• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM ARTIKEL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

ARTIKEL

ARNELIA. R 1310018512003

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

Arnelia R, Yetty Morelent, Marsis

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta Arnelia.rahimi@yahoo.com

ABSTRACT

Arnelia R. 2015. "Improving Students’ Ability in Writing Drama Script through Gerlach and Ely’s Learning Model Application and Its Implication to the Learning of Indonesian Language for the Eleventh Year Students of SMA Negeri 1Tanjung Raya Agam Regency." Thesis. Bung Hatta University Postgraduate Program. One of the problems faced by Eleventh Year Students of IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya in learning Indonesian Language is the lack of ability to write drama script. The students’ low ability was obtained from the initial tests (prasiklus) which was conducted by a teacher to 24 students. The results of the initial test was only 3 students who have reached completeness and 21 students have not reached completeness with an average value of 65.96. One cause that make the students’ low ability in writng drama script was the fact that students have not gained a lot of knowledge on writing drama script. In fact, to improve thestudents’ ability in writing drama script, classroom action research had to be done by applying the Gerlach and Ely’s Learning Model because the learning Strategy which was used in this model based on the students’ knowledge. This researchwas aimed to describe the increasing in the learning process and improving students’ learning outcomes in writing drama script. Implementation of this study began in July to November 2015. During the study researcher collaborated with two Indonesian language teachers in order to get the qualitative and quantitative data. Based on the research results, the increasing of students’ ability in writing drama script at the first cycle with the average value of 65.96 into 77.25 with good criteria, the second cycle of 77.25 into 84.54 with good criteria, and the third cycle of 84.54 to 91,17 with very good criteria. Based on the data above the researcher concluded that the application of Gerlach and Ely’s Learning Models could improve the students’ ability in writing drama script for Eleventh Year Students of IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya Agam Regency. Thus Gerlach and Ely’s Learning Model should be one of the models was applied to other basic competencies and other subjects so that learning is more systematic and purposeful.

(3)

PENDAHULUAN

Drama merupakan karya yang ditulis

dalam bentuk tersendiri dengan

menggunakan dialog antartokoh sebagai

sarana primer. Dalam penulisan naskah

drama ada hal yang menjadi pedoman

yakni keterbacaan dan kesesuaian. Keterbacaan artinya naskah mudah dicerna pembaca sehingga tema yang diinginkan penulis mudah didapat. Kesesuaian artinya naskah tersebut sejalan dengan perkembangan psikologis pembaca. Selain itu drama disebut juga sebagai karya dua dimensi karena naskah

drama ditulis tidak saja untuk dinikmati

melalui kegiatan membaca, melainkan

juga untuk dipertunjukkan (dipentaskan)

di atas panggung atau melalui media

film/televisi (Thahar, 2008:2). Dalam

karya dua dimensi penulis naskah drama

mempertimbangkan pembaca dan

penonton. Untuk pembaca penulis naskah

menggunakan bahasa yang komunikatif

dan estetis, sedang untuk penonton

penulis memperkirakan penonton yang

memiliki apresiasi baik terhadap drama

tersebut.

Menulis naskah drama dalam pembelajaran bahasa Indonesia diajarkan baik tingkat SMP maupun SMA. Khusus pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat Standar Kompetensi (SK) menulis naskah

drama dengan Kompetensi Dasar (KD) mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama. Standar Kompetensi ini mengharapkan siswa mampu menulis naskah drama. Akan tetapi, guru mengalami permasalahan yakni rendahnya kemampuan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Tanjung Raya dalam menulis naskah drama. Permasalahan ini diamati setelah prasiklus yang dilakukan guru dengan hasil dari 24 orang siswa yang terdiri atas 6 orang laki-laki dan 18 orang perempuan yang mengikuti tes prasiklus ditemukan 3 siswa telah mencapai ketuntasan dan 21 siswa belum mencapai ketuntasan. Ketuntasan belajar secara klasikal dengan daya serap 75% dari 8 kriteria yang dinilai baru 4 kriteria yang telah mencapai ketuntasan.

Penyebab rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa karena belum semua siswa memiliki pengetahuan yang mendalam tentang penulisan naskah drama dan beberapa siswa telah mengetahui tentang penulisan naskah drama belum mampu menerapkan pengetahuan tersebut pada keterampilan menulis naskah. Penyebab lain yakni guru tidak menggunakan strategi yang cocok. Selain itu, pembelajaran tidak menggunakan media sehingga siswa tidak memiliki contoh ketika menulis naskah drama.

(4)

Untuk mengatasi permasalah tersebut penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang penulisan naskah drama dengan membuat model desain pembelajaran yang tepat dan menerapkannya dalam pembelajaran menulis naskah drama. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran Gerlach dan Ely karena model ini menunjang tugas utama guru yakni sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran. Ketiga tugas guru tersebut akan diuraikan dalam 10 komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely. Komponen model Gerlach dan Ely ini dapat sebagai peta atau petunjuk bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran lebih terfokus pada tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, model ini sistematis dan efektif digunakan dalam pembelajaran Penilaian pada model pembelajaran ini mengacu pada ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Dengan demikian, model pembelajaran ini membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam menulis naskah drama.

Menulis merupakan salah satu

keterampilan berbahasa. Kegiatan

menulis merupakan kegiatan intelektual

karena kegiatan menulis ditandai dengan

kemampuan mengungkapkan pikiran atau

gagasan untuk menyampaikan pesan.

Kemampuan menulis merupakan

kemampuan yang kompleks yang

menuntut sejumlah pengetahuan dan

(5)

dengan membentuk kesatuan dalam naskah drama. Menurut Hasanuddin (2009:81), unsur-unsur drama teridiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Lebih lanjut, Waluyo (2003: 8) menjelaskan bahwa unsur-unsur pembentuk struktur naskah drama yang terdiri atas: (1) plot atau kerangka cerita, (2) penokohan dan perwatakan, (3) dialog, (4) setting, (5) tema/nada dasar cerita, (6) amanat/ pesan penagarang, dan (7) petunjuk teknis. Kegiatan menulis drama tentu melalui beberapa tahap-tahap. Menurut Lutters (2010: 31), tahap-tahap penulisan naskah drama disarikan sebagai berikut: (1) tahap persiapan cerita, (2) tahap observasi adalah pengamatan terhadap sebuah kasus untuk kebutuhan penulisan naskah, (3) tahap melakukan riset yaitu melakukan penelitian untuk mencari kebenaran data tentang sesuatu, (4) tahap pembuatan sinopsis yaitu tahap membuat ikhtisar yang memuat semua data dan informasi yang akan ditulis dalam naskah, (5) tahap membuat kerangka tokoh atau skema, (6) tahap menentukan profil tokoh, (7) menentukantreatment/scene plot, dan (8) tahap menulis naskah/skenario dengan memperhatikan format penulisan naskah dengan tepat.

Keberhasilan pengarang dalam menulis naskah drama menurut Hasanuddin (2009:89) dipengaruhi beberapa faktor di antaranya adalah

sensitivitas, imajinasi, intelektualitas, serta pandangan hidupnya. Keempat faktor ini saling mendukung dan tak dipisahkan satu sama lain.

Dalam pembelajaran menulis naskah drama, guru membantu siswa sehingga siswa memiliki kemampuan yang baik dalam menulis naskah drama. Salah satu usaha guru adalah menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Trianto (2007:17) mengutip Arends mengatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan

(6)

Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2014:53) mengutip Joyce dan Weil bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan dalam merancang pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

Berbagai jenis model pembelajaran yang ditawarkan pada pendidik, tetapi model pembelajaran yang cocok di semua kalangan termasuk pendidikan tinggi adalah model pembelajaran Gerlach dan Ely. Model pembelajaran Gerlach dan Ely diciptakan oleh Vernon S. Gerlach dan Donald P. Ely pada tahun 1971. Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Sama halnya yang diungkapkan Grabowski (2003) bahwa The Gerlach & Ely model does indeed

adopt a systematic approach to teaching

and learning, and has most of the

necessary elements contributing to

instruction included yang artinya model Gerlach & Ely memang mengadopsi

pendekatan yang sistematis untuk mengajar dan belajar, serta memiliki sebagian besar elemen yang diperlukan berkontribusi terhadap yang mencakup pengajaran.

Rusman (2010:162) model Gerlach dan Ely adalah model pembelajaran yang sistematis karena model ini menggambarkan tiga pokok tugas guru yaitu, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Ketiga tugas ini terurai dalam 10 komponen pembelajaran yang terdiri dari merumuskan tujuan pembelajaran, menetukan isi atau topik pembelajaran, mengadakan tes awal, menentukan strategi, mengelompokan siswa, menentukan waktu, menentukan ruang, memilih media, melakukan evaluasi, dan menganalisi umpan balik. METODOLOGI PENELITIAN

(7)

naskah drama siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya Kabupaten Agam dengan model pembelajaran Gerlach dan Ely.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dalam penelitian bertujuan untuk mendesripsikan peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Tanjung Raya Kab. Agam dengan model pembelajaran Gerlach dan Ely. Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang permasalahan yang diteliti, sehingga data dideskripsikan secara rinci, sistematis, dan jujur. Oleh sebab itu, penerapan model Gerlach dan Ely dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya Kabupaten Agam.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan tiga siklus. Siklus adalah putaran secara berulang dari kegiatan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini berupa data verbal dan data non verbal. Data verbal ialah seluruh data yang terkait dengan proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran menulis naskah drama melalui model pembelajaran Gerlach dan Ely pada setiap tahap. Data verbal berupa cacatan hasil

pengamatan (observasi), catatan lapangan, hasil angket, dan hasil tes unjuk kerja siswa. Data nonverbal adalah data berupa foto-foto. Data penelitian terdiri atas data kualitatif dan data kuantitif. Data kualitatif mencakup aktivitas guru, aktivitas siswa, catatan lapangan, dan angket respon siswa. Data kuantitif berupa nilai dari tes unjuk kerja menulis naskah drama.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sugiyono (2008:307) mengatakan bahwa penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri dengan melengkapi data serta membandingkan data yang ada dengan data yang ditemukan. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif ini sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti sebagai instrumen utama dilengkapi dengan instrumen tambahan berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, angket, dan tes kemampuan menulis naskah drama. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(8)

dari 2 x 45 menit. Pertemuan I siklus I aktivitas guru dinilai dalam lembar obsevasi tindakan guru adalah persiapan, kegiatan belajar mengajar, dan aspek pendukung.

Berdasarkan catatan observer dalam lembaran obsevasi, aktivitas guru yang terdiri dari persiapan dengan skor 19, kegiatan belajar mengajar dengan skor 72, dan aspek pendukung dengan skor 11 dengan jumlah 102 dan skor idel 150 sehingga didapat nilai 68 dengan kriteria cukup. Pada pertemuan II siklus I, aktivitas guru meningkat dibandingkan pertemuan pertama dengan persentase 71,72 dengan kriteria baik. Dengan uraian persiapan dengan skor 20, kegiatan belajar mengajar dengan skor 72 dan aspek pendukung dengan skor 12 yang berjumlah 104 dan skor ideal 145. Dari hasil pengamatan yang dilakukan observer terhadap tindakan guru dua kali pertemuan menujukkan peningkatan sebanyak 3,72%.

Sementara aktivitas siswa dalam berpartisipasi pada kegiatan penutup pertemuan I siklus I masih kurang. Satu orang siswa yang ditunjuk tidak mau menyampaikan refleksi tehadap pembelajaran. Skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 74, perhatian 83, keseriusan 82, dan partisipasi 77, dengan jumlah skor perolehan 316 dan skor ideal 480 maka rata-rata aktivitas siwa pertemua I adalah

65,83 dengan kriteria cukup. Pada pertemuan II siklus I, terjadi peningkatan dan beberapa orang siswa mau menyampaikan kesulitan belajar dan refleksi pembelajaran. Skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 83, perhatian 76, keseriusan 99, dan partisipasi 84, dengan jumlah 342 dan skor ideal 480 maka rata-rata 71,25 dengan kriteria baik. Untuk jelasnya hasil pengamatan dari observer tentang aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 1. Aktivitas Siswa dalam Siklus I

Respon siswa terhadap penerapan

model pembelajaran Gerlach dan Ely ini

dengan jumlah skor siswa menjawab

sangat setuju 179,2 dengan rata-rata

22,40, setuju 308,4 dengan rata-rata

38,55, netral 58,3 dengan rata-rata 7,28,

tidak setuju 191,7 dengan rata-rata 23,96,

(9)

rata-rata 6,79. Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada grafik beikut ini.

Grafik 2. Angket Respon Siswa Siklus I

Sementara hasil tes unjuk kerja menulis naskah drama siklus I diketahui bahwa 17 orang siswa telah mencapai ketuntasan dan 7 orang siswa belum mencapai ketuntasan. Jumlah rata-rata siswa 1854 dan jumlah siswa 24 maka rata-rata menulis drama kelas XI IPA2 adalah 77,25 dengan kriteria baik. Secara klasikal 75% kriteria penilaian telah mencapai ketuntasan dan 25% perlu perbaikan. Jika dibandingkan dengan hasil tes pada prasiklus, terlihat ada sedikit peningkatan jumlah siswa yang mampu menulis naskah drama. Hal ini diasumsikan bahwa model pembelajaran Gerlach dan Ely bisa membantu siswa dalam menulis naskah drama.

Berdasarkan diskusi dengan observer maka perlu perbaikan untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama ke siklus II. Adapun perbaikan yang perlu diperhatikan adalah:

(1) guru mengefektifkan penggunaan waktu pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana, (2) guru memotivasi siswa yang tidak aktif dengan memanggil nama siswa dan diberi kesempatan bertanya atau menjawab pertanyaan, (3) perhatian guru harus menyeluruh sehingga kegiatan semua siswa terpantau dan memberikan teguran bagi siswa yang melanggar, (4) guru menukar kembali anggota kelompok berdasarkan kemampuan berbicara siswa, (5) guru memberikan bacaan atau naskah drama dengan tema yang sesuai dan menarik, dan (6) guru hendaknya membimbing siswa dalam menulis drama sehingga siswa mampu menggunakan bahasa yang estetis dan komunikatif serta kesalahan penggunaan EYD dapat dikurangi.

(10)

dengan skor 15 yang berjumlah 111 dan skor ideal 130. Dari hasil pengamatan yang dilakukan observer terhadap tindakan guru dua kali pertemuan menujukkan peningkatan sebanyak 8,46%.

Aktivitas siswa pertemuan I siklus II skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 101, perhatian 95, keseriusan 96, dan partisipasi 98, dengan jumlah skor perolehan 390 dan skor ideal 480 maka rata-rata aktivitas siwa pertemua I adalah 81,25 dengan kriteria baik. Pada pertemuan II siklus II, terjadi peningkatan dengan skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 104, perhatian 100, keseriusan 104, dan partisipasi 103, dengan jumlah 411 dan skor ideal 480 maka rata-rata 85,56 dengan kriteria baik. Untuk jelasnya hasil pengamatan dariobserver tentang aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 3 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

pada Siklus II

Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Gerlach dan Ely dengan skor siswa menjawab sangat setuju 300,1 dengan rata-rata 37,51, setuju 351,1 dengan rata-rata 43,89, netral 20,8 dengan rata-rata 2,60, tidak setuju 62,3 dengan rata-rata 7,79, dan tidak sangat setuju 12,5 dengan rata-rata 1,56. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4 Angket Respon Siswa pada Siklus II

Hasil tes unjuk kerja menulis naskah drama siklus II diketahui bahwa 24 orang siswa yang mengikuti tes unjuk kerja

(11)

telah mencapai ketuntasan Jumlah nilai rata-rata siswa 2029 dan jumlah siswa 24 maka nilai rata-rata menulis drama kelas XI IPA2 adalah 84,54 dengan kriteria baik. Secara klasikal secara klasikal semua indikator telah mencapai ketuntasan. Jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I , terlihat ada peningkatan jumlah siswa yang mampu menulis naskah drama. Hal ini diasumsikan bahwa model pembelajaran Gerlach dan Ely mempermudah dan membantu siswa dalam menulis naskah drama.

Akan tetapi, peningkatan tersebut masih belum memuaskan karena semua data yang dikumpulkan mengiformasikan bahwa kategori nilai berada pada kategori baik. Oleh karena itu, peneliti perlu melanjutkan penelitian pada siklus III dengan beberapa revisi. Adapun perbaikan yang perlu diperhatikan adalah: (1) guru menyusun langkah-langkah pembelajaran yang rinci, (2) guru memotivasi siswa dengan optimal sehingga kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran Gelach dan Ely dapat dilaksanakan dan aktivitas siswa meningkat ke arah yang lebih baik, (3) guru hendaknya memberikan perhatian menyeluruh ketika siswa menulis naskah drama sehingga penggunaan bahasa yang komunikatif dan

estetis serta penggunaan EYD yang benar dapat diterapkan dalam naskah siswa. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 12 November 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 16 November 2015. Aktivitas guru yang terdiri dari persiapan dengan skor 25, kegiatan belajar mengajar dengan skor 73, dan aspek pendukung dengan skor 15 dengan jumlah 121 dan skor ideal 130 sehingga didapat nilai 93,08 dengan kriteria sangat baik. Pada pertemuan II siklus III, aktivitas guru meningkat dibandingkan pertemuan pertama dengan nilai 96,15 dan kriteria sangat baik. Dengan uraian persiapan dengan skor 25, kegiatan belajar mengajar dengan skor 85 dan aspek pendukung dengan skor 15 yang berjumlah 125 dan skor ideal 130. Dari hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator terhadap tindakan guru dua kali pertemuan menujukkan peningkatan sebanyak 3,07%.

Aktivitas siswa dengan skor masing-masing aspek yang dinilai pada pertemuan I siklus III adalah keaktifan 101, perhatian 103, keseriusan 108, dan partisipasi 10 dengan jumlah skor perolehan 416 dan skor ideal 480 maka rata-rata aktivitas siwa pertemua I adalah 86,67 dengan kategori sangat baik. Pada pertemuan II siklus III, terjadi peningkatan dengan skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 104, perhatian 105, keseriusan 113, dan

(12)

partisipasi 108, dengan jumlah 430 dan skor ideal 480 maka rata-rata 89,58 dengan kategori sangat baik. Untuk jelasnya hasil pengamatan dari observer tentang aktivitas siswa pada siklus III dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 5 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

pada Siklus III

Respon siswa terhadap model pembelajaran Gerlach dan Ely dengan jumlah skor siswa menjawab sangat setuju 300,1 dengan rata-rata 37,51, setuju 351,1 dengan rata-rata 43,89, netral 20,8 dengan rata-rata 2,60, tidak setuju 62,3 dengan rata-rata 7,79, dan tidak sangat setuju 12,5 dengan rata-rata 1,56. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 6 Angket Respon Siswa pada Siklus III

Hasil tes unjuk kerja menulis naskah drama siklus III diketahui bahwa 24 orang siswa yang mengikuti tes unjuk kerja telah mencapai ketuntasan. Jumlah nilai rata-rata siswa 2188 dan jumlah siswa 24 maka nilai rata-rata menulis drama kelas XI IPA2 adalah 91,17 dengan kriteria sangat baik. Secara klasikal secara klasikal semua indikator telah mencapai ketuntasan Jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus II , terlihat ada peningkatan jumlah siswa yang mampu menulis naskah drama. Hal ini diasumsikan bahwa siswa telah terbiasa dengan model pembelajaran Gerlach dan Ely dan model ini dapat membantu siswa dalam menulis naskah drama. Berdasarkan data yang dikumpulkan terlihat peningkatkan kemampuan menulis naskah drama. Peningkatan ini secara umum sangat signifikan dan secara individual keberhasilan belajar telah mencapai ketuntasan 100%, dengan nilai rata-rata 91,17 dan kriteria sangat baik. Dengan demikian pelaksanaan tindakan kelas dapat dihentikan pada siklus ke III ini

(13)

Aktivitas guru dari siklus ke siklus juga mengalamai peningkatan, pada siklus I aktivitas guru 69,86 , pada siklus II naik menjadi 81,15 dan pada siklus III naik menjadi 94,62. Ini berarti terjadi peningkatan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran Gerlach dan Ely. Sebagaiman yang tergambar pada grafik berikut.

Grafik 7 Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa mulai dari siklus I rata-rata 73,4, rata siklus II adalah 83,5 dan rata-rata siklus III 88,13. Data ini menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas siswa tentang keaktifan, perhatian, keseriusan, dan partisipasi. Sebagaimana yang tergambar pada grafik berikut.

Grafik 8. Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

pada

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Sementara itu peningkatan hasil belajar prasiklus rata 66, siklus I rata-rata 73,9, siklus II rata-rata-rata-rata 88,5, dan siklus III rata-rata 91,17. Peningkatan secara klasikal pada umumnya terjadi pada semua indikator. Secara umum peningkatan ini memberikan gambaran bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa dari tahap prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III. Dengan demikian penerapan model Gerlach dan Ely berpengaruh terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa. Kemampuan menulis naskah drama siswa meningkat dengan mencapai nilai yang sangat memuaskan.

SIMPULAN

Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Gerlach dan Ely dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya. Peningkatan terlihat pada perhatian siswa dalam belajar dan mengerjakan tugas, keaktifan siswa menanggapi pertanyaan baik dari guru

(14)

maupun dari teman, keaktifan siswa dalam diskusi, partisipasi atau kerja sama dalam kelompok, dan perhatian dan keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran selalu meningkat dari siklus I, II, dan III. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa 73,4 dengan ketegori baik, siklus II naik menjadi 83,5 dengan kategori baik, dan siklus III juga naik menjadi 88,13 dengan kategori sangat baik.

Selain meningkatan kualitas proses pembelajaran penerapan model pembelajaran Gerlach dan Ely dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis naskah drama dengan indikator kelengkapan bagian drama, kreativitas menyusun dialog, kreativitas menggambarkan tokoh dan perwatakan, kreativitas menyusun alur cerita, kreativitas menggambarkan latar, kreativitas menggambarkan teks samping, kreativitas memilih tema, dan ketepatan menggunakan EYD. Peningkatan ini terlihat dari siklus ke siklus. Pada prasiklus rata-rata nilai siswa 65,96 dengan kriteria cukup, siklus I rata-rata nilai siswa 77,25 dengan kriteria baik, siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 84,54 dengan kriteria baik, dan siklus III nilai rata-rata 91,17 dengan kriteria sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. 2014.Metodologi Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006.

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

AR, Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2006.Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : Rosda. Atmazaki. 2006. Kiat-Kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Yayasan

Citra Budaya Indonesia.

Ayan, Jordan E. 2002. Bengkel Kreativitas. Bandung: Kaifa. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Yrama Widya: Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus

Pengembangan Silabus dan

Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Diktorat

Pendidikan Menengah Umun.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2012. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung.

Harymawan. 1986. Dramaturgi. Bandung: Rosda.

(15)

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar.

Lutters, Elizabeth. 2010. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Grasindo. Mahayana, Maman S. 2008. Bahasa Indonesia Kreatif. Jakarta:

Perpustakaan Nasional. Mardapi, Djemari. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional. Meilani . 2014. “Penerapan Model Desain Pembelajaran Gerlach dan Ely

Muslich, Masnur. 2014. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta:

Bumi Aksara.

Nunan, David. 2003. Practical English Language Teaching. (Buku

Elektronik) Singapore: Mc Graw Hill. Nurgiantoro, Burhan. 2011.Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: UGM.

Nursisto. 2000.Penuntun Mengarang. Jakarta: Adicita.

Restutisari, Widhi. 2013. “Model Pembelajaran Gerlach dan Ely pada Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi

Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2008.Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Subana, M. dan Sunarti. 2011.Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.

Bandung: Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.

Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sutirman. 2013. Media & Model-Mode

l

Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Thahar, Haris Efendi. 2008.Menulis

Kreatif: Paduan bagi Pemula. Padang UNP Press.

Tomonori, Ono. 2015. The

Construction

Uno, Hamzah B, dan Satria Koni. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

(16)

Drama melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas

VIII SMP RSBI Negeri 12 Padang” Tesis Program Pascasarjana

Universitas Negeri Padang.

Gambar

Grafik 1. Aktivitas Siswa dalam Siklus
Grafik 2. Angket Respon Siswa Siklus I
grafik berikut ini.
Grafik 5 Aktivitas Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan

(3) Karakteristik kepemimpinan kepala sekolah di SD Gugus Asmorodono Kecamatan Jebres Kota Surakarta dalam menjalin kerjasama dengan peserta sosial di

Sedangkan pendidikan adalah pondasi dasar yang juga memiliki peranan sangat penting untuk memberi pemahaman dari rasa ingin tahu akan individu atas hukum yang

Sekiranya ruang jawapan tidak cukup, sila dapatkan helaian tambahan daripada pengawas

Gambar 3.68 Rancangan Antarmuka Halaman Tambah Data Pembobotan Metode Singh

1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan media yang telah disiapkan. 2) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan

Individu yang memiliki nurani cenderung berani mengakui kesalahan dan mengucapkan kata maaf, mampu mengidentifikasi kesalahannya dalam berperilaku dan menjelaskannya

T ujuan dari penelitian ini adalah mengetahui urutan prioritas dan kondisi bangunan kecamatan, yang berguna sebagai acuan dalam kegiatan pemeliharaan.. D ata sekunder