perkembangan dan alat musiknya semakin banyak yaitu 2 buah Gitar, 2 buah Karoncong, 2 buah Mandolin, 2 buah Viol (Biola), 2 buah Heser (Marakas), Gardap (bass drum), Tambor (snare drum) dan Jes (cymbal).

Dalam penyajiannya, Mandolin sebagai pembawa melodi. Setiap lagu selalu di awali oleh Mandolin diikuti alat musik lain dan kemudian diakhiri oleh Mandolin serta diikuti alat musik yang lainnya juga. Ketika Mandolin mulai berbunyi, memainkan sebuah lagu mereka akan tahu lagu apa yang dimainkan. Uniknya semua lagu dimainkan seperti itu, baik lagu yang berirama lambat atapun cepat. Mereka tidak mempunyai aturan khusus untuk setiap lagu. Sebuah lagu akan selalu dimainkan berulang-ulang hingga pemain Mandolin mengakhiri lagu tersebut. Kebanyakan lagu yang mereka bawakan berirama cepat.

3 Gondang dalam hal ini adalah nama komposisi yang sering dibawakan oleh gondang sabangunan ataupun uning-uningan.

4 Karoccong adalah salah satu alat musik Batak Toba yang tergolong klasifikasi

chordophones

(4)

Walaupun pada setiap pertunjukan -pada saat awal terbentuknya grup musik ini- dipimpin oleh seorang Parhata5 namun mereka tidak tahu judul setiap

lagu yang mereka bawakan, kecuali lagu yang berasal dari lagu gereja dan sebagian lagu pop atau lagu perjuangan. Pada awalnya mereka diundang untuk menghibur orang yang mengalami kemalangan, akan tetapi saat ini sudah digunakan pada acara lain seperti Pesta Gereja, hari Natal dan Tahun Baru, hiburan pada upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia juga pada waktu senggang setelah pulang dari ladang.

Hingga saat ini hanya Grup Musik Nunut yang masih sering mengadakan pertunjukan di daerah tinggal mereka walaupun alat musik yang mereka gunakan sudah berkurang. Alat musik yang mereka gunakan saat ini adalah sebuah Mandolin, Gardap, Tambor dan Gitar dan 2 buah Karoccong, sedangkan Parhata

tidak ada lagi. Pemain dari grup musik ini sekarang adalah generasi ketiga dari Ompu Binahar Sipahutar yaitu Ompu Oknes Sipahutar bersama anak-anak serta menantunya yang berusaha tetap menjaga kelangsungan grup musik ini agar tidak sampai hilang.

Grup Musik Nunut menjadi sebuah fenomena musik yang relatif baru dalam kehidupan masyarakat di Lobu Singkam secara khusus dan di Kecamatan Sipoholon serta Kabupaten Tapanuli Utara secara umum yang sudah mengenal bentuk kesenian tradisional Batak Toba. Mereka muncul di desa yang belum seluruhnya mengenal kehidupan modern, media bahkan penerangan. Dengan melihat hal ini penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Grup

5 Parhata adalah seseorang yang bertindak sebagai pembawa acara, yang memandu jalannya pertunjukan Grup Musik Nunut dengan menyertakan pantun dan peribahasa.

(5)

Musik Nunut ini. Beberapa hal yang menjadi fokus penelitian ini adalah sejarah bagaimana grup musik ini bisa terbentuk, perkembangan Grup Musik Nunut hingga saat ini, deskripsi dan fungsi setiap alat musik, bagaimana mereka mengetahui lagu-lagu yang mereka bawakan walaupun tidak mempunyai judul, kelangsungan dari grup musik tersebut serta hubungan Grup Musik Nunut dengan musik Keroncong. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang lebih khusus dan mengangkatnya ke dalam bentuk tulisan ilmiah. Dengan demikian penulis memberi judul penelitian ini: Nunut: Sebuah Grup Musik

Keroncong Di Desa Lobu Singkam Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2. Pokok Permasalahan

Pokok permasalahan yang ingin dibahas dalam tulisan ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Grup Musik Nunut di Dusun

Habinsaran, desa Lobu Singkam?

2. Hubungan antara Grup Musik Nunut dengan musik Keroncong?

3. Bagaimanakah deskripsi cara memainkan setiap alat musik dalam Grup Musik Nunut?

4. Bagaimanakah teknik penggarapan serta penyajian lagu-lagu yang dibawakan Grup Musik Nunut?

(6)

1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Grup Musik Nunut yang berdiri di dusun Habinsaran, desa Lobu Singkam.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Grup Musik Nunut dengan musik Keroncong.

3. Untuk mengetahui deskripsi bagaimana setiap alat musik dalam Grup Musik Nunutdimainkan.

4. Untuk mengetahui teknik penggarapan serta penyajian lagu-lagu yang dibawakan Grup Musik Nunut

1.3.2. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai sumber informasi dan dokumentasi tentang Grup Musik Nunut yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba di desa Lobu Singkam

2. Menambah wawasan, literatur dan dokumentasi kesenian Batak Toba di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU.

3. Sebagai bahan masukan terhadap pihak-pihak yang berkompeten terhadap kesenian, kebudayaan dan pariwisata, misalnya pemerintah, swasta dan masyarakat umum yang ingin mengenal dan membantu kelangsungan Grup Musik Nunut.

(7)

1.4. Konsep dan Teori 1.4.1. Konsep

Konsep merupakan suatu istilah yang sulit dirumuskan atau didefenisikan secara pasti. Hal ini terjadi karena sifatnya sangat abstrak namun bisa diilustrasikan dengan mudah (H. Nana Sudjana, 2000:9).

Grup adalah rombongan, kelompok atau golongan. Sedangkan grup musik adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama membentuk kelompok atau rombongan yang memainkan musik. Sebuah grup musik bisa berupa sebuah band, grup vokal, ataupun grup musik instrumental. Sebuah grup musik merupakan sebuah kelompok yang sudah memiliki aturan seperti sebuah organisasi walaupun ada yang tidak berstruktur. Hal ini biasa terjadi pada grup-grup musik tradisional.

Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dan berasal dari Portugis. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis umumnya keturunan benggali yang berasal dari Goa (daratan India). Mereka ditawan oleh Belanda dan diasingkan ke Batavia (Jakarta). Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik

dawai. Hingga kemudian Keroncong berkembang di Indonesia.

Nunut merupakan nama dari grup musik Keroncong tersebut. Pengertian

Nunut menurut Kamus Batak Toba – Indonesia adalah keuletan, kerajinan dan

ketabahan. Secara garis besar Nunut mempunyai pengertian adalah rajin, ulet, teratur dan tabah mengerjakan sesuatu walaupun hasilnya sedikit. Mereka menggunakan istilah ini dengan harapan mereka bisa mengerjakan setiap

(8)

pekerjaan dengan baik dan teratur dalam menjalani kehidupan dengan apa adanya.6

Desa Lobu Singkam Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah penelitian dan tempat tinggal para pemain Grup Musik Nunut serta para informan. Masyarakat yang tinggal di daerah ini mayoritas suku Batak Toba. Mata pencahariannya adalah bertani dan sangat menjunjung tinggi adat istiadat.

1.4.2. Teori

Menurut H. Nana Sudjanan dan H. Awal Kusumah dalam bukunya “Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi” menyebutkan teori adalah kumpulan dari konsep, prinsip, defenisi proposisi yang terintegrasi yang menyajikan pandangan sistematis tentang suatu fenomena dengan fokus hubungan antar variavel untuk menjelaskan suatu fenomena.

Untuk menganalisa sejarah berdirinya Grup Musik Nunut penulis menggunakan teori kesejarahan yang menyebutkan bahwa tujuan dan manfaat mempelajari sejarah adalah untuk memperoleh pengalaman mengenai peristiwa sejarah di masa lalu, untuk mengetahui hukum-hukum sejarah yang berlaku agar kemudian dapat dimafaatkan untuk mengatasi persoalan hidup sekarang dan yang akan datang (Rustam E Tamburaka, 1999:9).

Untuk mengkaji bagaimana terjadinya perpaduan antara konsep Grup Musik Keroncong dan unsur musikal dari Batak Toba, penulis melihat teori difusi

6 Berdasarkan wawancara antara Ompu Oknes Sipahutar dengan Penyiar Radio Bonapasogit pada tanggal 5 Oktober 2006 di Tarutung.

(9)

yang menyebutkan bahwa ketika adanya kelompok manusia atau bangsa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka akan membawa unsur kebudayaan mereka ke tempat dimana mereka bermigrasi (Koentjaraningrat, 1990:244). Proses difusi ini menyebabkan adanya perubahan antara unsur kebudayaan mereka dengan unsur kebudayaan tempat mereka bermigrasi. Perubahan unsur kebudayaan ini bisa berupa pembauran kebudayaan (akulturasi) maupun munculnya unsur kebudayaan baru (inovasi). Perubahan kebudayaan berhubungan dengan bagaimana masyarakat menerima unsur budaya baru dan cara masyarakat memenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat selalu menginginkan adanya perubahan, hal ini bisa terjadi karena tidak puas terhadap keadaan sekarang ataupun karena kebudayaan lain selalu melancarkan pengaruhnya terhadap masyarakat tersebut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan.

Tradisi lisan dalam kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu tradisi yang menggunakan cara lisan untuk melanjutkan kehidupan kebudayaan itu. Bila suatu musik dikatakan sebagai sebuah tradisi musik lisan, hal ini terjadi karena tidak ada cara penulisan ataupun data tertulis untuk mengetahui apa yang disampaikan untuk kelangsungan sebuah tradisi musik. Demikian pula apa yang terjadi dalam tradisi musik Batak Toba khususnya Grup Musik Nunut. Semua penggunaan alat musik, penggarapan lagu dan penyajian ansambel ini tidak melalui proses pembelajaran seperti musik barat. Semua pemainnya mengetahui dengan cara melihat, mendengar dan meniru orang yang memainkan dan menyajikan musik tersebut.

(10)

Berkenaan dengan klasifikasi musik Curt Sachs dan Hornbostel (1913-1914) dalam buku Alat musikt Of The World membagi berbagai alat musik yang

ada di seluruh dunia ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sumber bunyinya yaitu klasifikasi chordophone (senar), aerophone (udara), membranophone (membran), idiophone (badan alat musik) dan electrophone (elektrik). Kemudian setiap alat musik tersebut diklasifikasikan lagi kedalam berbagai macam kategori lain.

Untuk menganalisa lagu-lagu yang dibawakan oleh Grup Musik Nunut, penulis akan menggunakan teori yang ditawarkan oleh Malm (1977:15), yang menyebutkan ada beberapa point yang bisa digunakan untuk menganalisa suatu musik, yaitu:

1. Tangga Nada (Scale) 2. Nada Dasar (Pitch) 3. Wilayah Nada (Range) 4. Interval

5. Jumlah Pemakaian Nada (Frequency of Not) 6. Formula Melodi

7. Pola-Pola Kadensa 8. Kontur

Untuk mendeskripsikan musik tersebut, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukakan oleh Nettl (1964:98), yang mengemukakan bahwa ada dua pendekatan untuk mendeskripsikan suatu musik, yaitu:

(11)

2. Mendeskripsikan dan menuliskan apa yang dilihat.

Dalam mentranskripsikan lagu ini, penulis menggunakan pendapat yang pertama, yaitu menganalisis dan mendeskripsikan apa yang kita dengar.

Untuk penotasian lagu yang dibawakan Grup Musik Nunut, penulis mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Seegar (1971:23-24) yang menyatakan ada dua jenis notasi musik yaitu:

1. Notasi Preskriptif yaitu notasi yang bertujuan menyajikan sebuah komposisi dari musik yang didengar.

2. Notasi Deskriptif yaitu notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada ciri-ciri atau detail-detail dari komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca

Alan P. Meriam (1964:209-226) berpendapat bahwa adalah bagian dari kehidupan dan kebudayaan manusia. Menurut Beliau fungsi musik adalah: fungsi pengungkapan emosional, fungsi pengungkapan estetis, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi perlambangan, fungsi rekasi jasmani, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, fungsi pengesahan lembaga sosial, fungsi kesinambungan kebudayaan dan fungsi pengintegrasian masyarakat.

1.5. Metode Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian Grup Musik Nunut penulis menggunakan metode penelitian untuk mempermudah penelitian baik secara deskriptif maupun kualitatif.

(12)

Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekwensi atau penyebaran suatu gejala atau frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesa, mungkin juga belum tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan (Koenjtaraningrat 1991:29). Sedangkan penelitian kualitatif merupakan rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek/bidang kehidupan tertentu pada objeknya.

Penulis menggunakan kedua metode ini dengan tujuan data-data yang dihasilkan nantinya akan bisa menjawab permasalahan yang ada.

1.5.1. Studi Kepustakaan

Untuk mendukung kelengkapan dan keakuratan data yang diperoleh, sebagai landasan berfikir dalam tulisan ini, penulis juga mengadakan studi kepustakaan. Studi ini dilakukan untuk mencari buku ataupun literatur dibutuhkan penulis guna mendapatkan data yang akurat. Sumber bacaan dan literatur yang penulis cari adalah hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan Grup Musik Nunut dalam bentuk tulisan ilmiah, sejarah Keroncong dan perkembangannya. Sumber lain yang menjadi tulisan pendukung adalah buku, majalah, buletin, jurnal dari perpustakaan dan juga situs-situs internet yang memuat data-data tulisan tentang Grup Musik Nunut, Musik Keroncong serta perkembangannya.

(13)

Kesulitan dalam melaksanakan studi ini adalah belum adanya referensi yang penulis dapatkan yang berhubungan dengan Grup Musik Nunut.

1.5.2. Kerja Lapangan

Penulis mengadakan kerja lapangan dengan turun secara langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian. Dalam kerja lapangan penulis melakukan pengamatan, wawancara, pengambilan gambar, perekaman data secara audio dan visual. Penulis mengadakan interaksi dengan informan dan masyarakat di desa tersebut untuk memudahkan pelaksanaan penelitian. Ketika Grup Musik Nunut mengadakan pertunjukan, penulis mengamati dan mencatat setiap data yang terlihat.

Penulis mengadakan kerja lapangan di rumah salah satu pemain Grup Musik Nunut di desa Lobu Singkam, Kecamatan Sipoholon. Pemilihan lokasi kerja lapangan ini karena Grup Musik Nunut berada di desa tersebut.

1.5.3. Wawancara

Untuk mendapatkan data sebanyak mungkin, penulis juga mengadakan wawancara langsung dengan pemain Grup Musik Nunut serta masyarakat desa Lobu Singkam yang mengetahui tentang grup musik tersebut. Koentjaraningrat (1991:139) mengemukakan bahwa kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatat data hasil wawancara. Wawancara terdiri dari beberapa bentuk yaitu: Wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Dalam wawacara terfokus diskusi berpusat pada

(14)

pokok permasalahan. Dalam wawancara bebas diskusi langsung dari satu masalah ke masalah lain tetapi tetap menyangkut pokok permasalahan. Wawancara sambil lalu adalah diskusi langsung atau percakapan yang dilakukan tanpa kosep untuk/melengkapi data yang sudah terkumpul.

Sesuai dengan pendapat tersebut diatas, penulis mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wawancara tersebut diantaranya daftar pertanyaan, audio recorder, video recorder, kamera dan alat tulis. Dalam setiap

wawancara penulis mencatat dan merekam dengan audio recorder setiap informasi yang didapat. Hal ini dilakukan penulis untuk menghindari adanya data yang tidak sempat dicatat masih didengarkan melalui hasil rekaman.

Beberapa wawancara yang penulis lakukan adalah:

1. Wawacara dengan salah satu pemain Grup Musik Nunut yaitu Ompu Oknes Sipahutar untuk mendapatkan secara langsung data-data keseluruhan mengenai Grup Musik Nunut.

2. Wawancara dengan salah satu pemain Grup Musik Nunut yang tidak lagi ikut bermain, untuk mendapatkan informasi tentang sejarah terbentuk grup musik tersebut.

Pada saat proses wawancara berlangsung penulis juga mengadakan wawancara bebas terhadap semua pemain serta wawancara dengan masyarakat setempat dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa terhindar dari topik permasalahan utama. Penulis melakukan wawancara ini untuk mendapatkan informasi yang mendukung data-data yang sudah didapatkan.

(15)

1.5.4. Perekaman

Dalam proses perekaman hasil wawancara, penulis menggunakan audio recorder digital, sambil mengadakan pencatatan informasi. Penulis menggunakan video recorder merek Sony DCR TRV140E dan kaset video kosong Sony HI-8,

untuk merekam semua permainan Grup Musik Nunut. Penulis tidak melakukan wawancara dalam proses ini, akan tetapi penulis merekam secara fokus teknik permainan, alat musik dan lagu yang dibawakan Grup Musik Nunut. Dengan adanya perekaman menggunakan video recorder ini, sangat membantu penulis

dalam menganalisa setiap data yang diperoleh, karena bisa ditonton secara berulang-ulang.

Untuk perekaman audio dan wawancara, penulis menggunakan mp4 player

SUN yang mempunyai fitur perekaman suara digital. Penulis menjadi lebih mudah melakukan wawancara karena semua hasil wawancara langsung direkam kedalam perangkat ini.

Dengan menggunakan kamera digital Sony CyberShot A510, penulis kemudian melakukan pengambilan gambar terhadap para informan, alat-alat musik yang digunakan, gambar ketika sedang bermain di rumah salah satu pemain serta gambar ketika pertunjukan.

1.5.5. Observasi

Penulis mengadakan observasi dengan tujuan penulis bisa mengamati secara langsung aktivitas yang sedang berlangsung, mengetahui orang-orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut dan makna dari kejadian tersebut.

(16)

Menurut Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardana (2004:1) observasi adalah pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian terhadap informasi/ keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Penulis mengadakan observasi terhadap di beberapa tempat untuk melihat bagaimana mereka melakukan pertunjukan dan untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam grup musik tersebut.

1.5.6. Kerja Laboratorium

Semua data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan melalui observasi, wawancara serta studi kepustakaan, kemudian dianalisis untuk mendapatkan sebuah tulisan yang baik. Kerja laboratorium meliputi penyeleksian dan pengkategorian data. Penulis juga mengadakan evaluasi terhadap setiap data yang telah diseleksi agar tidak terjadi masalah pada hasil akhirnya.

Setiap data yang telah direkam melalui audio recorder didengarkan secara berulang-ulang untuk kemudian dicatat. Demikian juga dengan hasil rekaman video recorder, penulis menonton secara berulang-ulang rekaman tersebut untuk melihat secara lebih dalam apa saja yang bisa dilihat dan kemudian dicatat sebagai data tulisan.

Beberapa data rekaman wawancara yang penulis peroleh harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, karena bahasa yang digunakan para informan dan masyarakat di desa tersebut adalah Bahasa Batak Toba. Untuk

(17)

mempermudah proses penerjemahan penulis menggunakan Kamus Batak Toba-Indonesia.

1.5.7. Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis adalah di Dusun Habinsaran, Desa Lobu Singkam, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara. Daerah Dusun Habinsaran, desa Lobu Singkam merupakan tempat tinggal informan dan pemain Grup Musik Nunut.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan positif antara persepsi kerja beretika Islam dengan disiplin kerja guru, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhaimin (2004) bahwa

Berdasarkan permasalahan diatas, maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan tarif Indonesia Case Base Groups (INA- CBGs) sebagai pola

Tidak hanyak mengurangi sampah selama satu hari dan selesai, tapi program prokasih ini berjangka satu satu tahun dengan membuat kegiatan yang jangka pendek dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sejauh yang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Secara serempak faktor kemandirian, modal, emosional dan pendidikan berpengaruh

Jumlah bahan baku sebanyak 80 kg merupakan jumlah optimal untuk ruang destilator pada saat produksi karena diduga mempengaruhi hasil akhir minyak atsiri

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase

Hal ini berarti bahwa sebesar 8.1% return saham dapat dijelaskan oleh variabel perubahan arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, laba akuntansi dan dividend yield,