• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan Internasional menurut Sumantoro adalah: “the exchange of goods and services between nations” dan selanjutnya “as used, it generally refers to the total goods and services exchanges among all nations”, yang intinya berarti pertukaran seluruh barang dan jasa antara semua negara/bangsa. 1 Konsep perdagangan internasional itu sendiri sebenarnya bisa dikatakan lahir dari pemikiran seorang ahli ekonomi politik asal Inggris bernama David Ricardo seperti yang dikutip dalam Martin Khor Kok Peng2, perdagangan antara negara – negara di dunia pada awalnya didasarkan pada prinsip pembagian kerja secara internasional sesuai dengan teori keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tiap – tiap negara. Contoh implementasi prinsip ini adalah misalnya Negara Portugal yang mengkhususkan dirinya pada produksi anggur, karena di negara tersebut sangat cocok untuk tanaman anggur, sedangkan Negara Inggris mengkhususkan diri pada produksi bahan pakaian wol, karena di Inggris biaya produksinya murah, kedua negara tersebut

1 Sumantoro, 1997/1998, Peraturan Perundang-undangan RUU tentang Perdagangan Internasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, hlm. 29.

2 Martin Khor Kok Peng, 1993,Imperialisme Ekonomi Baru, Putaran Uruguay dan Kedaulatan Dunia Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. xi.

(2)

kemudian mempertukarkan hasil produksinya melalui perdagangan internasional dengan harapan saling menguntungkan para pihak.3

Berbicara tentang perdagangan internasional, maka sangat erat kaitannya dengan kegiatan ekspor dan impor. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan di dalam Pasal 1 ayat (14) mendefinisikan ekspor sebagai kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, sedangkan dalam ayat (13) masih di pasal yang sama, impor didefinisikan sebagai kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa ekspor impor adalah kegiatan jual – beli yang dilakukan antara individu yang terpisah secara geografis maupun batas kenegaraan. Pasal 1457 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam lingkup kegiatan ekspor impor, fakta bahwa penjual dan pembeli berada di negara yang berbeda, tentunya menimbulkan suatu tantangan tersendiri terkait dengan proses penyerahan barang dan pelaksanaan pembayaran. Maka dari itu, diperlukan adanya pihak ketiga yang dapat menjembatani kepentingan penjual dan pembeli serta menjamin kelancaran transaksi. Di sinilah bank berperan, karena sesuai dengan salah satu lingkup usaha bank yang disebutkan dalam Pasal 6 huruf m Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan:

3

(3)

“menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah sesuai dengan ketetapan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.” Jadi, nyata di sini tugas bank adalah untuk memberikan fasilitas pembiayaan kepada nasabahnya, baik itu penjual atau pembeli. Dalam konteks transaksi ekspor impor, bank mempunyai beberapa pilihan fasilitas pembiayaan untuk ditawarkan kepada nasabahnya, salah satunya adalah letter of credit (L/C). Di antara fasilitas pembiayaan lainnya, letter of credit merupakan pilihan yang paling sering digunakan dalam transaksi internasional, bahkan disebut sebagai “the life – blood of international commerce.”4Akan tetapi, tidak semua bank menyediakan fasilitas pembiayaan letter of credit ini. dan Bank CIMB Niaga Yogyakarta Cabang Sudirman merupakan salah satu bank yang menyediakan fasilitas ini. Bapak Trisno Adi Nugroho selaku Head of Sales and Distribution PT CIMB Niaga Tbk, mengatakan bahwa letter of credit merupakan instrumen pembayaran yang unik, karena berlaku secara internasional dan pengaturannya hanya tunduk kepada Uniform Customs of Practice for Documentary Credit (UCP 600). Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa meskipun aturan di dalam UCP 600 dibuat untuk mempermudah segala urusan transaksi dengan menggunakan instrumen letter of credit, akan tetapi pada praktiknya masih ditemukan celah – celah hukum yang kemudian menjadi dasar terjadinya sengketa seperti gagal

4R. D. Harbottle (Mercantile) Ltd. V Nat’l WestministeBrank Ltd., (1978) Q. B. 146, 155 (U.K.)

(4)

bayar pada transaksi dengan instrumen pembayaran letter of credit ini. Menurut pendapat beliau, jika ditinjau dari sisi bank, celah hukum yang paling sering menjadi penyebab terjadinya sengketa adalah ketentuan di dalam UCP yang mengatur bahwa dalam transaksi menggunakan letter of credit, bank hanya berurusan dengan dokumen.5 Berkaitan dengan hal ini, Bapak Trisno menambahkan bahwa kecermatan pihak bank dalam mengevaluasi nasabah calon applicant atau pun calon beneficiary menjadi sangat penting dan akan berpengaruh besar terhadap kelancaran transaksi ke depannya. Di sinilah kemudian timbul keharusan bagi bank untuk menerapkan prinsip kehati – hatian secara khusus.

Prinsip kehati – hatian menurut H.R. Daeng Naja (2005:293) merupakan prinsip pengendalian risiko melalui penerapan peraturan perundang – undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten. Sedangkan Veithzal Rivai (2008:617) berpendapat bahwa prinsip kehati – hatian adalah prinsip untuk melindungi pembiayaan dari berbagai permasalahan dengan cara mengenal customser, baik melalui identitas calon customser, dokumen pendukung informasi dari calon customser, dan sebagainya. Jika merujuk pada KBBI, kata prinsip sendiri dapat dimaknai sebagai sesuatu yang berbentuk abstrak, sehingga penerapan sebuah prinsip tidak bisa dilakukan secara langsung. Maka dari itu, dalam konteks ini diperlukan pembahasan secara mendalam mengenai upaya nyata Bank CIMB Niaga dalam menerapkan prinsip kehati – hatian terkait transaksi

5UCP 600 Article 5 berbunyi: “Banks deal with documents and not with goods, services or

(5)

menggunakan fasilitas letter of credit. Di samping itu, Nindyo Pramono mengatakan bahwa tujuan dari penerapan prinsip kehati – hatian adalah untuk mengurangi terjadinya risiko. Hal ini berarti bahwa risiko itu tidak sepenuhnya hilang dan fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa masih ditemukan kasus – kasus seputar letter of credit yang ditemukan oleh Bank CIMB Niaga. Menurut keterangan Bapak Trisno, beberapa kasus seputar letter of credit ini menggantung atau tidak terselesaikan dikarenakan berbagai alasan. Oleh karena itu, perlu dibahas pula mengenai upaya penyelesaian sengketa terkait letter of credit yang ditempuh oleh Bank CIMB Niaga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa upaya yang dilakukan oleh PT CIMB Niaga Tbk dalam menerapkan prinsip kehati – hatian dalam pemberian layanan dan pembiayaan transaksi ekspor impor menggunakan letter of credit?

2. Apa upaya penyelesaian yang ditempuh PT CIMB Niaga Tbk dalam menghadapi perkara terkait transaksi dengan alat pembayaran letter of credit?

(6)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh PT Bank CIMB Niaga dalam menerapkan prinsip kehati – hatian pada pemberian fasilitas letter of credit kepada nasabahnya.

b. Untuk mengetahui upaya penyelesaian yang ditempuh PT CIMB Niaga Tbk dalam menghadapi perkara terkait transaksi dengan alat pembayaran letter of credit.

2. Tujuan Subjektif

Untuk memperoleh data yang konkret yang berhubungan dengan subjek penelitian guna penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan oleh penulis, sebelumnya memang telah ada beberapa penulisan hukum berbentuk skripsi yang mengangkat tema tentang penerapan prinsip kehati – hatian bank dalam konteks transaksi menggunakan alat pembayaran letter of credit. Beberapa penulisan hukum itu adalah:

(7)

1. Judul : PENERAPAN PRINSIP PRUDENTIAL BANKING PADA PT BANK NEGARA INDONESIA TBK DALAM TRANSAKSI EKSPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

Penulis : Dian Arsita Wardhani (Fakultas Hukum UGM, 2006) 2. Judul : PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN OLEH

BANK DALAM PEMBAYARAN TRANSAKSI EKSPOR IMPOR MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (STUDI KASUS PT SRITEX PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK CABANG SURAKARTA)

Penulis : Rini Puji Astuti (Fakultas Hukum UGM, 2012)

Menurut hemat penulis, terdapat beberapa perbedaan antara penulisan hukum penulis dengan kedua karya ilmiah tersebut. Pertama, terdapat perbedaan pada lokasi penelitian. Jika penelitian – penelitian sebelumnya dilakukan di PT BNI Tbk dan PT BRI Tbk, untuk penulisan hukum ini penulis melakukan penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk. Kedua, adanya perbedaan pada substansi. Pada karya ilmiah Dian Arsita Wardhani, secara spesifik membahas tentang peristiwa ekspor fiktif yang terjadi di PT BNI Tbk yang dikaitkan dengan penerapan prudential banking, kemudian pada karya ilmiah Rini Puji Astuti, penelitian lebih berfokus pada upaya penerapan prinsip kehati – hatian PT BRI Tbk dalam proses pembayaran transaksi ekspor impor dengan menggunakan letter of credit.

(8)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat berguna bagi kepentingan akademis maupun kepentingan praktis.

1. Manfaat Akademis

Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat dilihat sebagai bentuk kontribusi pemikiran terutama oleh para akademisi dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan terkhusus pada bidang Hukum Dagang Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi:

a. Setiap pihak yang terlibat dalam transaksi ekspor dan impor yang menggunakan letter of credit sebagai alat transaksi pembayaran, terutama bank. Hal ini agar bank yang berdiri sebagai perantara dapat meningkatkan kehati – hatian dalam pemberian fasilitas pembukaan letter of credit kepada nasabahnya.

b. Pemerintah Indonesia agar ke depannya dapat membuat suatu peraturan perundang – undangan yang mengatur secara spesifik mengenai alat transaksi pembayaran letter of credit.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang

Hal ini berbeda dengan seorang imam atau pastor dalam Gereja Katolik, ia melewati tahap perkembangan yang ada; akan tetapi sebagai konsekuensi pilihan menjadi

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : Data tentang keaktifan siswa dan guru tentang model pembelajaran yang

Hasil penelitian yang diperoleh adalah penyandang disabilitas fisik sudah mampu menerima dan merasa ikhlas terhadap keadaan fisiknya yang tidak sempurna, merasa bersyukur

Species Ludwigia palustris (Fig. 6) has several localities in central Croatia but was listed as Data Deficient ( DD ) in the Red Book of Vascular Flora of Croatia (Nikolić

Untuk Pengusaha Mikro/Jasa Layanan, dan untuk Kelompok Calon Wirausaha Baru maka metode pelaksanaan kegiatan terkait dengan tahapan atau langkah –langkah dalam

Honda Freed yang launching pertama tahun 2009 itu yang meningkatkan penjualan secara signifikan yang tak terduga oleh pihak Honda, maka dari itu Honda lebih