PENGEMBANGAN BAHAN AJARBOOKLET
BERBASIS KEARIFAN LOKAL
MASYARAKAT DESA PENGADANG PADA MATERI TERMOKIMIA
Cornelia Violeta, Hairida, Masriani
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak Email :[email protected]
Abstract
This research and development aims to produce product booklet teaching materials based
on the local wisdom of Pengadang Village communities on thermochemical material.
This research was conducted from April to June 2018. The respondents were chosen
through snowball sampling. Dayak chieftain as the community leader was taken as the
primary respondent and the interview was done in semi-structured technique. The result
show that there are Annona muricata L., Hibiscus rosa-sinensis L., Kalanchoe pinnata,
Carica papaya L., Allium cepa L., Lansium domesticum, Stachytarpheta sp., Verbena sp.,
dan Blumea balsamifera (L.) DC. The result showStachytarpheta sp., Allium cepa L., and
Blumea balsamifera (L.) DC.have 100% cition frequency. The development booklet
teaching materials based on the local wisdom of Pengadang Village communities on
thermochemical materialbased on measures of research and development by Borg &
Gall. Field test sample in this research was determined by purposive sampling. Data
collected by using a feasibility product questionnaire and student response questionnaire
to Booklet teaching materials based on the local wisdom of Pengadang Village
communities on thermochemical material. Based on analysis the results of the product
feasibility product questionnaire CVR is 0,99 (Valid) and CVI is 0,99 (Valid).
Preliminary field testing results for usability level product obtained a percentage of
77,62% % with a high criteria for use. Main field testing results for usability level
product obtained a percentage of 81,10 % with a highest criteria for use.
Keywords : Booklet Teaching Material, Development, Local Wisdom
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 memiliki salah satu
karakteristik yaitu menuntut peserta didik agar
bisa mengimplementasikan hasil belajar yang
diperoleh dari sekolah kepada masyarakat,
begitu pula sebaliknya sehingga terjadi timbal
balik antara pelajaran di sekolah dengan
lingkungan sekitar (Permendikbud No. 70,
2013). Selain itu, menurut Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat 3
bahwa kurikulum yang digunakan dalam proses
pembelajaran
harus
memperhatikan
salah
satunya yaitu potensi daerah dan lingkungan
tempat tinggal peserta didik. Sebagaimana
amanah
undang-undang
tersebut
maka
pembelajaran harus berbasis keunggulan dan
ditindaklanjuti untuk dilestarikan, ditanamkan,
dan diaktualisasikan (Wagiran, 2011).
Nilai-nilai kearifan lokal dapat diperkenalkan kepada
kalangan muda melalui proses pembelajaran di
sekolah. Selain untuk pelestarian, pengenalan,
dan penanaman nilai-nilai kearifan lokal di
sekolah juga dapat memotivasi peserta didik
untuk lebih menyadari arti penting dari belajar
kimia karena dikaitkan dengan lingkungan
sekitar siswa sehingga pembelajaran lebih
bermakna bagi peserta didik.
Salah satu kearifan lokal yang saat ini
sudah kurang dikenal yaitu penggunaan
tumbuh-tumbuhan sebagai obat demam.Demam
secara klinis merupakan peningkatan suhutubuh
1
oC atau lebih besar di atas suhu normal (El
Rahadi, 2002).Peningkatan suhu tubuh terjadi
secara
fisiologis
dengan
meminimalkan
pelepasan dan peningkatan produksi panas
(Fisher
et al., 2005).Untuk mengembalikan ke
suhu normal tubuh diperlukan obat agar
pelepasan suhu tubuh meningkat dan produksi
panas menurun.Masyarakat desa Pengadang,
kecamatan
Sekayam
telah
menggunakan
tumbuh-tumbuhan yang telah dihangatkan
untuk mengompres penderita demam. Seperti
tumbuhan puduh tana (Stachytarpheta
sp.)
yang digunakan untuk mengompres penderita
demam dengan cara dihangatkan terlebih
dahulu
di
atas
api
sedang
kemudian
ditempelkan pada dahi dan perut penderita
demam, dan diulangi terus hingga panas tubuh
menurun. Kemudian ada cara lain yaitu dengan
menggunakan uap dari daun puduh tana yang
telah direbus dengan air hingga mendidih, lalu
didekatkan pada penderita demam dan ditutup
dengan menggunakan tikar dengan posisi
penderita demam dan hasil rebusan daun puduh
tana di dalam tikar dan ditutup hingga uap air
rebusan tumbuhan tersebut habis.
Menurut
Nurlaili
(2012)
kompres
hangat
dapat
menginduksivasodilatasi
perifer,
sehingga
meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Proses
pelepasan panas tubuh ke lingkungan sesuai
dengan konsep reaksi eksoterm pada materi
termokimia. Namun demikian, pengetahuan
masyarakat tersebut hanya terbatas pada
kalangan orangtua sedangkan masyarakat
kalangan muda sudah tidak mengenal nilai-nilai
kearifan lokal tersebut. Oleh karena itu, melalui
pembelajaran kimia berbasis kearifan lokal
diharapkan
dapat
memperkenalkan
dan
melestarikan tradisi masyarakat desa Pengadang
lewat pembelajaran kimia di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
kimia SMA Negeri 1 dan 2 Sekayam diperoleh
informasi bahwa peserta didik mudah lupa
dengan materi yang diajarkan terutama pada
materi termokimia.Salah satu penyebabnya
adalah kurang dikenalkan materi kimia dalam
kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran
pun menjadi kurang bermakna bagi peserta
didik. Hal ini Sesuai dengan pendapat yang
diungkapkan oleh Nuril Rahmayanti (2014)
bahwa peserta
didik yang merekonstruksi
sendiri pengetahuan awalnya dengan peristiwa
yang dialami sendiri atau peristiwa dari
lingkungan sekitar membuat pembelajaran yang
dijalani menjadi lebih bermakna dan lebih tahan
lama untuk diingat oleh
peserta didik.
Berdasarkan hasil kuesioner, 100% dari
masing-masing 5 orang peserta didik SMA
Negeri 1 Sekayam dan 2 menyatakan bahwa
guru tidak pernah menyampaikan tambahan
informasi pada materi termokimia yang
berkaitan dengan kearifan lokal.
Mencermati berbagai fakta yang diperoleh
dari hasil kuesioner danwawancara, diperoleh
informasi bahwa bahan ajar yang digunakan
oleh guru saat mengajar dan dalam proses
pembelajaran
termokimia
belum
memuat
kearifan lokal terkhusus pada materi temokimia
yang berhubungan dengan pengobatan demam.
Oleh karena itu diperlukan pengemasan
pembelajaran dengan memasukkan nilai-nilai
kearifan lokal dalam penyampaian materi
pelajaran,
misalnya
mengaitkan
materi
termokimia dengan kebiasaan masyarakat yang
menggunakan
berbagai
tumbuh-tumbuhan
untuk mengobati demam dalam suatu bahan
ajar yang sesuai.
digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan
kegiatan
belajar
mengajar.
Booklet
adalah buku berukuran kecil (setengah
kuarto), tidak lebih dari 30 lembar bolak balik
yang berisi tentang tulisan dan gambar-gambar
(Roymond, 2009).Berdasarkan hasil penelitian
oleh
Febrianti
(2015)
penggunaan
bookletCherlys
dengan
pendekatan
konstruktivistik pada materi hidrolisis garam
memberikan pengaruh sebesar 35,54% terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Informasi
penelitian tentang pengembangan bahan ajar
berbentuk
booklet
yang berisi kearifan lokal
tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai
obat
demam
belum
pernah
ditemui.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini
urgent untuk dilaksanakan karena dapat
menghasilkan bahan ajar yang menarik dan
layak digunakan sehingga dapat membantu
mengatasi
permasalahan
pembelajaran
di
sekolah.
METODE PENELITIAN
Pada tahap penelitian tentang kearifan
lokal berupa tumbuh-tumbuhan yang dapat
mengobati
demam
dilakukan
di
Desa
Pengadang Kecamatan Sekayam Kabupaten
Sanggau
menggunakan
teknik
snowball
sampling
untuk
menentukan
responden.
Responden yang mampu memberikan informasi
lengkap tentang tumbuh-tumbuhan berjumlah
40 orang.Pengumpulan data menggunakan
wawancara semi terstruktur dan frekuensi sitasi.
Frekuensi sitasi (%) = (N/T) × 100 %
Keterangan :N = Jumlah responden yang
mensitasi; T = Jumlah total responden, (Kumar
dan Bharati, 2014).
Pada tahap pengembangan yang digunakan
mengacu pada metode menurut Borg & Gall
(dalam Puslitjaknov, 2008) yang menyatakan
bahwa
model
pengembangan
pendidikan
menggunakan temuan-temuan penelitian dalam
merancang produk baru.Pengembangan bahan
ajar
booklet
berbasis kearifan lokal masyarakat
Desa Pengadang pada materi termokimia
menggunakan
metode
Research
andDevelopment
(R & D) yang mengacupada
model pengembangan Borg & Gall (dalam
Puslitjaknov, 2008)
yang terdiri dari 10
(sepuluh) tahap kegiatan, yaitu: 1) pengukuran
kebutuhan, 2) perencanaan, 3) pengembangan
produk awal, 4) pengujian lapangan terbatas, 5)
revisi, 6) pengujian lapangan luas, 7)
penyempurnaan produk hasil uji lapangan, 8)
pengujian pelaksanaan, 9) penyempurnaan
produk akhir, dan 10) diseminasi dan
impelementasi. Dalam pelaksanaan penelitian,
tahapan Borg & Gall (dalam Puslitjaknov,
2008) disederhanakan hanya sampai tahap 7,
yaitu:
1)
pengukuran
kebutuhan,
2)
perencanaan, 3) pengembangan produk awal, 4)
pengujian lapangan terbatas, 5) revisi, 6)
pengujian lapangan luas, 7) penyempurnaan
produk hasil uji lapangan. Menurut Borg &
Gall ((dalam Puslitjaknov, 2008) bahwa
prosedur
penelitian
pengembangan
dapat
dilakukan lebih sederhana, hal ini dilakukan
untuk membatasi penelitian dalam skala kecil.
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 dan
SMA
N
2
Sekayam.Sampel
pada
pengembangan bahan ajar
booklet
berbasis
kearifan
lokal
ini
ditentukan
dengan
menggunakan teknik
purposive sampling.
Jumlah sampel pada uji coba lapangan awal
adalah 12 orang siswa SMAN 1 dan SMAN 2
Sekayam dan jumlah sampel pada uji coba
lapangan utama adalah 72 orang SMAN 1 dan
SMAN 2 Sekayam. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah lembar validasi produk dan
lembar penilaian respon siswa terhadap bahan
ajar
booklet
berbasis kearifan lokal masyarakat
Desa Pengadang pada materi termokimia yang
digunakan pada uji coba lapangan awal dan uji
coba lapangan utama.Validasi melibatkan
lima orang ahli kelayakan
booklet
berbasis
kearifan lokal. Untuk mengukur CVR,
sejumlah ahli diminta untuk memeriksa
setiap komponen pada instumen kelayakan
bahan ajar
booklet
berbasis kearifan
lokal.Masukan pada ahli ini kemudian
digunakan untuk menghitung CVR
masing-masing komponen. Hasil validasi dari
seluruh
validator
dianalisis
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
=
ne −
/2
/2
Langkah-langkah pengolahan data angket
respon adalah sebagai berikut : menghitung
frekuensi responden yang memilih SS, S,TS,
dan STS pada tiap item/pernyataan positif dan
item/pernyataan negatif (Tabel 1.).
Tabel 1. Skor Skala Likert Respon Terhadap Bahan Ajar Berbentuk
Booklet
Kategori
Pernyataan positif
Pernyataan negatif
SS
4
1
S
3
2
TS
2
3
STS
1
4
Sumber : Riduwan (2016)
Menghitung persentase perolehan skor total per
item
dengan
rumus
:
=
⅀⅀
100 %
Dengan : P = persentase
perolehn skor;⅀
= jumlah perolehan skor
(skor total) tiap item;⅀
= jumlah skor ideal
(skor tertinggi)(Riduwan, 2016).Menghitung
persentase total respon dengan rumus :
P
total=
⅀