• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN MEDIA EDUKASI BUDAYA TABE BA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANCANGAN MEDIA EDUKASI BUDAYA TABE BA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN MEDIA EDUKASI BUDAYA TABE’ BAGI ANAK

SEKOLAH DASAR di SULAWESI SELATAN

Imes Juanissa Qorina

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain UNM Email: imesjq@gmail.com

(Pembimbing 1) Dr. Sukarman B., M.Sn.

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain UNM Email: Sukarmanb@ unm.ac.id

(Pembimbing 2) Nurabdiansyah,S.pd, M.Sn

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain UNM Email: nurabdiansyah@ unm.ac.id

(2)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang budaya tabe’ yang ada disulawesi selatan yang kemudian akan memperkenalkan kepada anak-anak usia sekolah dasar (SD) tentang budaya tabe’ melalui media edukasi yang akan dirancang. Sebagaimana kita tahu bahwa kini budaya tabe’ disulawesi selatan perlahan-lahan telah luntur khususnya pada kalangan anak-anak dan remaja.

Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yaitu metode pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi, sumber data pada penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer terdiri dari 5 orang narasumber, diantaranya tokoh masyarakat, tokoh agama, masyarakat, pemangkuh adat dan dosen. Sumber data sekunder adalah berupa wawancara dan dokumentasi, adapun tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah tekhnik purposive sampling.

Untuk mengenal kembali budaya tabe’ kepada anak-anak sekolah dasar maka media yang akan digunakan adalah media edukasi yang akan menjadikan budaya tabe’ ini sebuah pelajaran bagi anak-anak sekolah dasar.

Kata Kunci : budaya tabe’l, penelitian kualitatif, media edukasi

Abstract

This research was conducted to get information about tabe culture in South Sulawesi which will introduce to elementary school children about tabe culture through educational media that will be designed. As we know that now tabe culture in South Sulawesi has slowly faded especially among children and adolescents.

The type of research conducted is qualitative research that is the approach of sociology and psychology approach, data sources in this study there are two primary data sources and secondary data sources. Primary data source consists of 5 speakers, including community leaders, religious leaders, community, customary arrogant and lecturer. Sources of secondary data is in the form of interviews and documentation, while the sampling technique used in the research is purposive sampling technique.

To reintroduce tabe culture to elementary school children, the media to be used is educational media that will make tabe culture 'a lesson for elementary school children.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada dibumi Indonesia. Masyarakat terdiri dari dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Kebudayaan Indonesia merupakan sikap timbal balik dengan sesama, alam dan lingkungan hidup yang merupakan hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya baik secara fisik ataupun materil.

Dari pasal 32 ayat 1 dan 2 dalam UUD 1945 yang berbunyi”1). Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Dari pasal tersebut kita sudah dapat mengetahui bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan keanekaragaman yang kompleks.

Salah satu kebudayaan bugis yang mengajarkan cara hidup adalah pangaderreng, pangaderreng adalah sistem norma dan aturan-aturan adat. Salah satu pangaderreng dalam suku bugis dikenal dengan budaya tabe’.

Tabe’ adalah minta permisi untuk melewati arah orang lain, dengan kata-kata “tabe”. kata tabe tersebut diikuti gerakan tangan kanan turun kebawah mengarah ketanah atau ketanah. makna dari perilaku orang bugis seperti demikian adalah bahwa kata tabe simbol dari upaya menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan kita, kita tidak boleh berbuat sekehendak hati.

(4)

dikerucutkan kewilayahan anak SD, anak-anak yang mengenal budaya tabe’ akan berperilaku sopan dan tidak mengganggu temannya.

Tata krama ataupun sopan santun hendaknya tidak hilang dalam diri kita. Orang yang sopan akan disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu sangat penting mengajarkan budaya tabe’ atau memperkenalkan apa itu tabe’ kepada anak-anak atau remaja sehingga budaya tabe’ ini tidak akan luntur hilang oleh zaman, dan akan selalu jadi panutan bagi setiap anak untuk selalu mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi adat dalam kearifan lokal di Sulawesi selatan.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adat ialah aturan “perbuatan dsb” yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala, cara “kelakuan dsb” yang sudah menjadi kebiasaan, wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hokum dan aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi suatu sistem. Karena istilah adat yang telah diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi kebiasaan maka istilah hukum adat dapat disamakan dengan hukum kebiasaan.

Maka dari itu penerapan untuk memperkenalkan budaya tabe’ di Sulawesi selatan sangatlah penting, selain menjadikan kebiasaan bagi yang mempraktikannya juga menjadi pelajaran bagi yang melihat serta menjadi budaya dalam keseharian.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Sudah mulai lunturnya budaya tabe’ dikalangan usia sekolah dasar dan remaja.

2. Belum adanya media edukasi yang membahas tabe’ secara mendalam kepada anak-anak sekolah dasar.

3. Informasi tentang budaya tabe’ yang minim membuat masyarakat nantinya lupa akan budaya tabe’.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini:

1. Bagaimana cara mendapatkan informasi tentang budaya tabe’ disulawesi selatan .

(5)

3. Bagaimana media edukasi budaya tabe’ tetap akan selalu menjadi informasi yang tidak dapat tertinggal oleh zaman.

1.4 Tujuan

Membuat media edukasi tentang budaya tabe’ yang penuh semangat dan ceria agar mudah dipelajari oleh kalangan anak-anak usia sekolah dasar.

1.5 Manfaat

1. Anak-anak sekolah dasar menjadi kenal dan tau tentang budaya tabe’ yang ada di Sulawesi selatan.

2. Menjadikan budaya tabe’ kearifan local di Sulawesi selatan.

3. untuk mempertahankan dan mengajarkan kepada anak-anak sekolah dasar agar tradisi ini dapat dikenang hingga akhir zaman.

4. menciptakan keharmonisan lingkungan pada masyarakat disulawesi selatan.

1.6 Batasan Masalah

1. Target audience pada perancangan media edukasi tabe’ adalah anak-anak usia sekolah dasar di Sulawesi selatan khususnya di makassar.

2. Perencanaan media edukasi yang akan dibuat menggunakan suasana semangat dan ceria.

3. Perencagnaan Media edukasi yang akan dibuat terpacu pada informasi yang telah didapatkan.

1.7 Urgensi

(6)

menjadikan salah satu pelajaran untuk anak-anak sekolah dasar yang ada disulawesi selatan. Oleh karena itu, salah satu upaya pelestarian budaya yakni melalui media edukasi yang ceria dan gembira, sehingga anak sekolah dasar tidak merasa bosan dan senang melihat dan mempelajari budaya tabe’ yang ada disulawesi selatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

a. Perancangan

Soetam Rizky ( 2011 : 140) Mendefinisikan bahwa :

“Perancangan adalah sebuah proses untuk mendefinisikan sesuatu yang

akan dikerjakan dengan mengunakan teknik yang bervariasi serta didalam nya melibatkan deskripsi mengenai arsitektur serta detail mengenai komponen dan juga keterbatasan yang akan dialami dalam proses

pengerjaan nya”.

Demikian pula menurut Roger S. Pressman (2010 : 291) Mendefinisikan

bahwa : “Sesungguhnya merupakan suatu aktivitas rekayasa perangkat lunak yang dimaksud untuk membuat keputusan-keputusan utama seringkali bersifat struktural”. Joseph Mansueto dalam buku pengurusan teknologi ( 2005 : 5)

Menyatakan bahwa : “Perancangan

adalah suatu proses untuk membuat keputusan tentang apa yang perlu dilakukan oleh organisasi ”.

Berdasarkan pengertian diatasdapat diambil kesimpulan bahwa perancangan adalah : 1. Proses untuk mendefinisikan sesuatu yang melibatkatkan deskripsi mengenai

arsitektur serta komponen.

2. Merupakan suatu aktivitas rekayasa perangkat lunak .

3. Membuat keputusan-keputusan utama yang bersifat sruktural. 4. Merupakakan penghubung antara kebutuhan dan implementasi .

(7)

Pengertian Media Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Guruan (Association for Education and Communication technology/AECT)

mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional (Asnawir dan Usman, 2002:11).

Gerlach & Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2002:3).

Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang 7 dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Arif S. Sadiman, 2003:6).

Adapun media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:112) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran,

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.

c. Edukasi

Edukasi Edukasi merupakan proses interaktif yang mendorong terjadinya

(8)

d. budaya

Secara umum pengertian budaya adalah cara hidup yang mengatur agar setiap manusia mengerti dan memahami bagaimana mereka harus bertindak, berlaku, berbuat, menentukan sikap saat berhubungan dengan orang lain.

Budaya berasal dari bahasa inggris yaitu "culture" yang memiliki arti yang sama dengan kebudayaan. Budaya sama artinya juga dengan kata "colere" yang berasal dari bahasa latin yang artinya yang mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau petani. Kata budaya juga diambil dari bahasa sanskerta yaitu buddayah yang merupakan kata jamak dari buddhi yang artinya budi atau akal.

Budaya adalah cara hidup yang dapat berkembang secara bersama dalam suatu kelompok masyarakat secara turun temurun dari saru generasi ke generasi berikutnya dimana budaya terbentuk dari beberapa unsur yaitu sistem politik, adat istiadat, agama, bahasa, pakaian, perkakas, karya seni dan karya bangunan

e. Pengkajian Bahasa Budaya

(9)

yang selain mencakup pengertian sistem norma dan aturan-aturan adat serta tata-tertib , juga mengandung unsur-unsur yang meleputi seluruh kegiatan hidup manusia bertingkah-laku dan mengatur prasarana kehidupan berupa peralatan-peralatan materiil dan non-materil.Panngaderreng menolak tiap kesewenang-wenangan, perkosaan, penindasan dan kekerasan sebagai unsur dalam sistemnya, bagaimanapun hal itu telah menjadi kebiasaan. Panngaderreng melekat pada hakekat martabat manusia. Ia menjunjung tinggi persamaan dan kebijaksanaan. Oleh karena itu, maka panggaderreng mendapatkan kekuatannya dari siri , sebagai nilai essensiil dari manusia. norma dan aturan adat dalam kehidupan orang‟

Bugis disebut ade . Ade dengan demikian adalah salah satu aspek panngaderreng yang‟ ‟

mendinamisasi kehidupan masyarakat, karena Ade meliputi segala keharusan tingkah-‟

laku dalam kegiatan-kegiatan orang Bugis. Ade berarti tata-tertib yang bersifat‟

normatif , yang memberikan pedoman kepada sikap baik ideologis, mental spritual maupun fisik. Tata krama terdiri dari tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Krama berarti adab sopan santun, kebiasan sopan santun, atau kepala dan ada kalanya sukar untuk dipahami. Seperti juga halnya perlaku tabe . Tabe’ adalah minta‟

permisi untuk melewati arah orang lain, dengan kata-kata “tabe”. kata tabe tersebut diikuti gerakan tangan kanan turun kebawah mengarah ketanah atau ketanah. makna dari perilaku orang bugis seperti demikian adalah bahwa kata tabe’ simbol dari upaya menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan kita, kita tidak boleh berbuat sekehendak hati. Makna adalah hasil dari mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam, mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan mitos adalah suatu ideologi berwujud. Mitos dapat merangkai menjadi menjadi mitologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan budaya.26 Sedangkan menurut Van Zoest (1990) yang di kutip oleh Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat ( 2011) menengaskan, siapapun bisa menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi – konotasi yang terdapat didalamnya Rumusan Sikap tabe adalah serupa‟

(10)

sedang duduk berjajar terutama bila yang dilewati adalah orang-orang yang usianya lebih tua ataupun dituakan.

Sikap tabe’ dilakukan dengan melihat pada orang-orang yang dilewati lalu memberikan senyuman, setelah itu mulai berjalan sambil sedikit menundukkan badan dan meluruskan tangan disamping lutut. Sikap tabe dimaksudkan sebagai penghormatan‟

kepada orang lain yang mungkin saja akan terganggu akibat perbuatan kita meskipun kita tidak bermaksud demikian. Mereka yang mengerti tentang nilai luhur dalam budaya tabe’ ini biasanya juga akan langsung merespon dengan memberikan ruang seperti menarik kaki yang bisa saja akan menghalangi atau bahkan terinjak orang yang lewat, membalas senyuman, memberikan anggukan hingga memberikan jawaban “ye, de’ megaga” (bahasa bugis) atau dapat diartikan sebagai “iya tidak apa-apa” atau “silahkan lewat”.Sekilas sikap tabe terlihat sepele, namun hal ini sangat penting dalam tata krama masyarakat di‟

daerah Sulawesi Selatan khususnya pada Suku Bugis. Sikap tabe’ dapat memunculkan rasa keakraban meskipun sebelumnya tidak pernah bertemu atau tidak saling kenal. Apabila ada yang melewati orang lain yang sedang duduk sejajar tanpa sikap tabe’ maka yang bersangkutan akan dianggap tidak mengerti adat sopan santun atau tata krama. Bila yang melakukannya adalah anak-anak atau masih muda, maka orang tuanya akan dianggap tidak mengajari anaknya sopan santun. Oleh karena itu biasanya orang tua yang melihat anaknya yang melewati orang lain tanpa sikap tabe akan langsung menegur sang‟

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode riset

Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yaitu metode pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi, sumber data pada penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer terdiri dari 5 orang narasumber, diantaranya:

1. Tokoh masyarakat,

2. Tokoh agama, masyarakat, 3. Pemangkuh adat dan 4. Dosen.

Sumber data sekunder adalah berupa :

1. Referensi dan data pustaka lengkap tentang budaya tabe’ 2. wawancara

dimaksudkan untuk dapat memperoleh suatu data berupa informan, selanjutnya peneliti dapat menjabarkan lebih luas informasi tersebut melalui pengolahan data secara komprehensif. 4 Sehingga wawancara tersebut memungkinkan peneliti untuk dapat mengetahui Makna Tabe’ yang sesungguhnya.

3. dokumentasi budaya tabe’

Dalam tahap dokumentasi dilakukan untuk dapat memperkuat data hasil dari wawancara dan observasi. Dokument dokument yang berisi data data yang dibutuhkan meliputi buku buku yang relevan, serta foto foto atau gambar dalam proses wawancara.

(12)

3.2 Skema metodologi riset

Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, dan ditunjukkan dengan data yang valid.

Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk memperjelas masalah dan menjawabnya. Jawaban terhadapap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis.

Hipotesis tersebut selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris di lapangan. Untuk itu peneliti menetapkan populasi sebagai tempat pengujian dan sekaligus menyiapkan instrument penelitiannya. Bila populasi terlalu luas dan ada keterbatasan dari peneliti baik dari segi tenaga, biaya dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka sampel yang diambil harus representative dengan tingkat kesalahan tertentu. Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data harus valid dan reliable. Untuk itu sebelum instrument digunakan maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya.

(13)

data dapat berbentuk test dan non-test. Untuk instrument yang berbentuk non-test, datapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman obserbasi dan wawancara. Dengan demikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam peneleitian ini dapat berupa kuesioner, observasi dan wawancara.

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuntitatif analisis data menggunakan statistic. Statistik yang digunakan dapat berupa statistic deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistic parametric dan statistic nonparametric. Peneliti menggunakan statistic inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara random.

Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart dan pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang rasional dan mendalam serta interprestasi terhadap data-data yang telah disajikan.

Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat

disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah yang bedasarkan data yang telah terkumpul. Jadi kalau rumusan masalah ada lima, maka kesimpulannya juga ada lima. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi jangan membuat saran yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

(14)

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, komunikasi AntraBudaya, (Bandung: Rosdakarya, 1996). Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Remaja roskadya . Bandung.

Kartono, Pengertian Observasi , sLexy. J. Metodologi penelitian Kualitatif, bandung: Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

1) Residual Devidend Theory , pembayaran deviden dilakukan jika perusahaan memiliki dana sisa setelah membiayai investasi – investasi yang memiliki Net Present Value

Karakteristik sosial budaya masyarakat di daerah Kabupaten Maros seperti halnya masyarakat sulawesi lainnya umumnya termasuk klasifikasi masyarakat homogen ditandai

Sehubungan dengan pelaksanaan Pelelangan Umum/ Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi secara SPSE atas Pekerjaan Pembangunan Rumah Jabatan Camat Banawa Tengah

Yang  terakhir  dalam  aspek  kepemimpinan  yang  perlu Anda  pahami  adalah  kemampuan  untuk  menerima  dan melakukan  perubahan.    Perubahan  yang  diharapkan

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan mengenai letak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Sulawesi Barat dapat dikatakan bahwa ternyata

Islam menambahkan bahwa peserta didik harus menjadi wakil tuhan di muka bumi ini ( kholifah fi al-ardhi ). 4) Manajemen lingkungan belajar, progresivisme menyatakan bahwa tidak

Berdasarkan analisis; ROE, EPS, inflasi dan kurs dari harga saham yang tercacat di JII periode 2015-2018, dapat ditarik kesimpulan bahwa: variabel ROE dan EPS secara

[r]