Info Artikel: Diterima 09/02//2015 Direvisi 18/02/2015 Dipublikasikan 28/02/2015
Volume 3 Nomor 1, February 2015, Hlm 7-15
K
Eko Sujadi
Universitas Negeri Padang
Abstract
Problem focused coping w individuals are oriented in atmosphere directly to sour of the stress on the individ pancawaskita counseling o be utilized to achieve a life form the problem focused c with intelligence, strength,
Keyword: Stres,Problem Focused
Copyright © 2015 IICE - Multika Rights Reserved
Indonesian Institute for Counselin
PENDAHULUAN
Manusia tidak akan per kedirian yang ada dapat menjadi s bermasalah individu berada dalam terjajah oleh kekuatan-kekuatan menimbulkan berbagai kerusaka mengembangkan dan mewujudkan Menurut Lazarus & Fo menyelesaikan masalah terbentuk maka sistem kognitif diri segera membantunya mengatasi atau m dinamakan dengan strategicoping
Menurut Lazarus dan Fo yang digunakan untuk mengura keterampilan-keterampilan yang bahwaproblem focused copingmir
Problem focused coping tertentu. Individu yang berorienta akan cepat menyerah dan tidak pa masalah yang langsung berorienta alamiah namun kemampuan ini
Volume 3 Nomor 1, February 2015, Hlm 7-15
Konseling Pancawaskita untuk Membentuk Problem Focused Coping
with needs to be owned by any individual. When in a stre d in this strategy will seek to address and eliminate the
ources of stress through concrete actions that are positive. Th ividual factors within or due to the influence of outside fo g of individuals need to be aware that he has the power of life of happiness. Execution of counseling by counselors in d coping must be accompanied by a performance and spirit th, precision, “keterarahan”, and “kearifbijaksanaan”.
sed Coping, Konseling Pancawaskita
ltikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselo
ling and Education (IICE) Multikarya Kons
pernah terlepas dari permasalahan. Interaksi dengan lin i sumber permasalahan bagi individu. Menurut Prayitno (19 lam keadaan tertekan dan tidak berdaya. Dalam keadaan sep tan yang merasuk ke dalam dirinya yang dapat sema akan. Oleh sebab itu individu perlu selalu aktif mau kan diri secara positif serta memiliki keterampilan dalam me Folkman (1984: 141); Smith, Sarason & Sarason (198 tuk melalui proses appraisal (penilaian), ketika diri diha ra bereaksi terhadap masalah tersebut dengan memunculk mengurangi ketegangan yang dialaminya. Perilaku m ing.
Folkman (1984: 152) salah satu strategi coping yakni pr urangi stresor atau mengatasi stres dengan cara memp
g baru. Selanjutnya Lazarus & Folkman (1984: 152) m mirip dengan strategi yang digunakan untuk memecahkan m ingtentunya sangat dibutuhkan setiap individu yang sedang
ntasi pada strategi ini akan teliti, cermat, peduli, memiliki pasrah terhadap permasalahan yang terjadi pada dirinya. K ntasi pada sumber stres merupakan sebuah keterampilan ya ini ada dan akan terus berkembang dengan adanya peng
Volume 3 Nomor 1, February 2015, Hlm 7-15
tressful situation, the less pleasant e. The emergence forces. Through of all of that can in pancawaskita irit accompanied
elor Indonesia - All
lingkungan, aspek-aspek (1998: 18) dalam keadaan seperti itu ia akan mudah makin melemahkan dan aupun dibimbing untuk menyelesaikan masalah. 1982: 453) keterampilan ihadapkan pada masalah, ulkan perilaku yang akan mengatasi inilah yang
problem focused coping, mpelajari cara-cara atau memberikan penjelasan n masalah.
Weitten dan Lloyd dalam menggunakan coping negatif anta agresif; (3) memanjakan diri seca mekanisme pertahanan diri. Geja intervensi-intervensi khusus untu dilakukan yakni melalui konseling
Konseling individual me klien yang masih tercakup dalam prosedur yang baik dan terarah. layanan tersebut harus dilaksanak dan praksis pelayanan konseling.
Dewasa ini berbagai pen Indonesia pelaksanaan konseling pendekatan dapat digunakan kons melaksanakan proses konseling s sejumlah teknik yang didasarkan dalam konseling pancawaskita.
Dalam proses konseling p lirahid, likuladu, dan masidu. Se pancawaskita, yang merupakan s semangat yang disertai dengan k 1998: 36).
Konseling pancawaskita yang luar biasa. Prayitno member dapat dikatakan bahwa manusia Selanjutnya Prayitno (1998: 8) dikembangkan sebesar-besarnya lingkungan. Melalui pengembang mampu bereaksi secara positif, ob
Permasalahan individu ketidakmampuan dalam menyele ketika memiliki masalah, ketidak manusia dalam menghasilkan, dan dilakukan intervensi dengan meng yang menunjang kemandirian klie mampu dan mandiri dalam mengh stres atau terbentukproblem focus
PROBLEM FOCUSED COPING Definisi Problem Focused Co Problem focused cop keterampilan-keterampilan ba Menurut Taylor, dkk (1997:4 change the stressful circumst stress. Menurut Lazarus & La the situation to eliminate or l perhatian terhadap apa yang d cenderung menggunakan str Triantoro & Nofrans, 2009). untuk penanganan stres atau berusaha menyelesaikannya”
lam Syamsu Yusuf (2009: 134) mengemukakan bahwa kara antara lain: (1) melarikan diri dari kenyataan atau situasi
ecara berlebihan; (4) mencela atau menghina diri sendiri; ejala-gejala tersebut tentunya harus segera ditindaklanjuti ntuk membentuk problem focused coping. Salah satu ling individual.
merupakan salah satu jantung hati pelayanan konseling. B m bimbingan dan konseling dapat terentaskan jika dilaksan
h. Pelaksanaan konseling sebagaimana yang dimaksud m akan oleh tenaga-tenaga profesional yang memahami bag g.
pendekatan dalam konseling telah banyak muncul dan b g harus dilandaskan atas nilai-nilai yang dianut masyaraka
nselor dalam pelaksanaan konseling. Oleh sebab itu, kons secara eklektik, dalam artian bahwa pelaksanaannya did an atas beberapa pendekatan/model konseling, yang semu
g pancawaskita, konselor dituntut mampu mengintegrasikan Selain itu konselor juga seharusnya melaksanakan konse n sifat yang terpancar dalam kiat dan kinerja yang penu kecerdasan, kekuatan, keterarahan, ketelitian, dan kearif
ta memiliki pandangan bahwa manusia merupakan makhluk berikan makna “gatra” sebagai sesuatu yang penuh arti. D usia merupakan makhluk memiliki makna yang tidak
8) menjelaskan bahwa individu merupakan sumber a maka akan bermanfaat bagi individu itu sendiri, ind angan gatra individu dapat mencegah diri dari permasala
objektif dan dinamis ketika berhadapan dengan permasalaha u yang terkadang tidak mampu secara rasional dala elesaikan permasalahan yang menimbulkan stres, jauhny akmampuan manusia dalam mengemas perasaan secara b dan berbagai bentuk reaksi negatif individu ketika berhada engubah bentuk-bentuk gatra yang menyebabkan stres terse lien. Dengan demikian individu yang telah mengikuti prose ghadapi stres dengan secara realistis langsung melakukan se cused copingpada dirinya.
NG Coping
copingadalah usaha untuk mengurangi stesor dengan mem baru untuk digunakan mengubah situasi, keadaan, atau 97:400) “problem solving efforts are attempts to do som mstances”. Upaya pemecahan masalah yang dilakukan unt Lazarus (2006: 57) “a person’s attention centers on what r lessen the stress”. Seseorang denganproblem focused co g dapat dilakukannya untuk menghilangkan atau mengurang strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat mengubah
). Menurut Santrock (2003:566) “problem focused coping tau coping yang digunakan oleh individu yang mengha a”. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pr
arakteristik individu yang asi stres; (2) berperilaku iri; dan (5) memunculkan juti dengan memberikan u intervensi yang dapat
. Berbagai permasalahan anakan dengan mengikuti memiliki makna bahwa agaimana konsep teoritis
berkembang. Khusus di kat. Tidak semua konsep nselor sebaiknya mampu idasarkan atas pemilihan mua itu telah tercakup di
kan Pancasila, pancadaya, nseling dengan wawasan enuh dengan keunggulan arifbijaksanaan (Prayitno,
luk yang memiliki “gatra” ti. Dengan demikian maka ak terhingga jumlahnya. er energi yang apabila individu yang lain serta alahan (pencegahan) atau lahan (pengentasan).
alam menghadapi stres, nya manusia dari Tuhan benar, ketidakmampuan dapan dengan stres dapat rsebut menjadi gatra baru ses konseling diharapkan sentuhan dengan sumber
merupakan strategi yang dig positif untuk mengatasi stres.
Aspek-aspekproblem (1992: 591), Howard, Elisa informational support; yaitu lain terkait dengan penyelesa pendiriannya dan mempertah keberanian mengambil resiko problem focused copingakan
Faktor-faktor yang Mempeng
Menurut Lazarus & berikut:
a) Health and Energy. Ked mengerahkan tenaga yang sakit, dan lelah memiliki yang sehat.
b) Positive Beliefs. Menurut juga dianggap sangat pen dirinya sendiri akan meng c) Problem-solving Skills.
memecahkan masalah, m memilih hipotesa, menera d) Social Skills. Salah satu k copingadalah kemampua mengatasi permasalahan permasalahan yang dihad e) Social Support. Berdasa 1979; Cassel, 1976; Cob (dalam Lazarus & Folk seseorang. Dukungan so individu yang diberikan o f) Materials Resources. M
bentuk material/fisik yang
KONSELING PANCAWASKIT
Menurut Prayitno (1998: faktor antara lain Pancasila, panca dan lima kondisi yang ada pad pancawaskita memfokuskan dan m
Pancasila
Konseling pancawas unsur yang terkandung di dal sebagai tenaga profesional ya nilai pancasila ke dalam dirin tersebut.
Harkat dan Martabat Manus Manusia memiliki k harkat dan martabat manusia
digunakan individu dengan langsung melakukan tindaka es.
lem focused copingmenurut Lazarus & Folkman (1984: 32 lisabeth D (2008: 27) & Ercan Selma (2003: 19) an itu mencoba untuk memperoleh informasi dari orang lain m lesaian permasalahannya; (b) confrontive coping; individu
tahankan apa yang diinginkannya, mengubah situasi seca iko; dan (c)planful problem-solving; individu memikirkan, an membuat dan menyusun rencana pemecahan masalah aga
engaruhi Problem Focused Coping
& Folkman (1984: 159) faktor-faktor yang mempengaruhi p
edua hal ini merupakan faktor penting, karena dalam m ang cukup besar. Menurut Lazarus & Folkman (1984: 159) iliki energi yang lebih sedikit untuk menggunakancopingd
rut Lazarus & Folkman (1984: 159) pandangan dan penghar penting dalam penggunaancoping. Seseorang yang menga enggunakan berbagai keterampilan untuk mengatasi permas ills. Menurut Janis (dalam Lazarus & Folkman, 198 , meliputi aktivitas mengidentifikasi masalah, mengum-pu
erapkan hipotesa, dan tindak lanjut.
tu keterampilan sosial yang seharusnya dimiliki oleh individ puan berkomunikasi. Komunikasi yang efektif dapat memfa an dengan orang lain serta mencari dukungan dan b adapinya.
sarkan penelitian yang dilakukan Antonovsky, 1972, 197 obb, 1976; Kaplan, Cassel, & Gore, 1977; Nuckolls, Ca Folkman, 1984: 164); bahwa dukungan sosial merupakan sosial meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan inti da
n oleh orang tua, anggota keluarga lain, teman, dan masyara Menurut Lazarus & Folkman (1984: 164) aspek materia ang dapat mempengaruhi individu dalam meng-gunakan str
ITA
8: 36) individu dalam perkembangan dan kehidupannya dip ncadaya, lima ranah kehidupan (lirahid), lima kekuatan di lu
ada diri individu (masidu). Oleh sebab itu dalam pela n mengintegrasikan lima unsur tersebut ke dalam proses kon
askita tidak dapat terlepas dari ideologi yang dianut Nega dalam pancasila digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaa l yang menyelenggarakan konseling harus mengintegrasikan irinya, kemudian mewarnai proses konseling yang dilaksan
nusia (HMM)
i keunikan-keunikan yang membedakannya dari makhluk sia (HMM) yang meliputi hakikat manusia, dimensi keman
kan-tindakan nyata yang
: 327), Miller A. Cate, dkk antara lain: (a) seeking maupun sumber-sumber idu berpegang teguh pada ecara agresif dan adanya n, yang berorientasi pada agar dapat terselesaikan.
i perilakucopingsebagai
mengatasi stres individu 9) seseorang yang lemah, g dibandingkan seseorang
hargaan diri secara positif nganggap positif terhadap
asalahannya.
984: 162) keterampilan -pulkan banyak hipotesa,
ividu dalam menggunakan mfasilitasi individu dalam bantuan terkait dengan
979; Berkman & Syme, Cassel, & Kaplan, 1972 kan sumber coping bagi dan emosional pada diri arakat sekitar.
rial meliputi keseluruhan strategicoping.
dipengaruhi atas beberapa i luar individu (likuladu), elaksanaannya, konseling
onseling.
egara Indonesia. Segenap naan konseling. Konselor kan terlebih dahulu nilai-anakan dengan nilai-nilai
apabila memang dikembangka akhirat.
a) Hakikat Manusia
Hakikat manusia dijalankan. Adapun hakik dan bertaqwa kepada Tu penciptaan dan pencitraan (5) pemilik hak-hak asasi Berbagai bentuk ditanggapi manusia deng harus senantiasa dijaga lingkungan luar diri. Man dibekali dengan beragam dengan baik, maka akan bumi bermakna bahwa m lain, namun sebelum me juga hakikatnya merupak dapat mengangkat manus
b) Dimensi Kemanusiaan Manusia dicipta bagian dari HMM. Menu bahwa pada dasarnya m menghindarkan diri dari potensi tertentu yang me (c) dimensi kesosialan, membina hubungan yang kehidupan manusia tidak diikuti atau dipatuhi; dan dan kemampuan untuk m bentuk perintah-Nya.
c) Pancadaya
Menurut Prayitn pengembangan yakni : mengarahkan individu u cipta, terkait dengan kem daya rasa, terkait dengan kekuatan manusia untuk kemampuan individu untu
Lima Ranah Kehidupan (LIR Setiap individu pad Namun dalam kehidupan se dengan kehidupan sosial bud dengan nilai, moral, dan norm atau tataran jasmanisah - ro global/universal.
gkan dengan benar, maka akan mengarahkan manusia pada
usia memiliki makna bahwa setiap individu memiliki peran kikat manusia menurut Prayitno (2009: 14) antara lain; (1) Tuhan Yang Maha Esa; (2) manusia yang paling indah aannya; (3) makhluk yang paling tinggi derajatnya; (4) khali asi manusia.
tuk peran, fungsi, dan keadaan yang tercantum dalam hakik ngan benar dan positif. Setiap manusia memiliki hakikat k ga dan ditambah oleh individu itu sendiri dan menda
anusia merupakan makhluk yang paling sempurna dari mak am unsur yang terkandung dalam diri yang apabila dikemb
an mengarahkan manusia pada kebahagiaan. Manusia seb masing-masing manusia merupakan pemimpin. Manusia d memimpin orang lain, manusia harus dapat memimpin dir pakan penyandang HAM, yang bermakna bahwa manusia m
usia pada kehidupan yang layak.
iptakan ke dunia dilengkapi dengan dimensi-dimensi kemanu nurut Prayitno (2009: 15) dimensi-dimensi itu antara lain: manusia itu bersih dan memiliki potensi untuk mengara ri ketidakbenaran; (b) dimensi keindividualan, bahwa man enjadi ciri khasnya. Melalui pendidikan potensi tersebut a n, bermakna bahwa sesama manusia harus dapat saling m ang baik dalam kehidupan; (d) dimensi kesusilaan, yang
ak bebas nilai, namun ada nilai-nilai yang berlaku di dalam dan (e) dimensi keberagamaan, pada dasarnya individu m mempercayai adanya Sang Maha Pencipta dan Maha Kuas
yitno (2009: 19) manusia diciptakan oleh Tuhan di i : (1) daya taqwa sebagai dasar kekuatan pada diri
untuk mengimani dan menjalankan perintah Tuhan Yan kemampuan seseorang dalam menggunakan potensi pikira an kemampuan dalam merasa dan mengelola emosi; (4) day tuk terus bergerak menuju pada kemajuan; dan (5) daya
ntuk menghasilkan prosuk-produk tertentu.
LIRAHID)
ada hakikatnya memiliki potensi untuk bertindak sesuai secara bermasyarakat individu harus mengikuti pola-pola udaya masyakarat. Menurut Prayitno (1998: 10) kehidupan rma yang mengacu kepada lima ranah atau tataran kehidup rohaniah, individual - sosial, material - spiritual, dunia
da kebahagiaan dunia dan
ran dan fungi yang harus 1) manusia yang beriman ah dan sempurna dalam halifah di muka bumi; dan
kikat manusia seharusnya t keimanan yang tentunya ndapatkan sentuhan dari akhluk lainnya. Manusia mbangkan dan digunakan sebagai khalifah di muka ia dapat memimpin orang dirinya sendiri. Manusia ia memiliki hak-hak yang
anusiaan yang merupakan in: (a) dimensi kefitrahan, arah pada kebenaran dan anusia memiliki potensi-t akan potensi-terus berkembang; g menjaga, memberi dan g mengemukakan bahwa m masyarakat yang harus memiliki kecenderungan uasa dan mematuhi segala
disertai dengan 5 bibit iri manusia yang dapat ang Maha Esa; (2) daya iran dan kecerdasan; (3) daya karsa, terkait dengan ya karya, terkait dengan
-Lima Kondisi yang Ada Pada
Menurut Prayitno (1 yang meliputi: (1) rasa aman Apabila kondisi-kondisi terse individu juga akan baik, seba ditampilkan individu juga aka
Proses konseling dia dalam diri, kemudian mampu dan positif.
Lima Kekuatan di Luar Indiv
Selain dipengaruhi memberikan pengaruh kepad tersebut berada dalam keada sebaliknya. Menurut Prayitno perlakuan orang lain, budaya
Konselor perlu mem konseling merupakan proses bermakna terlebih dahulu. D wawasan pancawaskita. Selan terpancar dalam kita dan kine kekuatan, keterarahan, keteliti
PERMASALAHAN INDIVIDU
Menurut Prayitno (1998 pancadaya–likuladu - masidu. A terbebas dari permasalahan. Perma : (1) ketaqwaan yang terputus; (2) (5) daya karya yang mandul; (6) menolak dan kasar; (9) budaya ya terancam; (12) kompetensi yang kesempatan yang terbuang.
Syamsu Yusuf (2009: 10 fisik-biologis, seperti: penyakit ya tubuh, merasa penampilan kurang dipersepsi tidak ideal; (2) psikolo permusuhan, perasaan cemburu, k hubungan yang tidak harmonis den tua, angggota keluarga mengidap g Permasalahan-permasalah stres. Bentuk-bentuk reaksi nega Syamsu Yusuf (2009: 111) keter bawah ini :
ada Diri Individu (MASIDU)
(1998: 11) tingkah laku dipengaruhi oleh 5 kondisi yang an, (2) kompetensi, (3) aspirasi, (4) semangat, dan (5) pe rsebut berada dalam keadaan baik/positif maka tingkah laku ebaliknya apabila keadaan tersebut dalam posisi negatif m
kan negatif.
diarahkan agar individu memahami dan menyadari segala pu mengarahkan, menyusun, dan membentuk kelima fakto
ndividu (LIKULADU)
hi oleh keadaan dalam diri, ada lima kekuatan di luar ada tingkah laku manusia. Sama halnya dengan MASIDU adaan baik dan positif maka tingkah laku manusia jug itno (1998: 9) lima kekuatan di luar individu meliputi gizi,
ya dan kondisi insidental.
empersiapkan diri sebaik mungkin sebelum melaksana es yang luar biasa bermakna, sehingga konselor harus mam . Dalam penerapannya, konselor menyelenggarakan kons lanjutnya Prayitno (1998: 36) menjelaskan bahwa waskita inerja yang penuh dengan keunggulan semangat yang diser
litian, dan kearifbijaksanaan.
DU YANG MENYEBABKAN STRES
998: 13) kepribadian merupakan energi individu denga Apabila ketiga unsur tersebut saling bersinergi secara positif rmasalahan individu yang dapat memimbulkan stres pada d (2) daya cipta yang lemah; (3) daya rasa yang tumpul; (4) da
(6) gizi yang rendah; (7) pendidikan yang macet; (8) sik yang terbelakang; (10) kondisi insidental yang merugikan ng mentok; (13) aspirasi yang terkungkung; (14) semanga
: 109) menjelaskan bahwa ada 3 faktor yang mengebabkan it yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsin
ang menarik, misalnya wajah yang tidak cantik/ganteng, ikologik, seperti: negative thinking, frustasi, hasud (iri ha
, konflik pribadi, dan keinginan yang di luar kemampuan dengan keluarga, perselingkuhan, anak nakal, sikap dan per
p gangguan jiwa, dan tingkat ekonomi yang rendah. lahan di atas apabila tidak dapat ditangani oleh indvidu ma gatif akan ditampilkan oleh individu ketika berhadapan terkaitan antara stresor, respon dan dampak stres dapat d
g ada pada diri individu, penggunaan kesempatan. ku yang ditampilkan oleh maka tingkah laku yang
gala hakikat yang ada di ktor tersebut dengan baik
luar individu yang dapat SIDU, apabila unsur-unsur juga akan positif, begitu izi, pendidikan, sikap dan
nakan konseling. Proses ampu membentuk dirinya onseling eklektik dengan ita merupakan sifat yang isertai dengan kecerdasan,
gan matra tiga dimensi ositif, maka individu akan dasarnya bersumber dari daya karsa yang mandeg; sikap dan pelakuan yang ikan; (11) rasa aman yang ngat yang layu; dan (15)
an stres, di antaranya: (1) gsinya salah satu anggota g, dan postur tubuh yang hati dan dendam), sikap an; dan (3) sosial seperti erlakuan keras dari orang
Berdasarkan gambar ter beragam apabila berhadapan deng individu akan memberikan reaksi d
APLIKASI KONSELING PANC
Pandangan pancawaskita segenap daya dan kekuatan yan memaksimalkan faktor-faktor ya terbebas dari permasalahan, namu menimbulkan masalah bagi indi bermasalah tetap perlu “mandiri” dengan melakukan pengelolaan em
Konseling pancawaskita mampu memaksimalkan segenap perencanaan yang matang, dan b masalahnya. Ketiga unsur tersebut Pada hakikatnya setiap individu yang bermasalah dalam berkembang. Individu akan semak laku yakni pancadaya, masidu da bermasalah, maka dapat menciptak Prayitno (1998: 19) men setan :
Likuladu
tersebut maka dapat dipahami bahwa individu akan me ngan stresor. Ketika pancadaya, masidu, dan likuladu man si dalam 3 bentuk, yakni respon emosi, fisik, dan perilaku.
NCAWASKITA UNTUK MEMBENTUKPROBLEM F
ita mengenai manusia begitu luar biasa, yakni mengang ang dapat dimanfaatkan dalam menjalankan kehidupan. yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya, mun jika individu tidak mampu memaksimalkan unsur-uns individu yang dapat menjadikannya stres. Individu wala
i” dalam memberikan intevensi langsung kepada sumber str emosi. Kemampuan ini dapat dibentuk melalui layanan kon ita seperti yang telah penulis paparkan di atas dapat mem ap pancadaya untuk melakukan “confrontive” terhadap pe n berusaha untuk mencari beragam informasi terkait den but merupakan aspek-aspek dariproblem focused coping.
p manusia memiliki potensi untuk menyelesaikan masala lam keadaaan terjajah. Banyak potensi yang ada pad
akin dalam keadaan tertekan jika ketiga unsur yang berpe dan likuladu terus dibiarkan merusak diri. Apabila ketig
takan situasi yang kurang menyenangkan dan menimbulkan enggambarkan ketiga hal tersebut jika memiliki muatan n
Masidu
Masalah
memberikan reaksi yang anusia bermasalah, maka .
FOCUSED COPING
nggap manusia memiliki n. Jika manusia mampu ya, maka individu akan nsur tersebut maka dapat alaupun dalam keadaan r stres, tidak cukup hanya
onseling pancawaskita. embentuk individu untuk permasalahan, menyusun engan cara penyelesaian
salahnya sendiri. Namun ada dirinya tidak dapat rpengaruh kepada tingkah etiga unsur tersebut terus lkan stres pada individu.
Proses konseling mengar menggunakan segenap kemampu Ketika individu memiliki masala mantap untuk menyelesaikannya.
Untuk membentuk prob individu mencapai kemandirian, d dinamis; (2) memahami dan men keputusan; (4) mengarahkan diri individu yang semakin matang da gatra lama, yakni perasaan takut, k baru yang penuh arti dan positif.
Melalui proses konselin dikembangkan, dan dari segi lain Kesadaran yang sedang ada (KSA KMA yang menguntungkan dan m Proses konseling dalam m dapat dilakukan melalui 5 tahap, y 1. Proses pengantaran (introductio
Dalam tahapan ini, kepada klien mengenai proses asas dalam pelaksanaan ko konseling segala bentuk data sehingga klien dapat secara te permasalahan yang dialaminy
2. Penjajakan (investigation) Dalam proses ini ko haruslah dilakukan secara m memahami keadaan pasien s teknik yang dapat mengarah dipikirkan.
3. Penafsiran (interpretation) Dari banyak hal ya memahami apa yang dipikirk Konselor yang benar-benar langkah intervensi yang tepat.
4. Pembinaan (intervention) Langkah ini mengac khusus diterapkan dalam tah permasalahan yang dialami kl melakukan dan mengentask dikembangkan pada tahap pem untuk berani dan mampu dala Klien perlu mendapatkan pela Fokus konselor pad confrontive coping, dengan gambaran mengenai cara pe agresif menyelesaikan masala dikembangkan dengan bebe
arahkan klien untuk mampu mendobrak dan keluar dari lin puan dan dayanya sehingga akan terbentuk orientasi pro alah, ia tidak akan lari dari kenyataan tersebut, melainka
a.
oblem focused coping, seharusnya orientasi proses konse , dengan ciri: (1) memahami dan menerima diri sendiri seca enerima lingkungan secara objektif, positif, dan dinamis; iri sendiri; dan (5) mewujudkan diri sendiri (Prayitno, 20 dari proses konseling, pada hakikatnya dapat mengarahka t, khawatir, dan pola pikir yang tidak irasional untuk menga .
ling ADD (arti dari dalam) pada gatra-gatra yang ada lain memberikan ADL (arti dari luar) yang tepat terhada SA) yang ada pada diri klien dianalisis serta diberikan perla n membahagiakan dapat terwujud (Prayitno, 1998: 20). m membentukproblem focused copingmerupakan proses p
, yaitu : uction)
i, konselor menerima klien dengan hangat. Konselor me ses yang akan dilaksanakan dengan menjelaskan mengenai konseling (penstrukturan). Klien perlu memahami bahw ata dan keterangan yang diberikan akan dijaga kerahasia a terbuka dan sukarela untuk menceritakan banyak hal me inya.
konselor berusaha untuk menjajaki keadaan klien yang ses mendalam. Penulis analogikan dengan seorang Dokter y
sebelum melakukan diagnosa. Konselor dapat mengggun rahkan klien untuk mau terbuka dan jujur mengenai ap
yang dikemukakan klien, konselor harus mampu memb ikirkan dan dirasakan klien, serta hakikat permasalahan ya ar memahami permasalahan yang dialami klien, maka a
at.
gacu pada pengentasan masalah dan pengembangan diri tahap ini. Tentunya pemilihan teknik tersebut harus dises i klien. Pada tahapan ini klien perlu diarahkan dan didorong taskan permasalahannya. Problem focused coping akan pembinaan. Klien perlu disadarkan mengenai apa yang diras alam menyelesaikan permasalahannya, di samping melakuk
elatihan maupun informasi yang terkait dengan cara penyele ada tahapan ini adalah membentuk 3 aspek problem focu n menerapkan teknik khusus dalam proses konseling, k penyelesaian masalahnya, kemudian klien perlu didorong alah langsung kepada akar-akarnya; (b)planfull problem s eberapa teknik dalam konseling pancawaskita. Contohn
lingkaran tersebut dengan problem focused coping. kan berani, mampu, dan
seling yakni menjadikan ecara objektif, positif dan is; (3) mampu mengambil 2009: 27). Kemandirian hkannya untuk mengubah gatasi stres menjadi gatra
da pada diri klien terus adap gatra-gatra tersebut. rlakuan khusus, sehingga
s penggatraan gatra yang
memberikan pemahaman nai pengertian, tujuan dan hwa dalam pelaksanaan asiaannya oleh konselor, mengenai dirinya ataupun
sesungguhnya. Proses ini r yang benar-benar harus gunakan berbagai macam apa yang dirasakan dan
mberikan penafsiran dan yang terjadi pada klien. a akan dapat mengambil
iri klien. Berbagai teknik sesuaikan dengan hakikat ng untuk mampu mandiri an sangat terlihat jelas irasakannya, dan didorong ukan pengontrolan emosi. elesaian masalahnya. focused coping, yakni (a)
perumusan tujuan. Klien akan dalam menyelesaikan perma mengentaskan permasalahann harus dilakukan oleh klien. K dan (3)seeking informational rangka mencari informasi m disadarkan bahwa individu-in informasi yang beragam d pengentasan masalah. Inform manusia, namun klien juga d internet, buku, majalah, artike Konselor diharapkan individu, bahwa pada hakikat dilakukan adalah dengan te langkah yang akan di ambil ol
5. Penilaian (inspection)
Pada tahap penilaian konseling berjalan dengan ba (A), klien mendapatkan kom mengatasi stres (K), klien m perasaan yang stabil, dalam ke
Tahapan konseling untuk didasarkan atas sejumlah teori da teknik tersebut menjadi 2 bagian, duduk; (3) kontak mata; (4) tiga tepat dan positif); (5) kontak psiko pertanyaan terbuka; (10) refleksi: konfrontasi; (15) ajakan untuk m (18) strategi tidak memaafkan klie eksperimensial; (21) interpretasi m (25) penyusunan laporan.
Teknik khusus meliputi contoh pribadi; (3) perumusan tu disentisasi dan sensitisasi; (6) kur latihan seksual; (10) latihan trans Dalam membentukproblem focuse
PENUTUP
Konseling pancawaskita sumber energi yang sangat besar lingkungan. Di saat menghadapi s dalam menghadapi dan mengatasi
Menurut pandangan panc likuladu dan masidu, oleh sebab itu konseling konselor dituntut mam pancawaskita pada dasarnya me optimalisasi perwujudan potensi in dapat mengambil langkah-langkah
kan merumuskan segala bentuk langkah-langkah dan apa ya masalahannya dan klien mengungkapkan waktu yang a annya. Selanjutnya perlu dirumuskan secara jelas menge
. Klien perlu berkomitmen terhadap segala bentuk keputu nal support. Pada hakikatnya, klien datang secara sukarela i mengenai cara menyelesaikan masalahnya. Dalam proses u-invidu di lingkungannya pasti dapat memberikan pengu dalam menyelesaikan masalahnya. Klien didorong ak ormasi mengenai cara penyelesaian masalah tidak hanya a didorong aktif mencari beragam informasi melalui sumb tikel dan lain sebagainya.
an benar-benar mampu membangkitkan daya/segenap pote atnya manusia dapat mandiri dalam menyelesaiakan masala terus memberikan penguatan dan memperjelas komitme il oleh klien dalam mengatasi situasi stres.
ilaian akan diketahui perubahan apa yang diperoleh klien. baik yakni apabila klien memiliki acuan dalam bertindak ompetensi/keahlian baru terkait dengan cara-cara yang aka mampu merumuskan usaha yang akan dilakukannya untu
keadaan lega dan senang (R), dan kesungguhan dalam men
tuk membentuk problem focused copingdapat dilaksanaka dan pendekatan dalam konseling. Prayitno (1997: 29) men n, yakni teknik umum meliputi: (1) penerimaan terhadap klie iga M (Mendengar dengan baik, memahami dengan tepat,
ikologis; (6) penstrukturan; (7) ajakan untuk berbicara; (8) ksi: isi dan perasaan; (11) keruntutan; (12) penyimpulan; memikirkan sesuatu yang lain; (16) peneguhan hasrat; (1 klien; (19) suasana diam; (20) transferensi dan kontra-tra si masa lampau; (22) asosiasi bebas; (23) sentuhan jasman
ti pokok-pokok, (1) pemberian informasi; (2) pemberian tujuan; (4) latihan penenangan sederhana dan penuh; (5 ursi kosong; (7) permainan peran dan permainan dialog; (8 ansaksional; (11) analisis gaya hidup; (12) kontrak: dan (1
used coping, konselor dapat menggunakan teknik-teknik ya
ita memiliki pandangan bahwa manusia merupakan ma sar dan perlu terus dikembangkan agar bermanfaat bagi d i stres, individu perlu menyadari dan membangkitkan daya tasi stress langsung pada sumbernya (problem focused coping
ncawaskita, individu dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu Pancas itu dalam membangkitkan dan membentukproblem focuse ampu mengintegrasikan lima faktor tersebut. Proses mengarah pada bangun pribadi mandiri, yang menjadi i individu. Ketika individu berhadapan dengan permasalaha
ah dan melaksanakannya secara mandiri.
yang harus dilakukannya akan digunakan untuk genai apa-apa saja yang utuan yang telah diambil; la kepada konselor dalam ses konseling, klien juga guatan dan menyediakan aktif dalam melakukan nya dapat dicari melalui mber-sumber lain seperti
otensi yang ada pada diri salahnya. Cara yang dapat itmen mengenai
langkah-n. indikator pelaksanaan ak untuk mengatasi stres akan digunakannya untuk ntuk mengatasi stres (U)
engatasi stres (S).
akan secara eklektik yang engklasifikasikan klien; (2) sikap dan jarak t, serta mersespon secara 8) dorongan minimal; (9) lan; (13) penafsiran; (14) t; (17) penfrustasian klien; transeferensi; (21) teknik aniah (24) penilaian; dan
ian contoh; (3) pemberian (5) kesadaran tubuh; (5) ; (8) latihan keluguan; (9) (13) pemberian nasihat. yang paling sesuai.
makhluk yang memiliki i dirinya, orang lain dan ya ataupun energi tersebut
ing).
DAFTAR PUSTAKA
Ellis, Henry C. (1983). Fundame
Iowa: W.C. Brown Co.
Ercan, Selma. (2003). “Relation Anxiety, and Coping Str diterbitkan. Ankara: Midd
Fatchiah Kertamuda & Haris H Mahasiswa Baru.Jurnal jurnal/61091123.pdf, diak
Howard, Elisabeth D. (2008). “Wo of Fetal Abnormality”.D
Jemi Dadang Kresnawan. (2010) Pondok Pesantren Mifta Ibrahim Malang.
Lazarus, Richard S & Folkman, Su Company.
Lazarus, Richard S & Folkman, Su
Miller, A. Cate Miller, dkk. 199 Children. Journal of lzu.edu.cn/uploads/soft/2 Appraisal,andCopinginM
Prayitno. (2009).Dasar Teori dan
Prayitno. (2012).Jenis Layanan d dan Konseling FIP UNP.
Prayitno. (1998).Konseling Panca Konseling FIP IKIP Pada
Shirazi, Mahmoud., Khan, Matlo Study. The Romanian Jo Issue 2, (http://irscpublis study-English.pdf, di-aks
Siti Maryam. Pengaruh Karakter Tsunami di Nanggroe ex.php/jam/article/view/3
Smith. Ronald E., Sarason, Irwin York: Harper & Row Pub
Syamsu Yusuf. (2009).Mental Hy
Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia
Triantoro Safari & Nofrans Eka Sa ngelola Emosi Positif dala
mentals of Human Learning, Memory, and Cognition (sec
.
tionship Between Psychological Preparation, Preoperativ Strategies in Children and Adolescents Undergoing
iddle East Technical University.
Herdiansyah. (2009). Pengaruh Strategi Coping terha nal Universitas Paramadina, (Online), Vol. 6, No. 1, (isjd
iakses 9 Desember 2012).
Women’s Decisional Conflict, Anxiety and Coping Strategie .Disertasitidak diterbitkan. Tennessee: Vanderbilt Universit
10). “Hubungan Antara Locus of Control dengan Strateg iftahul Huda Malang”. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
n, Susan. (1984).Stress, Appraisal, and Coping. New Yor
, Susan. (2006).Coping with Aging. New York: Oxford Univ
1992. Stress, Appraisal, and Coping in Mothers of Disa of Pediatric Psychology, (Online), Vol. 17, N t/20110811/Stress,
MothersofDisabledandNondisabledChildren.pdf, diak- ses
an Praksis Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
n dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program P P.
ncawaskita: Kerangka Konseling Eklektik. Padang: Program adang.
atloob Ahmed., & Khan, Rahat Ali. 2011. Coping Strate Journal for Psycho- logy, Psychotherapy and Neuro- scie blishing.com/wp-content/ uploads/2011/12/6-Coping-Stra-te
kses 9 Desember 2012).
teristik Sosial Ekonomi terhadap Strategi Coping Kelua e Aceh Darussalam. Jurnal JAM, (Online), (http://ju
/353, di-akses tanggal 13 Mei 2013).
in G & Sarason, Barbara R. (1982).Psychology: The Fron ublishers.
l Hygiene. Bandung: Maestro.
titia Anne & Sears, David O. (1997).Social Psychology. New
a Saputra. (2009).Manajemen Emosi “Sebuah Panduan C dalam Hidup Anda. Jakarta: Bumi aksara
second editon). Dubuque,
ative And Postoperative g Surgery”. Tesis tidak
rhadap Penyesuaian Diri isjd.pdii.
lipi.go.id/admin/-gies Following Diagnosis rsity.
tegi Coping pada Santri ng: UIN Maulana Malik
ork: Springer Publishing
niversity Press.
isabled and Nondisabled No. 5,
(http://uais.-es 4 Oktober 2013).
PPK Jurusan Bimbingan
ram Studi Bimbingan dan
ategies: A Cross-Cultural science, (Online), Vol. 1, a-tegies
A-cross-cultural-uarga Pasca Gempa dan ://jurnaljam.ub.ac.
id/ind-rontier of Behavior. New
ew Jersey: Prentice Hall.