24
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif Penelitian
Pada penelitian ini, penilaian responden disajikan berdasarkan butir pertanyaan ethical leadership, ethical decision making dan budaya organisasi dengan menggunakan skala Likert (1-5). Hasil jawaban responden disesuaikan dengan desain skala pengukuran yang telah ditetapkan kemudian diformulasikan ke dalam beberapa interval kelas mengacu pada Supramono dan Utami (2004). Jenis statistik deskriptif yang digunakan yaitu distribusi frekuensi untuk menentukan interval nilai rata-rata dari setiap variabel dengan perhitungan:
Penilaian diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3
Interval Kategori Jawaban
Tingkatan Skala Interval Kategori Jawaban 1 1,00 – 1,80 Sangat Rendah
2 1,81 – 2,60 Rendah
3 2,61 – 3,40 Sedang
4 3,41 – 4,20 Tinggi
5 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi
Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan analisis statistik dan analisis deskriptif dengan jumlah responden 120 di mana masing-masing variabel tersebut adalah ethical leadership, ethical decision making dan budaya organisasi.
Tabel 4
Deskripsi Variabel Ethical Leadership
Pertanyaan S (5) S (4) J (3) HTP (2) TP (1) Rata-rata 1) Di kantor saya berkerja, pimpinan 25 63 23 3 6 3,82
25 mendengarkan apa yang disampaikan bagian (dari) karyawan
2) Di kantor saya berkerja, pimpinan mendisiplinkan karyawan yang melanggar standar-satandar perbuatan etis
44 55 16 2 3 4,13 3) Di kantor saya berkerja, perilaku
pimpinan menunjukkan kehidupan peribadinya berdasarkan gaya/cara etis
36 28 27 6 23 3,40 4) Di kantor saya berkerja, pimpinan
Memiliki/ mengingat hal-hal yang menarik dari karyawan
37 44 19 6 14 3,70 5) Di kantor saya berkerja, pimpinan
membuat keputusan-keputusan yang adil dan seimbang
48 37 26 3 6 3,98 6) Di kantor saya berkerja, pimpinan dapat
dipercaya 63 33 16 6 2 4,24
7) Di kantor saya berkerja, pimpinan mendiskusikan etika bisnis atau nilai-nilai dengan karyawan
25 35 24 11 25 3,20 8) Di kantor saya berkerja, pimpinan
menyajikan/ memberikan contoh tentang bagaimana melakukan hal yang benar dalam beritika
48 43 19 6 4 4,04 9) Di kantor saya berkerja, pimpinan
mendefinikan atau menjelaskan arti sukses yang tidak hanya berdasarkan hasil namun juga berdasarkan cara mereka mendapatnya
36 39 25 13 7 3,70
10)Di kantor saya berkerja, pemimpin menanyakan “apakah hal yang paling benar/tepat untuk dilakukan?” ketika melakukan diskusi
34 43 28 12 3 3,78
Rata-rata Variabel 3,799
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan table 4 penghitungan nilai rata-rata testing pada variabel ethical leadership memiliki nilai rata-rata 3,79 pada setiap indikator sehingga dikategorikan tinggi dan nilai tertinggi terdapat pada pernyataan keenam yaitu dengan rata-rata 4,24 yang menunjukkan bahwa responden menilai indikator
26
keenam sebagai faktor utama untuk mengukur kepemimpinan etis dalam Kementerian Dalam negeri (Ministério do Interior) RDTL.
Tabel 5
Deskripsi Variabel Ethical Decision Making
Pertanyaan S (5) S (4) J (3) HTP (2) TP (1) Rata -rata 1. Di kantor saya bekerja, keputusan dibuat
dengan kesadaran moral dan nilai etika yang dimiliki oleh seorang pemimpin
56 44 18 1 1 4,27 2. Di kantor saya bekerja, keputusan dibuat
melalui pertimbangan moral sebagai dasar norma/nilai organisasi dan moral pemimpin
64 42 9 2 3 4,35 3. Di kantor saya bekerja, pemimpin
membuat keputusan dengan memilih keputusan yang berhubungan dengan nilai moral dalam memotivasi karyawan
62 33 14 7 4 4,17 4. Di kantor saya bekerja, pemimpin
mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan konsensus sosial (benar/salah) keputusan tersebut berdasarkan pandangan karyawan
33 37 26 16 8 3,59
5. Di kantor saya bekerja, keputusan dibuat melalui pertimbangan terhadaptingkat konsekuensi keputusan pada kondisi organisasi dan karyawan
33 40 24 10 13 3,58 6. Di kantor saya bekerja, pemimpin
mempertimbangkan eksistensi dan konsistensi keputusan tersebut
40 37 29 4 10 3,78 7. Di kantor saya bekerja, pengambilan
keputusan melalui pendekatan dengan mempertimbangka nhubungan keputusan dengan karyawan
30 44 23 11 12 3,57 8. Di kantor saya bekerja, keputusan dibuat
dengan memperhitungkan besarnya dampak/efek pada penerima keputusan (karyawan) dan organisasi
29 40 24 18 9 3,52
Rata-rata Variabel 3,85
27
Pada table diatas menunjukan variabel ethical decision making memiliki rata-rata 3, 85 sehingga dikategorikan tinggi berdasarkan interval kategori jawaban. Rata-rata nilai tertinggi terdapat pada pernyataan kedua dengan nilai rata-rata sebesar 4, 35 sehingga dari hasil respon tersebut responden menilai indikator kedua sebagai suatu dasar/faktor dalam pengambiulan keputusan etis di Kementerian Dalam negeri (Ministério do Interior) RDTL.
Tabel 6
Deskripsi Variabel Budaya Organisasi
Pertanyaan S (5) S (4) J (3) HTP (2) TP (1) Rata-rata 1. Di kantor saya berkerja, peraturan
dilaksanakan secara seragam (tidak pandang bulu) kepada semua pihak tanpa memperhatikan kondisi tertentu atau masalah tertentu
59 24 19 3 15 3,91
2. Di kantor saya berkerja, karyawan diberi kebebasan dalam menyatakan pendapat dan ide.
57 29 18 8 8 3,99 3. Di kantor saya berkerja, para
karyawan bersifat terbuka kepada karyawan lain.
56 33 21 8 2 4,11 4. Di kantor saya berkerja,
melaksanakan pekerjaan dengan kualitas yang bagus dapat
mengembangkan skill karyawan.
66 34 14 4 2 4,32 5. Di kantor saya berkerja, para
karyawan bersifat ramah dalam pergaulannya.
68 32 18 1 1 4,38
Rata-rata Variabel 4,142
Sumber: Data primer diolah, 2015
Dari Tabel 6 variabel budaya organisasi memiliki nilai rata-rata testing istrumen sebesar 4,142 sehingga dikategorikan tinggi. Rata-rata tertinggi terdapat pada pernyataan kelima dengan nilai rata-rata sebesar 4,38 sehingga dengan hasil ini memberikan bukti bahwa bersifat ramah
28
dalam pergaulan sebagai suatu bilai budaya organisasi yang perlu dijaga dan dipertahankan di Kementerian Dalam negeri (Ministério do Interior) RDTL.
Uji Normalitas
Tabel 7
Hasil Pengujian Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
EL ,114 120 ,001 ,945 120 ,000
EDM ,145 120 ,000 ,935 120 ,000
BO ,122 120 ,000 ,918 120 ,000
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov melalui uji deskriptif statistik ekplorer menunjukan bahwa nilai statistik dari masing-masing variabel EL, EDM dan BO > α 0, 05. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi memenuhi syarat uji normalitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan variabel independennya.
Hasil Uji Hipotesis Uji Determinasi
Pada pengujian koefisien determinasi, nilai Adjusted R Square menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel ethical leadership dan ethical decision making terhadap budaya organisasi sebesar 0,253 atau 25,3% sedangkan sisanya 74,7% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti pada tabel berikut ini.
29 Tabel 7 Model Summaryb Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of the Estimate
1 .515a 0.265 0.253 3.091
a. Predictors: (Constant), EL dan EDM b. Dependent Variable: OC
Sumber: Data primer diolah, 2015
Uji Simultan (F)
Dari hasil analisis data, menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel
atau 21,111 > 3,07 dengan tingkat signifikan 0,000 < α 0,05. Dapat disimpulkan bahwa variabel ethical leadership dan ethical decision
making secara simultan berpengaruh terhadap budaya organisasi.
Tabel 9 ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 403.390 2 201.695 21.111 .000a Residual 1117.810 117 9.554 Total 1521.200 119
a. Predictors: (Constant), EL dan EDM b. Dependent Variable: OC
Sumber: Data primer diolah, 2015 Uji Parsial (T)
Uji T dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (variabel ethical leadership dan ethical decision making terhadap variabel dependen budaya organisasi secara parsial. Patokan yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai signifikan yang dihasilkan dengan alpha 0,05 atau dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.
30 Tabel 10
Koefisien Regresi dan Uji Hipotesis Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t tabel t statistics Sig. B Std. Error Beta (Constant) H1= EL-BO H2= EDM-BO 9,470 1,803 1,9799 5,253 0.000 0,146 0,049 0,265 2,952 0.004 0,185 0.049 0,335 3,743 0.000 Sumber: Data primer diolah, 2015
Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Dari hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bukti empiris bahwa ethical leadership berpengaruh signifikan positif terhadap budaya organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya nilai etika dalam diri seorang pemimpin, maka akan mempengaruhi nilai budaya organisasi dan memberikan nilai outcomes dalam membentuk nilai budaya yang baru. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukkan nilai thitung untuk variabel ethical leadership terhadap
budaya organisasi lebih besar dari ttabel (2,952 > 1,9799) dengan tingkat
signifikasi (0,004 < α 0,05). Dengan demikian hipotesis pertama (H1) diditerima.
Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa ethical decision making berpengaruh signifikan positif terhadap budaya organisasi. Artinya semakin tinggi nilai etika dilibatkan dalam pengambilan keputusan, maka hal ini akan memberi dukungan positif dalam pembentukan nilai budaya organisasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis yang menunjukan nilai Thitung untuk variabel ethical
31
decision making 3,743 > 1,9799 dengan tingkat signifikansi 0,000 < α 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) didukung.
Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Berdasarkan pada hasil uji jalur path (multi stage) diperoleh hasil
analisis regresi pertama, ditemukan bahwa ethical leadership
berpengaruh signifikan pada ethical decision making (M) (p-value < 0,05) dengan unstandardized coefficients (a) = 0,467; hasil regresi kedua, ditemukan bahwa ethical leadership berpengaruh signifikan pada budaya organisasi (p-value < 0,05) dengan unstandardized
coefficients (c) = 0,232; dan hasil regresi ketiga, ditemukan bahwa
ethical decision making berpengaruh signifikan pada budaya, setelah
mengontrol variabel ethical leadership (p-value < 0,05) dengan koefisien regresi (b) = 0,185. Selanjutnya ditemukan direct effect c’ sebesar 0,146 yang lebih kecil dari c = 0,232. Pengaruh variabel independen ethical leadership terhadap variabel dependen budaya organisasi berkurang dan signifikan (p-value < 0,05), setelah mengontrol variabel mediator ethical decision making. Berdasarkan kriteria Baron dan Kenny (1986) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis mediasional terdukung dan hasil perbandingan menunjukan bahwa koefisien c' berkurang namun tetap signifikan (c' ≠ 0) maka hasil pemediasian dalam penelitian ini dinyatakan terjadi partial
32 Gambar 2 Model Mediasi
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada hipotesis pertama (H1) memberikan bukti empiris bahwa nilai etika dan moral miliki pengaruh yang besar terhadap ethical decision making. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa keterlibatan dan pemanfaatan nilai etika dan moral dalam pengambilan keputusan yang etis sebagai suatu integritas moral yang memiliki nilai esensial dari ethical leadership itu sendiri. Pembuktian empiris ini bertopan pada pemahaman Kohlberg dalam Wisesa (2011) yang menekankan pentingnya perhatian kepada kesadaran moral ini untuk memahami bagaimana keputusan etis diambil dan juga alasan etis mengapa seseorang mengambil keputusan tertentu (Rest, 1986; Trevino, 1992). Selain itu, penelitian Lincoln & Holmes (2011) dan Czupała (2013) menjelaskan bahwa keputusan etis di pengaruhi oleh karakteristik situasi moral dan nilai etika sebagai prediktor dalam pengambilan keputusan, dimana karakteristik nilai etika sebagai ukuran bagi karyawan untuk menilai aapakah keputusan yang diambil oleh pemimpin tersebut etis atau tidak. Maka dengan dukungan pemahaman ini dapat dijelaskan bahwa ethical leadership
33
dalam melibatkan nilai etika dan moral melalui ethical decision making dapat mempengaruhi karyawan dalam tugas karywan dalam organisasi.
Hasil analisis hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini menunjukan ethical decision making berpengaruh secara signifikan positif terhadap budaya organisasi. Hasil analisis ini memberikan bukti bahwa keputusan-keputusan yang dibuat pemimpin dalam organisasi sangat mempengaruhi kehidupan organisasi dan kesejahteraan orang lain. Penjelasan ini dapat dimengerti berdasarkan pemahaman yang diberikan oleh Treviño (1986) bahwa keputusan dan tindakan dapat menghasilkan konsekuensi sosial yang luar biasa terutama karyawan. Selain itu, Jones (1991) juga memberikan pemahaman bahwa pengambilan keputusan etis dalam organisasi menempatkan sedikit penekanan pada karakteristik etika itu sendiri, dimana nilai etika dalam keputusan tersebut dapat memberi respon positif dari karyawan dalam mendukung proses kerja dan mewujudkan tujuan organisasi. Dengan demikian, maka keputusan-keputusan etis yang dihasilkan oleh pemimpin sebagai suatu nilai outcomes bagi karyawan maupun organisasi.
Sehubungan dengan itu, hasil analisis hipotesis (H3) ethical decision making dalam memediasi peran ethical leadership terhadap budaya organisasi terdapat hubungan positif. Ini merupakan suatu bukti empiris bahwa dalam meneliti menghubungan ethical leadership dengan budaya organisasi, ethical decision making sebagai salah satu aspek atau faktor mendukung peran ethical leadership pada budaya organisasi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dalam mengimplementasikan nilai etika dan moral dari seorang ethical leadership untuk dinilai oleh karyawan/bawahan apakah pemimpin tersebut etis atau tidak yaitu salah satunya melalui pengambilan keputusan. Dalam hal ini pengambilan keputusan oleh pemimpin yang
34
memegang erat nilai etika dan moral dalam setiap tindakan mampu mewujudkan kepercayaan karyawan dan sebagai kunci kesuksesan organisasi serta sebagai model pemimpin yang dapat dipercaya, ditiru dan teladan bagi karyawan. Penjelasan ini didukung oleh pemahaman yang diberikan oleh Bandura (1986,1977) bahwa tiap tindakan yang dihasilkan dapat memberikan respon pada diri seseorang. Dengan demikian, tindakan maupun keputusan yang dipercaya dan dinilai etis akan selalu dipertahankan serta dapat dijadikan sebagai nilai personal dan nilai kolektif dan nilai-nilai yang dipertahankan tersebut lama kelamaan akan terbentuk dalam nilai budaya organisasi.