O L E H : D R A . L U C I A D W I S U H A R T I , M . M P D
A.1 Sejarah pemikiran politik
Ilmu politik baru lahir pada akhir abad 19. Pada
tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial
lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi dan dalam perkembangan ini mereka
saling mempengaruhi.
Ilmu politik sering dinamakan ilmu sosial yang
A.Sejarah pemikiran politik
Di Yunani kuno misalnya, pemikiran mengenai negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M, seperti terbukti dalam karya – karya ahli
sejarah Herodotus, atau filsuf – filsuf seperti Plato, Aristoteles, dan sebagainya.
Di Asia ada beberapa pusat kebudayaan, antara lain India dan China, yang telah mewariskan berbagai tulisan politik yang bermutu.
Di Indonesia kita mendapati beberapa karya tulis
yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan, seperti misalnya Negarakertagama yang ditulis pada masa Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke 15 Masehi dan Babad Tanah Jawi.
Di negara –negara benua Eropa seperti
Jerman,Austria, dan Prancis bahasan mengenai politik dalam abad ke -18 dan ke-19 banyak
Sesudah Perang Dunia II perkembangan ilmu politik semakin pesat lagi. Di negri
Belanda, dimana sampai saat ini penelitian mengenai negara dimonopoli oleh fakultas Hukum, didirikan Faculteit der Sociale en Politieke Wetenschappen (Fakultas Ilmu Sosial dan politik) pada tahun 1947(sekarang namanya Faculteit der Sociale Wetenschappen-Fakultas Ilmu Sosial)di Amsterdam.
Di Indonesiapun didirikan fakultas-fakultas yang serupa, yang dinamakan
UNESCO pada tahun 1948 menyelenggarakan suatu
survei mengenai kedudukan ilmu politik di kira-kira 30 negara. Proyek ini, yang dipimpin oleh
W.Ebenstein dari Princeton University Amerika
Sebagai tindak lanjutnya UNESCO bersama
International Political ScienceAssociation (IPSA)
yang didirikan pada tahun 1949, menyelenggarakan suatu penelitian mendalam mencakup kira-kira
A.1 ILMU POLITIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN (SCIENCE)
Adakalanya dipersoalkan apakah ilmu politik merupakan
ilmu pengetahuan(science)atau tidak, dan disangsikan apakah ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu
pengetahuan. Soal ini menimbulkan pertanyaan : apakah yang dinamakan ilmu pengetahuan(science) itu?
Karakteristik ilmu pengetahuan(science) ialah tantangan untuk menguji hipotesis melalui eksperimen yang dapat dilakukan dalam keadaan terkontrol(controlled
circumstances)misalnya laboratorium.Berdasarkan eksperimen-eksperimen itu ilmu-ilmu eksakta dapat menemukan hukum-hukum yang dapat diuji
A.1 ILMU POLITIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN (SCIENCE)
Jika definisi ini dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta
ilmu sosial lainnya belum memenuhi syarat, karena sampai sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu.
Mengapa demikian? Oleh karena yang diteliti adalah manusia
dan manusia itu adalah mahluk yang kreatif, yang selalu menemukan akal baru yang belum pernah diramalkan dan
malahan tidak dapat diramalkan. Lagi pula manusia itu sangat kompleks dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas
pertimbangan rasional dan logis, sehingga mempersukar usaha untuk mengadakan perhitungan serta proyeksi untuk masa
depan.
Dengan kata lain perilaku manusia tidak dapat diamati dalam
Konsep-konsep pokok para behavioralis dapat disimpulkan sebagai berikut
1.Tingkah laku politik memperlihatkan keteraturan (regularities) yang dapatdirumuskan dalam generalisasi-generalisasi.
2.Generalisasi-generalisasi ini pada azasnya harus dapat dibuktikan (verification)kebenarannya sesuai dengan tingkah laku yang berkaitan. 3.Dalam mengumpulkan dan menafsirkan data, diperlukan teknik-teknik penelitianyang cermat.
4.Untuk dapat mencapai kecermatan dalam penelitian, diperlukan adanyapengukuran dan kuantifikasi.
5.Dalam membuat analisa politik, nilai-nilai pribadi dari si penulis/peneliti sedapatmungkin tidak dimasukkan dalam penelitian (value-free).
Perbedaan antara kaum tradisionalis dan behavioralis
Para tradisionalis menekankan Para behavioralis menekankan
Nilai-nilai dan norma-norma Fakta
Filsafat Penelitian empiris
Ilmu terapan Ilu murni
Historis-yuridis Sosiologis-psikologis
A. 2 DEFINISI ILMU POLITIK
DEFINISI ILMU POLITIK
Menurut Miriam Budiardjo dalam buku ”Dasar-dasar Ilmu Politik”, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang baik. Orang Yunani seperti Plato dan
Berikut ini adalah pengertian dan definisi politik menurut beberapa ahli
Rod Hague
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya
Andrew Heywood
Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang
mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan kerjasama
Carl Schmidt
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat keputusan - keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.
Litre
Politik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur Negara
Robert
Menurut Miriam Budiardjo ,bahwa konsep- konsep pokok dalam politik diantaranya adalah
1.negara (state)
2.kekuasaan (power)
3.pengambilan keputusan (decision making) 4.kebijakan(policy , beleid)
Hubungan ilmu Politik dengan ilmu-ilmu lainnya.
Politik sangat berhubungan erat dengan ilmu-ilmu
sosial lainnya karena ilmu politik mempelajari
hubungan ilmu Politik dengan ilmu Ekonomi.
Ilmu politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang
selalu sangat erat hubungannya. Dalam setiap tindakan politik ada aspek ekonominya, demikian pula struktur perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang sudah ada.
Pada zaman Yunani, ilmu politik mengatur kehidupan
politik orang-orang Yunani, sedangkan ekonomi
(oikonomos) mengatur kemakmuran material dari warga negara Yunani. Pada abad 17, Montchretien de Watteville memperkenalkan istilah “Ekonomi Politik” yang
Hubungan ilmu politik dengan ilmu hukum.
Setiap masyarakat baik moderen maupun primitive harus berdasarkan kepada ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh suatu kekuasaan. Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam hal ini sudah nampak
hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum, yaitu dalam peranan Negara sebagai pembentuk hukum dan dalam objek ilmu hukum itu sendiri yaitu
hukum. Ilmu politik juga menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada segi-segi teknis dari hukum, melainkan terutama menitikberatkan pada hukum sebagai hasil persaingan kekuatan-kekuatan social, sebagai hasil dari factor-faktor kekuasaan.
Hubungan Ilmu Politik dengan Sosiaologi.
Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus menlengkapi
dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai ilmu masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan ilmu politik tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah
dihasilkan oleh sosiaologi tersebut. Sosiologi meliputi berbagai cabang pengetahuan antara lain sosiaologi tentang kejahatan, sosiologi
pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan sebagainya.
Terutama sosiologi politik, sangat erat hubungannya dengan ilmu
politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi yang menganalisis proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika tingkahlaku
Hubungan Ilmu Politik dengan Psikologi Sosial.
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti
ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Proses pendekatan ilmu politik banyak memakai hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala politik dan penyelidikan tentang motif-motif yang menjadi dasar setiap proses politik.
Sarjana psikologi mengembangkan pendapat-pendapat mereka tentang naluri, emosi, dan
kebiasaan individu atau “psyche” seseprang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikal orang itu. Dalam penyelidikan pendapat umum, propaganda, parpol, masalah kepemimpinan dan revolusi amat banyak
dipergunakan hukum-hukum dan dalil-dalil psikologi itu. Jika dahulu psikologi agak diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik, dewasa ini keadaan itu berubah.
Pengetahuan psikologi diperlukan dimanapun dan kapanpun diadakan penyelidikan
politik secara ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu politik sedang mengalami
peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya. Peninjauan kembali ini terutama disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan prosedur-prosedur psikologis dalam penyelidikan ilmu politik. Menurut Lasswell, psikologi akan memainkan perannya yang lebih besar lagi di masa depan, karena bertambah intensifnya perjuangan untuk
Hubungan Ilmu Politik dengan Antropologi Budaya.
Antropologi budaya menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap hidup bersama
dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan antropologi dapat bermanfaat bagi ilmu politik.
Terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi
semua aspek cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga
politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik menjadi timbul suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan lembaga-lembaga politik itu salah satu konsep antropologi budaya yang merupakan penemuan yang penting adalah “konsep kebudayaan” (culture concept) sebagaimana dikembangkan oleh Ralph Tipton dan sarjana-sarjana antropologi lainnya.
Konsep ini menyatakan eratnya hubungan antara kebudayaan sesuatu
masyarakat dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat yang terdapat dalam masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada
Hubungan Ilmu Politik dengan Sejarah
Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam.
Sejarah merupakan penghimpunan kejadian-kejadian konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah.
Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan
gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa
lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya menvatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan
mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi politik.
Politik membutuhkan sejarah dan hamper semua peristiwa histories
Hubungan Ilmu Politik dengan Geografi.
Segala penyelidikan atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat dan
tidak akan sempurna jika penyelidikan itu tidak meliputi keadaan geografi.
Dengan kata lain kehidupan manusia akan dipengaruhi oleh letak geografi,
luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb. Misalnya letak geografis
menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara “land power” atau “sea power” demikian juga letak suatu Negara akan mempengaruhi dalam diplomasi dan strategi perang.
Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yaitu geopolitik yang memberikan
penafsiran geografis atas hubungan-hubungan internasional. Geopolitik berusaha melukiskan hubungan yang erat antara factor-faktor geografis dan peristiwa-peristiwa politik.
Hubungan Ilmu Politik dengan Etika
Etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk,
tentang keharusan dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu politik dan etika dilukiskan sebagai suatu hubungan yang membatasi ilmu politik, terutama praktek politik.
Etika mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi disamping itu juga
menetapkan batas-batas dari apa yang wajib dibiarkan. Etika
memberikan dasar moral kepada politik. Apabila menhilangkan moral dari politik, maka akan kita dapatkan politik yang berisfat
“Machiavelistis” yaitu politk sebagai alat untuk melakukan segala sesuatu, baik atau buruk tanpa mengindahkan kesusilaan.
Hanya dengan jalan menjadikan kesusilaan sebagai dasar politik,
B.Konsep-konsep Politik
B.1.Teori Politik
Teori :generalisasi yang abstrak mengenai beberapa
fenomena. Dalam menyusun generalisasi itu teori selalu memakai konsep-konsep
Teori politik : bahasan sistematis dan
generalisasi-generalisasi dari politik.
Teori politik bersifat spekulatif (merenung-renung)
teori politik adalah bahasan dan renungan atas:
tujuan dari kegiatan politik cara-cara mencapai tujuan itu
kemungkinan-kemungkinan dan
kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik yang tertentu dan
kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan
Thomas P. Jenkin (The Study of Political Theory)
dibedakan 2 macam teori politik
1.Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang
menentukan norma-norma politik (norm for political behavior). unsur norma-norma dan nilai (value)
valuational (mengandung nilai). antara lain filsafat politik, teori politik sistematis, ideologi dan sebagainya.
2.Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan
norma-norma atau nilai. Teori-teori ini dapat dinamakan non-valuational. Ia bisasanya bersifat deskriptif
Teori-teori kelompok A(dasar moril) dibagi tiga golongan:
1.Filsafat politik (Political Philosophy)
1.Filsafat politik (Political Philosophy)
Filsafat politik mencari penjelasan yang berdasarkan ratio. Ia
melihat jelas adanya hubungan antara sifat dan hakekat dari alam semesta (universe) dengan sifat dan hakekat dari
kehidupan politik di dunia fana ini.
Pokok pikiran dari filsafat politik :persoalan-persoalan yang
menyangkut alam semesta seperti metafisika dan
epistemology harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami seahri-hari dapat
ditanggulangi.
menurut filsuf Yunani Plato, keadilan :hakikat dari alam
Teori politik sistematis (Systematic Political Theory)
Teori-teori politik ini tidak memajukan suatu pandangan
tersendiri mengenai metafisika dan epistemology, tetapi
berdasarkan diri atas pandangan-pandangan yang sudah lazim diterima pada masa itu.
ia tidak menjelaskan asal-usul atau cara lahirnya norma-norma,
tetapi hanya mencoba untuk merealisasikan norma-norma dalam suatu program politik.
Teori-teori semacam ini merupakan suatu langkah lanjutan dari
filsafat politik dalam arti bahwa ia langsung menetrapkan norma-norma dalam kegiatan politik.
Bahasan-bahasan ini didasarkan atas pandangan yang sudah lazim
3.Ideologi politik (Political Ideology)
Ideologi politik: himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma,
kepercayaan dan keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku
politiknya.
Nilai-nilai dan ide-ide ini merupakan sistem yang berpautan. Dasar dari ideologi politik =keyakinan akan adanya suatu pola
Ide-ide politik sering juga dibahas menurut sejarah perkembangannya, oleh karena
setiap ide politik selalu erat hubungannya dengan pikiran-pikiran dalam masa ide itu lahir.
Bidang kedua dari ilmu politik yaitu lembaga-lembaga politik seperti misalnya
pemerintah mencakup aparatur politik teknis untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. Hubungan antara lapangan pertama dan lapangan kedua sangat erat, sebab tujuan-tujuan sosial dan politik biasanya ditentukan dalam filsafat dan doktrin politik.
Bidang ketiga mengenai partai-partai, golongan-golongan dan pendapat umum,
banyak memakai konsep-konsep sosiologis dan psikologis dan sering disebut political dymanics oleh karena sangat menonjolkan aspek-aspek dinamis dari proses-proses politik
Bidang keempat mengenai hubungan internasional. Bidang ini baru dikenal setelah
B.2 PENGERTIAN MASYARAKAT DALAM POLITIK
Masyarakat adalah keseluruhan antara
hubungan-hubungan antar manusia.
Robert M. Mclver mengatakan: “Masyarakat adalah
suatu system hubungan-hubungan yang ditata (Society means a system of ordered relations).
Biasanya anggota-anggota masyarakat menghuni suatu wilayah geografis yang mempunyai
Di dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya
dengan manusia yang lain, pada dasarnya setiap manusia menginginkan beberapa nilai.
Dalam mengamati masyarakat di sekililingnya, yaitu masyarakat
Barat, Harold Laswell merinci delapan nilai yaitu: a. Kekuasan (power)
b. Kekayaan (wealth)
c. Penghormatan (respect) d. Kesehatan (well being) e. Kejujuran (tectitude) f. Keterampilan (skill)
B.3 PENGERTIAN NEGARA
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik,
Negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik.
Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan dalam masyarakat dan menertibkan
Negara :organisasi yang dalam sesuatu wilayah
dapat memaksakan kekuasaannya secara sah
terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari
kehidupan bersama itu.
Negara dapat mengintegrasikan & membimbing
Dalam rangka ini boleh dikatakan bahwa Negara
mempunyai dua tugas
a. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala
kekuasaan yang asocial, yakni yang bertentangan
satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonis yang membahayakan
b. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan
Definisi negara
Roger H. Soltau: Harold J. Laski: Max Weber:
Sifat-sifat Negara
1.Sifat memaksa. Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian penertiban dalam masyarakat dapat tercapai maka Negara memiliki sifat memaksa.
2.Sifat monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat
Unsur-unsur Negara
1. Rakyat
Rakyat merupakan unsur penting dalam membentuk negara, tanpa masyarakat maka mustahil Negara bisa terbentuk. Leacock mengatakan: Negara tidak akan berdiri tanpa adanya sekelompok orang yang mendiami bumi ini.
2. Wilayah.
wilayah merupakan unsur yang kedua, karena dengan ada wilayah yang didiami oleh manusia, maka negara akan terbentuk dan kekuasaan Negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah , tetapi laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya,
3. Pemerintahan.
setiap Negara mempunyai suatu organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam wilayahnya keputusan-keputusan ini berbuntuk perundang-undangan dan peraturan-peraturan lain dalam hal ini pemerintah bertindak atas nama Negara dan menyelenggarakan kekuasaan Negara.
4. Kedaulatan.
Tujuan dan fungsi Negara
Roger H, saltou tujuan Negara :memungkinkan
rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya cipta sebebas mungkin.
sedangkan fungsi negara :upaya/kegiatan negara
untuk mengubah harapan itu menjadi kenyataan.
Maka, tujuan negara tanpa fungsi negara adalah
Minimal, setiap negara harus melaksanakan fungsi:
penertiban (law and order): untuk mencapai tujuan
bersama dan mencegah terjadinya konflik, negara harus melaksanakan penertiban, menjadi
stabilisator;
mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat;
pertahanan, menjaga kemungkinan serangan dari
luar;
menegakkan keadilan, melalui badan-badan
Teori asal-usul negara
1.teori perjanjian masyarakat.
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat
beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat.
teori ini relatif bersifat universal, karena teori perjanjian
masyarakat adalah teori yang termudah dicapai dan negara tidak merupakan negara
Untuk menjelaskan teori asal mula negara yang didasarkan
atas kontrak sosial ini dapat dilihat dari beberapa pakar yang mempunyai pengaruh dalam pemikiran politik tentang
Thomas Hobbes (1588 – 1679)
Bagi Hobbes, perjanjian tersebut terjadi antar
individu, bukan antara individu dengan negara. Maka menurut Hobbes, yang terkait sepenuhnya terhadap perjanjian tersebut adalah individu-individu tersebut.
Negara sendiri bebas karena tidak terikat oleh
perjanjian, ia berada diatas individu. Negara bebas melakukan apapun yang dikehendakinya terlepas sesuai atau tidak dengan dengan kehendak individu.
Negara versi Hobbes ini juga tidak memiliki tangung
John Locke
Berbeda dengan Hobbes, menurut Locke karena
kekuasaan negara terbentuk dari concent rakyat dan
produk perjanjian sosial warga negara, maka kekuasaan itu itdak bebas dan otonom berhadapan dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
Hubungan antara penguasa poltik dengan rakyat yang diperintah diumpamakan seseorang yang memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk mengatur dirinya. Maka hak bertindak dan mengatur yang dimiliki negara
Jean Jacques Rousseau
Negara atau “badan korporatif kolektif” dibentuk untuk
menyatakan “kemauan umum” (general will) dan kemauan umum tidak berarti kemauan seluruh rakyat, adakalanya perbedaan-perbedaan antara kemauan umum dan kemauan seluruh rakyat (will of all).
Kemauan umum selalu benar dan ditujukan pada kebahagiaan
bersama, sedangkan kemauan seluruh rakyat juga
memperhatikan kepentingan individual (particular interest).
Dengan konstruksi perjanjian masyarakat tersebut, Rousseau
menghasilkan bentuk negara yang kedaulatanya berada dalam tangan rakyat atau jenis negara yang demokratis melalui
Teori asal-usul negara
2. Teori Ketuhanan
Teori ketuhanan ini dikenal juga dengan doktrin teokratis dalam teori asal mula
negara.
Teori ini pun bersifat universal dan ditemukan baik si dunia Timur maupun di
dunia Barat, baik di dalam teori maupun di dalam praktik.
Doktrin ketuhanan ini memperoleh bentuknya yang sempurna dalam
tulisan-tulisan para sarjana Eropa pada abad pertengahan yang menggunakan teori itu untuk mengemukakan hak-hak raja yang berasal dari Tuhan untuk memerintah dan bertahta sebagai raja (devine rights of kings) doktrin ketuhanan lahir
sebagairesultante kontroversial dari kekuasaan politik dalam abad pertengahan.
Kaum “monarchomach” (penentang raja) berpendapat bahwa raja yang
Teori asal-usul negara
3. Teori kekuatan
Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan
bahwa negara yang pertama adalah hasil dominasi dari kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah. Negara berbentuk dengan penaklukan dan pendudukan.
Dalam teori ini pula kekuatan membuat hukum
(might makes right). Kekuatan adalah
Teori asal-usul negara
4. Teori organis
Konsepsi organis tentang hakikat dan asal mula
negara adalah suatu konsep biologis yang
melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam. Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau binatang.
Doktrin organis dari segi isinya dapat digolongkan
Teori asal-usul negara
5. Teori historis.
Teori historis atau teori evolusionistis (gradualistic
theory) merupakan teori yang menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia.
Sebagai lembaga sosial yang diperuntukan guna
Teori asal-usul negara
6. Teori Patriarkal dan Matriarkal
keluarga sebagai kelompok patriarkal adalah kesatuan sosial yang
paling utama dalam masyarakat primitif dan ayahlah yang
berkuasa dalam keluarga tersebut serta garis keturunan ditarik dari pihak ayah.
Kemudian keluarga tersebut berkembang biak dan terjadilah
beberapa keluarga yang seluruhnya dipimpin oleh kepala (ayah) keluarga induk.
Lambat laun keluarga-keluarga tersebut kemudian membentuk
kesatuan etnis yang besar dan terjadilah suku patriarkal.
Sedangkan matriarkal adalah apabila berlangsung pada kelompok
Teori asal-usul negara
7. Teori Daluarsa
Teori daluarsa adalah teori yang menganggap bahwa
negara dikuasai oleh raja karena faktor kebiasaan.
Raja beserta organisasinya (negara kerajaan) timbul
karena adanya milik yang sudah lama dan kemudian melahirkan hak milik, jadi raja bertahta karena hak milik itu yang didasarkan atas hukum kebiasaan
Teori asal-usul negara
8.Teori Alamiah
Menurut teori ini negara merupakan ciptaan alam.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia adalah zoon
politicon (Makhluk politik), dan dengan kodrat manusia tersebut maka kemudian manusia
B.4 KONSEP KEKUASAAN
•
Definisi
Kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatuhubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan adapun dasar kemampuan ini. (Max`Weber dalam buku Wirtschaft und Gessellshaft). Esensi dari kekuasaan adalah hak mengadakan sanksi untuk
menyelenggarakan kekuasaan yang berbeda.
•
Sumber kekuasaan
. Sumber kekuasaan dapat berupakedudukan, kekayaan, atau kepercayaan. Dalam suatu
•
Pengaruh
Perumusan menurut Laswell dan Kaplan, yaituKekuasaan adalah memengaruhi kebijakan orang lain melalui sanksi yang sangat berat.
• Kekuasaan merupakan kasus khusus dari penyelenggaraan
pengaruh, proses ancaman, jika mereka ttidak mematuhi kebijakan yang dimaksud.Definisi lain dari Norman Barry:
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang, jika seseorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu,dapat
dikatakan terdorong untuk melakukan tinakan yang sedemikian. Sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan
Sumber kekuasaan
1. Kekuasaan Bersumber pada Kedudukan
(Position)
a. Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven, 1959)
b. Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)
Sumber kekuasaan
2. Kekuasaan yang bersumber pada pribadi (personal)
a. Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959) b. Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959 c. Karisma (House, 1977):Ciri kepribadian yang
menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber
Sumber kekuasaan
3. Kekuasaan yang bersumber pada politik (political power)
a. Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan (Pfeffer & Salanick, 1974
b. Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985) c. Partisipasi (Pfeffer, 1981)