• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI ENERGI DALAM RANCANGAN BANGUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFISIENSI ENERGI DALAM RANCANGAN BANGUNA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

* Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit 62 Mataram

EFISIENSI ENERGI DALAM RANCANGAN BANGUNAN Energy Efficiency in Building Design

Teti Handayani *

Abstrak

Krisis energi yang melanda dunia termasuk Indonesia membutuhkan upaya penghematan energi di semua sektor. Sektor bangunan gedung berperan besar dalam mengkonsumsi listrik untuk keperluan penerangan, pengkondisian ruang maupun operasional peralatan. Artikel ini menekankan pada perancangan bangunan yang dapat mengurangi penggunaan energi listrik untuk penghawaan dan pencahayaan tanpa mengabaikan fungsionalitas, kenyamanan dan estetika bangunan. Metoda studi yang digunakan adalah berupa kajian pustaka. Dari hasil kajian diperoleh pemahaman bahwa penggunaan energi pada bangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim, arah hadap bangunan, kualitas lingkungan dan selubung bangunan. Bangunan yang dikonstruksi dengan baik dengan menerapkan konsep rancangan yang tepat dapat mengurangi jumlah pemakaian energi.

Kata Kunci: Rancangan Bangunan Hemat Energi

PENDAHULUAN

Penggunaan energi telah berkembang dalam 30 tahun terakhir seiring dengan pertumbuhan

penduduk dan ekonomi. Demikian halnya dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mengalami

pertumbuhan cukup pesat, masih mengandalkan pemenuhan kebutuhan energinya pada tenaga listrik

yang hingga saat ini 99,9% masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang

berbahan bakar minyak (Carepi; 2010). Penyediaan tenaga listrik Nusa Tenggara Barat sudah pada

kondisi krisis dimana kapasitas pembangkit listrik yang ada tidak seimbang dengan pertumbuhan

beban. Permasalahan krisis energi ini tidak hanya melanda Provinsi Nusa Tenggara Barat, tetapi

sudah merupakan masalah nasional, bahkan dunia.

Menurut Silaban (2004), untuk kawasan tropis, penggunaan energi bahan bakar minyak

(BBM) dan listrik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan sub- tropis yang

dapat mencapai 60 persen dari total konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pemanas

ruang di sebagian besar bangunan saat musim dingin. Sementara di kawasan tropis, pendingin ruang

(AC) hanya digunakan pada sejumlah kecil bangunan. Meskipun demikian, penghematan energi di

sektor bangunan di wilayah tropis semacam Indonesia tetap akan memberikan kontribusi besar

terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional.

Para ahli bangunan yang berkiprah dalam penciptaan lingkungan buatan (lingkungan

terbangun) mempunyai tanggungjawab yang besar untuk ikut mereduksi penggunaan energi melalui

rancangan bangunan yang dapat meminimalkan penggunaan energi. Hal ini merupakan tantangan

tersendiri bagi para perancang lingkungan binaan di era yang terbalut pemanasan global seperti saat

ini, karena semakin panjang persoalan yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan

rancangan. Hasil rancangan tidak lagi sekedar indah dalam bentukannya dan fungsional dalam

penggunaannya. Tetapi harus pula memperhatikan tingkat keefisienan dalam penggunaan energi

yang dalam hal ini adalah mengurangi tingkat pemakaian listrik tanpa mengabaikan keindahan,

(2)

Permasalahannya adalah bagaimana rancangan bangunan yang dapat menghemat

penggunaan energi? Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan? Bertolak dari permasalahan

tersebut, maka melalui artikel ini penulis ingin memaparkan beberapa hal terkait permasalahan

tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Office of Technology Assesment (OTA) tentang Building Energy Efficiency (1992) menyatakan

bahwa penggunaan energi pada bangunan di masa yang akan datang akan dikemudikan oleh

perubahan teknologi. Penggunaan energi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti jumlah penduduk

dan pertumbuhan ekonomi, perubahan jumlah anggota keluarga, perubahan gaya hidup dan pola

migrasi/perpindahan penduduk. Pernyataan ini melengkapi pendapat L. Schipper, dkk. (1989) yang

menyebutkan bahwa pola penggunaan energi dalam bangunan seperti misalnya rumah tinggal,

dipengaruhi oleh jumlah orang dalam keluarga, pendapatan, lamanya tinggal dalam rumah dan siapa

yang tinggal di rumah. Faktor lainnya adalah usia anggota keluarga. Orang tua kebanyakan tidak

bekerja sehingga memiliki kecenderungan untuk menggunakan energi lebih banyak daripada orang

berusia produktif yang bekerja.

Penggunaan peralatan untuk pemanasan, pendinginan, pengudaraan dan kontrol kelembaban

meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk menciptakan kenyamanan ruang dalam

bangunan. Sementara itu, Taylor dalam bukunya Handbook of Energy Efficiency and Renewable

Energy (2007) juga menyatakan bahwa penggunaan energi dari bangunan di dominasi oleh pengaruh

iklim karena panas yang diperoleh dari konduksi langsung dari sumber panas atau infiltrasi/ekfiltrasi

udara melalui permukaan bangunan mencapai 50-80% dari energi yang dikonsumsi.

Bangunan yang direncanakan dengan baik, rancangan jendela dan ventilasi yang memadai

dan ragam penghematan energi lainnya dapat menurunkan penggunaan energi dengan cukup

signifikan. Peluang untuk mempertinggi efisiensi energi adalah pada fase konstruksi yaitu dengan

menempatkan dan mengorientasikan bangunan dengan memperhatikan alam, seperti sinar matahari,

angin, naungan bumi/bayang-bayang bumi.

Pada dasarnya semua perencanaan merupakan jalan pikiran dari ide ke bentuk, termasuk

perencanaan perumahan. Perencanaan adalah suatu usaha dalam memanfaatkan sumber-sumber

yang ada, dengan memperhatikan keterbatasannya untuk dapat menuju sasaran yang efisien.

Menurut Snyder (1984) tujuan utama perencanaan adalah untuk menciptakan bentuk yang memenuhi

kebutuhan prilaku. Ketepatan sebuah bentuk tergantung pada derajat kesesuaian dengan konteks

sosial, prilaku dan kultural. Selanjutnya menurut Frick (1986), pengarahan pikiran dari ide menuju

bentuk ini memerlukan suatu konsep. Konsep yang mengarahkan ide ke bentuk terbagi menjadi 3

bidang. Ketiga bidang ini tidak dapat dilihat perbagian saja, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan.

Bidang-bidang tersebut adalah:

ƒ Bidang lingkungan, yaitu: hubungan proyek yang direncanakan dengan lingkungan kota dan

lingkungan yang lebih kecil, konsep site, situasi, orientasi bangunan, jalan manusia dan

(3)

ƒ Bidang bangunan, yaitu pembentuk ruang, kebutuhan ruang, konstruksi bangunan, ekonomi, ukuran bangunan, bahan bangunan, kemungkinan perluasan bangunan dan sebagainya.

ƒ Bidang fungsi/hubungan, yaitu hubungan antara bagian umum dan pribadi, hubungan antara

ruang-ruang, fungsi ruang-ruang, perbandingan ukuran ruang, hubungan antara bangunan dan

halaman, dan sebagainya.

Puspantoro (1996) menyebutkan beberapa faktor dan syarat yang harus diperhatikan dalam

membuat sebuah bangunan rumah tinggal, yaitu: kekuatan, keawetan, keindahan dan kesehatan.

Jadi, suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat, untuk melindungi penghuni dari bahaya

keruntuhan dan juga agar penghuni dapat merasa tentram tinggal di dalamnya. Bangunan juga harus

direncanakan mempunyai umur yang panjang, bentuk yang indah dan memperhatikan kebersihan dan

kesehatan lingkungannya.

Sementara itu Prasasto Satwiko (2005) menyimpulkan dari hasil pengamatannya bahwa

banyak bangunan baru mengabaikan aspek-aspek fisika bangunan dan lebih menitikberatkan pada

segi penampilan visual saja. Akibatnya banyak bangunan yang indah tetapi tidak nyaman dihuni.

Lebih lanjut Satwiko (2005) menjelaskan bahwa perancangan ventilasi, pencahayaan, dan akustika

adalah salah satu cara mengusahakan agar bangunan-bangunan kita tidak saja indah, namun juga

sehat dan nyaman. Contohnya: bangunan sedapat mungkin berada di tengah lahan sehingga semua

sisi terkena oleh hembusan angin; usahakan ventilasi dapat berlangsung 24 jam; hindari bangunan

berdenah rumit; bukaan diusahakan selebar-lebarnya untuk memberi keleluasaan angin bergerak di

dalam ruang, namun bukaan ini harus terlindung dari sinar langsung matahari yang akan

memanaskan udara ruangan.

METODE PENELITIAN

Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode kajian pustaka untuk dapat menjawab

permasalahan sebagaimana diungkapkan sebelumnya. Berbagai literatur terkait rancangan bangunan

dan penghematan energi baik berupa handbook, jurnal ilmiah maupun artikel-artikel lain dikaji untuk

merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan energi dalam bangunan serta untuk

merumuskan konsep rancangan bangunan yang dapat menghemat penggunaan energi pada

bangunan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Melakukan penghematan terhadap energi (efisiensi energi) bukan berarti mengurangi segala

aktifitas terkait penggunaan energi yang berdampak pada pengurangan kualitas hidup, seperti

kenyamanan dan produktifitas kerja. Melainkan melakukan penghematan energi dengan

mengoptimalkan penggunaan energi sesuai dengan tingkat kebutuhan (Kompas, 25/8/2005). Salah

satu cara adalah melalui rancangan bangunan yang dapat menghemat penggunaan listrik, baik untuk

mendinginkan/menyejukkan udara dalam ruangan maupun untuk pencahayaan.

(4)

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam rancangan bangunan untuk dapat

mencapai tujuan penghematan dalam penggunaan energi, antara lain:

Pengaruh iklim tropis

Iklim tropis berada di sepanjang katulistiwa sampai kira-kira 15o LU dan 15o LS. Berada di

iklim ini akan mengalami curah hujan yang tinggi, temperatur udara yang umumnya berkisar antara

23o – 32o C dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi yaitu berkisar 75 – 90%. Ditinjau dari sudut

pandang energi, keberadaan temperatur udara yang relatif tinggi ini sesungguhnya memberikan

keuntungan karena tidak membutuhkan energi untuk pemanas ruang sebagaimana dibutuhkan orang

yang tinggal pada iklim sub tropis. Meskipun pada situasi dan kondisi udara tertentu saat temperatur

udara tidak lagi dapat ditolerir akan diperlukan alat pengkondisian udara yang mengkonsumsi energi.

Melimpahnya sinar matahari dan angin yang juga menjadi ciri dari daerah beriklim tropis

menjadi satu potensi yang bila dikelola dengan baik akan mendatangkan manfaat besar. Dalam hal ini

penggunaan energi pada bangunan tidak terlepas dari upaya untuk mencapai tingkat kenyamanan

yang diinginkan dalam beraktifitas. Dalam konteks penghematan energi maka faktor kenyamanan

yang tetap perlu mendapat perhatian adalah kenyamanan thermal dan kenyamanan visual.

Kenyamanan thermal berhubungan dengan lingkungan thermal yang tercipta oleh temperatur udara,

aliran udara, kelembaban udara dan radiasi matahari. Sedangkan kenyamanan visual berkaitan

dengan jumlah intensitas cahaya dalam ruang yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas dengan

baik.

Pengaruh kualitas lingkungan

Lingkungan sekitar bangunan seperti kualitas udara, tanah, dan air menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi pilihan rancangan serta keberhasilan sebuah rancangan bangunan hemat

energi. Udara yang telah tercemar tidak lagi dapat diandalkan sebagai sumber penghawaan alami.

Demikian juga dengan bidang permukaan di sekeliling bangunan yang memantulkan cahaya matahari

yang diterimanya merupakan sumber panas dan silau nomor dua setelah sinar matahari. Contohnya

perkerasan dan bidang-bidang kaca di lingkungan sekitar bangunan.

Pengaruh arah hadap bangunan

Sinar matahari akan memanaskan seluruh bidang bangunan yang menghadap ke arahnya.

Arah Timur sebagai arah terbit matahari memberikan efek panas yang tidak menyenangkan pada

kisaran jam 09.00 – 11.00. Sedangkan arah Barat sebagai arah terbenamnya matahari memancarkan

panasnya secara maksimal pada jam 13.00 - 15.00. Sehingga dalam pemilihan arah hadap

bangunan perlu memperhatikan pola pergerakan matahari dan arah mata angin.

Pengaruh denah bangunan

Denah bangunan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kenyamanan thermal

dalam bangunan. Denah bangunan yang rumit dengan banyak sekat akan menghambat aliran udara

segar mengalir ke dalam bangunan. Disamping itu juga membatasi pemanfaatan cahaya matahari

(5)

Pengaruh bahan bangunan

Panas sinar matahari berpengaruh terhadap suhu ruang dalam melalui tiga cara, yaitu

konduksi, konveksi dan radiasi. Material yang mempunyai conductivity rendah mempunyai daya

isolator yang baik, sebaliknya material yang mempunyai conductivity tinggi merupakan material

penghantar panas yang baik.

Konsep Rancangan Bangunan Hemat Energi

Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan energi dalam bangunan,

maka konsep rancangan bangunan yang dapat meminimalkan penggunaan energi adalah sebagai

berikut:

Arah hadap bangunan

Dengan mengamati garis lintasan matahari maka diketahui bahwa untuk daerah tropis, arah

timur dan barat adalah yang terbanyak mendapat sinar matahari. Dari sinar matahari yang dibutuhkan

adalah terangnya dan menghindari efek panas dan silau akibat radiasi matahari. Siraman sinar

matahari pada bangunan terdiri dari 48% cahaya, 46% sinar infra merah, dan 6% sinar Ultra Violet.

Maka dengan menempatkan sisi-sisi samping bangunan yang biasanya mempunyai sedikit bukaan

pada arah Timur dan Barat dapat mengurangi intensitas panas mengenai muka bangunan. Dengan

demikian, menghadapkan muka bangunan ke arah Utara atau Selatan akan memberikan

kenyamanan yang lebih dibandingkan muka bangunan yang menghadap ke Timur atau ke Barat.

Denah bangunan dan volume ruangan

Merancang bentuk denah bangunan perlu didasarkan pada analisa fungsi yang mengacu

pada pelaku dan aktifitas yang akan berlangsung dalam ruangan tersebut. Jenis aktivitas akan

menentukan kebutuhan terhadap perabot dan alat yang diperlukan sehingga dapat diketahui luas

ruang yang dibutuhkan agar aktivitas dapat dilakukan dengan leluasa. Keterkaitan antar aktifitas, sifat

aktifitas yang satu dengan yang lain akan menjadi dasar penentuan hubungan kedekatan antar

ruang yang pada akhirnya menciptakan bentuk denah dari bangunan. Makin kompleks aktifitas yang

ditampung pada sebuah bangunan maka semakin dibutuhkan kehati-hatian dalam menata ruang.

Bentuk denah bangunan dengan tanpa banyak sekat selain memberi kesan visual lapang, juga

memperbesar volume ruang sehingga memperlambat proses pemanasan udara dalam ruangan.

Satwiko dalam buku fisika bangunan (2005) menjelaskan bahwa volume udara yang lebih besar akan

menjadi panas lebih lama bila dibandingkan dengan volume udara kecil. Dengan demikian

memperbesar volume ruangan dapat membantu mengusahakan kesejukan.

Selain dengan meminimalkan sekat dalam ruangan, volume ruang juga dapat diperbesar

dengan meninggikan plafond.

Jendela dan ventilasi

Jendela dan ventilasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah bangunan,

khususnya terkait dengan pencahayaan dan penghawaan alami. Untuk bangunan di daerah tropis

seperti Indonesia, keberadaan jendela baik dari segi ukuran, jumlah dan penempatan harus

(6)

Jendela yang terlalu lebar terlebih bila berupa jendela kaca dapat menyebabkan efek silau dan

pemanasan ruang akibat paparan sinar matahari yang berlebihan. Penggunaan sunshading dari

kisi-kisi kayu/besi dapat mengurangi sinar matahari yang berlebih.

Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari di dalam ruangan, sebaiknya

ruangan menerima cahaya lebih dari satu arah, misalnya dengan memasukkan cahaya dari atas

dengan membuat skylight atau lubang bukaan cahaya pada bagian atap maupun dinding bagian atas.

Pemakaian glassblock dan kaca patri serta membuat area void dari lantai 2 dan lantai 1 dengan

bukaan jendela yang cukup besar dapat membuat lantai dasar lebih terang.Cara lain adalah dengan

mengatur arah jatuh sinar matahari pada bangunan menggunakan metode refleksi. Sedangkan agar

udara dapat mengalir alami maka letak jendela dan ventilasi ditempatkan pada dinding yang

bersebrangan (posisi silang). Perbedaan tekanan di dalam dan di luar bangunan akan membantu

pergerakan udara segar ke dalam bangunan.

Bahan selubung bangunan

Menggunakan bahan-bahan yang mempunyai nilai hambatan hantaran panas yang cukup

besar dan mempunyai kemampuan memantulkan panas yang baik akan sangat membantu

mengurangi penggunaan alat pendingin ruang (AC) di siang hari, contohnya: menggunakan bahan

penutup atap dari bahan tanah atau keramik. Terlebih bila ditambah dengan memasang lembaran

aluminium foil di bawah penutup atap. Selain itu, menggunakan jenis material yang tepat untuk

dinding dapat membantu mengurangi beban penggunaan energi pada bangunan. Penelitian yang

dilakukan oleh Totok Noerwasito dan Santosa (2006) pada dua jenis material penyusun dinding yaitu

batu bata dan batako menghasilkan temuan bahwa kedua material tersebut memberi pengaruh yang

berbeda terhadap kondisi temperatur dalam ruang. Hal itu disebabkan karena keduanya mempunyai

karakteristik material terhadap panas, dikenal dengan sebutan “Material Thermal Properties”.

Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa dinding bata merah lebih efisien energi daripada dinding

batako.

Konfigurasi massa bangunan

Tatanan lingkungan yang teratur dengan jarak antar bangunan yang cukup akan memberikan

kesempatan angin untuk dapat bersirkulasi dengan baik. Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka

harus memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar

40-70 persen ruang terbangun berbanding 30-60 persen ruang terbuka hijau (Kompas, 23/10/2008).

SIMPULAN dan SARAN

SIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan energi pada bangunan

banyak dipengaruhi oleh faktor iklim, kualitas lingkungan di sekitar bangunan, arah hadap bangunan,

denah bangunan, dan bahan bangunan. Dengan konsep rancangan yang tepat maka bangunan

dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak

mengkonsumsi energi listrik, yaitu dengan menghadapkan bangunan ke arah utara atau selatan yang

(7)

volume ruangan, membuat ventilasi silang, skylight, menggunakan bahan batu bata sebagai dinding,

serta memperhatikan perbandingan ruang terbangun dengan ruang terbuka hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Bruce Anderson, Solar Energy: Fundamentals in Building Design. Mc Graw-hill, 1977

Derek Philips, (2004), Daylighting: Natural Light in Architecture, Burlington : Architecture

Press.

Eddy Firman, Pengaruh Pengkondisian Udara, Pencahayaan, dan Pengendalian Kebisingan

pada Perancangan Ruang dan Bangunan, e-USU Repository@2004 Universitas Sumatera Utara,

diakses tgl 2 maret 2009.

Frick, Heinz dan Mulyani, Tri Hesti, (2006), Arsitektur Ekologis, Yogyakarta : KANISIUS

Kompas (25/8/2005), Mengoptimalkan Energi, http://www.kompas.com

Kompas (23/10/2008),Memadukan Bangunan Hemat Energi dan Ramah Lingkungan,

http://www.kompas.com, diakses tanggal 29 Januari 2009

Lippsmeier, Georg., (1997), Bangunan Tropis, Jakarta: Airlangga

L. Schipper, S. Bartle & D. Hawk, “Linking Life-Styles and Energy Use, 1989, (Palo Alto, CA:

Annual Reviews, Inc., 1989), vol. 14, p. 305

Maura dan Widhiningsih, (1979), Aspek Iklim Dalam Design Bangunan, Bandung

Noerwasito V.T.dan Santosa, (2006), Pengaruh “Thermal Properties” Material Bata Merah dan Batako sebagai Dinding, Terhadap Efisien Enerji dalam Ruang di Surabaya. DIMENSI TEKNIK

ARSITEKTUR Vol. 34, No. 2, Desember 2006, Jurnal Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Kristen Petra.

Puspantoro, Benny., (1996), Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat, Yogyakarta:

Universitas Atma Jaya.

Priatman, Jimmy, (2003), “Energy Conscious Design” Konsepsi dan Strategi Perancangan

Bangunan di Indonesia, DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 31, No. 1, Juli 2003 Jurnal Teknik

Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra.

Soetiadji, S., (1986), Anatomi Utilitas, Jakarta: Djambatan

Snyder, C. James, A.J. Catanese, (1989), Pengantar Arsitektur, edisi terjemahan oleh Hendro

Sangkoyo, Jakarta: Erlangga.

Silaban, BANGUNAN HEMAT ENERGI: Rancangan Pasif dan Aktif, http:/www.silaban net/2004

diakses tgl 29 januari 2009

Satwiko Prasasto, (2005), Fisika Bangunan 1, Edisi 2, Yogyakarta: Andi.

Taylor and Francis Group, LLC, (2007), Handbook of Energy Efficiency and Renewable Energy,

London: CRC Press.

Tim CAREPI Nusa Tenggara Barat, (2010), Perencanaan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat

2005 – 2025.

U.S. Congress, Office of Technology Assessment, Building Energy Efficiency, OTA-E-518

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai manfaat buah, kayu, dan damar dari pohon tengkawang bagi masyarakat, tingkat pendapatan masya- rakat yang memanfaatkan tengkawang

Peraturan Bupati Rembang Nomor 59 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Ekstrak etanol daun seledri 2,5 gram dilarutkan dalam sorbitol sebanyak 2 ml menggunakan cawan porselen dan sendok stainless. Tambahkan 5 ml aquades ke dalam

Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam implementasi Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dalam peningkatan kulitas pelayanan publik

Hal tersebut sejalan dengan dimensi pelayanan prima yang menyatakan bahwa pelayanan yang bermutu jika pemberi pelayanan mampu berkomunikasi untuk meningkatkan

Anak usia dini merupakan anak yang ada pada rentang usia 0-6 tahun. Dimana pada usia ini, anak memiliki banyak potensi yang dapat di kem- bangkan dengan

dikembangkan dengan isi materi ajar berbasis potensi lokal di jenjang SMP memperoleh kategori baik dan layak untuk dijadikan sebagai tambahan materi ajar yang

Bedah perbaikan untuk defek sedang hingga besar yang terkait dengan stenosis pulmonal atau hipertensi tergantung pada derajat obstruksi saluran keluar ventrikel kanan