• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah - Masalah remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah - Masalah remaja"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental

yaitu dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak

menjadi mampu secara seksual menjadi orang tua dan memiliki anak. Periode

masa remaja juga ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang begitu

cepat dan mulai munculnya ketertarikan fisik dan seksual dengan orang lain

(Lahey, 2004).

Masa remaja juga merupakan suatu periode peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan ini tidak berarti terputusnya atau perubahan

yang terjadi sebelumnya, tetapi lebih kepada sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ketahap perkembangan berikutnya. Setiap masa perkembangan

memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui, begitupun juga remaja. Tugas

perkembangan pada masa remaja dipusatkan pda penanggulangan sikap dan pola

perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi

masa dewasa yang salahsatunya adalah mempersiapkan pernikahan dan keluarga

(Hurlock, 1999).

Persiapan pernikahan merupakan tugas perkembangan yang paling penting

dalam tahun-tahun remaja, dikarenakan munculnya kecenderungan kawin muda

dikalangan remaja yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan mereka.

(2)

keluarga masih terbatas dan hanya sedikit dipersiapkan baik itu di rumah maupun

perguruan tinggi. Persiapan yang kurang inilah yang menimbulkan masalah saat

remaja memasuki masa dewasa (Hurlock, 1999). Boykin & Stith (2004)

mengemukakan bahwa kecenderungan pernikahan diusia remaja memunculkan

distress dan berakhir pada perpisahan, dimana yang menjadi penyebab utamanya adalah sedikitnya pengalaman dan factor-faktor kurangnya kesiapan dalam

menghadapi pernikahan.

Remaja yang menikah akan memasuki masa dewasa yang disebut dengan

masa remaja yang diperpendek sehingga ciri dan tugas perkembangannya juga

mengalami perubahan (Monks, 2001), sedangkan remaja yang tidak menikah akan

melalui kehidupannya sesuai dengan ciri dan tugas perkembangannya. Fenomena

remaja yang menikah atau kawin muda sering terjadi dan mendapat perhatian

yang cukup besar dikalangan para pemerhati anak dan remaja. Pernikahan dini

atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan

ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang

berusia dibawah 19 tahun (WHO, 2006). Pernikahan dini (early marriage) merupakan fenomena yang sering terjadi di Negara-negara berkembang seperti di

kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin (Mcintyre,

2006).

Data UNICEF pada tahun 2001 menunjukkan bahwa wanita yang berusia

25 sampai 29 tahun yang menikah dibawah usia 18 tahun di Indonesia mencapai

34 %, dan Indonesia termasuk dalam lima besar Negara-negara yang persentase

(3)

pendidikan, data statistic di Indonesia menunjukkan pada tahun 1999 terdapat 20

% wanita yang menikah diusia sekitar 15-19 tahun dan 18 % wanita yang menikah

dengan laki-laki dibawah usia 20 tahun.

Penelitian Choe, Thapa, dan Achmad (dalam Early Marriage and

Childbearing in Indonesia and Nepal, 1999) yang ditinjau dari segi demografis menunjukkan bahwa pernikahan sebelum usia 18 tahun pada umumnya terjadi

pada wanita di Indonesia terutama dikawasan pedesaan. Hal ini dikarenakan

tingkat ekonomi serta pendidikan yang rendah di daerah pedesaan di Indonesia

serta faktor akses informasi yang tidak memadai.

Angka statistik pernikahan dini secara nasional sendiri menunjukkan

bahwa sekitar 25 % terjadi di Indonesia. Bahkan beberapa daerah melebihi angka

tersebut seperti di jawa timur (39,43 %), Kalimantan (35,48%), Jambi (30.63 %),

Jawa Barat (36 %) dan Jawa Tengah (27,84 %). Predictor lain untuk mengetahui

jumlah praktek pernikahan dini adalah melalui angka kematian ibu dan bayi.

Angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi disuatu wilayah dapat

mengindikasikan rendahnya indeks pembangunan manusia di daerah tersebut

yang disebabkan oleh praktek pernikahan dini yang masih umum terjadi. Hal ini

sesuai dengan data statistic yang dikeluarkan oleh Indikator Sosial Wanita

Indonesia melalui badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1995 menunjukkan 21,

75 % anak perempuan di perkotaan menikah pada usia dibawah 16 tahun dan

47,79 % terjadi di daerah pedesaan (Kompas, 2006).

Data Biro Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa ternyata praktek

(4)

data statistik angka kelahiran menurut usia wanita berdasarkan periode waktu,

yaitu pada tahun 1997 dengan periode waktu dari tahun 1995-1999 menunjukkan

untuk daerah perkotaan di Indonesia terdapat 29 % wanita muda yang melahirkan

di usia 15-19 tahun, diaderah pedesaan sendiri menunjukkan persentase yang

sangat tinggi yaitu 58 % wanita yang melahirkan diusia 15-19 tahun. Wilayah

provinsi Sumatera Utara yang akan menjadi lokasi penelitian menunjukkan bahwa

angka kelahiran menurut usia wanita terdapat sebanyak 33 % yang melahirkan

bayinya ketika berusia 15-19 tahun (BPS, 2007).

Terjadinya pernikahan dini tidak terlepas dari tradisi dan pandangan

masyarakat terhadap pernikahan dan keluarga. Tradisi pernikahan termasuk juga

usia yang diharapkan untuk menikah dan bagaimana pemilihan istri tergantung

pada pandangan masyarakat terhadap sebuah keluarga yaitu mengenai peran,

struktur, pola hidup dan tanggung jawab individu terhdap keluarganya. Alasan

penyebab terjadinya pernikahan dini juga tergantung pda kondisi dan kehidupan

sosial masyarakatnya. Terdapat dua alasan utama terjadinya pernikahan dini,

pertama, pernikahan dini sebagai strategi untuk bertahan secara ekonomi.

Kemiskinan adalah salah satu factor utama yang menjadi tiang pondasi

munculnya pernikahan dini. Pernikahan dini meningkat ketika tingkat kemiskinan

juga meningkat. Penyebab kedua adalah untuk melindungi anak gadisnya.

Pernikahan adalah salah satu cara untuk memastikan anak perempuan mereka

terlindungi sebagai sitri, melahirkan anak yang sah dimata hokum dan akan lebih

aman jika memiliki suami yang dapat menjaga mereka secara teratur (UNICEF,

(5)

Mathur, Greene, dan Malhotra (2003) juga mengemukakan beberapa

penyebab-penyebab lain yang menimbulkan pernikahan dini. Penyebab tersebut

antara lain yaitu peran gender dan kurangnya alternatif (gender roles and lack of alternatives). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peran yang diharapkan pada anak laki-laki dan terhadap anak perempuan, serta kurang

kesempatan-kesempatan yang diberikan pada pihak wanita seperti kesempatan

pendidikan, olahraga, dan pekerjaan. Penyebab kedua adalah nilai virginitas dan

ketakutan mengenai aktivitas seksual pranikah (value of virginity and fears about premarital sexual activity). Berkaitan dengan penyebab kedua, penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa pernikahan dini terjadi sebagai solusi kehamilan

diluar nikah (premarital pregnant) (Bannet, 2001 dan Gupta, 2000). Hal ini diakibatkan aktivitas seksual pranikah dikalangan remaja di Indonesia. Hasil

survey Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terhadap 2.880 responden

yang berusia 15-24 tahun di beberapa kota terutama di Jawa Barat (Mei 2002)

menunjukkan 39, 65 % responden pernah melakukan hubungan seksual pranikah

(pikiran rakyat, 2004). Penyebab ketiga adalah pernikahan sebagai usaha

menyatukan keluarga dan transaksi (marriage alliances and transactions) yang terakhir berkaitan kemiskinan (the role of poverty).

Pernikahan dini (early marriage) memiliki dampak yang sama pada remaja putrid maupun remaja pria. Dampak-dampak tersebut meliputi dampak

fisik, intelektual, dan emosional (Unicef, 2001). Remaja putra yang menikah akan

mengalami hambatan dalam pendidikan mereka, kebebasan pribadi mereka, dan

(6)

pernikahan dengan bertambahnya tanggung jawab (dalam Gemari, 2002). Remaja

putra yang menikah diusia muda dituntut dapat menyesuaikan diri dengan

keadaan pernikahan, bertambahnya tanggung jawab untuk menghidupi keluarga,

terancam putus sekolah dan terancam menjadi pengangguran. Laki-laki yang

menikah diusia muda biasanya mengalami stress berhubungan dengan peran baru

mereka sebagai suami maupun ayah (Papalian dan Olds, 1999).

Wanita yang menikah diusia muda atau remaja putri yang menikah

mengalami dampak yang lebih besar dibandingkan laki-laki yang menikah diusia

muda, hal ini berkaitan dengan berbagai bentuk kesiapan yang harus dipersiapkan

remaja putri yang menikah muda (Papalia dan Old, 1995). Kesiapan secara fisik

merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan pada pasangan yang menikah

diusia muda terutama pihak wanitanya. Hal ini berkaitan dengan kehamilan dan

proses melahirkan. Secara fisik, tubuh mereka belum siap untuk untuk melahirkan

anak dan melahirkan karena tulang panggul mereka yang masih kecil sehingga

membahayakan persalinan.

Remaja putri yang menikah diusia muda membuat mereka tidak dapat

mengecap pengalaman-pengalaman yang biasanya didapat oleh para remaja pada

umumnya. Pengalaman itu seperti melanjutkan pendidikan, mendapatkan jaminan

kesehatan yang baik, kesempatan pekerjaan dan ekonomi dan persahabatan

dengan teman sebaya (UNICEF, 2001). Pernikahan dini juga dapat membuat

remaja putri menjadi terisolasi dari keluarga dan teman-teman mereka ketika

mereka harus tinggal bersama suami (dalam WHO, 2006). Remaja yang telah

(7)

menikah. hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu remaja putrid

yang telah menikah :

“ ya..,karena saya sudah menikah dan ada suami, kemana-mana saya harus izin ma suami, ya gak bisa sebebas dulu lagi lah. Bisa aja sih maen-maen ma temen-temen lagi, tapi sekedarnya aja harus ijin suami juga, paling ma tetangga aja…”

Pernikahan sendiri merupakan salah satu bentuk interaksi antara manusia

dan merupakan suatu bentuk hubungan yang sangat penting antara pria dan

wanita. Pernikahan adalah suatu bentuk komitmen dengan cinta dan tanggung

jawab untuk mendapatkan serta mengembangkan suatu hubungan keluarga yang

damai dan bahagia. Terdapat berbagai alasan seseorang untuk menikah, seperti

atasdasar cinta, kebahagian, keiinginan untuk memiliki anak, ketertarikan fisik,

dan keinginan untuk menjauh dari situasi yang tidak membahagiakan (Hashmi,

dkk, 2006).

Pernikahan menjadi problema psikis dan sosial yang penting bagi laki-laki

dan wanita karena masing-masing harus berusaha untuk melakukan penyesuaian

diri dengan pasangannya dan kehidupan pernikahannya. Penyesuaian seperti ini

biasanya terjadi sangat lama dan dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis,

tetapi dapat dipastikan bahwa wanita mengalami banyak kesulitan dalam

melakukan penyesuaian diri. Sementara laki-laki lebih mampu menyesuaikan diri

dibandingkan wanita dikarenakan kemampuan mereka cenderung rasional dalam

menyelesaikan masalah (Ibrahim, 2002).

Pernikahan itu harus memberdayakan diri untuk menrima kelebihan

(8)

menyesuaikan diri dengan pasangannya dan mengubah diri agar sesuai dengan

pasangannya (Munandar, 2001). Penyesuaian diri yang sehat akan membawa pada

suatu kondisi pernikahan yang bahagia begitu juga sebaliknya, individu yang

gagal dalam menyesuaikan diri akan mengalami kemelut dalam pernikahan

mereka (Hurlock, 1999).

Individu yang berhasil dalam melakukan penyesuaian diri pada kehidupan

pernikahannya akan mengalami kehidupan pernikahan yang harmonis. Hal ini

juga terjadi pada remaja yang menikah, baik itu remaja putri maupun remaja

putra. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang wanita yang menikah diusia

remaja yaitu saat Ia berusia 17 tahun :

“ …saya merasa pernikahan saya baik-baik saja, anak saya saja sekarang sudah 2, kalau namanya masalah ya pasti ada, tapi ya biasa-biasa saja”.

Individu yang mengalami kegagalan dalam penyesuaian pernikahan

mereka akan mengalami permasalahan-permasalahan sepanjang kehidupan

pernikahan mereka, begitupun juga dengan pasangan muda yang menikah di usia

remaja. Pasangan muda yang menikah diusia remaja harus mencoba untuk

membentuk hubungan jangka panjang dibawah kondisi dimana mereka hanya

memiliki sedikit pengalaman tentang diri pasangan masing-masing serta

dukungan yang rendah terhadap pernikahan (WHO,2006).

Permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam penyesuaian

pernikahan adalah permasalahan yang berhubungan dengan penyesuaian

pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan

(9)

Masalah terhadap penyesuaian dengan pasangan adalah masalah yang

paling utama dalam penyesuaian pernikahan. Hubungan interpersonal sangat

berperan penting didalam proses penyesuaian ini, karena semakin banyak

pengalaman pasangan dalam hubungan ini maka penyesuaian mereka semakin

baik, begitu juga sebaliknya (Hurlock, 1999). Remaja putri yang menikah diusia

muda biasanya dikarenakan faktor perjodohan maupun keterpaksaan biasanya

memiliki hubungan dengan proses perkenalan yang cukup singkat sehingga

terkadang menimbulkan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pasangannya.

Remaja putra yang telah menikah juga mengalami hal yang sama dengan remaja

putri. Faktor perjodohan orang tua serta tanggung jawab terkadang menuntut

mereka untuk menikah dengan proses perkenalan yang singkat sehingga

menimbulkan kesulitan dalam hubungan interpersonal mereka (UNICEF, 2001).

Penyesuaian seksual juga dapat menimbulkan permasalahan dalam

penyesuaian pernikahan. Biasanya dikarenakan pasangan belum memiliki

pengalaman yang cukup dan kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka

(Hurlock, 1999). Pernikahan dini juga berarti hubungan seksual yang dipercepat,

remaja putri yang menikah diusia muda hanya memiliki sedikit pengetahuan

mengenai permasalahan seksual seperti hubungan seksual, alat kontrasepsi,

penyakit menular seksual, kehamilan, dan kelahiran (Mathur, dkk, 2003).

Masalah penyesuaian yang ketiga adalah berhubungan dengan masalah

keuangan. Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

penyesuaian diri orang dewasa dalam pernikahan (Hurlock, 1999). Remaja putra

(10)

memiliki pengalaman yang cukup unutk mencari dan mempergunakan uang

dengan baik akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan pernikahannya. hal ini

seperti yang diuangkapkan oleh seorang remaja laki-laki yang berusia 19 tahun

pada salah satu acara talkl show di salahsatu radio di Jakarta :

“Saya terpaksa menikah karena terlanjur melakukan hubungan intim sehingga pacar saya hamil. Dunia saya berubah 180 derajat, dari bangun sembarangan, harus berangkat pagi untuk bekerja, belum lagi siang malam anak saya menangis. Hingga kami tidak bisa tidur sekejap pun “

(Kompas, 2006)

Pernikahan dini sangat mengurangi kesempatan remaja putri untuk

mendapatkan akses pendidikan, sehingga mengurangi kesempatan mereka untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk membantu perekonomian keluarga

(Mathur, dkk., 2003).

Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan juga menjadi permasalahan

yang cukup penting dalam penyesuaian pernikahan. Individu yang menikah secara

otomatis akan mendapatkan keluarga baru dari pihak pasangannya dengan usia

yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda, latar belakang, minat, dan nilai

yang berbeda. Permasalahan akan muncul jika suami atau istri tidak dapat

menyesuaikan diri dengan keluarga pasangannya (Hurlock, 1999). Hal ini seperti

hasil wawancara dengan seorang wanita yang telah menikah:

(11)

Permasalahan-permasalahan diataslah yang membuat peneliti tertarik

untuk mengetahui lebih jauh proses penyesuaian pernikahan remaja putri yang

melakukan pernikahan dini. Hal ini juga dikarenakan tugas perkembangan yang

sebenarnya pada usia remaja yang harus mereka penuhi adalah masih pada tahap

persiapan pernikahan dan keluarga, belum masuk pada tahap pernikahan yang

sebenarnya yaitu yang ada pada tugas perkemabngan masa dewasa (Hurlock,

1999), sehingga bagi remaja putri yang menikah membuat masa emaja mereka

dipercepat dari yang seharusnya. Faktor kesiapan untuk menikah juga menjadi

salah satu faktor penentu dalam penyesuaian pernikahan. Persiapan yang terbatas

yang dimiliki remaja putri membuat beberapa pasangan yang menikah diusia

seperti itu mangalami permasalahan-permsalahan dalam penyesuaian pernikahan

mereka.

Penelitian ini penting dilakukan karena melihat persentase jumlah

pernikahan diusia remaja yang ternyata masih sering terjadi dan kemudian

memiliki dampak yang cukup berarti bagi perkembangan remaja terutama remaja

putri (WHO,2006). Hasil penelitian ini ingin menggambarkan secara jelas

bagaimana penyesuaian pernikahan remaja putri yang melakukan pernikahan dini

meliputi permasalahan-permasalahannya, pola penyelesaian masalah, serta

beberapa data tambahan seperti arti pernikahan, pendapat subjek mengenai

pernikahan dini, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana peneliti

berharap mendapatkan banyak informasi dari subjek, orang tua dan informan

(12)

pernikahan serta pola penyelesaian konflik dan beberapa data tambahan.

Ketertarikan peneliti untuk menggunakan metode ini dikarenakan melalui data

wawancara akan dapat memperoleh informasi yang lebih jelas dan lebih

mendalam mengenai permasalahan dalam penyesuaian pernikahan remaja putri

yang melakukan pernikahan dini dan dapat memahami lebih mendalam tentang

fenomena yang dialami subjek. penggunaan teknik pengambilan sampel

berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional dan teknip pengambilan

data berupa wawancara diharapkan peneliti mampu mengungkap permsalahan

yang diangkat dalam penelitian ini.

I.B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana gambaran permasalahan dalam penyesuaian pernikahan yang

dialami oleh remaja putri yang melakukan pernikahan dini ?

2. Bagaimana gambaran pola penyelesaian konflik dalam penyesuaian pernikahan

remaja putri yang melakukan pernikahan dini ?

I.C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana penyesuaian

(13)

I.D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai

penyesuaian pernikahan remaja putri yang melakukan pernikahan dini baik itu

berupa manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis.

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah psikologi

perkembangan yang berkaitan dengan penyesuaian pernikahan terutama pada

remaja putri yang melakukan pernikahan dini. b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para peneliti

dan organisasi pemerhati anak dan remaja berkaitan dengan

permasalahan-permasalahan yang timbul karena pernikahan dini. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan minat para peneliti-peneliti lainnya untuk

meneliti permasalahan-permasalahan yang sedang berkembang ditengah

masyarakat tarutama permasalahan remaja.

I.E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini berisikan inti sari dari :

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi mengenai latar belakang permasalahan, identifikasi

(14)

Bab II Landasan Teori

Bab ini terdiri dari teori kepustakaan mengenai penyesuaian pernikahan,

bentuk-bentuk penyesuaian diri dalam pernikahan, kondisi yang menyumbang

kesulitan dalam pernikahan, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian

pernikahan, pola penyesuaian pernikahan, dafinisi remaja, pembagian masa

remaja, ciri-ciri remaja yang melakukan pernikahan dini, tugas-tugas

perkembangan remaja, definisi pernikahan dini, alasan menikah, peranan usia

dalam pernikahan, prediktor keberhasilan pernikahan, penyebab pernikahan dini,

konsekuensi pernikahan dini, dinamika penyesuaian pernikahan remaja putri yang

melakukan pernikahan dini serta paradigma yang berisi sekumpulan longgar dari

sejumlah asumsi yang dipegang bersama.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang pendekatan kualitatif, subjek dan lokasi

penelitian, teknik pengambilan data, metode pengambilan data, kredibilitas

penelitian, Tahap pelaksanaan dan prosedur penelitian, dan teknik dan proses

pengolahan data.

Bab IV Analisa Data dan Intepretasi Data

Bab ini menguraikan mengenai data pribadi subjek, analisa data dan

interpretasi persubjek yang meliputi kehidupan subjek sebelum menikah, setelah

menikah, arti pernikahan bagi subjek, pendapat subjek mengenai pernikahan

remaja, permasalahan dalam pernikahan per subjek, pola penyelesaian konflik,

(15)

Bab V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran mengenai

penyesuaian pernikahan pada remaja putri yang melakukan pernikahan dini.

Kesimpulan berisikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan dan terdapat

diskusi terdap data-data yang tidak dapat dijelaskan dengan teori atau penelitian

sebelumnya karena merupakan hal baru, serta saran yang berisi saran-saran praktis

sesuai dengan hasil dan masalah-masalah peneliitian, dan saran-saran metodologis

Referensi

Dokumen terkait

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

[r]

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat