AKUNTANSI PERBANKAN
SYARIAH: Teori dan Praktik
Kontemporer
Yaya R., Martawiredja A.E.,
Abdurahim A. (2009). Salemba
BAB 11
BAB 11
AKUNTANSI TRANSAKSI
ISTISHNA
DAN ISTISHNA PARALEL
BAB 11
BAB 11
AKUNTANSI TRANSAKSI
ISTISHNA
DEFINISI DAN PENGGUNAAN
DEFINISI DAN PENGGUNAAN
►
Bai ‘ al istishna ‘ atau disebut dengan istishna’, merupakan kontrak jual beli
dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan ( pembeli, mustahni’ ) dan penjual
( pembuat, shani’ ).
► Barang yang diperjualbelikan biasanya adalah barang manufaktur, adapun
dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat dilakukan di muka, melalui
cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
► Penggunaan akad istishna’ oleh bank syariah diindonesia relatif masih
minim.
Ketentuan syar’i, rukun transaksi dan pengawasan syariah
Transaksi istishna’ dan istishna’ paralel
● Ketentuan syar’i transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel
● Rukun transaksi Istishna
► transaktor
► Objek Istishna
► Ijab dan kabul
● Rukun Transaksi Istishna’ Paralel
Ketentuan syar’i Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
Ketentuan syar’i Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
►
Menurut mazhab Hanafi, istishna’ hukumnya boleh karena hal
itu telah dilakukan oleh masyarakat muslim sejak masa awal
tanpa ada ulama yang mengingkari. Ketentuan syar’I transaksi
istishna’ diatur dalam fatwa DSN no 06/DSN-MUI/IV/2000
TENTANG jual beli istishna’
Rukun Transaksi Istishna
Rukun Transaksi Istishna
●
Transaktor
► Transaktor terdiri atas pembeli dn penjual. Kedua transaktor disyaratkan
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang
optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan yang lain sejenis.
► Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin
dan pantauan dari walinya. Terkait dengan penjual, DSN mengharuskan
agar penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan
jumlah yang telah disepakati.
► Penjual diperbolekan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
Objek Istishna
Objek Istishna
► harus jelas spesifikasinya
► penyerahanya dilakukan kemudian
► waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
► pembeli ( mustashni’ ) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
► tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
► memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
Ijab kabul
Ijab kabul
● Ijab dan kabul istishna’ merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual ( bank syariah ) dan
penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli ( nasabah )
● Menurut PSAK no 104 paragraf 12 pada dasarnya Istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi :
► Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya
Rukun Transaksi Istishna’ Paralel
Rukun Transaksi Istishna’ Paralel
►
Berdassarkan fatwa DSN no 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad istishna’
kedua
( antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual ) harus
dilakukan terpisah dari akad pertama
Pengawasan syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna paralel
Pengawasan syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna paralel
●
Pengawasan tersebut dilakukan untuk :
► Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah
islam
► Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan
nasabah sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati;
► Memastikan akad Istishna’ dan akad Istishna’ paralel dibuat dalam akad
yang terpisah;
► Memastikan bahwa akad Istishna’ yang sudah dikerjakan sesuai
kesepakatan hukimnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali
memenuhi kondisi antara lain (i) kedua belah pihak setuju untuk
Bank Syariah 4.Kirim tagihan penyelesaian barang
8.Kirim dokumen pengiriman
7.Kirim barang 9. Pelunasan pembayaran
5.bayar
Cakupan Standar Akuntansi Istishna’Paralel
Cakupan Standar Akuntansi Istishna’Paralel
►
Akuntansi istishna’ diatur dalam Pernyataan Standar Keuangan
( PSAK ) no 104 tentang istishna’.terkait dengan pengakuan
dan pengukuran transaksi, standar ini mengatur tentang
Teknis Perhitungan Transaksi Istishna’
Transaksi Istishna’ Pertama
Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang
dikelolanya, dr. Ursila berencana menambah satu unit bangunan seluas 100 m2 khusus untuk rawat inap di
sebelah barat bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank Berkah Syariah untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah serangkaian negosiasi
beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain
Harga Bangunan : Rp 150.000.000
Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli) Mekanisme panagihan : 5 termin sebesar Rp
30.000.0000 per termin mulai tanggal 10 Agustus
Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan
Harga Bangunan : Rp 150.000.000
Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli) Mekanisme panagihan : 5 termin sebesar Rp
30.000.0000 per termin mulai
tanggal 10 Agustus
Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal
penagihan
Transaksi Istishna’ Kedua
Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari 20XA, Bank Berkah Syariah
memesan kepada kontraktor PT. Thariq Konstruksi dengan kesepakatan sebagai berikut:
Harga Bangunan : Rp 130.000.000
Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tgl 25 Juni)
Mekanisme penagihan kontraktor: tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%.
Tanggal Rekening Debit Kredit 5/2/XA Db.Bbn praakad yang ditangguhkan 2.000.000
Kr.Kas 2.000.000
Penjurnalan Transaksi Istishna
’
A.Transaksi biaya prakad ( Bank sebagai penjual )
misalkan : pada tanggal 5 20XA, untuk keperluan survey dan
B.Penandatanganan akad dengan pembeli ( Bank sebagai Penjual)
Misalkan kasus dr.susila dengan bank berkah syariah diatas, transaksi istishna’ jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban prakaad menjadi biaya istishna’ adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Kredit ( Rp )
10/2/XA Db. Biaya istishna’ 2.000.000
C. Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang
C. Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang
( Bank Sebagai Pembeli )
( Bank Sebagai Pembeli )
● Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’ paralel terdiri dari :
► biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas
► biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan prakad; dan
D. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual ( pembuat )
barang istishna
’Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga termin yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Misalkan dalam perjalanannya, realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:
No. Termin Tingkat penyelesai
I 20% 1 April 26.000.0000 8 April 26.000.0000
II 50% 15 Mei 39.000.0000 22 Mei 39.000.0000
Lanjutan ………
Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq Konstruksi menyelesaikan 20% pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20% x Rp 130.000.000) kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Debit ( Rp )
1/4/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 26.000.0000
Lanjutan ………
Lanjutan ………
E. Pengakuan Pendapatan istishna’
E. Pengakuan Pendapatan istishna’
● Berdasarkan PSAK no 104 Paragraf 18 disebutkan bahwa jika metode prosentae penyelesaian digunakan, maka :
► bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang
bersangkutan
► bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aest istishna dalam penyelesaian ; dan
F. Penagihan Piutang Istishna’ Pembeli
F. Penagihan Piutang Istishna’ Pembeli
Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin dalam jumlah yang sama yaitu Rp 30.000.000, setiap tanggal 10 mulai bulan Agustus. Maka jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna’ kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.
Tangaal Rekening Debit ( Rp ) Kedit ( Rp )
10/8/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin Istishna’ 30.000.000 * Rp 150.000.000/ 5 termin = Rp
( F ) Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna’ dari Pembeli
( F ) Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna’ dari Pembeli
► Pembayaran piutang istishna’ oleh nasabah dilakukan setelah menerima tagihan istishna dari bank. Oleh karena termin istishna’ merupakan pos lawan dari piutang istishna’, maka pada waktu pembayaran piutang, bank sebagai penjual perlu
menutup termin istishna’.
Misalkan dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3 hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual. Maka jurnal untuk mengakui setiap penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp) 13/8/XA Db. Kas/rekening nasabah
pembeli istishna 30.000.000
Kr. Piutang Istishna’ 30.000.000
Db. Termin Istishna’ 30.000.000
( G ) Variasi Transaksi dan Kebijakan akuntansi
( G ) Variasi Transaksi dan Kebijakan akuntansi
●
g.1.Pengakuan Pendapatan dengan metode akad selesai
Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 19 disebutkan bahwa pada metode akad selesai melekat beberapa ketentuan berikut :
1. Tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai:
2. Tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai:
3. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selsai: dan
g.2. Pembayaran dengan cara tangguh
● Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 20, jika menggunakan metode persentase
penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’ dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian; dan
PENYAJIAN
● Berdasarkan PSAK no 104, penyajian rekening yang terkait transaksi istishna’ dan istishna’ paralel antara lain :
a. Piutang istishna’, yang timbul kaena pemberian modal usaha istishna’ oleh bank syariah
b. Piutng, yang timbul kerna penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi istishna’, Rekening ini disajikan terpisah dari piutang istishna’,
PENGUNGKAPAN
● Hal-hal yang diungkap dalam catatan atas laporan keungan tentang transaksi istishna’ dan istishna paralel antara lain :
1. Rincian piutang istishna’ dan hutang istishna’ berdasarkan jumlah,jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan penyisihankerugian piutang Istishna’,
2. Piutang istishna’ dan hutang istishna’ kepada penjual ( pemasok ) yang memiliki hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha istishna’, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain