• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Hakikat Desain Pembelajaran

2.1.1 Pengertian

Seperti dikatakan oleh Hokanson, Brad dan Gibbon, Andrew dalam Suparman (2014: 88), istilah desain berasal dari bahasa Latin designare yang mengandung arti menandari, menunjukkan, menjelaskan, merancang. Desain adalah suatu fokus dari banyak ide dan teori kontemporer dalam teknologi pendidikan.

Menurut Suparman (2014: 88), desain instruksional merupakan upaya perencanaan ke arah terwujudnya pelaksanaan kegiatan instruksional yang berkualitas, efektif, dan efesien dalam memfasilitasi proses belajar dan meningkatkan kinerja peserta didik.

Dalam konteks pembelajaran menurut Sanjaya (2010: 66), desain instruksional dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan – bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencaan sumber – sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan.

Sejalan dengan Gagne dalam Sanjaya ( 2010: 66), menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, di mana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang.

2.1.2 Kriteria Desain Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2010: 68), desain instruksional yang baik harus memiliki beberapa kriteria di antaranya:

a) Berorientasi pada siswa

(2)

b) Berpijak pada pendekatan sistem

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Melalui pendekatan sistem, bukn saja dapat diprediksi keberhasilannya, akan tetapi juga akan terhindar dari ketidakpastian. Hal ini disebabkan melalui pendekatan sistem dari awal sudah diantisipasi berbagai kendala yang mungkin dapat menghambat terhadap pencapaian tujuan. Atas dasar itulah, maka pendekatan sistem dalam desain instruksional merupakan pendekatan ideal yang dapat dilakukan oleh para desainer pembelajaran.

c) Teruji secara empiris

Sebelum digunakan, sebuah desain instruksional harus teruji dahulu efektivitas dan efisiensinya secara empiris. Melalui pengujian secara empiris dapat dilihat berbagai kelemahan dan berbagai kendala yang mungkin muncul sehingga jauh sebelumnya dapat diantisipasi. Selain itu, melalui pengkajian secara ilmiah dapat meyakinkan para pengemba pembelajaran untuk menggunakannya. 2.1.3 Langkah – Langkah dalam Mendesain Pembelajaran

Adapun langkah – langkah dalam model desain instruksional menurut Suparman (2014: 131) ada tiga tahap yaitu tahap pertama adalah tahap mengidentifikasi, mengembangkan, serta mengevaluasi dan merevisi. Berikut penjelasan masing – masing tahap:

a) Tahap mengidentifikasi

1. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum.

(3)

kebutuhan instruksional, diperoleh jawaban bahwa penyelesaian masalah kesenjangan antara keadaan saat ini dengan yang diharapkan adalah penyelenggaraan kegiatan instruksional. Tujuannya adalah tercapainya kompetensi yang tidak pernah dipelajari atau belum dilakukan dengan baik oleh peserta didik. Kompetensi yang diharapkan itu bersifat umum atau tinggi sekali. Ia merupakan hasil belajar yang diharapkan dikuasi peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan instruksional. Hasil belajar ini disebut tujuan instruksional umum.

Tujuan instruksional dalam kawasan mana pun harus dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja dan operasional, serta yang menunjukkan kegiatan yang dapat dilihat. Kalimat peserta didik akan dapat menjelaskan atau menguraikan sesuatu misalnya, lebih tepat digunakan dari pada peserta didik dapat mengerti, memahami, atau mengetahui sesuatu.

2. Melakukan analisis instruksional

Analisis instruksional proses menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi, kompetensi dasar atau kompetensi khusu yang tersusun secara logis dan sistematik. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi daftar subkompetensi dan menyusun hubungan antara yang satu dengan yang lain menuju kompetensi umum. Dari susunan tersbut, jelaslah kedudukan subkompetensi yang perlu dicapi dahulu dari yan lain karena berbagai hal seperti: kedudukannya sebagai subkompetensi prasyarat, subkompetensi yang diperlukan untuk mencapai subkompetensi yang hierarkinya lebih tinggi, subkompempetensi yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung lebih dahulu, subkompetensi yang mnurut proses psikologis muncul lebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal.

(4)

paling akhir. Baik jumlah maupun susunan subkompetensi tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa kompetensi umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dengan perkataan lain, peserta didik akan mencapai kompetensi umum melalui tahap pencapaian serangkaian subkompetensi. Daftar subkompetensi khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju kompetensi umum itu laksana jalan yang paling singkat yang akan dilalui peserta didik untuk mencapai tujuannya dengan baik.

3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik Mengidentifikasi perilaku awal siswa dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, serta sasaran didik dari kegiatan instruksional. Istilah tersebut digunakan untuk menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut.

Langkah selanjutnya mengidentifikasi karakteristik siswa yang berhubungan dengan keperluan pengembangan instruksional. Informasi yang dikumpulkan terbatas kepada karakteristik siswa yang ada manfaatnya dalam proses pengembangan instruksional. Misalnya minat siswa, kemampuan siswa dalam membaca bahasa asing, atau informasi lain yang berhubungan dengan pengembangan instruksional

b)Tahap mengembangkan

1. Menulis tujuan instruksional khusus

(5)

selama lebih dari 10 tahun sejak 1980-an, TIK disebut sasan belajar (sasbel).

Perumusan TIK secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu pengertian, atau tidak mungkin ditafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu, TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable). Tujuan instruksional khusus merupakan satu – satunya dasar dalam menyusun kisi – kisi dan alat untuk menguji validitas isi tes. Dalam menentukan isi pelajaran yang akan diajarkan, pendesain instruksional merumuskannya berdasarkan kompetensi dasar yang ada dalam TIK. Dengan perkataan lain, isi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan apa yang akan dicapai.

TIK harus mengandung unsur – unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes yang benar – benar dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya, unsur – unsur itu dikenal dengan ABCD yang berasal dar empat kata sebagai berikut: A = Audience, B = Behavior, C = Condition, dan D = Degree. Audience adalah peserta didik yang akan belajar, Behavior adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh peserta didik setelah selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut, Condition adalah kondisi, berarti batasan yang diknakan kepada peserta didik atau alat yang digunakan peserta didik pada saat ia dites, dan Degree adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai perilaku tersebut.

2. Menyusun alat penilaian hasil belajar

(6)

pendesain instruksional perlu melakukan langkah – langkah seperti berikut:

a. Langkah pertama: menentukan maksud penilaian

Alat penilaian yang akan dibuat oleh pendesain instruksional akan digunakan untuk dua maksud utama sebagai berikut.

i) Memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang hasil belajar peserta didik dalam setiap tahap proses belajarnya.

ii)Menilai efektivitas sistem instruksional secara keseluruhan.

b. Langkah kedua, membuat tabel spesifikasi yang biasa disebut dengan kisi – kisi tes (test blue print) untuk butir 1a dan 1b tersebut di atas. Kisi – kisi tes yang paling sederhana terdiri dari empat kolom, yaitu: daftar kompetensi, bobot kompetensi, presentase jenis tes, dan jumlah butir soal. 3. Menyusun strategi instruksional

Penysunan strategi instruksional haruslah didasarkan ata tujuan instruksional yang akan dicapai sebagai kriteria utama. Di samping itu, penyusunan tersebut didasarkan pula tas pertimbangan lain, yaitu hambatan yang mungkin dihadapi pengembang instruksional atau pengajar, seperti waktu, biaya, dan fasilitas.

4. Mengembangkan bahan instruksional

Pemilihan format media dalam pembelajaran virtual kadang-kadang tidak sesuai dalam pratek, walaupun secara teori telah dilakukan dengan benar. Untuk itu diperlukan kompromi untuk mendapatkan produk pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar.

(7)

sistem penyampaian agar sesuai dengan kegiatan instruksional; b) menjelaskan dan menyebutkan paket dalam komponen instruksional; c) menjelaskan peran desainer dalam pengembangan materi dan penyampaian kegiatan instruksional; d) menjelaskan prosedur untuk mengembangkan bahan instruksional yang sesuai dengan strategi instruksional; e) membuat bahan instruksional berdasarkan strategi instruksional. c) Tahap mengevaluasi dan revisi

1. Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif

Evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan, menganalisis, dan menggunakan data dan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau program instruksional.

Penggunaan evaluasi formatif ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik dari para pakar, peserta didik, pengajar, dan sumber lain yang relevan tentang apa dan bagaimana merevisi produk instruksional sebelum digunakan dalam kegiatan instruksional sesungguhnya.

Dalam bentuk bagan, keempat langkah evaluasi formatif dan revisi itu dapat digambarkan sebagai berikut ini.

(8)

2.2 Hakikat Pembelajaran Tematik Integratif 2.2.1 Pengertian

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Menurut Majid & Rochman (2014: 106), pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip – prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

Mamat SB, dkk dalam Prastowo (2014: 54), memaknai pembelajaran teamtik merupakan pembelajaran terpadu, dengan mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema. Menurut Trianto (2010: 78), pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema – tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Majid (2014: 85), juga berpendapat lagi bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pelajaran jadi bermakna, yaitu peserta didik akan dapat memahami konsep – konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran.

2.2.2 Prinsip – prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Majid & Rochman (2014: 110), beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut: 1. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual,

(9)

Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

2. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi – materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Tetap ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.

3. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapain tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

4. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5. Materi pembelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

2.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Majid & Rochman (2014: 111), sebagai model pembelajaran sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik – karakteristik sebagai berikut:

a) Berpusat pada siswa

(10)

b) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa diharapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebgai dasar untuk memahami hal – hal yang lebih abstrak.

c) Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisah antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema – tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konse – konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep – konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah – masalah yang dihadapi dalamkehidupan sehari – hari.

e) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel), di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

f) Menggunakan prinsip belajar sambil belajar dan menyenangkan 2.2.4 Rambu – rambu Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Majid & Rochman (2014: 112), rambu – rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

a) Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.

b) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.

(11)

d) Kompetensi yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.

e) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.

f) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, serta pemahaman nilai – nilai moral. g) Tema – tema yang dipilih disesuaikan dengan kerakteristik siswa,

lingkungan dan daerah setempat.

2.2.5 Kekuatan dan keterbatasan Pembelajaran Tematik Integratif Menurut Majid & Rochman (2014: 114), pembelajaran integratif memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu:

a) Pengalaman dan kegiatan peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.

b) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

c) Seluruh kegiatan belajara lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat lebih bertahan lama.

d) Pembelajaran integratif menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.

e) Pembelajaranintegratif menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/ lingkungan riil peserta didik.

(12)

Selain itu pula, pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti penting menurut Majid dan Rochman (2014: 115), yaitu:

a) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik

b) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik. c) Hasil belajar dapar bertahan lama, karena lebih berkesan dan

bermakna

d) Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi

e) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama

f) Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain

g) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik

Puskur, Balitbang Diknas dalam Majid dan Rochman (2014: 115), mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran integratif ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

a) Aspek guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik,guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak tefokus pada bidang kajian tertentu saja.

b) Aspek peserta didik

(13)

eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran integratif ini sangat sulit dilaksanakan.

c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran integratif memerlukan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran integratif juga akan terhambat.

d) Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

e) Aspek penilaian

Pembelajaran integratif membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini,guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaanpenilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

2.2.6 Manfaat Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Majid dan Rochman (2014: 113) manfaat penerapan pembelajaran tematik terpadu dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

(14)

pertanyaan-pertanyaan yang tidak semestinya atau tidak benar tanpa harus menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur-prosedur kerja keseharian, memastikan bahwa semua jadwal dapat diprediksi, dan menjamin peserta didik merasa aman selama berada di kelas maupun di luar kelas. Keterampilan hidup dikenali, diskusi dan dipraktikkan oleh peserta didik dengan interaksi yang tepat dan dengan perasaan yang menyenangkan dalam komunitas ruang kelas.

b) Menggunakan kelompok untuk bekerja sama, berkolaborasi, belajar berkelompok, dan memecahkan konflik, sehingga mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah sosial dengan saling menghargai.

c) Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci dalam menciptakan kelas yang ramah otak (brain friendly classroom). Aktivitas belajar melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimalkan semua sumber belajar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengeksplorasi materi secara lebih luas.

d) Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas, namun juga kualitas dalam mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik siap mengembangkan pengetahuan. e) Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik berada

dalam format ramah otak.

f) Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasijan langsung oleh peserta didik dalam konteks kehidupannya sehari-hari.

(15)

h) Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

2.2.7 Tahapan Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Majid (2014: 95), langkah guru yang akan membelajarkan materi dengan menggunakan pendekatan tematik integratif antara lain sebagai berikut.

a) Rasional

Keberhasilan pembelajaran tematik integratif sangat ditentukan oleh seberapa jauh pembelajaran terpadu direncanakan dan dikemas sesuai dengan kondisi peserta didik: minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan. Karena topik dan konsep yang ada adalam silbaus sudah ditata atas pertimbangan ini, guru cukup mengkaji topik/konsep dalam satu tema pemersatu, kemudian memilih tema yang aktual dan dalam wilayah pengalaman siswa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus, dan penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b) Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilaukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.

Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:

(16)

2) Menetapkan terlebih dahulu tema – tema pengikat keterpaduan dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.

c) Menentukan Tema

Menurut Forganty & Hesty dalam (Majid: 2014: 99), pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menetukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral. Setelah tema ditetapkan, selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub – sub tema dari bidang studi lain yang terkait.

Menurut Depdiknas dalam Majid (2014: 99), tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Selanjutnya menurut Kunandar dalam Majid (2014: 99), tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.

1) Cara penentuan tema

(17)

Gambar 2.1 Pengembangan Tema

Berikut ini beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menentukan tema yang akan dijadikan payung, yaitu:

a. Bersifat “fertil”, artinya tema tersebut memiliki kemungkinan keterkaitan yang kaya dengan konsep lain. Tema bersifat “fertil” ini biasanya berupa pola atau siklus.

b. Tema sebaiknya dikenal oleh siswa atau bersifat familier, sehingga siswa dapat dengan mudah menemukan kebermaknaan dari hubungan antar – konsepnya.

c. Tema memungkinkan untuk dilakukannya eksplorasi dari objek atau kejadian nyata dan dekat dengan lingkungan keseharian siswa sehingga pengembangan pengetahuan dana keterampilan dapat dilakukan. Selain itu juga, tema yang diambil dari dunia nyata memungkinkan siswa melakukan penerapan konsep serta memperoleh pengalaman nyata.

(18)

dasar yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian dibuat diagram kaitan (jaringan) antara tema dengan kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini selanjutnya dijabarkan dalam satuan pembelajaran yang memuat aktivitas belajar siswa.

Dalam menetukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, kebutuhan siswa, keseimbangan pemilihan tema, serta aksi nyata, antara lain:

a. Pemikiran konseptual, tema yang baik tidak hanya memberikan fakta – fakta kepada siswa. Tema yang baik bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.

b. Pengembangan keterampilan dan sikap, apakah tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa.

c. Kesinambungan tema. Kath Murdock (1998) dalam bukunya Classroom Connection-Strategies for Integrated Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang baru.

d. Materi Belajar Utama dan Tambahan. Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. e. Terukur dan Terbukti. Guru juga perlu memperhatikan

hasil pembelajaran apa yang akan siswa capai dalam pembelajaran temarik.

(19)

g. Keseimbangan Pemilihan Tema. Pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5 -6 tema. Para guru hendaknya bisa memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains saja, tetapi tema – tema lain bervariasi.

h. Aksi Nyata. Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan sikap siswa, tetapi juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi yang bermanfaat.

2) Prinsip penentuan tema

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa b. Dari mana yang termudah menuju yang sulit

c. Dari yang sederhana menuju ke yang kompleks d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak

e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa

f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

3) Daftar tema

Tema – tema di kelas 4 Sekolah Dasar a. Indahnya Kebersamaan

b. Selalu Berhemat Energi c. Peduli Makhluk Hidup d. Berbagai Pekerjaan e. Pahlawanku

(20)

h. Daerah Tempat Tinggalku i. Makanan Sehat dan Bergizi

d) Keterhubungan Tema ke dalam KD dan Indikator

Pemetaan keterhubungan tema dengan KD dan Indikator dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tema – tema yang digunakan sebagaipengikat keterpaduan berbagai mata pelajaran

2. Memetakan semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Karena matapelajaran tematik adalah keterpaduan berbagai mata pelajaran yang diikat dengan tema, dalampemetaan tema harus dimulai dengan pemetaan matapelajaran yang diajarkan di kelas.

3. Mengidentifikasi Komptensi dasar setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas.

4. Menjabarkan Kompetensi Dasar kedalam Indikator.

5. Menganalisis keterhubungan tema – tema dengan Kompetensi Dasar dan indikator dari semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Analisis keterhubungan tema - tema dengan KD dan indikator,seperti format berikut:

Tabel 2.1 Pemetaan Keterhubungan KD dan Indikator ke dalam Tema

Mata

Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator

Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup

PPKn 3.2 Memahami pelaksanaan kewajiban

dan hak sebagai masyarakat

4.2 Melaksanakan kewajiban dan hak

sebagai warga masyarakat dalamkehidupan sehari – hari

Menyusun rencana

3.3 Menggali informasi dari seorang

(21)

IPS

3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari sumber daya alam di lingkungannya

Mengidentifikasi bersama orang – orang di lingkungannya

f) Menetapkan Jaringan Tema Kd/Indikator

Membuat jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

Berikut ini adalah jaringan tema kelas 4 Sekolah Dasar:

(22)

g) Menyusun Silabus 1. Pengertian silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang didalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar.

2. Prinsip pengembangan silabus a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam pencapaian kompetensi.

d. Konsisten

(23)

e. Memadai

Cakupan indicator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan kontekstual

Cakupan indicator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan system penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercabut dari lingkungannya.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

3. Pengembangan silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), di bawah koor dinasi dan supervise Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi.

a. Sekolah dan Komite Sekolah

(24)

bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas.

b. Kelompok Sekolah

Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan di pergunakan oleh sekolah tersebut.

c. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkan karena sekolah dan komite sekolah karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LMPM, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.

d. Dinas pendidikan

Dinas pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para gur berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan silabus ini, sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LMPM, atau unit utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.

4. Langkah – langkah pengembangan silabus a. Mengsisi identitas silabus

(25)

b. Menuliskan Kompetensi Inti

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

KI dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4).

c. Menuliskan Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. KD adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran/tema.

Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(26)

ii Keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran, dan

iii Keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata pelajaran.

d. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran

Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:

1. Potensi peserta didik

2. Relevansi materi pokok dengan KI dan KD

3. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik

4. Kebermanfaatan bagi peserta didik 5. Struktur keilmuan

6. Kedalaman dan keluasaan materi

7. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan

8. Alokasi waktu

Selain itu juga harus diperhatikan hal-hal berikut ini. 1. Kesahihan (validity): materi memang benar-benar

teruji kebenaran dan kesahihannya.

2. Tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh siswa. 3. Kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan

dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan pada jenjang berikutnya

4. Layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.

(27)

e. Mengembangkan kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Berikut ini adalah kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran antara lain:

1. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara professional sesuai dengan tuntutan kurikulum. 2. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas

satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh.

3. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

4. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.

5. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan sikap (termasuk karakter yang sesuai), dan ketrampilan yang sesuai dengan KD.

6. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.

(28)

8. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu).

9. Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.

Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan kal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru

2. Mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran/tema

3. Disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang tersedia

4. Bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/peroangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal, dan

5. Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

f. Merumuskan indikator

(29)

produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa ketrampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena, tanggapan terhadap fenomena, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, karakter merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif. Dalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.

1. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indicator (lebih dari dua).

2. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi.

3. Tingkatan kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD maupun SK. 4. Prinsip pengembangan indikator sesuai dengan

kepentingan (Urgensi), kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual.

5. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.

6. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.

7. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

(30)

9. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor). 10.Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan. 11.Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati. 12.Menggunakan kata kerja operasional.

g. Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif, psikomotor, dan afektif).

Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat melakukan penilaian ranah afektif. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: 1. teknik penilaian 2. bentuk instrument dan 3. contoh instrument.

1. Teknik penilaian

(31)

Dalam melaksanakan penilain, penyusun silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.

i Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.

ii Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.

iii Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

iv Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisasi untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kualitas siswa. v Hasil penilaian dinalisis untuk menentukan tindak

lanjut. Pada bagian indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan remedial.

vi Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.

(32)

viiiPenilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa. ix Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi. x Penilaian dilakukan secara berkelanjutan

(direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung maupun efek pengiring dari proses pembelajaran.

xi Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

2. Bentuk instrumen

(33)

Tabel 2.1 Teknik Penilaian Beserta Bentuk Instrumen

Teknik Bentuk Instrumen

Tes Tulis Tes isian

1. Tes uraian

2. Tes pilihan ganda

3. Tes menjodohkan

4. Dan lain-lain

Tes Lisan Daftar pertanyaan

Unjuk Kerja 1. Tes identifikasi

2. Tes simulasi

3. Uji petik kerja produk 4. Uji petik prosedur

5. Uji petik prosedur dan produk

Penugasan 1. Tugas proyek

2. Tugas rumah

Observasi Lembar observasi

Wawancara Pedoman wawancara

Portofolio Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau

prestasi siswa

Penilaian Diri Lembar penilaian diri

Sumber: Majid (2014) 3. Contoh instrumen

Setelah dibuat bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya. Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penilaian diletakkan di dalam lampiran. h. Menentukan alokasi waktu

Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu dengan memperhatikan:

1. Minggu efektif per semester

(34)

Alokasi waktu yang dicamtumkan di silabus merupakan perkiraan waktu rata-rata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. i. Menentukan sumber belajar

Menurut Modul PLPG dalam Majid (2014), sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.

h) Penyusunan Rencana Pembelajaran (RPP) 1. Pengertian RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah srencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

Khusus untuk RPP tematik, pengertian satu KD asalah satu KD untuk setiap mata pelajaran. Maksudnya, dalam penyusun RPP Tematik, guru harus mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata pelajaran yang di anggap relevan.

2. Prinsip – prinsip pengembangan RPP

Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.

(35)

belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik.

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis.

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidial.

5) Keterkaitan dan keterpaduan.

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan ssituasi dan kondisi. 3. Komponen dan langkah – langkah pengembangan RPP

a. Mencantumkan identitas

(36)

b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran memuat penguasaaan kompetensi yang bersifat operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernytaan yang operasional. Dengan demikian, jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau lebih banyak daripada indikator.

c. Mencantumkan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal yang harus diketahui adalah bahwa materi dlama RPP merupakan pengembangan dari matri pokok yang terapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi pembelajaran dalma RPP harus dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku Siswa. d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan benar – benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada karakterisitik pendekatan dan atau strategi yang dipilih. Selain itu, pemilihan metode/pendektan bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua materi.

e. Mencantumkan Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran.

(37)

kegiatan penutup, dan masing – masing disertai alokasi waktu yang dibtuuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan sintaks yang sesuai dengan modelnya. Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan 1 dan pertemuan ke-2 atau seterusnya.

f. Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar. Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media, alat/bahan, dan sumber belajar. Apabila ketiga aspek ini dipenuhi, penyusun harus mengeksplitkan secara jelas: a) media, b) alat/bahan, dan c) sumber belajar yang digunakan. Oleh karena itu, guru harus memahami secara benar pengertian media, alat, bahan, dan sumber belajar.

g. Mencantumkan Penilaian

Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matriks horizontal maupun vertikal. Dalam penilaian henakdanya dicantumkan: teknik/jenis, bentuk instrumen dan insrumen, kunci jawaban/rambu – rambu jawaban dan pedoman penskorannya.

i) Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Secara procedural langkah-langkah kegiatan yang ditempuh diterapkan ke dalam tiga langkah sebafai berikut.

1. Kegiatan awal/pembuka (opening)

(38)

seperti meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa, melakukan interaksi yang menyenangkan. Selain itu kegiatan pembuka juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan, mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. Menurut Sanjaya dalam Majid (2014), kegiatan pembuka juga bertujuan memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara seperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan.

2. Kegiatan Inti

(39)

(2004:4) dalam Majid (2014) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak segingga menjadi proses belajar.

Dengan demikian pada langkah kegiatan inti guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa agar siswa aktif mempelajari permasalahan berkenaan dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami, atau disebut dengan belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988: 188) dalam Majid (2014). Untuk itu maka selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata berupa benda nyata atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran hendaknya guru selalu memberikan umpan agar anak berusaha mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberkan guru melalui pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berpikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar.

3. Kegiatan Akhir

(40)

evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti pembelajaran atau membuat ringkasan. Dalam kegiatan evaluasi guru dapat menggunakan bentuk-bentuk mendemonstrasikan ketrampilan, mengaplikasikan ide-ide baru pada situasi lain, mengekspresikan pendapat siswa sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis (Hadisubroto dan Herawati: 1998: 517) dalam Majid (2014).

Berkaitan dalam evaluasi Vogt (2001:7) dalam Majid (2014) menyebutkan bahwa assessment dapat dilakukan secara kolaboratif dan sportif antara siswa dan guru. Assessment dapat dilakukan secara formal dan informal. Formal assessment dapat berupa tes khusus seperti membaca, menulis dan penggunaan bahasa, sedangkan informal assessment berkaitan dengan kemajuan siswa yang dapat dilakukan melalui catatan anekdot, observasi, diskusi kelompok, refleksi dan diskusi kelompok belajar. Self assesmen bagi siswa akan membantu untuk dapat mengukur kemajuan diri. Mereka juga dapat mengetahui apa yang telah mereka pelajari. Caranya dapat menggunakan checklist, refleksi tertulis, atau jurnal.

2.3Hakikat Model Pendekatan Contextual Teaching adn Learning (CTL)

2.3.1 Pengertian

(41)

Sedangkan menurut Kesuma (2010: 73), Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari – hari.

Lalu menurut Hamruni (2012: 173), pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

2.3.2 Karakteristik CTL

Menurut Kesuma (2010: 84), adapun beberapa karakteristik yang dimiliki oleh model pendekatan CTL, yaitu:

a) Materi ajar disesuaikan dengan konteks kehidupan siswa;

b) Mengaitkan pengalaman siswa dengan masalah lainnya yang lebih besar (terintegrasi);

c) Memperhatikan apa yang menjadi daya tarik siswa; d) Memperhatikan pengalaman empiris siswa;

e) Membangun perubahan perilaku siswa dengan gembira (menyenangkan);

f) Menumbuhkan kesadaran bekerja sama (kolegalitas); g) Membentuk komunitas belajar (learning community). 2.3.3 Asas – asas CTL

Menurut Hamruni (2012: 181), pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas (komponen). Asas – asas inilah yang melandasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual (CTL), yaitu:

a) Konstruktivisme

(42)

berasalah dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu smaa pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya,

Menurt Suparno dalam Kesuma (2010: 63), secara garis besar prinsip – prinsip konstruktivisme yang diambil adalah:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial;

2. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk eblajar;

3. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah;

4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

b) Inkuiri

(43)

pembelajarana kontesktual. Melalui proses berpikir yang sistemaris seperti di atas, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebgai dasar pembentukan kreativitas.

Menurut Kesuma (2010: 64), ada beberapa langkah dalam kegiatan menemukan (inkuiri) yang dapat dipraktekkan di kelas, yaitu: a) merumuskan masalah, b) mengamati dan melakukan observasi, c) menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel, dan karya lainnya, dan d) mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, atau audien yang lain.

c) Bertanya (Questioning)

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan – pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kemmapuan bertanya sangan penting, karena digunakan untuk berbagai tujuan, anatara lain:

1. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi

2. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar 3. Merangsang keingitntahuan siswa terhadap sesuatu 4. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan

(44)

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok – kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajrnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. e) Pemodelan (Modeling)

Modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelejaran kontekstual, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teroretik – abtsrak.

f) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian – kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilkinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa kan mempengaruhi pengetahuannya yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya. Dalam pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalaman be;jarnya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkannya.

g) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)

(45)

diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar – benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepad aproses belajar bukan kepada hasil belajar.

2.3.4 Strategi CTL

Bern dan Erickson dalam Komalasari (2013: 23), mengemukakakn lima strategi dalam mengimplementasikan CTL, yaitu:

1. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini meliputi mengumpulan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan.

2. Cooperative learning (pembelajaran kooperatif), pendekatan mengorganisasikan pembelajaran dengan mnggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan bembelajaran.

3. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disipin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong isswa untuk bekerja menaidir membangun pembelajaran, dan akhirnya menghasilkan karya nyata. 4. Pembelajaran pelayanan (service learning), pendekatan yang

menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.

(46)

2.3.5 Tahapan CTL

Untuk mencapai kompetensi yang sama dalam menggunakan konstekstual, maka guru melakukan langkah – langkah pembelajaran seperti di bawah ini.

a) Pendahuluan

1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual: siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.

3. Guru melakukan tanya jawab sekita tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

b) Inti

Di lapangan, siswa melakukan hal – hal berikut:

1. Melakukan wawancara sesuai dengan pembagian tugas kelompok.

2. Mencatat hal – hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Di dalam kelas, siswa melakukan hal – hal berikut:

1. Mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing – masing.

2. Maleporkan hasil diskusi.

3. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.

c) Penutup

1. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkasn hasil wawancara sekitar masalah sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.

(47)

2.3.6 Perbedaan CTL dengan Model Konvensional

Menurut Kesuma (2010: 85), adapun beberapa perbedaan CTL dengan model konvensional, yaitu:

Tabel 2.2 Perbedaan CTL dengan Model Konvensional

Model CTL Model Konvensional

Belajar berdasarkan pengalaman nyata siswa

Belajar berdasarkan abstraksi

Siswa berupaya mempelajari Siswa berupaya mengetahui Siswa menemukan sendiri Siswa diberitahu guru Siswa sebagai pusat

pembelajaran (siswa sebagai subjek ajar)

Guru sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai objek ajar)

Guru memberikan penguatan Guru memberikan kesimpulan Siswa memahami makna

pembelajaran

Siswa menghafal materi pembelajaran

2.4Hakikat Desain Pembelajaran tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

2.4.1 Pengertian

Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah upaya perencanaan proses pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran tertentu yang dilakukan dengan konsep kontekstual yaitu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa sehingga menikngkatkan kinerja peserta didik.

2.4.2 Langkah – Langkah Desain Pembelajaran tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

(48)

a) Tahap mengidentifikasi

Melakukan analisis insruksional, yaitu dengan menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi, KD atau kompetensi khusus yang tersusun secara logis dan sistematik. Di dalam tahap ini peneliti melakukan analisis SKL, KI, KD, dan membuat indikator yang menghasilkan tabel hasil analisis SKL, KI, KD, dan membuat indikator.

b) Tahap mengembangkan

1. Menulis tujuan instruksional khusus

Menulis tujuan instruksional khusus merupakan satu – satunya alat untuk menguji valisitas tes dengan kata lain isi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan apa yang akan dicapai. Peneliti menuliskan bahwa tujuan dari desain pembelajaran tematik integratif ini adalan sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan Pembalejaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) kelas 4 SD.

2. Menyusun alat penilaian belajar

Alat penilaian yang dikembangkan oleh peneliti digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompoetensi yang tercantum dalam tujuan desain pembelajaran tematik integratif ini.

3. Mengembangkan bahan instruksional

Di dalam tahap ini produk yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, dan penggalan buku siswa, yang sebelumnya dilakukan membuat keterhubungan antara KD dan indikator dengan subtema serta membuat jaringan KD.

c) Tahap mengevaluasi

(49)

2.5Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran berupa nilai yang diperoleh dari proses pembelajaran itu sendiri. Hasil belajar tidak hanya berupa nilai, tetapi juga perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengetahuan setelah belajar. Menurut Winarni (2012: 138) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Setelah siswa belajar berarti mereka telah memiliki pengetahuan dari pengalaman belajarnya.

Menurut Susanto (2013 : 5) secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku menjadi yang lebih baik. Makna hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh merupakan suatu pencapaian setelah mengalami proses belajar dan menunjukkan adanya perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu sesuai dengan pengalaman belajarnya melalui evaluasi belajar.

2.6Tema 3 Subtema 1 Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku Kelas 4

Pada tema 3 terdapat beberapa subtema, salah satunya adalah subtema 1 Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku. Berikut penjelasan mengenai Kompetensi Inti Kelas 4, dan pemetaan Kompetensi Dasar.

a) Kompetensi Inti Kelas 4

(50)

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda – benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.

b) Standar Kompetensi Lulusan

Tabel 2.3 SKL Kelas 4 Sekolah Dasar

Domain SD/MI

Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,

percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam di lingkungan rumah,

sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan

Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena

dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah,

dan tempat bermain.

Pengetahuan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang

produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan

konkret sesuai dengan yang ditugaskan

(51)

c) Kompetensi Dsar 1, 2,3, dan 4 Subtema 1 Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar

3.3 Menggali informasi dari seorang tokoh melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan.

4.3 Melaporkan hasil wawancara menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif dalam bentuk teks tulisan.

Matematika Kompetensi Dasar

3.3 Menejelaskan dan melakukan penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun pecahan.

3.4 Menyelesaikan masalah penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun pecahan.

IPS

Kompetensi Dasar

3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota.kabupaten sampai tingkat provinsi.

4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakterisitk ruang dan pemanfaat sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/ kabupaten sampai tingkat provinsi.

SBdP

Kompetensi Dasar

3.8 Memahami pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya.

4.8 Melaksanakan kegiatan upaya pelestarian sumber daya alam bersama orang – orang di lingkungannya.

PPKn

Kompetensi Dasar

1. Menerima dan menjalankan ajaran agamma yang dianutnya.

Gambar

Gambar 2.1 Pengembangan Tema
Tabel 2.1 Pemetaan Keterhubungan KD dan Indikator
Gambar 2.2 Jaringan Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup
Tabel 2.1 Teknik Penilaian Beserta Bentuk Instrumen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

฀ A Catalog Service Web ( CSW version 2.0 or higher) that registers all data sources and services used in this pilot as well as externally provided Arctic

Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian- penelitian sebelumnya, akan tetapi dipusatkan pada kasus Pengaruh Penggunaan Selebriti dalam Iklan,

Selain teknik pertumbuhan bakteri atau teknik isolasi di atas, dikenal juga adanya teknik isolasi mikroba yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik pemindahan suatu

Kesetiaan merek memiliki Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada EWOM dan kesadaran merek terhadap niat pembelian konsumen yang

Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk

Berdasarkan Tabel 4, hasil uji t yang dilakukan oleh peneliti, menyatakan bahwa kesadaran merek secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap loyalitas

1) Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan oleh siswa, bukan saja karena ketidaktahuannya tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan- kebiasaannya yang salah. Hal-hal