• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI

PROGRAM P3TIP DI D.I. YOGYAKARTA

(Studi kasus di UP FMA Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulonprogo) Arti Djatiharti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian email : artidjatiharti@yahoo.com

ABSTRAK

Program P3TIP merupakan program yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani (FMA), dimana petani difasilitasi untuk merencanakan dan mengelola sendiri inovasi teknologi. Metode ini menitik beratkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan petani dalam pengelolaan kegiatan penyuluhan pertanian. BPTP sebagai lembaga pengkajian teknologi memberikan dukungan melalui kegiatan pelatihan dan uji coba atau studi petani yang dilaksanakan oleh Poktan/Gapoktan meliputi usahatani dan kelayakan finansial/ekonomi. Tujuan penelitian adalah untuk melihat dampak dari kegiatan inovasi teknologi kelinci yang telah dikaji dan didiseminasikan oleh BPTP, serta peningkatan produktivitas sumberdaya manusia, volume usaha, serta pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahataninya. Metode penelitian dilakukan dengan RRA serta pengumpulan data dengan FGD, yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur kepada Pengurus UP FMA, dan Kelompok tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat perkembangan jumlah anggota kelompok yang mengadopsi budidaya ternak kelinci mulai dari tahun 2008 sampai 2011, yaitu semula 20 orang meningkat menjadi 370 orang, kemudian jumlah kelinci semula 1367 ekor meningkat menjadi 3015 ekor (250%). Begitu pula pengolahan hasil dari urine kelinci (POC) sebelum pelatihan sebesar 20 ltr/bulan berkembang menjadi 500 ltr/bulan (24 kali). Pendapatan Kelompok tani per bulan dari hasil penjualan POC, daging kelinci, bibit kelinci, dan penyamakan kulit sebelumnya sebesar Rp.1.000.000,- meningkat menjadi Rp.2.615.000,- (1,6 kali). Kesimpulan yang diperoleh bahwa, teknologi budidaya ternak kelinci telah diterapkan oleh Kelompok tani dengan baik; pendampingan teknologi dari BPTP Yogyakarta agar berkelanjutan, serta teknologi yang baru selalu diharapkan demi kemajuan produk terutama teknologi budidaya kelinci.

Kata kunci : Farmer Managed Extension Activities, ternak kelinci

PENDAHULUAN

Program P3TIP atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) merupakan program yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani (FMA). Petani difasilitasi untuk merencanakan dan mengelola sendiri inovasi teknologi (P3TIP, 2007). Tujuan program FEATI adalah untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan keluarga petani dan organisasi melalui mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta. Farmer Managed Extension

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(2)

Activities (FMA) merupakan salah satu metode pengembangan kapasitas petani dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh petani itu sendiri. Metode ini menitik beratkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan petani dalam pengelolaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian memiliki tanggung jawab terhadap Komponen C yaitu pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi kebutuhan petani. Tujuan Komponen C yaitu untuk mengenalkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan pasar serta meningkatkan kapasitas BPTP supaya berfungsi lebih efektif (BBP2TP.2011). BPTP sebagai lembaga pengkajian teknologi memberikan dukungan melalui kegiatan uji coba atau studi petani yang dilaksanakan oleh Poktan/Gapoktan sendiri di wilayah desa FMA yang telah diidentifikasi oleh stakeholders (Penyuluh Pendamping FMA, Pendamping dari BPTP) meliputi cabang-cabang usahatani dan kelayakan finansial/ekonomi-nya menjadi usaha agribisnis yang dapat mempercepat pembangunan di wilayah pedesaan. Sebagai Unit Pelaksana Terknis (UPT) Badan Litbang Pertanian di daerah, BPTP Yogyakarta mempunyai tanggung jawab dalam mendukung pembangunan pertanian daerah melalui penyediaan inovasi teknologi (Balitbang Pertanian, 2005).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak pengembangan dan pengkajian kegiatan agribisnis ternak kelinci di FMA yang dilaksanakan oleh Poktan/Gapoktan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten. Kulonprogo, serta sejauh mana produktivitas serta peningkatan pendapatan petani dari adopsi teknologi yang diterapkan setelah tiga tahun berjalan.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih-Kabupaten Kulonprogo yang dipilih secara purposive (sengaja). Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September–November 2011. Metode yang dipakai menggunakan pendekatan Rapid Rural Appraisal (RRA). Data primer dikumpulkan dari responden melalui Focus Group Discussion (FGD), yaitu dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur kepada pengurus UP FMA dan pengurus Kelompok Tani sebanyak enam orang.

Data yang sudah diperoleh selanjutnya ; divalidasi, di-entri, diolah, ditabulasi, dan dianalisis secara diskriptif kualitatif. Indikator analisis dampak adopsi teknologi anggota Poktan/Gapoktan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) tahun 2011, antara lain : (1) Peningkatan jumlah anggota kelompok yang dibina; (2) Peningkatan volume/jumlah produk; (3) Peningkatan jaringan pemasaran; dan (4). Peningkatan kemitraan dalam pengadaan bibit kelinci, kredit dari Bank atau lembaga lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Yang Diterapkan Anggota Poktan agribisnis Kelinci

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa teknologi yang diterapkan pada waktu pelatihan oleh anggota Kelompok Tani agribisnis kelinci teridiri dari : pelatihan

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(3)

budidaya ternak kelinci, pembibitan, pupuk organik cair, pengolahan daging kelinci, penyamakan kulit, dan pengolahan urine kelinci. Tabel 1. menggambarkan jumlah anggota yang aktif mengikuti pelatihan yaitu pengolahan daging kelinci dan penyamakan kulit kelinci (100%), sedangkan anggota kelompok tani yang menerapkan teknologi dan meningkat produktivitasnya yaitu : budidaya ternak kelinci, POC, dan pengolahan daging kelinci (100%). Namun pada umumnya anggota Kelompok Tani sangat aktif dan antusias dalam menerapkan teknologi budidaya/agribisnis kelinci.

Kegiatan demonstrasi difokuskan pada kegiatan penanganan dan perbaikan mutu pupuk organik cair dari urine kelinci, mulai dari perbaikan pengolahan sampai dengan perbaikan kemasannya yang diikuti oleh 23 (dua puluh tiga) orang petani. Selain itu juga dilakukan kegiatan pasca panen yaitu pengolahan daging kelinci menjadi berbagai olahan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu pengolahan daging kelinci menjadi produk olahan antara lain: bakso, nugget, dendeng dan abon dengan melibatkan ibu-ibu rumah tangga berjumlah 6 (enam) orang. Selain itu kegiatan penyamakan kulit kelinci dengan melibatkan 10 (sepuluh) orang anggota kelompok tani yang tergabung dalam UP FMA Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo. Hasil-hasil olahan tersebut telah diperkenalkan kepada masyarakat melalui pameran yang dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo dalam menyambut Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo (Subagiyo et al. 2010).

Tabel 1. Teknologi Yang Diterapkan Anggota Poktan Dalam Budi Daya Kelinci di Desa Sidomulyo, Kec. Pengasih-Kulonprogo, 2011.

Pelatihan

Jumlah FMA/Poktan yang melakukan

(a)

Jumlah anggota

yang aktif dan menerapkan teknologi Jumlah(orang)

(b)

% (b)/(a)

Budidaya ternak kelinci 30 15 50

Pembibitan 20 15 75

Pupuk Organik Cair (POC) 23 23 100

Pengolahan daging kelinci 6 6 100

Penyamakan kulit kelinci 10 10 100

Pengolahan urine kelinci 20 11 55

Rata-rata (%) 80

Sumber : Data primer diolah.

Peningkatan Produk Usaha UP FMA budi daya Kelinci

Usahatani ternak kelinci masih merupakan usaha sampingan sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan pada umumnya. Ternak kelinci di desa ini masih tergolong baru diusahakan oleh masyarakat, namun perkembangannya cukup menggembirakan, disamping pemeliharaannya cukup mudah dilaksanakan juga cepat dirasakan hasilnya, disamping sebagai penyaluran hobi, beternak kelinci diharapkan sebagai sumber tambahan penghasilan yang menjanjikan.

Untuk mengetahui adanya peningkatan budidaya ternak kelinci dapat dilihat dari indikator jumlah anggota kelompok yang di bina, dimana budidaya ternak kelinci yang dilakukan kelompok tani di Desa Sidomulyo dari tahun 2008 sampai sekarang (2011), yaitu semula sebanyak 20 orang (2008) kemudian meningkat menjadi 370 orang (2011)

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(4)

dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dan selanjutnya kelompok tani melanjutkan hasil-hasil penyuluhan dan teknologi dari BPTP dan instansi lainnya sebagai narasumber ke kelompok tani lainnya baik di dalam desa maupun di luar desa. Volume produksi dapat dilihat dari populasi ternak kelinci di Desa Sidomulyo, sebagai indikator peningkatan usaha, dimana sampai bulan Januari 2010 berjumlah 1.367 ekor yang tersebar di 13 dusun, sedangkan populasi terbesar ada di dusun Karangasem dengan jumlah 249 ekor. Pada tahun 2011 populasi kelinci telah meningkat menjadi 3015 ekor (250%).

Pengolahan hasil urine kelinci (POC) sebelum pelatihan sebesar 20 liter/bulan (2008) berkembang dan meningkat menjadi 500 liter/bulan (24 kali). Jaringan pemasaran juga telah meningkat menjadi 15 pedagang perantara dimana sebelumnya 10 pedagang perantara yang menjual produk olahan kelinci, dan POC (pupuk organik cair). Tabel 2. Peningkatan Atau Penurunan Produk Usaha UP FMA Agribisnis Ternak

Kelinci Di Desa Sidomulyo, Kec.Pengasih-Kulonprogo, 2011.

No Indikator Tahun awal

(2008)

Tahun ini (2011)

Peningkatan/ Penurunan 1 Jumlah anggota kel. yang dibina 20 orang 370 orang Meningkat

2 Jumlah ternak kelinci 1367 ekor 3015 ekor Meningkat

3 Jeringan pemasaran : a. pasar desa b. agen pemasaran c. pedagang perantara - - 10 orang - - 15 orang - - Meningkat 4. Kemitraan :

a.pengadaan bibit kelinci b.instansi yang menjadi mitra

- - Balitnak BPTP Yogya BB Kulit Univ.Mercu Buana Meningkat Meningkat 5. Kredit dari luar : Nama lembaga

yang memberi kredit

- - - - - - 6. Kredit dari Bank : Nama

Lembaga yang memberi kredit - - -

7. Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp) 3.500.000,- 1.000.000,- 4.600.000,- 2.615.000,- Meningkat Meningkat 8. Jumlah modal (Rp) rata-rata

Sumber dana 1.526.000,- Swadaya 2.200.000,- Swadaya Meningkat

9. Jumlah tenaga kerja (orang) 2 3 Meningkat

10. Bahan baku/pakan ternak diperoleh dari

Beli Beli

Sumber : Data Primer Diolah.

Pendapatan bersih Kelompok Tani per bulan dari hasil penjualan POC, daging kelinci, bibit kelinci, dan penyamakan kulit sebelumnya sebesar Rp.1.000.000,- meningkat menjadi sebesar Rp. 2.615.000,-.

Dampak Penerapan Teknologi

Sejak dilakukannya inovasi teknologi mendukung FMA dalam program FEATI yang dilakukan oleh Kelompok Tani/Gapoktan sampai saat ini telah banyak dihasilkan rekomendasi teknologi pertanian, hal ini untuk melihat keberhasilan suatu proyek pengembangan dari adopsi teknologi yang diterapkan berupa peningkatan produktivitas serta peningkatan kesejahteraan petani secara umum yang berdampak langsung terhadap kenaikan pendapatan petani.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(5)

Agribisnis ternak kelinci sebelum ada pendampingan teknologi pada tahun 2008 kurang berhasil, namun setelah ada pendampingan teknologi antara lain dari : BPTP Yogyakarta, Balitnak (Balai Penelitian Ternak) di Bogor, Balai Besar Kulit, dan Universitas Mercu Buana Jakarta, maka populasi ternak kelinci meningkat serta menguntungkan. Dampak fisik hasil ternak kelinci sebelum pembelajaran (2008) sebesar 11 ekor/bulan, dan sesudah pembelajaran (2011) berkembang menjadi 50 ekor/bulan. Pengolahan hasil limbah urine kelinci pada kondisi awal (2008) hanya sebesar 20 liter/bulan, dan meningkat menjadi 500-2000 liter/bulan pada tahun 2011. (Tabel.3).

Tabel 3. Dampak fisik Penerapan teknologi budidaya ternak kelinci di FMA Desa Sidomulyo, Kec. Pengasih- Kulonprogo, 2011.

Uraian Sebelum Pembelajaran

(2008)

Sesudah pembelajaran (2011) 1.Produktivitas hasil ternak kelinci

(ekor/bulan) 11 50

2.Produksi pengolahan hasil :

Urine kelinci (liter/bulan) 20 500-2000

Sumber : Data primer diolah.

Usaha pemasaran ternak kelinci telah dilakukan oleh Kelompok Tani/Gapoktan di Desa Sidomulyo dengan perusahaan lain dalam bentuk kemitraan usaha antara lain dengan Sari PS, Samudra PS, dan rumah makan sate kambing (Tabel 4).

Tabel 4. Perkembangan Kemitraan Usaha yang Dilakukan budidaya ternak kelinci di Desa Sidomulyo, Kec. Pengasih- Kulonprogo,2011.

No. Mitra Bentuk Kemitraan Periode Mitra Volume/satuan waktu

1 Sari PS Penyediaan POC 2010 20 ltr/minggu

2 Samudera PS Penyediaan sarana POC 2010 3 Sate kambing Penyediaan daging kelinci 2009

Sumber : Analisis data primer, 2011.

Harapan Keberlanjutan

Harapan FMA Sidomulyo untuk keberlanjutan budidaya kelinci dilihat dari pengembangan modal pengembangan bahan baku, pemasaran produk, dukungan Pemda, serta dukungan teknologi dapat dilihat pada Tabel 5. sebagai berikut :

Tabel 5. Harapan Keberlanjutan Agribisnis Kelinci di FMA Desa Sidomulyo, Kec. Pengasih, Kab. Kulonprogo, 2011.

No Uraian Keterangan

1. Pengembangan modal : a. lokasi pengembangan modal b. potensi/peluang

c. hambatan d. rencana

- Dusun Pendem, Desa Sidomulyo, Kec.Pengasih - Pemasaran bibit kelinci, bibit tanaman pangan, pengolahan hasil (sate, POC kelinci) dll

- Modal terbatas, kena penyakit kelinci, lokasi di desa kurang diminati masya- rakat, dan pemasaran kurang.

1.kerjasama dengan investor/pengusaha 2.akan dikembangkan ternak kelinci dan pertaniannya.

2. Jenis pngembangan bahan baku : a.lokasi pengembangan

b. potensi/peluang c. hambatan

- Kelompok tani - ada

- ada gangguan banjir dan kemarau

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(6)

d. rencana pengembangan bahan baku

- memperbanyak induk, dan menambah peternak kelinci

3. Jenispengembangan pemasaran produk : a.lokasi pengembangan pemasaran produk

b.potensi/peluang c. hambatan

d.rencana pengembangan pemasaran produk

- di kelompok tani, dan luar kecamatan /seluruh D.I. Yogyakarta.

- memungkinkan untuk tumbuhnya pengusaha/produsen baru dibidang kelinci - menumbuhkan kepercayaan produk yang baik perlu sosialisasi

- mencari rekanan pemasaran di luar kelompok tani/luar desa.

4. a. Jenis pengembangan produk sampingan/olahan/nilai tambah b. lokasi pengembangan produk sampingan/olahan

c. potensi/peluang d. hambatan :

e. rencana pengembangan produk sampingan/olahan/nilai tambah

- perbaikan kemasan, olahan daging kelinci, sate kelinci, abon kelinci, POC.

- kelompok tani

- Pendem, Kec. Pengasih - memungkinkan

- pemasaran, dan penyakit kelinci

- melihat prospek produk yang laku saat ini

Sumber : Data primer diolah

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan indikator-indikator serta harapan dan keberlanjutan dari Kelompok Tani budidaya/agribisnis kelinci saat ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kelompok Tani telah menerapkan teknologi budidaya kelinci dengan baik

2. Agar mendapat pendampingan teknologi dari BPTP dalam hal teknik pemasaran produk kelinci, produk olahan serta berkelanjutan

3. Teknologi yang baru selalu diharapkan demi kemajuan produk terutama teknologi budidaya kelinci

4. Budidaya ternak kelinci berdampak positif baik ditinjau dari sisi : anggota kelompok tani, volume usaha/produk, jaringan pemasaran, dan kemitraan.

5. Terdapat permasalahan yang perlu ditangani a.l. : pakan penguat (konsentrat/pelet), pakan hijauan, peralatan untuk membuat pakan penguat atau pelet, dan permodalan.

SARAN

Langkah-langkah perbaikan yang dilakukan dalam teknologi budidaya kelinci antara lain :

1. Meningkatkan mutu produk dan kontinuitas 2. Memperluas jaringan kemitraan

3. Mencari pangsa pasar yang lebih menguntungkan

4. Perbaikan kemasan dan mempertahankan mutu produk khususnya botol urine kelinci 5. Pembuatan showroom kelinci.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2005. Rumusan Sementara Rapat Kerja Nasional. Departemen Pertanian. Jakarta.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007. Panduan Umum Pelaksanaan Komponen C: Perbaikan Pengkajian dan Diseminasi Teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

P3TIP, 2007. Pedoman Umum Pelaksanaan Komponen C. Perbaikan Pengkajian Dan Diseminasi Teknologi P3TIP tahun 2007–2011. BBP2TP-Badan Litbang Pertanian, . Jakarta.

_____, 2007. Pedoman pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh petani(Farmer Managed Extension Activities–FMA). FEATI. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Badan Pengembangan SDM Pertanian– Departemen Pertanian, Jakarta.

Petunjuk Teknis. 2011. Pengukuran Keberhasilan P3TP/FEATI (Komponen C). Tim Teknis P3TIP/FEATI BBP2TP. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Departemen Pertanian. Jakarta.

Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian (P3TIP). 2007. FEATI: Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information. Badan Pengembangan Sumberdaya Pertanian. Jakarta.

Subagiyo et al. 2010. Demonstrasi dan uji coba FSA dan VCA di Kabupaten Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul. Laporan Akhir Tahun FEATI T.A. 2010. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian–Kementrian Pertanian. Yogyakarta.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Gambar

Tabel  3.  Dampak  fisik  Penerapan  teknologi  budidaya  ternak  kelinci  di  FMA  Desa  Sidomulyo, Kec

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan yang digunakan penulis yaitu kualitatif dan metode deskriptif untuk menemukan tujuan dari penelitian ini yaitu diantaranya mengetahui komunikasi persuasif yang

Keuangan dipertanggungjawabkan oleh Pengurus MAMRE GBKP Sektor (Perpulungen Jabu Jabu) dalam Rapat Anggota, oleh Pengurus MAMRE GBKP Majelis Jemaat dalam Rapat

Batik Saji adalah salah satu perajin batik tulis di kota Pacitan yang bergerak dibidang pemasaran, penjualan, dan penyediaan batik tulis, dengan visi menjadi

Hasil pemeriksaan diperoleh kenyataan bahwa dari lima sampel minuman isotonik hanya sampel A dan sampel B yang menggunakan pengawet benzoat dianalisis sebagai asam benzoat

Bangunan rumah tinggal dengan sistim pracetak (precast) yang didesain dengan daktilitas yang cukup akan memberikan kemudahan, kecepatan dan keamanan yang baik

Tujuan unluru penelitian ini adalah untuk menipelajari keikutsertaan pasangan usia subur dalam program Keluarga Berencana pada saat krisis ekonomi. Secara khusus tujuan

Kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan ini secara umum mengalami inflasi sebesar 0,28 persen atau terjadi perubahan indeks

Kasus pengelolaan wilayah laut yang dilakukan oleh masyarakat di desa Endokisi itu sangat menarik, karena di samping lokasi desanya yang langsung berdekatan dengan