• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP KETERAMPILAN MENYUSUI PADA IBU NIFAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP KETERAMPILAN MENYUSUI PADA IBU NIFAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP KETERAMPILAN MENYUSUI

PADA IBU NIFAS Ina Kuswanti1, Heronima Malo1

STIKes Yogyakarta

Jl. Nitikan Baru No 69 Yogyakarta inna.nugroho@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang:Angka kematian bayi yang cukup tinggi didunia dapat dihindari dengan pemberian air susu ibu (ASI). Namun kenyataannya pada masa modern saat ini, sebagian ibu muda enggan menyusui anaknya. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan tubuhnya lemah. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti diruang post partum di RSUD Wonosari dari 10 ibu yang menyusui terdapat 7 ibu post partum belum memberikan ASI dengan teknik dan keterampilan menyusui yang benar serta 3 dari 10 ibu post partum sudah tahu teknik menyusui tetapi keterampilan menyusuinya belum begitu baik.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui terhadap keterampilan menyusui pada ibu nifas.

Metode: Metode dalam penelitian ini pra experimental design dengan rancangan one group pretest – posttest. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 57 ibu nifas.

Hasil: Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui terhadap keterampilan menyusui pada ibu nifas yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Kesimpulan: Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui terhadap keterampilan menyusui pada ibu nifas di RSUD Wonosari Gunung Kidul. Kata kunci:Teknik Menyusui, Keterampilan Menyusui, Ibu Nifas.

ABSTRACT

Background:The infant mortality rate is quite high in the world can be avoided by breastfeeding (breast milk). But the reality in modern times such as now, most young mothers are reluctant to breastfeed her child. This action causes the child susceptible to disease, due to poor immune systems. Based on preliminary observations conducted by researchers diruang post partum in hospitals Wonosari of 10 nursing mothers are seven mothers postpartum not breastfeeding techniques and skills appropriate feeding as well as 3 of the 10 maternal postpartum already

(2)

know breastfeeding technique but the skills to feed him has not been so good at baby.

Objective:To determine the effect of health education about breastfeeding techniques to the skill of breastfeeding on postpartum mothers.

Methods:The method in this study pre- experimental design with the design of one group pretest - posttest. Sampling using purposive sampling with total sample of 57 postpartum mothers.

Results: There is the influence of health education about breastfeeding techniques to the skill of breastfeeding on postpartum mothers at Wonosari hospitals Gunung Kidul shown with significance value of 0.000.

Conclusion: There is the influence of health education about breastfeeding techniques to the skill of breastfeeding on postpartum mothers at Wonosari hospitals Gunung Kidul.

Keywords: Breastfeeding Techniques, Breastfeeding Skills, Postpartum Mothers PENDAHULUAN

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun ini masih dalam kriteria rendah, namun AKB di Indonesia masih sangat menjadi masalah kesehatan di Indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak.

Data AKB menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Dari data tersebut, AKB dunia menduduki kriteria sedang. Kedua data AKB tersebut dapat kita bandingkan dengan targetan MDGs untuk AKB, yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indonesia harus bekerja keras untuk mewujudkan MDGs tersebut dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun yang tersisa. Begitu juga dengan dunia, yang dengan perbedaan yang semakin beragam terutama dalam

hal kebijakan dan pelayanan kesehatan serta kultur sosial dan ekonomi, juga harus berjuang bersama guna mewujudkan target MDGs untuk menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Angka kematian bayi yang cukup tinggi didunia dapat dihindari dengan pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan yang berperan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan (Arifin, 2004). Namun pada kenyataannya pada masa modern seperti saat ini, sebagian ibu mudah enggan menyusui anaknya. Sebenarnya gejala tersebut sudah membudaya sejak lama, terutama di kota-kota besar. Semula hal itu dilakukan para ibu mudah di Eropa pada awal abad ke 20. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan tubuhnya lemah (Prasetyono, 2005).

(3)

Fenomena yang merupakan bahwa sebagian ibu tidak menyusui anaknya tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang, misalnya Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sehingga sebagian ibu muda tidak menyusui anaknya. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu muda tidak menyusui anaknya antara lain gencarnya kampanye susu formula, kurangnya kesadaran atau pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan pada bayi, ketidakperhatian yang tidak sungguh-sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakan kebiasaan menyusui bayinya, kurangnya program kesejahteraan terarah yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintah di negara-negara berkembang (Prasetyono, 2005).

Berdasarkandata Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, cakupan pemberian ASI di Indonesia hanya 42%. Angka itu di bawah target Organisasi Kesehatan Dunia, yakni cakupan ASI eksklusif bagi bayi usia 0-6 bulan minimal 50%. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif dapat disebabkan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi serta banyaknya promosi terkait susu formula. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia enam bulan di DIY turun dari 39,99% pada tahun 2008 menjadi

34,56% pada tahun 2009 dan 40,03% pada tahun 2010.

Salah satu peran dan wewenang bidan adalah menggalakan ASI eksklusif. Hal ini mengacu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/Men.Kes/SK/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Dalam keputusan tersebut, diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui, senantiasa berupaya untuk memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif sejak pemeriksaan kehamilan (Prasetyono, 2005).

Pasca melahirkan dengan komplikasi resiko tinggi maupun tanpa komplikasi, tugas seorang ibu adalah menyusui bayinya. Memberikan ASI adalah kewajiban bagi setiap ibu kepada anaknya, tetapi saat ini cukup banyak ibu yang melahirkan anaknya (persalinan normal, buatan, anjuran dengan atau tanpa komplikasi) tidak lagi memberi ASI, yang disebabkan karena kurangnya informasi dan pengetahuan, tidak memiliki keyakinan diri, gaya hidup praktis serta kesibukan, sehingga lebih memilih memberi susu formula. Kurangnya pengetahuan ibu post partum tentang menyusui yang benar dapat menyebabkan hal-hal seperti bendungan ASI, dan puting susu lecet. Jika dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri, payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena produksi

(4)

ASI terus berlangsung karena bayi tidak disusukan.

Masalah menyusui yang sering ditemui dan dikeluhkan oleh ibu-ibu post partum harus diatasi, maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya pendidikan kesehatan. Pencapaian keberhasilan dalam menyusui diperlukan teknik-teknik menyusui yang benar, teknik menyusu yang benar adalah cara ibu memberikan ASI kepada bayi dengan pelekatan dan posisi yang baik dan benar juga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah desain penelitian pra-eksperimen. Dimana peneliti ini melakukan observasi perlakuan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui pada ibu nifas di RSUD Wonosari, kemudian mengobservasi keterampilan menyusui sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Rancangan yang digunakan adalah dengan one group pretest-postest design,

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10–31 Juli 2015 di RSUD Wonosari Jl. Taman Bakti no.6 Wonosari Gunung Kidul. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas normal yang berada di ruang nifas di RSUD Wonosari selama bulan Juli pada tanggal 10 sampai 31 tahun 2015, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 130 ibu nifas.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di RSUD Wonosari. Teknik pengambilan sampel

dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 57 ibu menyusui yang berada di ruang nifas RSUD Wonosari.

Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang dimaksud adalah;

1. Kriteria inklusi

a. Ibu nifas normal yang berada diruang nifas.

b. Ibu dan bayi yang dirawat gabung di ruang nifas.

c. Ibu nifas yang tidak dengan komplikasi.

2. Kriteria eksklusi

a. Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam jumlah berlebihan.

b. Ibu yang melahirkan bayi prematur.

c. Ibu dengan penyakit HIV/AIDS, TBC, abses payudara dan herpes yang aktif di payudara.

Dalam penelitian ini

pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi. Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu pada responden dan melakukan penilaian sebelum diberi perlakuan. Setelah diberi perlakuan peneliti juga akan melakukan observasi ulang dan menilai kembali keterampilan ibu tentang teknik menyusui. Peneliti hanya menilai pada saat sebelum dan setelah diberi pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui, sehingga tidak ada observasi ulangan dengan jeda waktu tertentu.

(5)

Peneliti hanya meneliti keterampilan ibu sekali saja ketika responden bertemu peneliti saat itu. Untuk menguji hipotesis kedua variabel tersebut mengunakan uji statistik non parametris yaitu rumus Wilcoxon.

HASIL PENELITIAN

1. Keterampilan Menyusui Sebelumdiberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Nifas

Tabel 1: Keterampilan Menyusui Sebelum diberikan Pendidikan

Kesehatan Karakterisik Frekuensi (n) Prosentase (%) Baik Cukup Kurang 3 9 45 5,2 15,8 79,0 Total 57 100,0

Sumber : data primer

Berdasarkan hasil pada tabel 1, diketahui bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada ibu nifas, keterampilan menyusui ibu sebagian besar berada dalam kategori kurang sebanyak 45 orang (79,0%).

2. Keterampilan Menyusui Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Nifas

Tabel 2: Keterampilan Menyusui Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan

Karakterisik Frekuensi (n) Prosentase (%) Baik Cukup Kurang 20 33 4 35,1 57,9 7,0 Total 57 100,0

Sumber : data primer

Berdasarkan hasil pada tabel 2, diketahui bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan pada ibu nifas, keterampilan menyusui ibu sebagian besar dalam kategori cukup sebanyak 33 orang (57,9%).

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Teknik Menyusui Terhadap Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas

Tabel 3 Uji wilcoxon

Postes – pretes

Z

Asymp.sig.(2-tailed)

-6.556 .000

Dari hasil interpretasi pada tabel 3, diketahui bahwa nilai Zhitung sebesar -6.556 lebih besar dari nilai Ztabel sebesar 1.96 dengan signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap keterampilan menyusui pada ibu nifas. PEMBAHASAN

1. Keterampilan Menyusui Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Nifas

Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 diketahui bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada ibu nifas, keterampilan menyusui mayoritas dalam kategori kurang sebanyak 45 orang (79,0%) dan paling sedikit dalam kategori baik sebanyak 3 orang (5,2%).

Menyusui merupakan proses yang alamiah. Menyusui adalah proses

(6)

pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan ASI dan dengan payudara ibu. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat (Roesli, 2009).

Keterampilan menyusui pada ibu nifas dalam kategori kurang sebanyak 45 orang (79,0%) dikarenakan pertama, faktor pendidikan ibu yang masih rendah dimana mayoritas pendidikan ibu nifas yaitu SMP sebanyak 29 orang (51,0%) dan SD sebanyak 7 orang (12,2%). Lebih lanjut dari hasil wawancara, sebanyak 45 ibu nifas yang memiliki keterampilan menyusui dalam kategori kurang mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan informasi baik melalui pendidikan kesehatan oleh bidan atau tenaga kesehatan lainnya tentang teknik menyusui yang baik dan benar. Tingkat pendidikan menengah ke atas mempunyai pengetahuan yang lebih luas daripada pendidikan rendah, juga lebih mudah menerima informasi atau pendidikan kesehatan yang diberikan.

Kedua karena pekerjaan ibu yang mayoritas sebagai ibu rumah tangga sebanyak 32 orang (56,1%). Dimana ibu yang tidak bekerja hanya sedikit memperoleh informasi dibandingkan dengan ibu yang bekerja yang sering terpapar informasi dari lingkungan sekitarnya. Hal lain yang menyebabkan keterampilan dalam kategori kurang disebabkan dengan faktor geografis dari ibu nifas. Mayoritas ibu nifas tinggal di daerah yang jauh dari pusat layanan

kesehatan sehingga para ibu nifas sulit mengakses informasi kesehatan khususnya tentang teknik menyusui yang baik dan benar. Hasil ini sesuai dengan pendapat Depkes RI (2008), bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemberian ASI diantaranya yaitu pengetahuan dan pendidikan ibu, pengalaman dan sikap ibu, sosial budaya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sapriyudi (2009). Hasil penelitian Sapriyudi menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas dalam kategori kurang sebanyak 39 orang (60,0%) dari 65 orang ibu hamil dan sikap ibu hamil mayoritas dalam kategori kurang sebanyak 41 orang (63,0%) dari 65 orang ibu hamil. 2. Keterampilan Menyusui Setelah

diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Nifas di RSUD Wonosari Gunung Kidul.

Berdasarkan hasil pada tabel 4.2 diketahui bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan pada ibu nifas, keterampilan menyusui mayoritas dalam kategori cukup sebanyak 33 orang (57,9%), baik sebanyak 20 orang (35,1%) dan kurang sebanyak 4 orang (7,0%).

Setelah mendapat pendidikan kesehatan, keterampilan ibu mengalami peningkatan dimana sebelumnya keterampilan ibu dalam kategori kurang sebanyak 45 orang (79,0%) dan setelah

(7)

mendapat pendidikan kesehatan dalam kategori cukup sebanyak 33 orang (57,9%). Hasil ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Notoatdmojo (2004), bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Menurut pendapat Machfoed (2005), bahwa pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok, masyarakat, menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.

Salah satu peran dan wewenang bidan adalah menggalakan ASI eksklusif. Hal ini mengacu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/Men.Kes/SK/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Dalam keputusan tersebut, diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui, senantiasa berupaya untuk memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif sejak pemeriksaan kehamilan (Prasetyono, 2005).

Masalah menyusui yang sering ditemui dan dikeluhkan oleh ibu-ibu post partum harus diatasi, maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya pendidikan kesehatan. Pencapaian keberhasilan dalam menyusui diperlukan teknik-teknik menyusui yang benar, teknik menyusu yang benar adalah cara ibu memberikan ASI kepada bayi dengan pelekatan dan posisi yang baik dan benar juga.

Beberapa manfaat ASI untuk ibu menurut (Roesli, 2009) dan (Saleha, 2009) yaitu mengurangi terjadinya perdarahan, anemia, mempercepat pengecilan rahim, menjarangkan kehamilan, mempercepat penurunan berat badan dan mengurangi resiko kanker. Manfaat ASI untuk bayi antara lain mengandung zat pelindung, mempercepat perkembangan motorik, meningkatkan daya tahan tubuh, kecerdasan, jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi, serta meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia enam bulan (Roesli, 2009).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian penelitian Futri (2010). Hasil penelitian dari Futri tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang teknik menyususi pada ibu-ibu menyususi

(8)

mayoritas teknik menyusui dalam kategori cukup sebanyak 35 orang (83,3%) dari 42 orang responden ibu-ibu menyusui

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Teknik Menyusui Terhadap Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas di RSUD Wonosari Gunung Kidul. Dari hasil interpretasi pada tabel 4.6 tentang uji wilcoxon diatas, diketahui bahwa nilai Zhitungsebesar -6.556 lebih besar dari nilai Ztabel sebesar 1.96 dengan signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap keterampilan menyusui pada ibu nifas diRSUD Wonosari Gunung Kidul.

Menurut WHO (1954) dalam Notoatdmojo (2004), tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong individu dan masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong individu agar

mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Bukti menunjukkan bahwa bila ibu mengetahui cara yang benar untuk memposisikan bayi pada payudaranya, menyusui pada waktu yang diinginkan bayi (on demand), serta memperoleh dukungan dan percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI, berbagai penyulit dalam menyusui yang umumnya terjadi dapat dihindari dan dicegah (Bahiyatun, 2009).

ASI merupakan cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meskipun demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan, misalnya takut gemuk, sibuk, dan sebagainya (Maritalia, 2012).

Ada beberapa faktor sehingga sebagian ibu muda tidak menyusui anaknya. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu muda tidakmenyusui anaknya antara lain gencarnya kampanye susu formula, kurangnya kesadaran atau pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan pada bayi, ketidakperhatian yang tidak sungguh-sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakan kebiasaan menyusui bayinya, kurangnya program kesejahteraan

(9)

terarah yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintah di negara-negara berkembang (Prasetyono, 2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vickha (2007). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Ibu tentang cara menyusui yang benar dan baik dengan masalah-masalah laktasi yang timbul pada masa laktasi dengan nilai signifikansi pada uji korelasi kendall tau sebesar 0,001 < 0,05.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu :

1. Keterampilan Menyusui Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Nifas di RSUD Wonosari Gunung Kidul dalam kategori kurang sebanyak 45 orang (79,0%) 2. Keterampilan Menyusui Setelah

diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Nifas diRSUD Wonosari Gunung Kidul dalam kategori cukup sebanyak 33 orang (57,9%). 3. Ada Pengaruh Pendidikan

Kesehatan tentang Teknik Menyusui Terhadap Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas di RSUD Wonosari Gunung Kidul dengan nilai Z tabel sebesar -6.556 dan signifikansi sebesar 0.000 (nilai p 0.000 < 0.05).

SARAN

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat di berikan yaitu:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan oleh peneliti sebagai bekal ilmu dalam pengabdian kepada masyarakat secara langsung didunia kerja nantinya.

2. Bagi Bidan di RSUD Wonosari Gunung Kidul

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana yang menambah wawasan bidan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat pada umumnya dan ibu nifas dan keluarga pada khususnya yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan.

3. Bagi ibu nifas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana yang menambah wawasan berpikir tentang keterampilan menyusui untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi dan ibu.

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini menggunakan pendekatan eksperimen kuasi yang lebih sesuai untuk bidang pendidikan (Creswell, 2008). Ini kerana dalam kajian eksperimen kuasi pengkaji tidak perlu

Melayani orang lain, apalagi menyadari kalau pemakai perpustakaan merupakan orang yang menghidupi kita, harus tertanam di hati pustakawan dan dipraktekkan sehari-hari.Kunci yang

Ditambahkan oleh Hartley (2010:42-43) bahwa cultural studies telah mengembangkan kerangka kerja yang berusaha untuk memulihkan dan menempatkan budaya kelompok

Rambut Rambut merupakan substansi keratin yang berbentuk benang yang terpasang kuat pada kulit serta memiliki tebal 5-200 mikro meter, bagian yang menonjol di atas kulit disebut

suatu keadaan dimana dari sistem sosial bekerja sama postulat ini berpendirian bahwa “semua keyakinan dan praktek kultural dan sosial yang sudah baku adalah fungsional

Hasil perhitungan pertumbuhan candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik setelah direndam ekstrak daun dewa dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% ditunjukkan pada

Siapa tak mahu memandang ke muka, Hidupnya sesat anak cucu celaka.. Mensyukuri nikmat Allah: Siapa hidup mensyukuri nikmat, Hidup matinya beroleh rahmat, Sebarang kerja

Unit konteks ialah perkataan yang menerangkan budi bahasa dan nilai murni orang Melayu dibaca dalam konteksnya yang lebih luas, iaitu sekurang- kurangnya dalam satu ayat atau