• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial di Malaysia

Disusun Dalam Rangka Menempuh Tugas Kelompok Mata Kuliah Politik Ketenagakerjaan

Di susun oleh:

1. Arnelly Rosiana ( 14010110130123) 2. Nindya Prillianti (14010110130128) 3. Lasurmaerza Z.A (14010110141003)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Secara sederhana negara kesejahteraan (welfare state) adalah negara yang menganut system ketenagakerjaan yang menitik beratkan pada mementingkan kesejahteraan warganegaranya. Tujuan dari negara kesejahteraan bukan untuk menghilangkan perbedaan dalam ekonomi masyarakat, tetapi memperkecil kesenjangan ekonomi dan semaksimal mungkin menghilangkan kemiskinan dalam masyarakat. Adanya kesenjangan yang lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dalam suatu negara tidak hanya menunjukan kegagalan negara tersebut didalam mengelola keadilan sosial, tetapi kemiskinan yang akut dengan perbedaan penguasaan ekonomi yang mencolok akan menimbulkan dampak buruk dalam segala segi kehidupan masyarakat. Dampak tersebut akan dirasakan mulai dari rasa ketidak berdayaan masyarakat miskin, hingga berdampak buruk pada demokrasi, yang berupa mudahnya orang miskin menerima suap (menjual suaranya pada pemilu) akibat keterjepitan ekonomi. Bahkan adanya rasa frustasi orang miskin akan mudah disulut untuk melakukan tindakan-tindakan anarkhis, yang berakibat kontra produktif bagi perkembangan demokrasi.

(3)

masyarakatnya serta mampu mengkombinasikan dari berbagai pihak baik organisasi sosial, pihak independen,dll (Gough, 2005:3).

Penerapan konsep negara kesejahteraan dapat dilihat dalam pemberian jaminan sosial meliputi penyediaan perlindungan, asuransi kesehatan, tunjangan pensiun, dan akses pelayanan kesehatan. Kemudian karakteristik dari negara kesejahteraan ini sendiri ialah (1) mayoritas pengeluaran negara tersebut ditujukan untuk kebijakan sosial atau tanggung jawab untuk penyediaan kesejahteraan yang bagi warganya. (2) ada komitmen jangka panjang dair negara atau pemerintah yang dibuat dimana memiliki seperangkat program pemerintah yang bertujuan untuk menjamin kesejahteraan untuk menghadapi kemungkinan yang akan dihadapi dalam modernitas, individualisasi, dan masyarakat yang terindustrialisasi. (3) negara menjadi negara yang tanpa kehilangan posisi pemegang tanggung jawab utamanya, mampu mengkombinasikan tenaga dari berbagai pihak (organisasi sosial, pihak independen, voluntary, dll) untuk menyediakan perlindungan kesejahteraan bagi masyarakat (Gough, 2005:4).

Ketenagakerjaan di Malaysia berada di bawah Kementerian Pengurusan Sumber Manusia di Bawah Perdana Menteri, sejajar dengan Kementerian lain, seperti Keimigrasian. Di Malaysia semua pekerja baik domestic maupun dari luar negara yang bekerja di Malaysia melalui kontrak kerja yang sah antara pekerja dengan Malaysia terikat ketentuan dalam Akta Perkerjaan (undang-undang ketenagakerjaan), kecuali tenaga kerja informal, sama dengan Indonesia, malaysia tidak mempunyai perundangundangan khusus berkaitan dengan tenaga kerja informal.

I.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem ketenagakerjaan di Malaysia?

2. Bagaimana Malaysia memberikan jaminan sosial bagi tenaga kerjanya?

I.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui sistem ketenagakerjaan di Malaysia.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Sistem Ketenagakerjaan di Malaysia

II.2. Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Malaysia

Sebagai negara persemakmuran, sistem jaminan sosial di Malaysia berkembang lebih awal dan lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan sistem jaminan sosial di negara lain di Asia Tenggara. Pada tahun 1951 Malaysia sudah memulai program tabungan wajib pegawai untuk menjamin hari tua (employee provident fund, EPF) melalui Ordonansi EPF. Seluruh pegawai swasta dan pegawai negeri yang tidak berhak atas pensiun wajib mengikuti program EPF. Ordonansi EPF kemudian diperbaharui menjadi UU EPF pada tahun 1991. Pegawai pemerintah mendapatkan pensiun yang merupakan tunjangan karyawan pemerintah. Selain itu, Malaysia juga memiliki sistem jaminan kecelakaan kerja dan pensiun cacat yang dikelola oleh Social Security Organization (SOCSO). Oleh karena pemerintah federal Malaysia bertanggung jawab atas pembiayaan dan penyediaan langsung pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk yang relatif gratis, maka pelayanan kesehatan tidak masuk dalam program yang dicakup sistem jaminan sosial di Malaysia. Dengan sistem pendanaan kesehatan oleh negara, tidak ada risiko biaya kesehatan yang berarti bagi semua penduduk Malaysia yang sakit ringan maupun berat.

Sektor informal merupakan sektor yang lebih sulit dimobilisasi. Namun demikian, dalam sistem jaminan sosial di Malaysia, sektor informal dapat menjadi peserta EPF atau SOCSO secara sukarela. Termasuk sektor informal adalah mereka yang bekerja secara mandiri dan pembantu rumah tangga. Karyawan asing dan pegawai pemerintah yang sudah punya hak pensiun juga dapat ikut program EPF secara sukarela.

(5)

karena program tersebut merupakan program tunjangan pegawai (employment benefit) dimana pegawai tidak berkontribusi. Program jaminan kecelakaan kerja dan pensiun cacat dikelola oleh SOCSO yang dalam bahasa Malaysia disebut Pertubuhan Keselamatan Sosial (PERKESO).

Manfaat (benefits) yang menjadi hak peserta terdiri atas: (1) Peserta dapat menarik jaminan hari tua berupa dana yang dapat diambil seluruhnya (lump-sum) untuk modal usaha, menarik sebagian lump-sum dan sebagian dalam bentuk anuitas (sebagai pensiun bulanan), dan menarik hasil pengembangannya saja tiap tahun sementara pokok tabungan tetap dikelola CPF. (2) Peserta dapat menarik tabungannya ketika mengalami cacat tetap, meninggal dunia (oleh ahli warisnya), atau meninggalkan Malaysia untuk selamanya. (3) Peserta juga dapat menarik dananya untuk membeli rumah, ketika mencapai usia 50 tahun, atau memerlukan biaya perawatan di luar fasilitas publik yang ditanggung pemerintah. (4) Ahli waris peserta berhak mendapatkan uang duka sebesar RM 1.000-30.000, tergantung tingkat penghasilan, apabila seorang peserta meninggal dunia.

(6)

BAB III

PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

(7)

Daftar Pustaka

Anonym,t.t. Welfare state: sejarah dan Perkembangannya. [online] tersedia di

http://www.scribd.com/doc/47842253/Welfare-States-Skandinavian-or-whom [diakses pada 18 September 2013]

http://ms.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Sumber_Manusia_Malaysia [diakses pada 18 September 2013]

Hantaris, Linda. 2007. “Welfare Policy”, dalam Hay, Colin dan Menond, Anand

Referensi

Dokumen terkait

bahwa banyak terjadi penangkapan ikan ilegal oleh kapal-kapal ikan berbendera asing. Faktor yang menjadi penyebab adalah lemahnya pengawasan negara Indonesia terhadap

Jawa Timur menjadi wilayah yang paling potensial untuk dijadikan lokasi berdirinya pabrik ini karena kedua bahan baku tersebut dapat diperoleh dari PT Petro Jordan Abadi

Setelah dilakukan analisis pada struktur breasting dolphin dengan penguatan (tie-braces), didapatkan bahwa struktur memiliki UC member stress jauh dibawah batas

Workload per semester 340 minutes’ lecture is divided into 100 minutes face to face interaction, 120 minutes structured activities and 120 minutes’ independent study

Remaja di panti menganggap dirinya tidak memiliki pendirian, menjadi sumber masalah bagi lingkungan, terasing dari keluarga, dan mudah menyerah serta mengalami hambatan

Dari Gambar 22 terlihat, terdapat peningkatan yang dinilai banyak oleh lulusan sebelum dan setelah lulus dari UT, yaitu pada aspek: pengembangan diri,

Shalat magrib dianalogikan sebagai sabuk, dalam bahasa Jawa sabuk berarti alat untuk mengikat perut dari celana atau tapeh.Penulis menginterpretasikan sabuksebagai bentuk

1) Penyusunan, penggandaan naskah soal dan kelengkapannya. 2) Transportasi dan akomodasi peserta, Panitia Pusat, dan Undangan dari Pusat. 3) Honorarium, transport dan