• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM TRANSPORTASI POLA PERGERAKAN PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM TRANSPORTASI POLA PERGERAKAN PEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM TRANSPORTASI KOTA

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2015

CRITICAL

REVIEW

3

(2)

POLA PERGERAKAN PENGGUNA KERETA API SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN

STASIUN TERPADU DI KAWASAN BERBASIS TRANSIT

(Studi Kasus: Stasiun Depok Baru, Kota Depok)

I. REVIEW ARTIKEL

Jurnal penelitian ini menitikberatkan pada masalah transportasi yang paling sering terjadi di wilayah perkotaan, yaitu kemacetan. Kemacetan sendiri

disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya akibat ketidakseimbangan antara

penyediaan (supply) dan kebutuhan (demand) sarana dan prasaran transportasi.

Permasalahan transportasi ini akan berimplikasi pada biaya sosial, pemborosan

energi, serta dampak negatif terhadap lingkungan. Repplogle (2006)

memperkenalkan Transit Oriented Development (TOD) sebagai suatu bentuk

solusi terhadap permasalahan transportasi. Transit Oriented Development (TOD)

adalah konsep pembangunan yang bersinergi dengan tata ruang, sehingga

perjalanan tidak menghabiskan banyak waktu dan lebih efisien.

Namun, hingga saat ini belum ada yang menerapkan konsep TOD tersebut

di Indonesia, kebanyakan hanya baru berupa gagasan pengembangan. Penelitian

ini melakukan peninjauan terhadap pola pergerakan pengguna stasiun, karena di

Indonesia sendiri informasi tersebut belum tersedia lengkap, sehingga

diharapkan dengan penelitian ini dihasilkan rekomendasi konsep pengembangan

stasiun terpadu di kawasan TOD. Kawasan penelitian adalah Stasiun Depok Baru

yang merupakan salah satu kawasan strategis untuk penerapan konsep TOD karena mobilitasnya yang tinggi dalam melayani pergerakan masyarakat di

Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi).

Penelitian menggunakan pendekatan literatur dan pendekatan supply-demand. Sedangkan analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif

kuantitatif, analisis statsitik deskriptif kualitatif, dan analisis korelasi untuk

mengetahui hubungan antar variabel penelitian. Responden dibatasi hanya untuk

para pengguna kereta api commuter line.

Ada dua jenis TOD, yaitu Urban TODs dan Neighborhood TODs (Calthorpe, 1993). Urban TODs berlokasi di perhentian jaringan utama angkutan kereta.

Sedangkan Neighborhood TODs berada di sepanjang lintasan bus dengan waktu

(3)

Berdasarkan karakteristik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Stasiun

Depok Baru merupakan TOD jenis Urban TOD. Variabel penelitian yang

digunakan adalah jenis kelamin, kepemilikan kendaraan, kegiatan yang dilakukan (tujuan pergerakan), pendapatan per bulan, dan pekerjaan. Sedangkan untuk

variabel karakteristik pola pergerakan yang digunakan meliputi variabel moda

transportasi yang digunakan, biaya transportasi yang dibutuhkan, waktu yang

dihabiskan, jarak yang ditempuh, teman saat melakukan pergerakan (sendiri

atau rombongan), dan frekuensi menggunakan kereta api (rutinitas pergerakan).

Agar menghasilkan rekomendasi pengembangan stasiun yang efektif dan

efisien dibutuhkan penelitian yang berfokus pada pengembangan konsep TOD,

seperti guna lahan di kawasan sekitar, peran stasiun terhadap kawasan TOD, aksesibilitas pejalan kaki, pengendara sepeda, pengguna moda transportasi

umum, pengguna kendaraan pribadi, integrasi antarmoda di sekitar stasiun,

manajemen parkir, serta fasilitas penunjang di dalam stasiun.

Penggunaan lahan di kawasan sekitar Stasiun Depok Baru didominasi oleh

permukiman, namun terdapat pula penggunaan lahan perdagangan dan jasa,

kantor pemerintahan, dan tanah kosong yang dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan stasiun. Kondisi fasilitas penunjang di Stasiun Depok Baru kurang terawat dan memadai, sehingga tidak memenuhi kepuasan dan kenyamanan

penumpang. Jarak antara stasiun dengan pusat moda transportasi cukup dekat

dan moda transportasi yang tersedia cukup banyak, hanya saja aksesibilitas

menuju pusat-pusat pemberhentian moda transportasi tersebut tidak baik. Hal ini

disebabkan karena tidak tersedianya fasilitas penghubung stasiun dengan

terminal, sehingga penumpang harus berjalan kaki di jalur umum. Terdapat dua

titik kemacetan di sekitar stasiun, yaitu di sepanjang Jalan Margonda Raya dan di

Jalan Arif Rahman Hakim.

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh karakteristik sosial dan ekonomi dalam pengembangan stasiun terpadu di kawasan TOD. Responden merupakan

penduduk usia produktif, yaitu berkisar antara 15-48 tahun, dengan pendapatan

per bulan sekitar Rp 2.000.000,00-Rp 2.999.999,00 (diatas UMR rata-rata Kota

Depok). Biaya transportasi yang dikeluarkan per bulannya oleh responden

pengguna kereta api di stasiun Depok sebesar Rp 500.000,00-Rp 999.000,00,

dan membutuhkan waktu pergerakan sekitar 60-89 menit. Moda transportasi

yang digunakan pengguna kereta api Stasiun Depok ada lima jenis, yaitu berjalan

(4)

ride informal), motor dan mobil yang diparkir di kawasan stasiun (park and ride),

dan hanya drop off motor atau mobil (kiss and ride). Dari kelima jenis moda

transportasi tersebut yang paling banyak digunakan adalah feeder and ride dan park and ride. Pengguna kereta api di Stasiun Depok Baru pada umumnya adalah

para commuter yang secara rutin menggunakan kereta api setiap harinya.

Selain karakteristik sosial dan ekonomi, dibutuhkan pula preferensi

pengguna kereta api di Stasiun Depok Baru. Hasil identifikasi preferensi

menyatakan bahwa 91% pengguna membutuhkan parkir umum khusus. Dan

untuk kemudahan menemukan moda transportasi disekitar kawasan stasiun,

55% responden menyatakan bahwa mudah ditemukan. Sedangkan untuk

sirkulasi dan kenyamanan pejalan kaki, 45% responden menyatakan akan berjalan kaki jika tersedia fasilitas pejalan kaki yang nyaman dan aman.

Aspek guna lahan sekitar stasiun merupakan salah satu aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan TOD. Kondisi penggunaan

lahan di sekitar kawasan Stasiun Depok Baru didominasi oleh kawasan

permukiman dibandingkan komersial, jasa, dan perkantoran. Sedangkan dalam

pengembangan konsep Urban TOD, proporsi permukiman harus lebih sedikit dari

ketiga sektor tersebut. Sehingga diperlukan pengembangan guna lahan berbasis

mixed-use development. Dengan mixed use, maka proporsi guna lahan berubah

menjadi 30-70% perkantoran, 30-70% komersial dan jasa, 10-60% permukiman,

dan 5-15% ruang terbuka.

Karakteristik stasiun terpadu di kawasan TOD meliputi aman, nyaman,

atraktif, informatif, dan dapat menjadi ruang sosial bagi para penggunanya.

Stasiun terpadu tidak hanya harus terintegrasi dengan moda transportasi yang

ada disekitar, tetapi juga harus terintegrasi dengan guna lahan di kawasan

sekitar stasiun. Semenjak direnovasi dan penggusuran PKL, keadaaan stasiun

menjadi sepi dan tidak nyaman, bahkan menjadi kawasan rawan kriminalitas. Tidak tersedianya jalur khusus pejalan kaki pun membuat para pengguna lebih

memilih menggunakan angkutan umum atau transportasi pribadi untuk

mengakses stasiun. Padahal dalam pengembangan kawasan TOD, akses pejalan

kaki adalah hal yang paling diutamakan. Kenyamanan pejalan kaki dapat

mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, sehingga masalah kemacetan dapat

(5)

II. CRITICAL REVIEW ARTIKEL

Center for Sustainable Development (1997) mendefinisikan sistem

transportasi yang berkelanjutan sebagai suatu sistem yang menyediakan akses terhadap kebutuhan dasar individu atau masyarakat secara aman dan dalam cara

yang tetap konsisten dengan kesehatan manusia dan ekosistem, serta dengan

keadilan masyarakat saat ini dan masa datang. Hal inilah yang mendasari

kota-kota di dunia melakukan pengembangan sistem transportasi yang berorientasi

pada Sustainable Transportation.

Penambahan jumlah angkutan umum sebagai salah satu solusi mengatasi

kemacetan tidak berlaku lagi untuk saat ini, pasalnya dengan jumlah yang

sekarang saja dampak gangguan lalu-lintas akibat operasi angkutan umum di jalan sangatlah besar, serta kebutuhan akan transportasi terus berkembang

pesat tetapi perkembangan penyediaan sarana dan prasarana transportasi tidak

bisa mengimbanginya. Solusi lain yang dapat ditawarkan adalah pengembangan

sistem angkutan massal berbasis rel. Namun melihat kondisi angkutan rel di

Indonesia saat ini perannya masih kurang terasa dalam mengatasi permasalahan

transportasi yang ada. Untuk itu, agar transportasi umum berbasisi rel dapat

melaksanakan peran yang seharusnya maka diperlukan suatu strategi inovatif yang mengedepankan integrasi antara penggunaan lahan dengan transportasi,

salah satunya melalui konsep Transit Oriented Development (TOD). Konsep TOD

sendiri bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi

ketergantungan terhadap pemakaian kendaraan pribadi dan meningkatkan

penggunaan transportasi publik melalui penataan kawasan yang berorientasi

pada titik-titik transit. Titik transit yang dimaksud dalam konteks penelitian kali

ini adalah Stasiun Depok Baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam konsep ini

adalah fokus pengembangan tidak hanya menitikberatkan pada Stasiun Depok

Baru, tetapi juga kawasan di sekitar stasiun sebagai pemberi pengaruh dalam mendorong penggunaan angkutan umum berbasis rel (kereta api).

Dalam pengoperasiannya Stasiun Depok Baru mayoritas digunakan oleh

para commuter yang bertempat tinggal di Depok dan melakukan aktivitas

keseharian di Jakarta. Sehingga pengembangan stasiun sangat berpengaruh

terhadap masalah transportasi di kedua kota. Jika para commuter Depok-Jakarta

menggunakan angkutan umum berbasis rel (kereta api), maka akan mengurangi

penggunaan kendaraan pribadi dan mengurangi penumpukan kendaraan di Kota

(6)

Dalam pengembangan stasiun terpadu dibutuhkan kondisi eksisiting

stasiun dan karakteristik kawasan di sekitar stasiun, serta preferensi pengguna

stasiun. Hasil penelitian membuktikan bahwa karakteristik sosial dan ekonomi pengguna Stasiun Depok Baru berkolerasi dengan pola pergerakan yang

dilakukan. Dimana hubungan yang terjadi antar variabel dalam karakteristik

sosial dan ekonomi, pola pergerakan, serta preferensi pengguna adalah korelasi

langsung maupun tidak langsung. Untuk karakter kawasan sekitar stasiun pada

umumnya didominasi oleh permukiman sehingga dibutuhkan pengembangan

guna lahan berbasis mixed-use development. Pada kasus ini peneliti hanya

menggunakan proporsi guna lahan yang sesuai dengan ketetapan, seharusnya

untuk menetapkan proporsi jenis penggunaan lahan yang harusnya dikembangkan di sekitar kawasan Stasiun Depok Baru diperlukan penelitian lebih

lanjut. Hal ini juga berkaitan dengan kecendrungan atau karakteristik wilayah

terhadap sektor penggunaan lahan yang dianggap paling mendorong

penggunaan Stasiun Depok Baru. Seperti halnya dalam jurnal penelitian

“Keterkaitan Karakteristik Kawasan Transit Oriented Development (TOD)

terhadap Tingkat Penggunaan Kereta Komuter Koridor Surabaya-Sidoarjo” yang

melakukan analisis terhadap korelasi jenis penggunaan lahan dengan jumlah penggunaan kereta komuter. Setelah didapatkan proporsi guna lahan kemudian

diidentifikasi menggunakan nilai mixed use entrophy index untuk mengetahui

kombinasi keberagaman guna lahan yang paling berpengaruh.

Selain karakteristik penggunaan lahan, pola pergerakan pengguna Stasiun

Depok Baru juga sangat berpengaruh terhadap pengembangan stasiun terpadu.

Kebanyakan dari pengguna lebih memilih menggunakan angkutan umum ke

stasiun dibandingkan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini

disebabkan karena tidak tersedianya jalur khusus pejalan kaki sehingga pejalan

kaki harus melewati bangunan-bangunan perdagangan dan jasa serta kondisi jalan yang kurang baik. Para pengguna juga tidak menggunakan kendaraan

pribadi karena di stasiun tidak tersedia parkiran yang layak dan terintegrasi

dengan stasiun. Sehingga diharapkan dengan adanya konsep pengembangan Transit Oriented Development (TOD) dapat mengintegrasikan seluruh elemen

yang ada di Stasiun Depok Baru, terutama mengintegrasikan stasiun dengan

pusat-pusat pemberhentian moda transportasi.

Dalam mengembangkan konsep Transit Oriented Development (TOD) pada

(7)

untuk menjadikan Transit Oriented Development (TOD) sebagai solusi alternatif

dalam mengatasi permasalahan kemacetan di perkotaan atau dalam penelitian ini

kota Depok, maka diperlukan penelitian secara makro terhadap stasiun-stasiun yang ada di Kota Depok.

Jika merujuk pada salah satu kota dengan jaringan transportasi terbaik di

dunia, Kota Curitiba, Brazil, yang berhasil menerapkan sistem pengintegrasian

transportasi secara efektif dan efisien. Kota Curitiba menggunakan bus sebagai

alat transportasi umum paling utama, dimana dalam pengoperasiannya

menggunkan sistem transit, jadi terminal busnya berperan seperti stasiun kereta

api. Busway dengan sistem transit ini menunjukkan bahwa dengan perencanaan

dan pengaturan yang baik, busway dapat mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak dengan kecepatan yang sama seperti LRT atau teknologi trem.

Kapasitas busway diperkirakan mampu menampung 14.000 penumpang per jam

per arah, volume ini jauh diatas permintaan angkutan umum di sebagian koridor

di Amerika dan kota-kota maju lainnya. Keterpaduan guna lahan dengan

transportasi adalah fokus utama dari Curitiba untuk dapat mengembangkan

sistem transit yang terintegrasi dan penggunaan lahan yang dapat membawa

manfaat besar. Teminal transit busway tidak berjarak jauh satu sama lain, sehingga masyarakat dapat mengekasesnya dengan mudah, di sekitar jalan

busway adalah daerah industri atau area perdagangan dan jasa, sehingga

penduduknya dalam melakukan aktivitas banyak yang berjalan kaki atau

menggunakan busway.

III. KESIMPULAN

Jurnal penelitian ini membahas tentang bagaimana korelasi antar

karakteristik sosial-ekonomi pengguna Stasiun Depok Baru dan guna lahan

sekitar kawasan stasiun terhadap pengembangan Stasiun Depok Baru yang terpadu. Hasil analisa menyatakan bahwa semua variabel saling berkolerasi

sehingga dapat menghasilkan usulan rekomendasi untuk pengembangan stasiun

terpadu dalam kawasan Transit Oriented Development (TOD). Pengembangan

stasiun tidak hanya berdasar pada karakteristik fisik, tetapi juga kebutuhan dan

preferensi pengguna. Sistem Transit Oriented Development (TOD) yang efektif

dan efisien terbukti mampu mengatasi permasalahan transportasi, karena TOD

(8)

mengembangkan kawasan di sekitar stasiun hingga pusat-pusat moda

transportasi umum lainnya.

Dalam mengatasi permasalahan kemacetan dibutuhkan pengembangan menyeluruh terhadap sistem transportasi kota. Jadi pengembangan tidak hanya

berfokus pada satu pusat moda transportasi, tetapi juga perlu pengintegrasian

antar moda. Sistem transportasi yang berkelanjutan tidak hanya mengatasi

permasalahan saat ini, tetapi juga masalah di masa depan. Prediksi yang tepat

dibutuhkan agar jika terjadi peningkatan permintaan di masa depan tidak akan

(9)

Daftar Pustaka

Alicia Fazzano, F. a. (2004). Metropolitan Economic Strategy Report. Curitiba, Brazil: Global Urban Development.

CURITIBA. (t.thn.). CURITIBA BRAZIL, BRT CASE STUDY. TRC Report 90, Volume 1.

Isa, M. H., & Handayeni, K. (2013). Keterkaitan Karakteristik Kawasan Transit berdasarkan Prinsip Transit Oriented Development (TOD) terhadap Tingkat Penggunaan Kereta Komuter Koridor Surabaya-Sidoarjo. Surabaya: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS.

Mauliawati, T. A., & Indradjati, P. N. (t.thn.). Pola Pergerakan Pengguna Kereta Api sebagai Dasar Pengembangan Stasiun Terpadu Di Kawasan Berbasis Transit. Bandung: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.

Referensi

Dokumen terkait

 besar bila menggunakan arteri brakialis menggunakan arteri brakialis karena ada karena ada pembuluh darah besar t pembuluh darah besar terletak di dekat erletak di dekat arteri

Apabila ditinjau dari sudut pandang pengguna jasa akuntansi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu dan atau aktivitas jasa yang menyediakan

Analisa harga satuan didapatkan dari SNI di masukkan harga sesuai dengan harga bahan dan tenaga ketentuan PU didaerah prambanan, sehingga untuk rancangan anggaran

Sebanyak 20 isolat yang diisolasi dari rizosfer kacang polong di daerah Aligarh dari utara Pradesh, India, sebanyak 3 isolat (15%) isolat mempunyai tingkat yang

Jika perjanjian perkawinan yang telah dibuat suami isteri tidak dilaksanakan atau terjadi pelanggaran terhadap perjanjian yang dibuat, maka secara otomatis memberi

Aku teringat saat bertanya kepada ibu ku sendiri (yang pertalian darahnya begitu berarti segala­galanya), “Ji­ ka si anu bukan keluarga kita, akankah aku meng hormati nya sampai

Ketiga, Memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakan Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan luhur,