• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS KLAUSA MATA KULIAH SINTAKSIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS KLAUSA MATA KULIAH SINTAKSIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS KLAUSA MATA KULIAH SINTAKSIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

Yulianah Prihatin

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ilmu PendidikanUniversitas Hasyim Asy’ari, e-mail: yuliaana553@gmail.com

Abstract

One of the problems that arise in the course of learning the syntax is generally done with college pulpit so that the learning is centered on the lecturer. This causes saturation for students and not the appearance of the activity within the student. Therefore it is necessary to have appropriate learning models in the course of Syntax, one with a model of the type of cooperative learning TGT. This study focused on the process of learning using TGT type of cooperative learning model, barriers to learning, student achievement during the learning and teaching model of cooperative-type linkage TGT with increased ability of students in the analysis of the clause. This study aims to determine the learning process, barriers to learning, student achievement during the learning and teaching model of cooperative-type linkage TGT with increased ability of students in the analysis of the clause.

Keywords : clause, TGT

Pendahuluan

Penguasaan sintaksis bahasa Indonesia merupakan salah satu syarat mutlak penguasaan tataran kebahasaan yang lebih luas, seperti penguasaan wacana bahasa Indonesia. Di sisi lain, penguasaan sintaksis bahasa Indonesia itu sendiri sangat tergantung pada pertimbangan-pertimbangan sintaktis, di samping juga pertimbangan-pertimbangan fonologis dan morfologis. Hal tersebut kiranya dapat dipahami oleh hampir semua pengajar bahasa dan ahli linguistik bahasa Indonesia mengingat titik sentral jaringan kalimat dalam suatu bahasa terletak pada fungsi predikat dan bentuk lingual yang mengisinya, yang tentu saja memiliki kategori, peran, dan kekohesian tertentu.

Bentuk-bentuk lingual pengisi fungsi predikat, yang berkategori, peran, dan kohesi tertentu itu, memiliki ciri bentuk, makna, dan fungsi yang berbeda-beda. Dengan demikian dapat ditegaskan lagi bahwa penguasan sintaksis suatu bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, sangat menentukan penguasaan tataran kabahasaan berikutnya, seperti wacana.

Salah satu topik pembahasan dalam mata kuliah Sintaksis yaitu analisis klausa. Klausa merupakan unsur kebahasaan yang berada pada tataran lebih rendah daripada kalimat dan berada pada tataran lebih tinggi daripada frase. Unsur inti klausa adalah subjek dan

predikat.Hanya saja dalam realisasi pemakaian bahasa, unsur subjek bisa tidak hadir dan hanya unsur predikat yang hadir, tergantung pada kaidah yang berlaku pada setiap bahasa. Ramlan (2005:89) dan Kridalaksana (1985:151) mengemukakan bahwa klausa merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Dapat juga dikatakan bahwa klausa adalah kalimat yang menjadi bagian dari kalimat majemuk.

(2)

tanda titik, kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya dan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru.

Beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya hasil pembelajaran Sintaksis terutama pada topik analisis klausa di kalangan mahasiswa dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. mahasiswa peserta kuliah memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda; dengan kata lain, mahasiswa peserta kuliah bersifat sangat heterogen daya paham dan aplikasinya;

2. penyelenggaraan kuliah sintaksis bahasa Indonesia pada umumnya dilakukan dengan kuliah mimbar;

3. perkuliahan dilakukan terlalu cepat karena alokasi waktu perkuliahan yang teramat sempit jika dibandingkan dengan banyak dan luasnya materi sintaksis; dengan kata lain, tempo perkuliahan tidak sesuai dengan kecepatan pemahaman mahasiswa;

4. sarana dan prasarana perkuliahan kurang memadai; di antaranya tidak adanya diktat perkuliahan kecuali hanya sekadar handout yang serba terbatas;

5. model pembelajaran sintaksis pada umumnya bersifat struktural dan lebih difokuskan pada aspek bentuk;

6. sistem belajar mandiri kurang berkembang sehingga sebagian besar mahasiswa hanya mengandalkan perkuliahan di kelas.

Salah satu permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sintaksis adalah umumnya perkuliahan dilakukan dengan kuliah mimbar sehingga pembelajaran berpusat pada dosen. Hal tersebut menyebabkan kejenuhan bagi mahasiswa dan tidak munculnya keaktifan dalam diri mahasiswa. Oleh sebab itu perlu dipilih model pembelajaran yang tepat dalam perkuliahan Sintaksis.

Pemilihan suatu model pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, kondisi mahasiswa, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Apabila dalam pemilihan model pembelajaran kurang tepat dapat mepengaruhi kemampuan mahasiswa. Kemampuan mahasiswa tidak terlepas dari bagaimana mahasiswa mengalami proses belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, maka diharapkan mahasiswa mampu dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh dosen.

Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa kemampuan menganalisis Klausa dalam mata kuliah Sintaksis mahasiswa PBSI semester IV Universitas Hayim Asy’ari masih rendah. Rendahnya kemampuan mahasiswa pada mata kuliah Sintaksis khususnya materi analisis klausa dapat diketahui ketika peneliti melakukan tes awal tentang analisis klausa. Pada tes awal tersebut ,diketahui bahwa dari 13 mahasiswa yang terdiri dari 6 mahasiswa perempuan dan 7 mahasiswa laki-laki diperoleh rata-rata kelas 50. Mahasiswa yang mendapat nilai ≥50 adalah 5 siswa dan 8 siswa lainnya memperoleh nilai ≤50.

Bertolak dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimm (KKM) pada mata kuliah Sintaksis yang sudah ditetapkan dosen, pada mata kuliah sintaksis KKM yang harus dicapai mahasiswa adalah 75 . Hasil yang diperoleh dari tes awal tersebut, mahasiswa yang memperoleh nilai di atas KKM ada 5 orang, sedangkan yang lainnya masih di bawah KKM. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada mata kuliah Sintaksis khususnya materi analisis klausa, hasil yang diperoleh memang masih rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif pemecahan agar dapat memberi perubahan yang lebih baik dalam menguasai materi analisis klausa.

(3)

klausa yaitu menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pembelajaran kooperatif mengacu pada model pembelajaran yang mana peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Suprihatiningrum, 2014:191). Dalam pembelajaran kooperatif anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajarai materi yang telah diberikan.

Nur (2005:4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan sisa untuk berinteraksi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainya di antara sesama bila dibandingkan dengan belajar dari gurunya. Model pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap peserta didik yang rendah hasil belajarnya.

Wikandari dan Nur (2004:25) mengungkapkan bahwa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik ditempatkan dalam kelompok kecil untuk beberapa waktu atau minggu. Peserta didik dilatih berdasarkan keterampilan-keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik, misalnya keterampilan menyimak dengan baik, memberikan penjelasan dan sebagainya.

Dalam model pembelajaran kooperatif, guru melakukan pemantauan terhadap kegiatan peserta didik, mengarahkan keterampilan kerja sama dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Guru menempatkan aktivitas peserta didik sebagai subjek utama, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersentuhan dengan objek yang akan atau sedang dipeserta didiki seluas mungkin karena dengan demikian proses kontruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Dengan begitu, maka keterampilan peserta didik akan meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Model pembelajaran kooperatif mewujudkan aktivitas belajar yang berpusat pada peserta didik dan guru sebagai fasilitator. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan peserta didik mampu mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif selama proses pembelajaran.

Johnson dan Johnson (Suprihatiningrum, 2014:194) menyatakan bahwa terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif seperti berikut.

1) Saling Ketergantungan Secara Positif (Positive Interdependence)

Dalam model pembelajaran kooperatif peserta didik merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang peserta didik tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Peserta didik akan merasa bahwa dirinya merupakan bagia dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

2) Interaksi Tatap Muka Semakin Meningkat (Face to Face Promotive Interaction)

Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara peserta didik. Hal ini, terjadi dalam hal seorang peserta didik akan membantu peserta didik lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dielajari bersama.

3) Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability/Personal Responsibility)

(4)

4) Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal and Small Group Skill) Dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik dituntu untuk belajar bagaimana berineraksi dengan setiap anggota kelompok. Bagaimna peserta didik bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok.

5) Proses Kelompok (Group Processing)

Model pembelajaran kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan yang baik.

Lima unsur tersebut harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil maksimal. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya kelima unsur tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik.

Suprihatiningrum (2014:196) mengungkapkan beberapa ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pembelajaran;

2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras budaya, suku dan jenis kelamin yang

berbeda-beda; dan

4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

Dalam model pembelajaran kooperatif, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. setiap kelompok biasanya terdiri dari 2-6 peserta didik dengan kemampuan berbeda, yakni tinggi, sedang dan rendah. Peserta didik tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Aktivitas peserta didik antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi dan sebagainya. Agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Ibrahim,dkk (2006:10) mengungkapkan bahwa terdapat 6 langkah utama atau tahapan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, seperti tampak pada tabel berikut.

Tabel 1

Tahap-tahap Model Pembelajaran Kooperatif

Tahap Aktivitas guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Tahap 2

Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demontrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok untuk melakukan transisi secara efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari masing-masing kelompok mempresentasian hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberikan Penghargaan

(5)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan model pembelajaran kooperatif. Slavin (Suprihatiningrum, 2014:201) mengungkapkan beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu,

1) peserta didik bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kelompok;

2) peserta didik aktif membantu dan mendorong semangat untuk bersama-sama berhasil; 3) aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok; 4) interaksi antar peserta didik seiring dengan peningkatan kemampuan dalam berpendapat; 5) interaksi antar peserta didik juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif yang

nonkonservatif menjadi konservatif.

Model pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, divmana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Asma (2006: 54) menjelaskan bahwa model TGT adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru. Sebagai ganti tes tertulis siswa akan bertemu di meja turnamen.

Alasan pemilihan model TGT adalah pembelajaran akan lebih bervariasi dan menyenangkan karena disertai dengan permainan-permainan akademik. Dengan penerapan TGT, diharapkan mahasiswa semester IV jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Hasyim Ay’ari dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan analisis klausa sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi mahasiswa, dosen dan pihak Universitas dalam mencapai tujuan perkuliahan.

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah dalam penelitian ini berhubungan dengan a) hambatan yang dialami dosen dan mahasiswa saat proses pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe TGT, prestasi mahasiswa selama proses pembelajaran yang menggunakan model Kooperatif tipe TGT, dan ketepatan model kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa mata kuliah Sintaksis.

Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan 2 siklus, yang masing-masing dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Tahap perencanaan dilaksanakan kegiatan menyusun RPS, membuat lembar pengamatan, menyusun lembar evaluasi dan menyediakan soal. Tahap tindakan dilaksanakan kegiatan perkuliahan, mengamati kelompok dan melakukan penilaian. Tahap pengamatan dilaksanakan kegiatan mengobservasi perkuliahan dengan lembar pengamatan, melaporkan kegiatan mahasiswa dan hasil penilaian. Tahap refleksi dilaksanakan kegiatan mengevaluasi setiap siklus.

Hasil Dan Pembahasan Waktu dan Lokasi Penelitian

(6)

objek penelitiannya adalah mahasiswa semester IV jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Hasyim Asy’ari. Mahasiswa yang dijadikan objek penelitian berjumlah 13 orang, 6 mahasiswa perempuan dan 7 mahasiswa laki-laki.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran siklus I analisis klausa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mahasiswa semester IV PBSI Universitas Hasyim Asy’ari Jombang adalah sebagai berikut:

Perencanaan

Pada tahap perencanaan, beberapa hal yang dilakukan dosen yaitu: 1. menyusun dan membuat RPS (Rencana Pembelajaran Semester), 2. merancang skenario pembelajaran dengan sebaik-baiknya,

3. menyusun dan membuat lembar observasi, angket, dan lembar evaluasi. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pada hari sabtu tanggal 5 Maret 2016 di ruang 2.09, jumlah mahasiswa PBSI semester IV dalam kelas tersebut adalah 13 orang mahasiswa yang terdiri dari 7 mahasiswa laki-laki dan 6 mahasiswa perempuan. Materi analisis klausa diajarkan pada mata kuliah Sintaksis dengan alokasi waktu 4 x 50 menit atau 200 menit, dimulai pukul 08.50 – 12.10 WIB.Adapun kegiatan pada tahap pelaksanaan ini yaitu:

1. Kegiatan awal

Pada kegiatan awal, alokasi waktu yang digunakan kurang lebih 20 menit. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

A. mengawali perkuliahan dengan berdoa dan mengecek presensi mahasiswa;

B. dosen melakukan tanya jawab dengan mahasiswa tentang materi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya;

C. dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai;

D. dosen melakukan pretest dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing

pengetahuan mahasiswa tentang materi yang akan disampaikan.

2. Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, alokasi waktu yang digunakan sekitar 130 menit. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

A. dosen menjelaskan materi tentang pengertian, ciri-ciri dan klasifikasi klausa dengan memanfaatkan IPTEK berupa slide power point;

B. selama menjelaskan materi, dosen memberikan pertanyaan pancingan untuk mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa terbiasa aktif dalam perkuliahan;

C. dosen membagi mahasiswa dalam 4 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 mahasiswa. Pada tahap membagi kelompok, dosen memperhatikan beberapa kriteria dari mahasiswa seperti jenis kelamin, suku serta kemampuan mahasiswa dalam kelas. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar setiap kelompok memiliki keseimbangan dan diskusi dapat berjalan dengan lancar;

(7)

F. dosen memberikan beberapa amplop warna-warni dan perwakilan kelompok mengambil satu persatu amplop yang sudah disediakan;

G. Setiap kelompok melakukan diskusi sesuai dengan petunjuk yang sudah dijelaskan oleh dosen;

H. ketua atau kapten kelompok harus membagi tugas secara adil kepada setiap anggota kelompok agar diskusi berjalan dengan lancar;

I. dosen melakukan penilaian proses selama mahasiswa melakukan diskusi;

J. setiap perwakilan kelompok maju dan mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan tentang jawaban dari kelompok yang sedang menjlaskan di depan kelas. Bagi kelompok yang jawabanya benar akan mendapatkan 10 poin untuk setiap soal, sedangkan untuk kelompok yang jawabanya salah poin yang didapat akan dikurangi 10 dan diberikan kepada kelompok lain yang memberikan tanggapan secara benar; K. dosen melakukan games tournament dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan, dan setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk menjawab secara rebutan. Setiap kelompok yang menjawab dengan benar akan mendapatkan point sebanyak 10 dan jika jawaban salah akan mengurangi poin sebanyak 5;

L. dosen mengumumkan kelompok yang mempunyai poin terbanyak;

M.dosen memberikan apresiasi kepada kelompok yang memiliki poin terbanyak.

3. Penutup

Pada kegiatan penutup, alokasi waktu yang digunakan kurang lebih 50 menit, adapun beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

A. dosen merefleksi dan menanyakan kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam pembelajaran analisis klausa;

B. dosen melakukan postest dengan cara memberikan tugas individu tentang analisis klausa; C. dosen menyimpulkan materi yang sudah disampaiakan;

D. doa dan salam.

Hambatan Pembelajaran

Setiap proses pembelajaran tentunya memiliki hambatan. Adapun hambatan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga yaitu hambatan yang dialami oleh dosen, mahasiswa dan lingkungan.

Dosen

Kurangnya referensi yang digunakan oleh dosen. Mahasiswa

1. Banyaknya mahasiswa yang terlambat dan tidak disiplin waktu. 2. Masih ada mahasiswa yang kurang semangat dalam perkuliahan. 3. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.

4. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam melakukan diskusi kelompok. 5. Mahasiswa kurang bertanggung jawab saat diberikan tugas individu.

6. Banyaknya mahasiswa yang kurang memperhatikan kaidah Bahasa Indonesia saat mengerjakan tugas secara tertulis.

Lingkungan

1. Ruang kelas yang terasa panas.

(8)

3. Suasana bising dan ramai di luar kelas, sehinga membuat mahasiswa yang di dalam kelas merasa terganggu saat perkuliahan.

4. Papan tulis yang tidak terkait dengan benar, sehingga menyulitkan ketika akan menjelaskan menggunakan media papan tulis.

5. Layar LCD ditampilkan di tembok samping karena papan tulis tidak terkait dengan baik, sehingga menyulitkan mahasiswa saat melihat materi yang disampaikan melalui LCD.

Prestasi Kemampuan Mahasiswa

Prestasi kemampuan mahasiswa pada siklus I dalam analisis klausa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Hal tersebut dapat dibuktikan pada lembar observasi kegiatan mahasiswa dan lembar tingkat pencapaian kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran analisis klausa sebagai berikut.

Tabel 2

Lembar Tingkat Pencapaian Kemampuan Mahasiswa Siklus I No Nilai dari Aspek

Setelah kegiatan penilaian akhir diadakan tindakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT.

Tabel 3

Lembar Refleksi Kegiatan Pembelajaran Siklus I

(9)

Berdasarkan tabel tingkat pencapaian kemampuan mahasiswa pada kondisi awal menunjukkan rata-rata kelas nilai ulangan harian 64% dari tiga belasmahasiswa, satu mahasiswa mendapat nilai 85, duamahasiswa mendapat nilai 80, duamahasiswa mendapat nilai 75, satumahasiswa mendapat nilai 70, satu mahasiswa mendapat nilai 65, satu mahasiswa mendapat nilai 60, satu mahasiswa mendapat nilai 55, satu mahasiswa mendapat nilai 50 dan satu mahasiswa mendapat nilai 45.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata kuliah Sintaksis adalah 75,00. Mahasiswa tuntas belajar 5 orang dengan prosentase tuntas belajar 35,00%, mahasiswa belum tuntas belajar 8 orangdengan prosentase belum tuntas belajar 65,00% nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 85.

Setelah dilaksanakan pembelajaran analisis klausa dengan menggunakan model Kooperatf tipe TGT pada Siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 76,00 dari 13 mahasiswa, satu mahasiswa mendapatkan nilai 95, satu mahasiswa mendapat nilai 90, satu mahasiswa mendapat nilai 85, tiga mahasiswa mendapat nilai 80, tiga mahasiswa mendapat nilai 75, satu mahasiswa mendapat nilai 70, dua mahasiswa mendapat nilai 65 dan satu mahasiswa mendapat nilai 55. Prosentase tuntas belajar klasikal meningkat dari kondisi awal dari 35,00% menjadi 40,00% setelah dilaksanakan siklus I, tetapi masih ada mahasiswa yang belum mencapai KKM.

Dari hasil observasi dan pengambilan angket ketika kegiatan refleksi pembelajaran tentang kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa menggunakan model kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa pada kondisi awal dari 13 mahasiswa terdapat 70% mahasiswa yang tertarik dan bersemangat, 15% cukup tertarik dan 15% lainnya tidak tertarik.

Siklus II

Proses Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe TGT

Proses pembelajaran siklus II analisis klausa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mahasiswa semester IV PBSI Universitas Hasyim Asy’ari Jombang adalah sebagai berikut:

Perencanaan Ulang

Pada tahap perencanaan, beberapa hal yang dilakukan dosen yaitu:

1. menyempurnakan dan memperbaiki RPS, sehingga kekurangan pada siklus I dapat diperbaiki;

2. merancang skenario pembelajaran dengan sebaik-baiknya;

3. menyusun dan membuat lembar observasi, angket, dan lembar evaluasi.

Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pada hari sabtu tanggal 12 Maret 2016 di ruang 2.09, jumlah mahasiswa PBSI semester IV dalam kelas tersebut adalah 13 orang mahasiswa yang terdiri dari 7 mahasiswa laki-laki dan 6 mahasiswa perempuan. Topik yang diajarkan pada siklus II adalah klasifikasi klausa. Topik tersebut merupakan lanjutan dari siklus I. Materi analisis klausa diajarkan pada mata kuliah Sintaksis dengan alokasi waktu 4 x 50 menit atau 200 menit, dimulai pukul 08.50 – 12.10 WIB. Adapun kegiatan pada tahap pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut.

1. Kegiatan awal

(10)

A. mengawali perkuliahan dengan berdoa dan mengecek presensi mahasiswa;

B. dosen melakukan tanya jawab dengan mahasiswa tentang materi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya yaitu tentang pengertian, ciri-ciri dan klasifikasi klausa;

C. dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai;

D. dosen melakukan pretest dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing

pengetahuan mahasiswa tentang materi yang akan disampaikan.

2. Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, alokasi waktu yang digunakan sekitar 130 menit. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

A. dosen menjelaskan materi tentang klasifikasi klausa dengan memanfaatkan IPTEK berupa slide power point;

B. selama menjelaskan materi, dosen memberikan pertanyaan pancingan untuk mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa terbiasa aktif dalam perkuliahan;

C. dosen membagi mahasiswa dalam 4 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 mahasiswa. Pada tahap membagi kelompok, dosen memperhatikan beberapa kriteria dari mahasiswa seperti jenis kelamin, suku serta kemampuan mahasiswa dalam kelas. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar setiap kelompok memiliki keseimbangan dan diskusi dapat berjalan dengan lancar;

D. mahasiswa berkelompok sesuai dengan yang sudah dibagikan oleh dosen; E. dosen menjelaskan aturan diskusi kepada mahasiswa;

F. dosen memberikan beberapa amplop warna-warni dan perwakilan kelompok mengambil satu persatu amplop yang sudah disediakan;

G. setiap kelompok melakukan diskusi sesuai dengan petunjuk yang sudah dijelaskan oleh dosen;

H. ketua atau kapten kelompok harus membagi tugas secara adil kepada setiap anggota kelompok agar diskusi berjalan dengan lancar;

I. dosen melakukan penilaian proses selama mahasiswa melakukan diskusi;

J. setiap perwakilan kelompok maju dan mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan tentang jawaban dari kelompok yang sedang menjlaskan di depan kelas. Bagi kelompok yang jawabanya benar akan mendapatkan 10 poin untuk setiap soal, sedangkan untuk kelompok yang jawabanya salah poin yang didapat akan dikurangi 10 dan diberikan kepada kelompok lain yang memberikan tanggapan secara benar; K. dosen melakukan games tournament dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan, dan

setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk menjawab secara rebutan. Setiap kelompok yang menjawab dengan benar akan mendapatkan point sebanyak 10 dan jika jawaban salah akan mengurangi poin sebanyak lima;

L. dosen mengumumkan kelompok yang mempunyai poin terbanyak;

M.dosen memberikan apresiasi kepada kelompok yang memiliki poin terbanyak.

3. Penutup

Pada kegiatan penutup, alokasi waktu yang digunakan kurang lebih 50 menit, adapun beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

A. dosen merefleksi dan menanyakan kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam pembelajaran analisis klausa;

(11)

C. dosen menyimpulkan materi yang sudah disampaiakan; D. doa dan salam.

Hambatan Pembelajaran Siklus II

Setiap proses pembelajaran tentunya memiliki hambatan. Hambatan pada siklus II sudah berkurang dibandingkan dengan siklus I. Adapun hambatan siklus II dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga yaitu hambatan yang dialami oleh dosen, mahasiswa dan lingkungan.

Hambatan yang Dialami Mahasiswa

1. Masih ada mahasiswa yang kurang semangat dalam perkuliahan. 2. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.

3. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam melakukan diskusi kelompok.

4. Banyaknya mahasiswa yang kurang memperhatikan kaidah Bahasa Indonesia saat mengerjakan tugas secara tertulis.

Hambatan yang Dialami lingkungan 1. Ruang kelas yang terasa panas.

2. Suasana bising dan ramai di luar kelas, sehinga membuat mahasiswa yang di dalam kelas merasa terganggu saat perkuliahan.

3. Papan tulis yang tidak terkait dengan benar, sehingga menyulitkan ketika akan menjelaskan menggunakan media papan tulis.

4. Layar LCD ditampilkan di tembok samping karena papan tulis tidak terkait dengan baik, sehingga menyulitkan mahasiswa saat melihat materi yang disampaikan melalui LCD.

Prestasi Kemampuan Mahasiswa

(12)

Tabel 4

Lembar Tingkat Pencapaian Kemampuan Mahasiswa Siklus II No Nilai dari Aspek

Setelah kegiatan penilaian akhir diadakan tindakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu pembelajaran analisis klausa menggunakan model kooperatif tipe TGT.

Tabel 5

Lembar Refleksi Kegiatan Pembelajaran Siklus II No Aspek yang dinilai

Kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa pada silus II sudah banyak mengalami peningkatan. Pada siklus II, mahasiswa sudah semakin aktif dalam diskusi kelompok dan dalam melakukan games tournament. Hal tersebut dibuktikan pada pemerolehan prosentase rata-rata kelas sebesar 80%, mahasiswa dalam satu kelas sudah mencapai KKM secara keseluruhan.

(13)

Kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa pada silus II sudah banyak mengalami peningkatan. Pada siklus II, mahasiswa sudah semakin aktif dalam diskusi kelompok dan dalam melakukan games tournament. Hal tersebut dibuktikan pada pemerolehan prosentase rata-rata kelas sebesar 80%, mahasiswa dalam satu kelas sudah mencapai KKM secara keseluruhan.

Dua mahasiswa mendapatkan nilai 95, dua mahasiswa mendapatkan nilai 90, lima mahasiswa mendapatkan nilai 85, tiga mahasiswa endapatan nilai 80 dan satu mahasiswa mendapatkan nilai 75. Pada siklus II, suasana pembelajaran semain menarik. Mahasiswa semakin antusias dalam berdiskusi dan melakukan games tournament. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil angket pada tahap refleksi siklus II bahwa 85% mahasiswa tertarik dan semangat dalam pembelajaran.

Simpulan

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus maka dapat disimpulkan ebagai berikut.

1. Proses pembelajaran pada siklus I dan II terdiri dari tahap perencanaan dan pelaksanaan. Tahap perencanaan pada siklus I meliputi penyusunan RPS, lembar observasi, angket dan lembar evaluasi, sedangkan pada siklus II tahap perencanaan meliputi perbaikan RPS berdasarkan kekurangan pada siklus I. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.

2. Hambatan selama proses pembelajaran meliputi tiga hal yaitu hambatan yang dialami oleh dosen, mahasiswa dan lingkungan. Hambatan yang dialami dosen pada diantaranya yaitu kurangnya referensi dan terlalu cepat saat menjelaskan materi, sedangkan hambatan yang dialami oleh mahasiswa diantaranya adalah banyaknya mahasiswa yang datang terlambat, kurang aktif dalam diskusi, kurang aktif dalam pembelajaran, kurang tanggung jawab dalam mengerjakan tugas individu. Hambatan yang berhubungan dengan lingkungan adalah ruangan yang terasa panas, kursi yang berserakan, suara bising di luar kelas yang mengganggu proses pembelajaran, serta kondisi papan tulis yang tidak terkait dengan benar. 3. Prestasi kemampuan mahasiswa PBSI semester IV dalam analisis klausa semakin mengalami

peningkatan dari siklus I dan siklus II.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti dapat meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa PBSI semester IV. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dari nilai rata-rata kelas yang awalnya 64 pada kondisi awal menjadi 76 pada siklus I dan 80 pada siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran yang dapat diberikan yaitu:

1. dosen diharapkan untuk semakin kreatif dan inovatif dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi serta keadaan mahasiswa dan lingkungan kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan;

2. dosen mampu menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT secara efektif dan efisien;

(14)

Daftar Pustaka

Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill Companies.

Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD,SLB,TK. Bandung:Yrama Widya. Astuti. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk

Meningatkan Prestasi Belajar Sosiologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Ibrahim, dkk. 2006. Pengajaran Berbasis Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Nur, M. 2005. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: PSMS UNESA.

Putrayasa, I,B. 2014. Analisis Kalimat. Bandung: Revika Aditama.

Putri. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SDN Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ramlan. 2005. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon Publisher.

Gambar

Tabel 1 Tahap-tahap Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2
Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

Pemodelan data yang digunakan dalam sistem informasi akademik berbasis web pada SMK Pelayaran Sinar Bahari Palembang adalah dengan menggunakan Entity Relantionship Diagram

Buku yang menguraikan terkait bagaimana lahirnya anggota Parlemen yang aspiratif, dengan menggunakan kajian mulai dari mekanisme rekrutmen anggota Partai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan yang diterapkan oleh pejabat struktural yang di dalam struktur organisasi Puskesmas Christina Martha Tiahahu menggunakan

Sehubungan dengan penaw aran yang masuk kurang dari 3 ( tiga ), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi dan evaluasi teknis serta evaluasi harga untuk penaw

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen setelah disesuaikan dengan variabel konkomitan dalam analisis multi

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis antrian yang terjadi pada loket-loket pada Bank Mandiri Cawang dan untuk menentukan jumlah loket optimal yang harus

Dan program aplikasi ini digunakan untuk membantu Sales dalam pembuatan laporan kepada Manajer dan Customer dalam rangka mengefektifkan pekerjaan dan

Dari hasil simulasi ini dapat disimpulkan bahwa dengan pembebanan yang sama, yaitu 9.836 MW, Particle Swarm Optimization mampu mengurangi total biaya pembangkitan Jawa Bali