• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAS KATA DAN pemaknaannya di baliho

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELAS KATA DAN pemaknaannya di baliho"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS KATA DAN CIRI-CIRINYA

1.Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia” halaman 86-194.

1. Kata Benda 2. Kata Ganti 3. Kata Kerja 4. Kata Sifat 5. Kata Sapaan 6. Kata Petunjuk 7. Kata Bilangan 8. Kata Penyangkal 9. Kata Depan

10. Kata Penghubung 11. Kata Keterangan 12. Kata Tanya 13. Kata Seru 14. Kata Sandang 15. Kata Partikel

2. Ciri-Ciri Kelas Kata 2.1. Kata Benda

a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair. b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan. c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.

d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran. e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan. f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.

g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).

2.2. Kata Kerja

a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya: – Pergi (dengan adik)

– Berjalan (dengan gembira) – Menulis ( dengan musuh)

b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll. c. Kata kerja berimbuhan sesperti:

– awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat. – awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda – awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat – awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat

– awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat – awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan – awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.

2.3. Ciri-Ciri Kata Ganti

(2)

– Aku ku – Kami – Kita

Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’ (saya = adik) 2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)

– Kamu – Engkau – Anda – Kalian

Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya sekelas. Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)

– Ia – Dia – – nya – Beliau – Mereka – Mendiang – Almarhum

Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia = Hasan)

2.4. Ciri-Ciri Kata Sifat

1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :

– indah ( indah sekali, seindah-indahnya) – Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)

2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.

3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.

4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.

5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali

2.5. Ciri-Ciri Kata Sapaan.

Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.

Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan) Li (Bentuk utuh : Ali)

Pak (Bentuk utuh Bapak) Yah (Bentuk utuh Ayah)

2.6. Ciri-Ciri Kata Penunjuk

(3)

2.7. Ciri-Ciri Kata Bilangan

Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan. Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.

Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.

Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain. Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.

2.8. Ciri-Ciri Kata Penyangkal

Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah: – Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu. – Tiada, didaerah itu tiada air

– Bukan, ini bukan mangga.

– Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.

2.9. Ciri-Ciri Kata Depan

Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:

1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara. 2. Arah asal : dari

3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap. 4. Pelaku : oleh

5. Alat : dengan dan berkat. 6. Perbandingan : daripada

7. Hal/ masal : tentang, mengenai. 8. Akibat : hingga, sampai

9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi. 10. Demi dan menurut.

2.10. Ciri-Ciri Kata Penghubung

Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh:

1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan lain-lain.

2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga, sesudah dan lain-lain.

2.11. Ciri-Ciri Kata Keterangan

Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan keadaan/ sifat.

1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.

2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya. 3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.

2.12 . Ciri-Ciri Kata Tanya

Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.

2.13. Ciri-Ciri Kata Seru

(4)

marah, kagum, sedih dan lain-lain.

Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah. – Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya ampun. – Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.

2.14. Ciri-Ciri Kata Sandang

Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.

Contoh: Itu Si Hasan

Sang kancil telah sampai duluan. 2.15. Ciri-Ciri Kata Partikel

Kata yang digunakan untuk penegasan 1. – kah (menegaskan). Contoh: Apakah isi lemari ini

Cukupkah uang itu

2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh: Apatah dayaku menghadapi cobaan

3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh: Keluarkanlah buku tulismu.

4. pun (penegasan). Contoh: saya tak tahu, dia pun tidak tahu.

5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh: Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.

Gaji PNS naik per 1 April.

KATEGORI MORFOLOGI KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa Indonesia banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi. Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya tetap seperti pada kata pangkalnya.

Kategori Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas: 1. Kelas Nomina

Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1) mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada.

Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni nomina yang terbentuk dari verba. a. Nomina Murni

(5)

Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut nomina denominal. Ø Nomina Dasar

Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:

Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring, plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung, kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang, tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,

Ø Nomina Denominal

Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar, yakni:

Ø Kategori D-an.’

Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang tersebut pada pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,

Ø Kategori D-an”

Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan Ø Kategori se-D

Kategori ini menyatakan makna ’satu”. Contoh: sebatangkara Ø Kategori D-D1-an

Kategori ini menyatakan makna ’seperti’. Contoh: orang-orangan Ø Kategori per-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian Ø Kategori ke-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan Ø Kategori pcng-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman b. Nomina Transposisi

Dari data nomina transposisi tidak ditemukan dalam kartu kata

2. Kelas Verba

Untuk menentukan suatu kata termasuk verba, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori pembangun kerangka sisteni morfologi verba itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu mempunya; potensi berkomhinasi dengan kata: tidak, sudah, sedang, akan, baru, telah, belum, mau, hendak,

Kelas verba yang ditemukan pada data terdiri dari (1) verba murni, yakni verba yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) verba denominal, yakni verba yang terbentuk dari nomina, (3) verba deadjektival, yakni verba yang terbentuk dan adjektiva, (4) verba denuineral, yakni verba yang terbentuk dari numeralia, dan (5) verba depronominal, yakni verba yang terbentuk dari pronomina.

a. Verba Murni

Verba murni terdiri dari verba dasar (monomorfemis) dan verba tur. (polimorfemis). Verba turunan yang terbentuk dan kata-kata verba disebut verba diverbal.

Ø Verba Dasar

Verba murni, berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada yaitu: ada, bangkit, pergi, puasa, pulang, balik, makan, mampir, datang, ucap, ubah, turun, tinggal, terima, singgah ,aman , Ø Verba Deverbal

(6)

1) Kategori di-D

Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan disengaja berfokus sasaran”. Contoh: diangkat, à verba 1

2) Kategori ter-D”

Kategori ini menyatakan makna “dapat di’. Contoh: tersenyum à verb 1

3) Kategori meng-D

Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.

Contoh: menyeret, menempel, menukar, mengangguk,memakai, menuju, meniru, mengangkat, memakai à verba 1

4) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini menyatakan makna ‘lokatif. Contoh: menyikapi, mempunyai à verba 5) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini menyatakan makna ‘benefaktif/direktif Contoh: meneruskan, menyilakan, menyebabkan à verba 1 6) Kategori ber-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘malakukan perbuatan berlangsung lama, bisa sendiri atau dengan orang lain’.

Contoh: berpandangan à verba 2 7) Kategori ber-D

Kategoii ini menyatakan makna ‘tindakan bcrlangsung lama’. Contoh: berakhir, berada, berteduh à verba 2,

Kategori meng-D

Kategori ini menyatakan makna ‘proses/keadaan’. Contoh: melompatà verba 2

b. Verba Transposisi Verba Denominal

Verba denominal yang ditemukan pada data meliputi enam kategori morfologis,yaitu. 1) Kategori meng-D

Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D melalui derivasi zero sehingga terbentuk verba kategori D yang menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.

Contoh: menutup, meningkat à verba I 2) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini berasal dari nomina kategon D kemudian dMenvasikan verba kategori D-i yang maknanya ‘lokatif. Contoh. menangani à verba 2

3) Kategori di-(D-i)

Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudiun diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang mempunyai makna ‘kausatif.

Contoh: ditandatangani à verba 2 4) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan yang menyataD-kan makna ‘kausatif.

Contoh: rnerupakan à verba 2 5). Kategori di-(D-kan)

(7)

yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: disebutkan, dimanfaatkan, disimpulkan, dilaksanakan, dilakukan à verba 2 6) Kategori ber-D

Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D dan menyatakan makna ‘tindakan berlangsung lama’.

Contoh: bertekad àverba 2 Ø Verba Deadjektival

Verba deadjektival yang ditemukan pada data, meliputi dim macam kategori morfologis, yaitu: 1) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: menjiwai, menghargai, menanggapi à verba 2 2) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemuadian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan, yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: melaksanakan menyenangkan, melanjutkan à verba 2 Ø Verba Demimeral

Dari data hanya ditemukan salu kalegori morfologis verba denumeral, yaitu kategori meng-D, yang diderivasikan dari numeralia bentuk dasar yang menyatakan makna ‘proses/keadaan’. Contoh: menyeluruh -» verba 2

Ø Verba Depronominal

Dari data hanya ditemukan satu kategori morfologis verba depronominal, yaitu kategori meng-(D-i), yang berasal dari pronomina bentuk dasar kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘repetitif. Contoh: mengakui —>• verba 1

3. Kelas Adjektiva

Untuk menentukan suatu kata termasuk adjektiva, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adjektiva itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu mempunyai potensi berkombinasi dengan kata: sangat, agak, paling, amat, sekali,

Kelas adjektiva yang ditemukan pada data hanya satu kategori morfologis, yaitu berupa adjektiva bentuk dasar yang terdiri dari:

Contoh: apes, aman, akrab, takut, basah, banyak, baik, bodoh, cukup, kerdil, salam, suka, sudah, tersinggung, berwibawa, terlalu, spona, serius, sering, cantik, tenang,

4. Kelas Numeralia

Untuk menentukan suatu kata lermasuk numeralia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologis numeralia itu ditandai oleh valensi: sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan nomina.

Kelas numeralia yang ditemukan pada data hanya ada satu macam yaitu nrmeralia murni. Adapun yang dimaksud numeralia murni adalah numeralia yang tidak berasal dari kelas kata lain. Numeralia murni ini terdiri dari numeralia dasar

monomorfemis) dan numeralia tunman (polimortemis). Numeralia turunan yang terbentuk dari kata-kata numeralia disebut niimeralia denumeral.

a. Numeralia Dasar

(8)

Contoh: sebuah, sederet, dua, tujuh, sembilan, setiap, seorang, b. Numeralia Denumeral

Numeralia denumeral tidak ditemuka pada data kartu kata,

5. Kelas Adverbia

Untuk menentukan suatu kata termasuk adverbia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adverbia itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan verba.

Kelas adverbia yang ditemukan pada data hanya ada satu kategori morfologis, yaitu berupa adverbia bentuk dasar yang terdiri dari:

Contoh: tak, telah, akan, baru, sudah, sedang, saja, juga, 6. Kelas Pronomina

Pronomina yang ditemukan pada data meliputi tiga macam, yaitu: a. Pronomina persona:

Contoh aku, suya,, anda, mereka. b. Pronomina penunjuk:

Contoh: itu, adalah c. Pronomina penanya: Contoh: bila, kapan. 7. KataTugas

Dari data yang ada ditemukan kata tugas yang meliputi: 1. Preposisi:

Contoh: pada, kepada, di, terhadap, oleh karena. Konjungsi:

Referensi

Dokumen terkait

The SNF are putted on the spent fuel baskeets (canister) consisting the racks.. The decay heat from spent fuel bundles of baskets be transferred to the serial heat

Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data seismik berupa data waktu tiba, stasiun seismograf, posisi episenter (lintang dan bujur), magnitude, kedalaman gempa

hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Tabungan Batara juara di Bank.

Setelah melakukan simulasi ujicoba pengaturan pemakaian bandwidth dan Filtering akses yang sudah diterapkanpada jaringan maka penulis mendapatkan kesimpulan

Hal ini menunjukkan bahwa klon Sca 6 dengan ukuran embrio zigotik besar, sedang dan kecil semuanya dapat beregenerasi menghasilkan embrio somatik, sedangkan klon KW 165 dan KW

[r]

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN 3 Karamat dengan saran penelitian ini sebagai berikut: