• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Non Muslim Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Lkms) (Study Kasus Pada Masyarakat Non Muslim Di Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat Non Muslim Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Lkms) (Study Kasus Pada Masyarakat Non Muslim Di Depok)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT NON MUSLIM TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)

(Study Kasus pada Masyarakat Non Muslim di Depok)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy)

Oleh :

Ayu Pripuspita NIM : 109046100229

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

RESPON MASYARAKAT NON MUSLIM TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)

(Study Kasus pada Masyarakat Non Muslim di Depok)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh : Ayu Pripuspita NIM : 109046100229

Dibawah Bimbingan

Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. NIP. 197412132003121002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)

iii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar respon masyarakat non muslim di Depok terhadap kehadiran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang dikenal sebagai salah satu lembaga Islam dan mempunyai sasaran nasabah utama yaitu dari kalangan menengah ke bawah. Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat kehadiran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) semakin dikenal dan dijadikan sebagai salah satu lembaga Islam yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi & sosial masyarakat non muslim di Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan empiris, dimana penulis menyebarkan kuesioner dan menggunakan Two Stage Cluster Sampling dalam teknik pengambilan sample. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda untuk menguji pengaruh antara variabel faktor sosial, produk, pelayanan, lokasi, dan syariah terhadap respon masyarakat non muslim di Depok.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini didapat berdasarkan analisis kuesioner yang telah disebar ke responden-responden masyarakat non muslim di Depok, dan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi masyarakat non muslim di Depok terhadap kehadiran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah faktor sosial. Dimana hasil kuesioner menunjukkan bahwa pengaruh tingkat sosial mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan nilai faktor-faktor lainnya. Selanjutnya, bila dilihat dari nilai Koefisien Determinasi (R Square ( ) presentase pengaruh variabel faktor sosial, faktor produk, faktor pelayanan, faktor lokasi, dan faktor syariah terhadap respon masyarakat non muslim di Depok sebesar 50.1% dan sisanya sebesar 49.9% dijelaskan oleh faktor lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel faktor sosial, faktor produk, faktor pelayanan, faktor lokasi, dan faktor syariah berpengaruh secara signifikan terhadap respon masyarakat non muslim di Depok.

Kata kunci : Respon, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), Regresi Linier Berganda

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung yang memiliki pengetahuan yang luas meliputi langit dan bumi. Alhamdulillah dengan izin dan rahmat Nya, Dia menganugrahi kita dapat bertahan hidup dan mengembangkan diri. Shalawat serta salam seantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad S.A.W yang merupakan gudang ilmu-Nya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Janjang Pendidikan Strata Satu pada Program Studi Ekonomi Konsentrasi Perbankan Syariah. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membuat dan terlibat dalam proses pembuatan skripsi yang berjudul

“RESPON MASYARAKAT NON MUSLIM TERHADAP LEMBAGA

KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)”, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma. S.H., M.A., M.M. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag, selaku sekretaris Program Studi Mu’amalat Konsentrasi Perbankan Syariah dan Bapak H. Azharuddin Latif M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Mu’amalat Konsentrasi Perbankan Syariah.

(6)

v

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan segala pengetahuan kepada penulis sehingga dapat membuka wawasan dan pengetahuan bagi penulis terutama dalam pembelajaran di bidang ekonomi Islam.

5. Ibu Ir. Tri Wahyuningtyas dan Bapak Ir. Dwi Supriyono Hidayat selaku orang tua yang telah menambah ketenangan lahir dan batin, baik materil maupun spiritual sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Kepada adik-adikku yang selalu setia mendukung dalam usaha dan doa Irwan Hidayah, Tsurayya Hidayah, Saniya Hidayah, Muhammad Fahri Hidayat, Muhammad Hifzul Ikhsan Hidayat, Annisa Nazwa Khairina Hidayah, dan Alya Fakhira Hidayah.

6. Karina Dwi Lestari, Ibnatul Wadhiyyah, Chitra Dwiratih Aviza, dan Darawati yang telah berjuang bersama dalam proses pembuatan skripsi ini. Juga kepada teman-teman PS-G yang telah memberi semangat setiap saat dalam bentuk usaha dan doa.

7. Semua pihak yang pasti tidak sedikit dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung terutama dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vi

dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan penulis. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca serta rekan-rekan mahasiswa senantiasa penulis nantikan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Jakarta, 16 Januari 2014 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Januari 2014

(9)

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING……… i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN……….. ii

ABSTRAK ………. iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

LEMBAR PERNYATAAN ………. vii DAFTAR ISI ………. viii DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ……….. 5

C. Perumusan Masalah ………... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 7

E. Review Study Terdahulu ……….…... 9

F. Sistematika Penulisan ………. 11

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian dan Teori Respon ……… 12

B. Kerangka Teori dan Konsep LKMS …………...………. 15

C. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ………. 19

D. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ……….. 23

E. Koperasi Syariah ……….... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian ……… 31

B. Jenis Penelitian ……….. 31

C. Jenis Data dan Sumber Data ……….... 32

D. Populasi dan Sampel ………. 33

E. Teknik Pengumpulan Data ………... 36

F. Konseptual Variabel Penelitian ……….... 37

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 38

(10)

ix

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

A. Profil Responden ……… 52

B. Hasil Kuesioner ……….. 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 74

B. Saran ………... 75

DAFTAR PUSTAKA ………. 77

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konsep ……….. 19

Tabel 3.1 Daftar Masyarakat Berdasarkan Agama 1 Tahun Terakhir …. 34 Tabel 3.2 Uji Validitas Variabel Sosial ………….……… 41

Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Produk ….…….……… 42

Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Pelayanan ….…….……...……… 43

Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Lokasi …..….…….……...……… 43

Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Syariah …..……….……...……… 44

Tabel 3.7 Uji Validitas Variabel Respon …..….…………...……… 44

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas ……….……….... 45

Tabel 4.3 Sistem Syariat Islam yang Diterapkan LKMS ……… 55

Tabel 4.4 Kalangan Promosi Produk ………. 57

Tabel 4.10 Uji Autokorelasi ……… 66

Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R Square ( )) ……… 67

Tabel 4.12 Uji T ………... 68

Tabel 4.13 Uji F ………... 69

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Halaman

Gambar 4.1 Jenis Kelamin dan Usia ……… 52

Gambar 4.2 Pendidikan ………. 53

Gambar 4.5 Kecepatan dan Ketepatan Karyawan terhadap Nasabah …… 59

Gambar 4.6 Keprofesionalan Pegawai LKMS ……… 60

Gambar 4.7 LKMS dari Sudut Pandang Agama ……… 62

Gambar 4.8 Heterokedastisitas ………... 64

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemiskinan merupakan salah satu kendala terbesar yang dihadapi oleh sebuah negara, salah satunya adalah Indonesia yang mengalami krisis hingga menyebabkan kemiskinan yang merajalela hingga ke pelosok negeri, hal ini terjadi pada pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi berkepanjangan tersebut telah melumpuhkan seluruh sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Terutama sektor ekonomi dan keuangan yang menunjukkan penurunan yang drastis. Nilai tukar rupiah naik tak terkendali dan selanjutnya berdampak pada jumlah utang yang kian membesar sementara daya beli masyarakat merosot tajam. Perbankan selaku penggerak perekonomian nasional tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai stabilisator dan mobilisator perekonomian nasional karena mengalami negative spread sehingga negara terpaksa harus berhutang pada lembaga keuangan Internasional, untuk menyelamatkan perekonomian negara ini.1

Selama krisis tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi kinerja yang relative baik. Dengan kemampuan menghadapi krisis tersebut pemerintah Indonesia mulai berfikir untuk mengembangkan perbankan yang berbasis syariah di Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah merubah peraturan Undang-Undang No. 7 tahun 1992

1

(14)

2

menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk Surat Keputusan (SK) direksi BI/Peraturan Bank Indonesia, telah memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dan pada tahun 1999 dikeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan, Bank Indonesia dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah, yang disempurnakan dengan Undang-Undang pokok Bank Indonesia No. 3 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Bank Syariah.2Pengertian Bank Syariah menurut Undang-undang No.10 tahun 1998, bank syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah (prinsip bagi hasil) yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.3

Dengan keistimewaan yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional, lembaga-lembaga keuangan syariah diharapkan mampu mengembangkan sistem ekonomi yang tidak mengandung unsur keberpihakan dan mampu mengedepankan ekonomi masyarakat miskin atau ekonomi rakyat. Adapun keistimewaan lembaga keuangan syariah dapat dilihat dari asas-asasnya yaitu asas perekonomian Islam perekonomiannya dibangun atas dasar beberapa pondasi yaitu asas keadilan, kejujuran, kesabaran, dan keberanian. Asas yang kedua adalah perbankan islam

2

Ahmad Rodoni, Zikrul Hakim, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h.12.

3

(15)

3

mempunyai tujuan agar kaum muslimin dan semua manusia secara umum mendapatkan penghidupan yang halal, maju, dan sejahtera. Selanjutnya asas yang ketiga adalah didalam bermuamalah umat islam tidak hanya mengejar keuntungan materi semata, namun juga mengejar keuntungan akhirat. Asas yang keempat untuk mendapatkan kesempatan mewujudkan kesejahteraan individu dan masyarakat, islam pun turut mengatur dengan sistem ta’awun (kerja sama) yang syar’i. Asas yang kelima atau yang terakhir islam melarang semua jual beli yang di dalamnya ada unsur penipuan, spekulasi, dan riba.4

Bank syariah yang berdiri pertama kali di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 November 1991 yang mampu mendobrak perekonomian Indonesia yang tengah mengalami keterpurukan. Namun keberhasilan Indonesia bangkit dari keterpurukan ekonomi tidak bisa lepas pula dari peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Kedudukan LKMS yang antara lain dipresentasikan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Koperasi Syariah sangat vital menjangkau transaksi syariah di daerah yang tidak bisa dilayani oleh bank umum maupun bank yang membuka unit syariah.5

Lembaga keuangan syariah dianggap oleh sebagian orang sebagai alternatif bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem ekonomi kapitalis, sebuah sistem

4

Akuntansi Syariah, “Asas Transaksi Syariah”, artikel ini diakses pada 30 april 2013 dari http://almawadah.or.id.

5

(16)

4

ekonomi yang sudah lama mendunia yang selalu mengutamakan kekayaan pribadi berdampak pada ketidakmerataan distribusi kekayaan sehingga banyak terjadi kesengsaraan. Namun sisi lain, tidak sedikit masyarakat yang masih menganggap bahwa sistem ekonomi syariah hanya hadir untuk masyarakat muslim.6

Namun masyarakat masa kini kebanyakan dari mereka mulai sadar bahwa bank-bank konvensional yang ada saat ini tidak bisa menjadi solusi terbaik dari problem-problem yang masyarakat hadapi, sehingga masyarakat melirik kembali ajaran Islam yang bebas riba. Perbankan syariah dan LKMS merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegitan usaha dan kegiatan lainya sesuai dengan hukum Islam sebagaimana yang diatur dalam Al-Qur’an dan Al -Hadist.7

Mengutip dari bukunya M. Syafi’i Antonio yang berjudul ” Bank Syariah

Dari Teori Ke Praktek” menyatakan bahwa: Orang-orang Yahudi dilarang mempraktikan pengambilan bunga. Pelarangan ini banyak terdapat dalam kitab suci mereka, baik dalam Old Testament (Perjanjian Lama) maupun Undang-undang Talmud. Kitab Deuteronomy pasal 23 ayat 19 menyatakan : “Janganlah engkau

6

Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketting (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2006), h.25.

7

(17)

5

membungakan uang kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan, atau

apapun yang dapat dibungakan”.8

Kelembagaan syariah terutama LKMS, yang akan dibahas oleh penulis, menjadi lembaga yang juga diperhitungkan oleh masyarakat non muslim karena larangan riba memiliki akar yang kuat pula bagi ajaran-ajaran non-muslim. Menurut agama Kristen riba adalah perbuatan yang tidak berkeprimanusiaan, demikian dengan ajaran hindu dan budha.9 Untuk mengembangkan LKMS yang berprinsip syariah perlu adanya peningkatan sosialisasi agar masyarakat dapat mengenal produk-produk yang ditawarkan secara mendalam dan tidak terdengar asing. Karena diperlukan adanya informasi yang lengkap bagaimana respon dan tingkah laku masyarakat non muslim terhadap LKMS.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penelitian yang berjudul “Respon Masyarakat Non Muslim

terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)”.

B. IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH

Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, LKMS yang salah satu didalamnya termasuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Koperasi Syariah, melakukan upaya-upaya agar produk-produknya

8

M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: dari Teori dan Praktek, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.43.

9

(18)

6

menjadi produk yang unggul. Sehingga LKMS mampu untuk mendapatkan modal yang cukup untuk melakukan kegiatan operasional yang gunanya untuk menyalurkan dana-dana dari pihak ketiga ke masyarakat, mendapat perhatian yang lebih di kalangan masyarakat, dan lain sebagainya. Dewasa ini pertumbuhan LKMS secara kuantitas demikian semakin pesat, terus bertambah hingga mencapai sekitar 50 ribu unit.10

Meningkatnya pertumbuhan LKMS membuat ketertarikan sendiri bagi masyarakat, baik masyarakat muslim maupun non-muslim. Salah satu alasannya adalah dari aspek ekonomi, penyerahan resiko terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan11. Bukan berarti ditengah-tengah ketertarikan masyarakat mengenai LKMS ini tidak menimbulkan pro dan kontra. Beberapa kalangan di masyarakat masih menganggap tabu tentang perbedaan system ekonomi yang ada. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas respon masyarakat non muslim di Depok terhadap LKMS. Di dalam penelitian sebelumnya telah dibahas tentang respon masyarakat non muslim terhadap perbankan syariah. Namun penulis beranggapan bahwa materi tentang perbankan syariah sudah menjadi bahan yang umum digunakan di dalam penelitian. Sehingga materi tentang LKMS hampir terlupakan, dalam hal ini penulis belum menemukan respon masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Mikro

10 Binti Innayatuz Zahra,”Peranan LKMS Serta Pengaruhnya terhadap UMKM Sebagai

(19)

7

Syariah (LKMS) dan penulis beranggapan materi ini menjadi menarik untuk diangkat agar tidak melebar pembahasannya.

C. PERUMUSAN MASALAH

Melihat bahwa perumusan masalah yang akan ditulis oleh penulis sangat luas. Maka penulisan skripsi ini hanya dikhususkan hanya untuk masyarakat Depok dan pula hanya untuk kalangan masyarakat non muslim.

Adapun secara spesifik perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana respon masyarakat non muslim di Depok terhadap LKMS ? 2. Faktor apakah yang membuat keberadaan LKMS diterima kehadirannya

oleh masyarakat non muslim di Depok ? D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat di Depok mengenai keberadaan LKMS di sekitar mereka.

(20)

8

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang positif bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang LKMS dan ingin berkecimpung di dalamnya sebagai nasabah atau pun lain sebagainya.

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan akademisi dan praktisi untuk menambah wawasan tentang tidak hanya mengetahui pendapat masyarakat muslim tentang hadirnya LKMS di sekitar Depok namun juga mengetahui respon masyarakat di kalangan non muslim.

(21)

9

E. REVIEW STUDY TERDAHULU

1

Identitas Rifa’atul Machmudah (2009)

Judul Skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT

NASABAH NON MUSLIM MENJADI NASABAH DI BANK SYARIAH

Objek CIMB Niaga Syariah Cabang Semarang

Hasil Kesimpulan Dari 6 variabel berikut: lokasi, pelayanan, religius stimuli, reputasi, profit sharing, dan promosi. Factor yang paling banyak mempengaruhi nasabah non muslim menjadi nasabah yaitu profit sharing. hal ini dikarenakan nasabah non muslim ingin memperoleh keuntungan bagi hasil yang banyak dan bagi hasil yang diberikan oleh pihak bank cukup tinggi, faktor selanjutnya adalah pelayanan, promosi, lokasi, reputasi dan yang mempunyai pengaruh terkecil dalam mempengaruhi minat nasabah non muslim adalah religius simuli. Hal ini ini disebabkan karena

mayoritas nasabah non muslim hanya lebih condong ke faktor ekonomi.

Pembeda Objek yang akan diteliti oleh penulis lebih mengarah kepada LKMS.

2

Identitas Muhammad Gufron Hidayat (2011)

Judul Skripsi PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

DALAM MELAKUKAN PEMBIAYAAN DI SEKTOR AGRIBISNIS

Objek BMT Miftahussalam Ciamis dan KOPONTREN Al-Ittifaq Bandung

Hasil Kesimpulan BMT Miftahussalam Ciamis menerapkan strategi:

1. peningkatan jumlah pembiayaan yang berbeda dengan menerapkan pola singkronisasi bidang peternakan dan pertanian sehingga mengurangi resiko belanja pupuk. 2. BMT Miftahussalam Ciamis dan KOPONTREN Al-Ittifaq Bandung mengelompokkan nasabah dalam kelompok-kelompok dan kemudian memberikan bimbingan yang intensif.

Pembeda Penulis lebih mengarahkan ke respon mayarakat non muslim terhadap LKMS.

3 Identitas Evi Yupitri dan Raina Linda Sari (2012)

(22)

10

MEMPENGARUHI NON MUSLIM MENJADI

NASABAH BANK SYARIAH MANDIRI DI MEDAN

Objek Bank Syariah Mandiri di Medan

Hasil Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pengaruh fasilitas, promosi dan produk Bank Syariah Mandiri terhadap pemilihan nasabah non muslim menjadi nasabah Bank Syariah Mandiri, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:

Variabel fasilitas memiliki pengaruh yang sedang yaitu 0,469 terhadap nasabah non muslim untuk menjadi nasabah di Bank Syariah Mandiri. Variabel promosi pengaruh yang kuat yaitu 0,730 terhadap terhadap nasabah non muslim untuk menjadi nasabah di Bank Syariah Mandiri. Variabel produk memiliki pengaruh yang kuat yaitu 0,529 terhadap nasabah non muslim untuk menjadi nasabah di Bank Syariah Mandiri.

(23)

11

F. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI. Bab ini terdiri dari teori-teoris yang berkaitan dengan: Kerangka teori dan konsep, landasan teori yang mana mencakup tentang pengertian pengertian, aspek-aspek, dan jenis-jenis persepsi. Pengertian LKMS, contoh-contoh LKMS, landasan hukum, tujuan, dan ruang lingkupnya, serta ciri-ciri atau prinsip-prinsip yang juga menyangkut tentang BPRS, BMT, dan Koperasi Syariah.

BAB III : METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan masalah, pengumpulan data, populasi dan sample, dan analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA. Merupakan bagian analisa dan pembahasan. Bab ini membahas tentang pengujian dan hasil analisa data, pembahasan hasil analisa data dan jawaban atas pernyataan yang ada dalam perumusan masalah.

(24)

12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dan Teori Respon

Respon adalah aksi reaksi yang muncul dari suatu masalah terhadap khalayak. Didalam kamus lengkap psikologi, respon merupakan suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau suatu kuesioner, sembarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi ataupun tersamar.12 Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan sikap. Menurut Walgito, dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu, maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul respon positif yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, dan respon negative yakni apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek tertentu.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pra-pemahaman yang mendetail, rasa takut,

12

(25)

13

ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Diketahui bahwa pengungkapan sikap dapat melalui pengaruh atau penolakan , penilaian, suka atau tidak suka , kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologis

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu.13

Berdasarkan teorinya respon terbagi menjadi 3 komponen, yaitu komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif, komponen ini merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen afektif, kita akan membicarakan kebutuhan mencari identitas, kebutuhan akan nilai, dan kebutuhan akan pemenuhan diri. Selanjutnya adalah komponen kognitif, komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual, yaitu berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan. Adapun yang dimaksud dengan kepercayaan adalah keyakinan benar atau salah atas sesuatu dengan dasar bukti, sugesti, otoritas, pengalaman, atau intuisi.

13

(26)

14

Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsikan realitas, serta memberi dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap. Kepercayaan dapat dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

Terakhir adalah komponen konatif, komponen konatif pengertiannya yaitu aspek volisional, yaitu berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak. Komponen konatif dalam faktor sosiopsikologis adalah kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan dapat dipandang sebagai hasil dari proses pelaziman yang berlangsung lama dan diulang berkali-kali. Dengan adanya kebiasaan kita dapat meramalkan perilaku seseorang. Kemauan berkaitan dengan tindakan sebagaimana ada definisi yang menyatakan bahwa kemauan adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.14

Ada beberapa hal yang menjadi faktor dalam respon yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yaitu unsur jasmani dan rohani. Maka dari itu seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila ada salah satu unsur yang terganggu makan akan berbeda pula hasil tanggapan yang intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara orang yang satu dengan orang yang lain. Faktor eksternal adalah faktor yang ada pada lingkungan (faktor pisis). Faktor ini intensitas

14

Jonathan Sarwono, Pintar Menulis Karya Ilmiah : Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah

(27)

15

dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya, menyatakan bahwa factor pisis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indra.15

Macam-macam respon yang dipelopori oleh Skinner. Dalam teori ini disebutkan bahwa ada dua macam respon, yaitu Respondent response (reflexive response atau respondense behavior) respon ini ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut electing stimuli yang sifatnya relatif tetap dan terbatas serta hubungan antara stimulus dan respon sudah pasti sehingga kemungkinan untuk dimodifikasi kecil. Operant response (Instrumental response atau Instrumental behavior) adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu, yang biasa disebut reinforcing stimuli atau reinforcer. Perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme sehingga sifatnya mengikuti.16

B. Kerangka Teori dan Konsep LKMS

Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah lembaga yang didirikan untuk menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat dan menyalurkannya dalam skala mikro dengan berdasar prinsip syariah. Lembaga Keuangan Mikro syariah (LKMS) terdiri dari berbagai lembaga diantaranya BPRS (Bank Perkreditan Mikro Syariah), BMT (Baitul Mal Wat Tanmil), serta Koperasi

15

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogya: Universitas Gajah mada, 1996), h.55. 16

(28)

16

Syariah. Ketiga lembaga tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi satu sama lain dan berhubungan erat dengan lembaga syariah lainnya yang lebih besar.17

Adapun dalam definisi yang digunakan dalam Microedit Summit (1997) yang dilanjutkan dengan Microedit Summit di New York tahun 2002, kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai proyek yang mereka kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya “programmes extend small loans to very poor for self employment project that generate income, allowing them to care for themselves and their families”.18

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) memiliki ruang lingkup yang luas, seperti simpanan, pinjaman, dan jasa pembayaran, yang biasanya dikelola secara sederhana. Sebagai lembaga simpanan, LKM berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan berbagai jasa pinjaman, baik untuk kegiatan produktif maupun untuk kegiatan konsumtif. Selain itu, LKMS juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi dalam aktivitas perekonomian.19 Adapun dari ciri-ciri sebuah LKMS dapat dilihat dari hal-hal berikut ini, dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan

17 Binti Innayatuz Zahra,”

Six Model Integrated Sebagai Solusi Interaktif Pengaruh Media

Massa terhadap Kepribadian Remaja Indonesia”, artikel ini diakses pada 05 mei 2013 dari http://nayyasemangat.blogspot.com.

18

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.49.

19

(29)

17

Syariah harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan Syariah sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit oriented, tetapi juga falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.20

Umat Islam dilarang mengambil riba apapun jenisnya, dan tidak boleh melibatkan diri dengan riba.21 Ternyata dari kalangan umat Kristen, Hindu, dan Budha pun juga menganggap bahwa praktik riba merupakan tindakan kriminal yang mana akan lebih banyak membawa kerugian. Sehingga banyak masyarakat yang beralih dari lembaga-lembaga konvensional ke lembaga-lembaga keuangan syariah. Salah satunya yang telah disebutkan sebelumnya yaitu LKMS, beberapa tahun ini LKMS menjadi salah satu lembaga favorit pilihan umat. Karena lembaga perbankan syariah sendiri pun masih banyak yang berpihak kepada kalangan-kalangan

20Majan Naaii,”Ciri-Ciri LKMS”, artikel in diakses pada 19 Mei 2013 dari majannaii.blogspot.com.

21Muhammad Syafi’I Antonio,

(30)

18

menengah ke atas dan kurang berpihak kepada masyarakat kecil dan birokrasi yang tergolong rumit pun menjadi salah satu dari banyak kendala yang ada.

LKMS memiliki berbagai keunggulan di bandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. LKMS memiliki kompetensi dalam wilayah pendidikan ekonomi Islam yang di dasarkan pada prinsip syariah, yaitu LKMS mempunyai jangkauan luas dan pengalaman terhadap pelaku UMKM, terlebih BMT yang sudah sangat dekat dengan pelaku usaha mikro. LKMS dalam hal transaksinya menggunakan sistem syariah atau ekonomi islam yang bersumber dari Al-qur’an dan Al-Hadist.

(31)
[image:31.612.113.521.102.487.2]

19

Tabel 2.1 Konsep

C. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

BPRS menurut pengertiannya adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Indonesia menetapkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah dan Surat Keputusan Direksi BI No. 32/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang BPR berdasarkan prinsip syariah. Dimana didalamnya berisi tentang segala kegiatan yang dilakukan oleh BPRS adalah kegiatan-kegiatan yang berdasarkan prinsip syariah, dan BPRS wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berkedudukan di kantor pusat.22

Dalam peraturan Bank Indonesia No. 6/17/PBI/2004, BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dan BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah) menerima bentuk simpanan

22

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.63&66.

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Lembaga yang termasuk dalam LKMS :

1. BPRS (Badan Perkreditan Rakyat Syariah) 2. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)

3. Koperasi Syariah

(32)

20

dalam bentuk sebagai berikut : Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat atau biasa disebut BPR yang dimaksudkan dalam Undang-Undang tersebut adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Undang-Undang No.7 Tahun 1992 pasal 3). Adapun yang dimaksud BPR Syariah adalah BPR biasa yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam.23

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Salah satu bank syariah yang telah memerankan perannya dengan baik, sebelumnya pada tahun 1999 hanya ada 1 bank umum syariah dan 78 BPRS. Hingga kini BPRS di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan, tercatat hingga akhir 2012 telah berdiri 156 BPR Syariah, dengan jaringan kantor sebanyak 1692 buah. Adapun tujuan didirikannya BPRS yaitu mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung gharar dan lain sebagainya yang dilarang oleh agama Islam. Tujuan yang kedua yaitu untk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilk modal dan pihak yang membutuhkan dana.

23 Karnaen Perwataatmadja, dan M. Syafi’I Antonio,

Apa dan Bagaimana Bank Islam

(33)

21

Tujuan yang ketiga untuk meningkatkan kualitas umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian berusaha. Keempat, untuk membantu menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang, upaya ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap. tujuan selanjutnya, untuk meningkatkan kestabilan ekonomi pemerintah dengan aktivitas-aktivitas Bank Syariah yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan. Tujuan yang terakhir adalah untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional yang menyebabkan umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh terutama dibidang kegiatan bisnis dan perekonomian.24

BPRS mempunyai ruang lingkup tersendiri, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mobilisasi Dana Masyarakat

BPRS akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti simpanan Wadi’ah, dengan adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, dan lain-lain.

24

(34)

22

 Simpanan Amanah. Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah, dan zakat. Akad dari penerimaan titipan ini adalah wadi’ah yakni titipan tidak menanggung resiko.

 Tabungan Wadi’ah. Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan adalah sama yakni wadi’ah.

 Deposito Wadi’ah / Deposito Mudharabah

Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha. Akad penerimaannya wadi’ah atau mudharabah, dimana bank menerima dana yang digunakan sebagai penyertaan. Jangka waktunya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan seterusnya.

2. Penyaluran Dana

Menyalurkan dana dalam bentuk:

 Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah.

 Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, atau qardh.

 Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada

nasabah berdasarkan akad ijarah dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

(35)

23

3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Memindahkan uang baik kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS.

5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bnak Indonesia.25 D. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan non bank yang beroperasi berdasarkan syariat dengan prinsip bagi hasil, didirikan oleh dan untuk masyarakt di suatu tempat atau daerah. BMT memiliki dua bidang kerja yaitu sebagai lembaga Mal (Baitul Mal) dan sebagai Tamwil (Baitul Tamwil). Baitul Mal dimaksudkan untuk menghimpun zakat, infaq, maupun shadaqah, dan menyalurkan kepada pihak-pihak yang berhak dalam bentuk pemberian tunai maupun pinjaman modal tanpa bagi hasil. Baitul Tamwil dimaksudkan untuk menghimpun dana mayarakat yang mampu dalam bentuk saham, simpanan ataupun deposito, dan meyalurkannya sebagai modal usaha dengan bagi hasil.26

Penggunaan badan hukum swadaya/koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang dijelaskan UU No. 7 tahun

25

UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 26

(36)

24

1992 dan UU No. 10 tahun 1998 tantang perbankan yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana msyarakat adalah bank umum atau BPR. Baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun prinsip bagi hasil. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. BMT berkembang ke berbagai sektor usaha seperti sector keuangan maupun riil. Ketentuannya diatur dalam keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 pasal 1 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Setelah itu, diperbarui dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007

(37)

25

sistem bunga, dan tujuan lainnya adalah lebih mengarah kepada perbaikan ekonomi umat islam.27

Ciri-ciri BMT terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya yaitu terbagi atas ciri-ciri umum BMT, operasional Baitul Maal, dan operasional Baitul Tamwil. Ciri-ciri dari operasional Baitul Maal berbeda dengan ciri-ciri operasional Baitul Tamwil. Didalam penjabaran dari ketiga ciri tersebut BMT (Baitul Maal wat Tamwil) secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Baitul Maal Wat Tamwil merupakan lembaga ekonomi bukan bank yang dapat dijangkau dan mampu menjangkau nasabah kecil bawah (mikro) yang beroperasi secara syariah dengan potensi jaminan dari dalam / sekitar lingkungannya sendiri, Baitul Maal Wat Tamwil merupakan gabungan dari kegiatan baitul tamwil dengan baitul maal, BMT berusaha untuk mengumpulkan dana anggota dan menyalurkannya kepada anggota untuk modal usaha produktif, dan yang terakhir adalah Baitul Maal menerima zakat, infaq, shodaqoh dan menyalurkannya kepada asnafnya menurut ketentuan syariah dengan perkiraan pemanfaatan yang paling produktif dan paling bermanfaat.

Apabila kita melihat dari ciri - ciri operasional Baitul Maal didalam penjelasannya terlihat dari segi visi dan misi sosialnya (non komersil), dalam operasionalnya Baitul Maal memiliki fungsi sebagai mediator antara pembayar zakat (muzzaki) dan penerima zakat (mustahiq), Baitul Maal tidak boleh mengambil profit ataupun dari operasinya, dan pembiayaan operasionalnya dapat diambil dari bagian

27

(38)

26

amil. Sedangkan ciri-ciri Operasional Baitul Tamwil dapat dilihat dari segi visi dan misi ekonominya (komersil), Baitul Tamwil dijalankan dengan prinsip ekonomi islam, Baitul Tamwil memiliki fungsi sebagai mediator antara anggota yang memiliki kelebihan dana dengan anggota yang kekurangan dana, dan yang terakhir pembiayaan operasionalnya berasal dari asset sendiri atau dana keuntungan (bagi hasil) dari pembiayaan usaha produktivitas anggoita.28

Dalam menjalankan usahanya BMT mempunyai prinsip-prinsip yang dijalani. Prinsip Bagi Hasil, prinsip ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha (nisbah) antara penyedia dana yang dikenal dengan Shahibul Maal dan pengelola dana yang disebut Mudharib. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah Mudharabah, Musyarakah, Muzara'ah dan Musaqah. Prinsip Jual Beli dengan Keuntungan Margin, prinsip ini merupakan suatu cara jual beli yang pelaksanaannya.

BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dan kemudian bertindak sebagai penjual dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut ditambah Mark-up sebagai harga jual. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini menggunakan akad bai' al-Murabahah, ba'i as Salam, ba'i al Istishna. Prinsip Sosial Non Profit, disebut sebagai pembiayaan kebajikan, yakni pembiayaan

28Tunge,”Ciri

(39)

27

yang bersifat sosial dan non komersil. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja, dan bentuk pembiyaan seperti ini biasanya menggunakan akad al Qard atau al Qordhul Hasan.29

E. Koperasi Syariah

Dilihat dari segi bahasa (etimologi), koperasi berasal dari kata latin yaitu Cum yang berarti “dengan” dan Apareri yang berarti “bekerja”. Dalam literatur bahasa

inggris dikenal dengan istilah Co dan Operation yang berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai satu tujuan.30 Adapun pengertian dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang usaha, pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola bagi hasil syariah sebagai bagian kegiatan koperasi yang bersangkutan. Di dalam operasionalnya koperasi syariah sama saja seperti bank syariah lainnya. Koperasi syariah harus mengikuti atau berpedoman kepada praktek-praktek usaha yang dilakukan Rasulullah, bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad para ulama yang tidak menyimpang dari Al-Quran dan Al-Hadist.31

Pertumbuhan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah (KJKS/UJKS) juga mengalami perkembangan yang pesat dan luar biasa, selain itu KJKS/UJKS merupakan instrumen pemberdayaan UMKM. Pelaksanaan kegiatan

29

BMT Universitas Muhammadiyah, artikel ini diakses pada 10 Mei 2013 dari http://bmtuniversitasmuhammadiyahjakarta.blogspot.com.

30

Hadi Kusuma, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.1. 31

(40)

28

usaha berbasis pola syariah ini dimulai pada tahun 2003, sebanyak 26 KSP/USP-Koperasi Syariah. Lalu meningkat menjadi 100 KSP/USP koperasi syariah pada tahun 2004. Tahun 2007 diperkirakan jumlah koperasi syariah mencapai 3000 buah. Dan peningkatan koperasi syariah terus meningkat, hingga April 2012 adalah sekitar 4.117 unit yang ada di masyarakat, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Payung hukum yang digunakan oleh koperasi syariah secara umum dapat menggunakan payung hukum koperasi konvensional Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Namun saat ini masalah koperasi syariah diatur khusus melalui Perundang-undangan tersendiri. BMT yang berbadan hukum koperasi menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah.32

Tujuan Koperasi Syariah secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat dan ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip islam. Namun secara terperinci tujuan Koperasi Syariah dalam melaksanakan tugasnya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih

(41)

29

amanah, professional, konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi, dan mengembangkan serta memperluas kesempatan kerja.

Karakteristik koperasi syariah berbeda dengan karakteristik koperasi biasa (konvensional). Koperasi syariah mempunyai karakteristik tersendiri yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, diantaranya yaitu koperasi syariah tidak melakukan jual beli uang, adanya DPS untuk mengawasi segala bentuk produk-produk yang ditawarkan kepada masyarakat umum dan khususnya untuk anggota dan juga system operasional yang diterapkan oleh koperasi syariah. Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik, thayyib, dan tidak ada unsur riba, maysir, dan gharar serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil, dan juga tidak melanggar peraturan Undang-Undang yang berlaku di negara Indonesia.33

Prinsip-prinsip koperasi syariah yang menjadi salah satu landasan dari karakteristik koperasi yaitu kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak, manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan syariah, manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi, dan menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk

33

(42)

30

ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja.34

34 Muh Shodiq,”Koperasi Syariah”, diakses pada 10 mei 2013 dari

(43)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat non muslim di Depok tepatnya warga non muslim Kelurahan Mekar Jaya.

B. Jenis Penelitian

Jenis pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan empiris, istilah empiris artinya bersifat nyata. Jadi pendekatan empiris adalah suatu usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Penelitian dengan pendekatan empiris harus dilakukan di lapangan, dengan menggunakan metode dan teknik penelitian lapangan. Peneliti mengadakan kunjungan kepada masyarakat dan berkomunikasi dengan para anggota masyarakat.

Dengan pendekatan empiris bukan berarti tidak ada sama sekali pengertian-pengertian teoritis yang dapat dikemukakan peneliti namun hanya pokok-pokok pengertian yang telah diketahui peneliti, pokok-pokok pengertian yang belum mendalam, dikarenakan peneliti masih kurang mengetahui dan menguasai teori-teori tersebut. Hal yang terpenting dalam pendekatan empiris adalah apa yang dialami masyarakat, datanya dapat diperoleh peneliti di lapangan.

(44)

32

langsung fenomena yang ada dan terjadi di lapangan. Dengan mengumpulkan data jumlah masyarakat non muslim di Depok yang kemudian membuat kuesioner di mulai dari data tingkat kecamatan kemudian dikerusutkan ke tingkat kelurahan, tingkat RW, hingga tingkat yang paling kecil yaitu tingkat RT.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, kuantitatif adalah sebuah data berupa angka-angka yang bertujuan untuk mencari simpulan umum atas sebuah fenomena. Jenis data disini menggunakan alat analisis yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan ekonometrik yang menitikberatkan pada pengujian hipotesis, data yang digunakan harus terukur, dan menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggungakan statistik.35

Sumber data yang dibagi menjadi 2, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Data primer, adalah yang berupa informasi langsung berasal dari narasumber, sumber asli ataupun pertama melalui wawancara, serta informasi dari para responden (masyarakat) melalui kuesioner yang

35

(45)

33

dilakukan dengan wawancara aktif.36 Wawancara adalah suatu bentuk tanya-jawab dengan narasumber dengan tujuan mendapatkan keterangan, penjelasan, pendapat, fakta, bukti, tentang suatu masalah atau suatu peristiwa. Di satu pihak, wawancara diidentifikasi untuk menjaring fakta, data, atau bukti yang akan dijadikan berita dalam suatu media atau wacana.37

b. Data sekunder, adalah data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan. Salah satu sumbernya yaitu bersumber dari kajian pustaka, berupa buku, dokumentasi, laporan-laporan, atau data lain dalam runtun waktu.38

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian.39 Populasi masyarakat Non Muslim pada penelitian ini adalah warga non muslim Kelurahan Mekar Jaya, Depok. Dengan jumlah penduduk prianya, yaitu sebanyak 44.648 jiwa dan jumlah penduduk wanitanya adalah 44.316 jiwa. Jumlah RW nya yaitu sebanyak 31, dan jumlah RT nya adalah sebanyak 247.

36

Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006), h.8.

37

JS. Kamdhi, Terampil Berwicara (Jakarta: Grasindo), h.95.

38

Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006), h.8.

39

(46)
[image:46.612.118.526.185.472.2]

34

Tabel 3.1

Daftar Masyarakat Berdasarkan Agama 1 Tahun Terakhir

Nama Agama Jumlah

Islam 74.866

Protestan 7.155

Katolik 5.935

Hindu 495

Budha 512

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.40 Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Two Stage Cluster Sampling. Cluster Sampling adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. Unsur-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen, yang berbeda dengan unit-unit elementer dalam strata. Dalam teknik Two Stage Cluster Sampling tahap pertama yang dilakukan yaitu memilih kelompok yang dibentuk pada tingkat pertama dari populasi atau yang biasa disebut Primary Sampling Unit (PSU) dari total PSU. Kemudian tahap keduanya yaitu memilih unit elementer dari unit elementer yang ada dalam PSU yang terpilih

40

(47)

35

pada sampling pertama. Dalam hal ini Two Stage Cluster Sampling terdapat dua tahap sampling. 41

Tahap-tahap pengambilan sample, peneliti secara random memilih psu sebagai sampel pertama dicari dengan rumus :

 Jumlah RW = 31  (fraction) = 10% 1. PSU = 10% x ∑ RW

= 10% x 31 = 3,1 = 3 RW

Maka jumlah psu dalam sampling pertama adalah 3 buah. Kemudian peneliti menarik secara random 3 buah psu (RW) dari 31 RW yang ada, yaitu : RW 19, RW 21, RW 27. Peneliti kemudian mencari jumlah masyarakat Non Muslim dari tiap RW yang terpilih dengan melihat data penduduk yang tersedia. Dengan menggunakan data penduduk yang ada di kantor masing-masing RW, diketahui bahwa :

- RW 19 mempunyai 105 masyarakat Non Muslim. - RW 21 mempunyai 137 masyarakat Non Muslim. - RW 27 mempunyai 89 masyarakat Non Muslim

Total masyarakat Non Muslim dalam sampel pertama adalah : 105 + 137+ 89 = 331

41

(48)

36

Tidak semua masyarakat Non Muslim (331 orang) dijadikan responden. Tetapi dari sini akan ditarik lagi sampel tahap kedua secara random dan berimbang. Sampel fraction yang digunakan adalah 15 %, dengan kata lain : (fraction) = 0,15, jumlah masyarakat Non Muslim yang akan menjadi responden adalah

= 0,15 x 105 = 15,75 = 15 untuk RW 19

= 0,15 x 137 = 20,55 = 20 untuk RW 21

= 0,15 x 59 = 8,85 = 8 untuk RW 27

Besar sampel untuk tahap kedua adalah : n = y = ∑ = 15 + 20 + 8 = 43

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dari kuesioner dan dokumentasi atau bahan pustaka dengan menggunakan metode kuantitatif, yaitu statistik deskriptif :

a. Kuesioner

Metode kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan responden merespon daftar pertanyaan atau pernyataan tersebut.42 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan

42

(49)

37

pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.43 Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah model tertutup karena jawaban telah disediakan dan kuesioner akan dijawab oleh warga non muslim Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya.

b. Dokumentasi atau Bahan Pustaka

Metode dokumentasi atau Bahan Pustaka digunakan untuk mengumpulkan beberapa informasi tentang data dan fakta yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian, baik dari sumber dokumen yang di publikasikan atau tidak di publikasikan, buku-buku, jurnal ilmiah, koran, majalah, website dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan laporan jumlah masyarakat non muslim di Depok tepatnya dimulai tingkat kecamatan, kemudian dikerucutkan ke tingkat kelurahan, RW, hingga yang terakhir adalah tingkat RT data yang diambil yaitu Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya yang kemudian ditarik beberapa sample masyarakat non muslimnya.

F. Konseptual Variabel Penelitian

Dalam konteks variabel penelitian ini, penulis menentukan variabel yang akan menjadi aspek-aspek variabel yang nantinya akan diukur, yaitu :

43

(50)

38

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variabel), variable bebas (independent variabel).

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

 Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS (Y) 2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:  Sosial (X1)

 Produk (X2)  Pelayanan (X3)  Lokasi (X4)  Syariah (X5) 3. Hipotesis

Produk (X2)

Sosial (X1)

Lokasi (X4) Syariah (X5) Pelayanan (X3)

(51)

39

Adapun hipotesis atau dugaan sementara dari permasalahan ini yang dibuat oleh penulis adalah :

X1 = Sosial

X2 = Produk

X3 = Pelayanan

X4 = Lokasi

X5 = Syariah

Y = Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS, dimana:

 Secara Bersama-sama

 Ho = Tidak ada hubungan antara Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan Syariah dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ha = Ada hubungan antara Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan Syariah dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Secara Parsial

 Ho = Tidak ada hubungan antara Sosial LKMS dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

(52)

40

 Ho = Tidak ada hubungan antara Produk dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ha = Ada hubungan antara Produk dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ho = Tidak ada hubungan antara Pelayanan dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ha = Ada hubungan antara Pelayanan dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ho = Tidak ada hubungan antara Lokasi dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ha = Ada hubungan antara Lokasi dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ho = Tidak ada hubungan antara Syariah dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

 Ha = Ada hubungan antara Syariah dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.

4. Teknik Analisis Data

(53)

41

Uji validitas dan uji reabilitas merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk menyatakan data itu valid.44 Untuk menguji validitas digunakan pendekatan korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Bila nilai korelasinya positif maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

[image:53.612.148.525.206.610.2]

Maka dilakukan uji validitas terhadap 43 kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan 25 butir pertanyaan. Suatu pertanyaan dapat dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0,20.

Tabel 3.2 Uji Validitas Variabel Sosial Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

D2 37.49 29.399 .361 .750

D5 36.79 32.503 .337 .739

D10 35.79 36.931 .227 .748

D9 35.72 34.016 .386 .725

E1 32.98 30.785 .638 .680

E5 32.14 33.313 .500 .708

E6 32.07 31.305 .555 .694

E7 32.30 31.121 .659 .679

44

(54)

42

[image:54.612.154.522.248.463.2]

Nilai validitas dari tabel 3.2 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir pertanyaan D2, D5, D10, D9, E1, E5, E6, dan E7 yang digunakan untuk mengukur variabel sosial diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Produk Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

D6 3.86 .742 .572 .a

D7 4.09 1.086 .572 .a

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

(55)
[image:55.612.161.486.142.295.2]

43

Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Pelayanan Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

D4 25.53 13.398 .210 .619

D12 25.67 12.606 .357 .572

D13 27.70 14.549 .212 .617

E2 22.42 9.725 .664 .430

E3 22.26 10.814 .249 .643

E4 22.23 10.040 .489 .505

[image:55.612.148.524.155.544.2]

Nilai validitas dari tabel 3.4 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir pertanyaan D4, D12, D13, E2, E3, dan E4 yang digunakan untuk mengukur variabel pelayanan diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Lokasi Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

D11 4.74 .195 .660 .a

D8 3.47 .683 .660 .a

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

(56)

44

diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Syariah Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

D15 8.02 2.309 .517 .666

D16 8.42 1.916 .610 .545

D17 8.30 1.645 .523 .677

[image:56.612.148.528.187.570.2]

Nilai validitas dari tabel 3.6 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir pertanyaan D15, D16, dan D17 yang digunakan untuk mengukur variabel Syariah diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Tabel 3.7 Uji Validitas Variabel Respon Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

D3 6.88 3.153 .488 .456

D1 7.07 3.352 .430 .542

D18 6.70 3.787 .399 .582

(57)

45

diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Sedangkan reliabilitas merupakan suatu alat ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa. Dari aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur.45

[image:57.612.145.529.202.622.2]

Untuk menghitung reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Croanbach Alpha. Instrument untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan reliabel jika memiliki Croanbach Alpha > 0.60.

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas

No Variabel Croanbach

Alpha Keterangan

1 Sosial 0.742 Reliabel

2 Produk 0.719 Reliabel

3 Pelayanan 0.616 Reliabel

4 Lokasi 0.708 Reliabel

5 Syariah 0.718 Reliabel

6 Respon 0.629 Reliabel

45

(58)

46

Dari tabel 3.8 diatas didapatkan bahwa perhitungan ke-6 variabel di atas nilai Croanbach Alpha nya > 0.60. Hal ini dapat dikatakan semua item variabel pertanyaan baik variabel dependent maupun variabel independent adalah reliabel karena nilai Croanbach Alpha yang didapat lebih dari 0.60. 2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu dilakukan pengujian prasyarat analisis regresi dalam stastistik parametrik. Karena dalam penggunaan statistik parametric, bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis harus membentuk distribusi normal. Dalam penelitian ini dilakukan uji heterokedastisistas, uji normalitas data, dan autokorelasi.

a. Uji Heterokedastisitas

(59)

47

 Dengan melihat apakah titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, jika terjadi maka mengindikasikan terdapat heterokedatisitas.

 Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengidentifikasi tidak terjadi heterokedastisitas.

b. Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Untuk mengetahui bentuk kenormalan distribusi data salah satu cara yang dapat kita gunakan yaitu grafik distribusi dengan ketentuan, data terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana bentuk grafiknya mengikuti bentuk lonceng. Selain itu uji normalitas data dilakukan pula dengan melihat hasil grafik P Plot, yaitu :

 Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal berarti memenuhi asumsi Normal.

 Jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal berarti tidak memenuhi asumsi Normal.

c. Uji Autokorelasi

(60)

48

series (data runtut waktu), sedangkan pada data crossection (silang waktu) masalah autokorelasi jarang terjadi. Model regresi yang baik selayaknya bebas dari autokorelasi.

Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah pengujian uji Durbin-Watson (

Gambar

Gambar 4.1 Jenis Kelamin dan Usia ………………………………………… 52
Tabel 2.1 Konsep
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Uji Validitas Variabel Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guna mengintroduksi dan mendiseminasi Program Ayam KUB kepada petani maupun peternak, telah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi oleh Balai Pengkajian Teknologi

Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan karena dengan tujuan akan mempengaruhi arah dan tindakan kita. Dengan tujuan itu pulalah kita dapat.. mengetahui

Diketahui nilai F hitung 1,706 dan diperoleh nilai F tabel pada pembilangan 25 dan penyebut 43 sebesar 1.79 Karena F hitung lebih kecil dari F tabel maka dapat

Jika kita dapat merasakan bagaimanakah sesungguhnya kabar baik itu, kita tidak akan melupakan bagaimana hal yang diumumkan dalam Lukas 2: 10-11: “Lalu kata malaikat itu kepada

Akan tetapi metode ini juga mempunyai banyak kelemahan antara lain : Metode KNN perlu menentukan nilai dari parameter K (jumlah dari tetangga terdekat), pembelajaran

Model ARIMA akan diterapkan untuk meramalkan jumlah penabung Pengari di CU Sumber Kasih Teraju dengan menggunakan data dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Agustus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan dan sikap manula tentang penyakit rematik di Kemukiman Lamlhom,

Simpulan: Pemberian ekstrak tumbuhan tapak liman ( Elephantopus scaber L. ) dapat memperbaiki gambaran histopatologis ginjal tikus putih ( Rattus norvegicus ) model diabetes