• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN STROKE DALAM MENGIKUTI REHABILITASI FISIK DI RUANG FISIOTERAPI

RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

Dian N. O. Lena Djilaa, Sebastianus K. Tahub, dan Sakti O. Batubarab a

Mahasiswa S-1 Prodi Ners, STIKes CHMK, Kupang 85211 b

Dosen Prodi Ners, STIKes CHMK Kupang, Kupang 85211

diandjila23@gmail.com

ABSTRACT

Stroke is a brain tissue death that occurs due to reduced blood flow and brain oxygen. The rapid delay of the healing process of stroke patients from disability is also affected by the level of adherence of stroke patients performing rehabilitation. The more regular stroke patients in doing rehabilitation, the risk of complications caused can be prevented and the return of function quickly, otherwise if rehabilitation is not undertaken seriously it can accelerate the parmanent paralysis of the limbs that have experienced paralysis and one of them affects adherence is a family role. The aim of this research is to know the relation of family role with compliance of stroke patients in following physical rehabilitation at physiotherapy ward RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

This research method is a quantitative correlation research with cross-sectional study design, sample selection using purposive sampling. Sample in the research as many as 40 respondents. The research conducted on 09-26 August 2017 in Physiotherapy Ward of RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. The data were collected by giving questionnaires to the respondents.

The result showed that most of the roles assigned to the family were in good stroke patients (83%) and most of the stroke patients were in physical rehabilitation (83%). The result of chi square test get pvalue=0,000<α=0,005. Conclusion, there is a significant realtionship between family role with stroke patient compliance in following physical rehabilitation in Physiotherapy Ward of RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Recommendation in this research is families have to continue support stroke patients sufferers to undergo medical rehabilitation.

Keyword : Stroke, Family Role, Compliance, Physical Rehabilitation

*Mahasiswa Program Studi Ners STIKes Citra Husada Mandiri Kupang.

A. PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini semakin bertambah masalah yang dialami manusia. Seiring majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan bertambah pula kompleksitas penyakit salah satunya penyakit stroke. Penyakit stroke sebetulnya dapat digolongkan dalam penyakit kronis karena terjadinya tidak serta merta melainkan melalui sebuah proses yang panjang, meskipun serangan stroke itu terjadi secara mendadak/akut. Stroke adalah kematian jaringan otak (infark serebraI) yang terjadi

karena berkurangnya aliran darah dan oksigen otak (Irianto, 2015). Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke infark (nonhaemoragik) dan stroke haemoragik (Bararah & Jauhar, 2015).

(2)

penglihatan dan perubahan status mental sehingga membutuhkan perawatan seperti rehabilitasi fisik. Pasien stroke melakukan perawatan di Rumah Sakit, kemudian setelah keadaan pasien membaik, pasien dipulangkan dan melakukan perawatan di rumah. Penderita stroke yang melakukan perawatan di rumah sangat memerlukan perawatan yang baik oleh anggota keluarganya (Deme, 2014). Penderita stroke kurang diperhatikan oleh anggota keluarganya saat berada di rumah, sehingga pasien stroke sering mengalami kekambuhan atau bahkan penyakitnya akan bertambah parah. Kebanyakan pasien stroke tidak dapat sembuh sempurna apabila tidak ada peran aktif dari keluarga dalam merawat pasien stroke. Peran keluarga sangat penting saat salah satu anggota keluarganya mengalami stroke. Adapun peran itu sendiri merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan (Festy, 2009). Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan dari seseorang pemegang peran dalam situasi sosial tertentu (Harmoko, 2012). Dalam merawat pasien stroke, anggota keluarga dapat mencakup para kerabat, keluarga besar dan orang yang merawat. Peran keluarga dalam rehabilitasi pasien stroke sangatlah besar, akan banyak membantu jika anggota keluarga ikut serta dalam membantu pasien berlatih di bawah pengawasan ahli terapi fisik (Feigin, 2006).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan

merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia. Menurut yayasan stroke Indonesia tahun 2012 jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 1.236.825 orang sedangkan prevalensi stroke di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 48.307 orang.

Berdasarkan data yang diambil oleh peneliti di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, angka kejadian stroke pada tahun 2016 dari bulan Januari sampai Maret sebanyak 81 kasus dengan kasus stroke haemoragic sebanyak 58 orang dan kasus stroke non haemoragic sebanyak 23 orang. Dari jumlah tersebut, penderita yang meninggal sejumlah 4 orang. Berdasarkan data Rehabilitasi Medik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, jumlah penderita stroke yang menjalani rehabilitasi di ruang rehabilitasi medik RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes pada tahun 2016 sebanyak 64 orang penderita stroke tidak menjalani rehabilitasi secara teratur dan mengalami kontraktur akibat kurangnya latihan.

Pasien yang menjalani rehabilitasi medik pada umumnya didampingi oleh anggota keluarga. Jika program rehabilitasi dijalani secara paksa oleh keluarga dengan sikap dan ekspresi negatif dari keluarga dan keluarga tidak mau merawat klien di rumah. Akibatnya beberapa penderita stroke tidak mau menjalani program rehabilitasi, mereka menjadi mudah patah semangat dan jatuh dalam depresi.

(3)

sebagai anggota keluarga yang tinggal bersama, satu kesatuan/unit yang membina kerjasama yang bersumber dari kebudayaan umum, dimana setiap anggotanya belajar dan melakukan perannya seperti yang diharapkan (Dion & Bethan, 2013). Status sehat dan sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Keluarga memainkan suatu peran yang bersifat mendukung selama masa penyembuhan dan pemulihan pasien stroke. Apabila keluarga tidak menjalankan peran secara optimal, maka keberhasilan penyembuhan dan pemulihan (rehabilitasi) akan sangat berkurang (Wurtiningsih, 2006).

Perawat di Rumah Sakit akan berfokus pada pertolongan pasien untuk memulihkan kembali kemampuan pasien yang hilang dibantu oleh layanan fisioterapi, terapi okupasi dan terapi wicara (Pudiastuti, 2011). Cepat lambatnya proses kesembuhan pasien stroke dari kecacatan dipengaruhi juga oleh tingkat kepatuhan pasien stroke melakukan rehabilitasi. Oleh karena itu, pentingnya kepatuhan pasien dalam menjalankan rehabilitasi bagi pasien stroke. Semakin teratur pasien stroke dalam melakukan rehabilitasi maka resiko komplikasi yang ditimbulkan dapat dicegah dan pengembalian fungsi dengan cepat, sebaliknya jika rehabilitasi tidak dijalani dengan sungguh-sungguh dan teratur maka dapat mempercepat terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh yang pernah mengalami kelumpuhan, dan salah satu yang mempengaruhi kepatuhan klien ini adalah peran keluarga (Kosassy, 2011). Maka, peran keluarga menjadi sangat penting karena biasanya pasien pulang dalam kondisi belum sembuh secara sempurna, apabila keluarga tidak mengerti tentang perawatan stroke, pasien akan bertambah parah.

Peran keluarga sangat penting dalam hal memberikan latihan fisik seperti Range

of Motion (ROM), menyiapkan lingkungan yang baik, mengontrol keadaan pasien di pelayanan kesehatan terdekat dan mengatur diet karena lebih banyak pasien stroke berawal dari terjadinya penyakit hipertensi. Individu yang sedang sakit itu merupakan subsistem dari keluarga, bila keluarga dipandang sebagai sistem. Jadi apabila subsistem mengalami gangguan masalah kesehatan, maka sistem secara keseluruhan akan terganggu.

Peran keluarga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fisik pasien stroke guna meminimalkan terjadinya kecacatan fisik dan ketergantungan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Penderita pasca stroke sebaiknya memperhatikan dan mengontrol segala aktivitas dan gaya hidupnya agar terhindar dari serangan stroke berulang susulan yang keadaanya lebih parah. Pemberian penyuluhan kesehatan terhadap keluarga pasien stroke merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pentingnya program Rehabilitasi Medik bagi pasien stroke sehingga keluarga lebih mengoptimalkan perawatan pada program Rehabilitasi Medik pada pasien stroke (Festy, 2009).

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasi dengan rancangan penelitian cross-sectional. Rancangan cross-sectional jenis penelitian yang menekan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini memiliki populasi target yaitu semua pasien stroke di RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang sebanyak 45 orang.

Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

(4)

2. Telah mengikuti program rehabilitasi selama ± 2 bulan terakhir.

3. Mengikuti rehabilitasi secara teratur

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang mulai tanggal 09 sampai 26 Agustus 2017.

Data diperoleh melalui pemberian kuesioner pada pasien stroke dengan jumlah 40 responden dengan hasil sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Jenis Kelamin

Jumlah Presentase (%)

Laki-laki menunjukkan bahwa dari 40 responden, jumlah pasien yang mengikuti fisioterapi terbanyak yaitu responden laki-laki sebanyak 25 orang (63%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Usia Jumlah Persentase

(%) menunjukkan bahwa dari 40 responden jumlah pasien stroke yang mengikuti fisioterapi terbanyak di usia 46-55 tahun sebanyak 19 responden (47%) dan paling sedikit usia 26-35 tahun dan 65-75 tahun sebanyak 1 responden (3%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

PNS menunjukkan bahwa dari 40 responden yang mengikuti fisioterapi didapatkan pekerjaan yang paling banyak adalah PNS dengan jumlah responden 18 orang (45%) dan yang paling sedikit adalah pensiun PNS 1 orang (2%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Tingkat Pendidikan

Jumlah Persentase (%)

SD menunjukkan bahwa 40 responden jumlah pasien yang mengikuti fisioterapi dengan tingkat pendidikan terbanyak berpendidikan SMA 17 orang (42%) dan yang paling sedikit berpendidikan SMP 4 orang (10%).

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjalani Fisioterapi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Lama Menjalani Fisioterapi

Jumlah Persentase (%)

(5)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 responden terdapat 14 responden (35%) yang sudah menjalani fisioterapi sebanyak 2 kali dimana merupakan yang tertinggi dan yang terendah adalah 4 responden (10%) saja yaitu pasien yang menjalani fisioterapi sebanyak 4 kali.

f. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Sakit Stroke di Instalasi menunjukkan bahwa dari 40 responden terdapat sebanyak 24 responden (20%) mengalami stroke berulang dan sebanyak 16 responden (45%) mengalami stroke untuk pertama kalinya.

g. Peran Keluarga pada Pasien Stroke dalam Mengikuti Rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang

Kategori Responden Persentase

(%) menunjukkan bahwa sebanyak 33 responden memiliki peran keluarga baik yaitu (83%) dan 5 responden memiliki peran keluarga kurang dengan presentase (12%).

h. Kepatuhan Pasien Stroke dalam Mengikuti Rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang

Kategori Jumlah Persentase

(%) menunjukkan bahwa dari 40 responden, jumlah pasien stroke yang patuh dalam

mengikuti fisioterapi sebanyak 33 responden (83%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 7 responden (17%).

i. Hasil Chi-Square Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Stroke dalam Mengikuti Rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang

Peran atas didapatkan ada hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan pasien stroke mengikuti rehabilitasi fisik di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang dengan p=0,000 ada hubungan signifikan (p<0,05).

2. Pembahasan

a. Peran Keluarga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peran keluarga pasien stroke yang mengikuti rehabilitasi medik di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, didapatkan responden memiliki peran keluarga baik sebanyak 33 (83%) responden, peran keluarga cukup sebanyak 2 (5%) responden dan peran keluarga kurang sebanyak 5 (12%) responden.

(6)

dan harapan peran yang menerangkan apa yang pasien stroke harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri (Harmoko, 2012). Ketika salah satu anggota keluarga atau lebih mengalami masalah kesehatan maka keluarga berperan penting dalam memberikan pemecahan masalah (Padila, 2012). Peran keluarga dianggap sebagai salah satu variabel penting yang mempengaruhi hasil rehabilitasi pasien (Koyongian, 2015). Pentingnya peran keluarga dalam perawatan pasien stroke yaitu: keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya, jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem (Saragi, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irma Okta Wardhani dan Santi Martini (2015) didapatkan bahwa proporsi responden dengan peran keluarga kurang baik, lebih besar ditemukan pada tidak patuh melakukan rehabillitasi 23 (79,2%) responden dibandingkan patuh melakukan rehabilitasi 6 (20,7%) responden dan terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan rehabilitasi (pvalue=0,000 , OR=16,292).

Menurut pendapat peneliti terdapat kesamaan antara teori dan fakta dimana hasil penelitian didapatkan peran keluarga baik sekitar 83%. Hal ini sejalan dengan penelitian Irma Okta Wardhani dan Santi Martini (2015) bahwa keluarga sangat berperan penting dalam mendampingi pasien stroke mengikuti rehabilitasi. Peran yang baik yang diterima pasien akan berdampak pada proses penyembuhan pasien dimana pasien merasa percaya diri dalam menjalani fisioterapi dan merasa mampu melakukan proses fisioterapi. Rata-rata pasien stroke yang mengikuti fisioterapi sudah berusia diatas 45 tahun

dimana pada usia ini pasien sudah berkeluarga. Dari segi usia tersebut responden sangat membutuhkan perhatian dari keluarga sehingga responden mampu menilai peranan dari keluarganya. Peran yang diberikan keluarga pada pasien berupa motivasi, edukasi dan perawatan. Dimana keluarga selalu memperhatikan dan mengingatkan pasien untuk menjalani fisioterapi, memberitahukan pada pasien bahwa fisioterapi yang dilakukan sangat penting. Sehingga pasien dapat bertahan menjalani fisioterapi untuk kesembuhannya.

b. Kepatuhan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kepatuhan pasien stroke dalam mengikuti rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang didapatkan respaonden sebagian besar patuh 33 (83%) responden.

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengikuti rehabilitasi medik, perawat perlu memastikan bahwa pasien mampu melakukan terapi yang diprogramkan, memahami instruksi yang penting, menjadi partisipan yang mau berusaha mencapai tujuan terapi dan menghargai hasil perubahan perilaku yang direncanakan. Secara umum, ketidakpatuhan terhadap program terapeutik adalah masalah substansial yang harus diatasi untuk membantu individu berpartisipasi dalam perawatan diri mencapai tingkat kesehatan potensial yang maksimal (Smeltzer & Bare, 2002).

(7)

ketergantungan dengan orang lain (Rosiana, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cecep Sobirin, dkk (2014) tentang Hubungan Peran Keluarga dalam Memotivasi Pasien Stroke dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi di Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi, menyatakan bahwa hasil penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dalam memotivasi klien pasca stroke dengan kepatuhan rehabilitasi (pvalue=0,000, QR=16,292).

Hal ini terdapat kesesuaian antara fakta dan teori dimana sebagian responden yang patuh terhadap rehabilitasi karena keluarganya mampu memberikan motivasi, edukasi dan perawatan kesehatan pasien stroke. Selain itu sebagai memberi motivasi, edukasi dan perawat keluarga kepatuhan pasien stroke juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana responden yang paling banyak adalah SMA menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki tentang penyakitnya pasien stroke tersebut akan patuh dalam melakukan rehabilitasi (Notoatmojo, 2010). Sedangkan responden yang tidak patuh melakukan rehabilitasi disebabkan kurangnya peran dari keluarga (kurangnya motivasi, edukasi serta perawatan dari keluarga maupun pasien itu sendiri), karena keluarga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan dalam program pengobatan yang dapat mereka terima untuk mengembalikan fungsi tubuhnya.

Dari hasil penelitian di atas terdapat sebanyak 24 responden yang mengalami stroke berulang menunjukkan bahwa pasien stroke sadar akan pentingnya menjalani fisioterapi dan pasien akan

semakin patuh dalam menjalani rehabilitasi fisik untuk mengembalikan fungsi tubuhnya.

c. Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Stroke dalam Mengikuti Rehabilitasi Fisik

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue = 0,000 (p<0,05) artinya ada hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan pasien stroke dalam mengikuti rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada 09-26 Agustus 2017.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irma Okta Wardhani dan Santi Martini (2015) menyatakan ada hubungan yang kuat (r=0,582) antara dukungan dan tugas keluarga dengan kepatuhan menjalani rehabilitasi dengan kepatuhan menjalani rehabilitasi.

(8)

berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh menjalankan program rehabilitasi bila mengikuti program yang telah ditentukan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas rehabilitasi.

Menurut peneliti ada hubungan peran keluarga dengan kepatuhan pasien stroke dalam mengikuti rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pengobatan anggota keluarganya karena keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dan merupakan perawat utama bagi pasien sehingga semakin besar peran keluarga dalam memotivasi, mengedukasi dan memberi perawatan anggota keluarganya yang mengalami stroke akan memberikan keyakinan bagi pasien stroke untuk sembuh dan melakukan rehabilitasi.

Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 7 responden tidak patuh mengikuti rehabilitasi dengan kategori peran keluarga yang cukup dan kurang dikarenakan tidak adanya motivasi, edukasi dan perawatan dari keluarga sehingga responden beranggapan dirinya mustahil untuk pulih dari kelumpuhannya sehingga tidak mau mendengarkan atau mengikuti saran yang diberikan oleh keluarganya. Sedangkan responden yang ditemukan patuh melakukan rehabilitasi sebanyak 33 responden dengan kategori peran keluarga baik disebabkan karena responden memiliki motivasi, edukasi dan perawat dari keluarga yang tinggi dari keluarga sehingga responden ini patuh mengikuti rehabilitasi sesuai dengan program yang sudah di jadwalkan.

Hal ini juga dapat memberikan dorongan dan meningkatkan kepercayaan diri pasien stroke dalam mengikuti terapi dan patuh dalam mengikuti rehabilitasi mengingat kesembuhan pasien stroke membutuhkan waktu yang lama dan

menjalankan terapi dengan teratur untuk mempercepat kesembuhan.

Dari hasil penelitian di atas terdapat sebanyak 24 responden yang mengalami stroke berulang menunjukkan bahwa pasien stroke sadar akan pentingnya menjalani fisioterapi. Lamanya kesembuhan ini yang sering membuat pasien stroke terkadang merasa putus asa dalam menjalani terapi yang diberikan oleh petugas kesehatan.

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada keluarga klien stroke di RSUD Prof DR. W. Z. Johannes Kupang maka diambil kesimpulan bahwa:

a) Sebagian besar peran keluarga pada pasien stroke yang mengikuti rehabilitasi fisik adalah baik.

b) Sebagian besar pasien stroke patuh mengikuti rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik

c) Ada hubungan signifikan antara peran keluarga dengan kepatuhan pasien stroke dalam mengikuti rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang.

2. Saran

Dari hasil penelitian maka penulis dapat memberi saran:

a) Bagi Responden

Diharapkan pasien stroke mampu mempertahankan dan menjalankan fisioterapi sehingga dapat mengurangi komplikasi berlanjut.

b) Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga

(9)

c) Bagi Institusi STIKes CHMK

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajar topik peran keluarga dan fisioterapi pada pasien stroke.

d) Bagi Perawat di Ruangan Fisioterapi Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan pemahaman pasien stroke dan tenaga kesehatan terkait dengan pelaksanaan fisioterapi

sehingga kualitas hidup pasien dapat berkembang ke arah yang lebih baik dan juga diharapkan agar tenaga kesehatan melibatkan keluarga dalam proses rehabilitasi.

e) Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya dapat meneliti tentang efektivitas fisioterapi dalam meningkatkan kualitas hidup pasien stroke.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arum. P, Sheria. (2015). Stroke Kenali Cegah dan Obati. Jogjakarta: Notebook.

2. Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

3. Bararah, Taqiyah & Jauhar, Mohamad. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap

Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.

4. Batticaca, Fransisca. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

5. Dion dan Betan, (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga; Konsep dan Praktek,

Jogjakarta: Nuha Medika.

6. Feigin, (2006). Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

7. Festy, (2013). Peran Keluarga dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Medik pada Pasien

Stroke. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu kesehatan UM Surabaya.

8. Friedman, (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori & Praktik. Jakarta:

EGC.

9. Handayani, (2011). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Pengetahuan dan

Kepatuhan Dalam Menjalankan Terapi Diet Pada Pasien Hemodialisa Di RSUD DR.

Pirngadi Medan. Tesis. USU.

10. Harmoko, (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

11. Hidayat, A.A, (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Jakarta:

Salemba Medika.

12. Junaidi, (2008). Stroke A-Z. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

13. Kosassy M.S, (2011). Hubungan Peran Keluarga dalam Merawat dan Memotivasi

Penderita Pasca Stroke dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi di Unit

Rehabilitasi Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang. http://repository.unand.ac.id/18133/ di

akses tanggal 10/07/2017 jam 14.30 WITA.

14. Muttaqin, (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan,

Jakarta: Salemba Medika.

(10)

16. Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

17. Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed. 3. Jakarta: Salemba

Medika.

18. . (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed.

3. Jakarta: Salemba Medika.

19. . (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed.

2. Jakarta: Salemba Medika.

20. Rosiana (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalani

Fisioterapi Pada Klien Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman

Yogyakarta. Skripsi. UNRIYO.

21. Saragi, (2010). Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Pasca Stroke Dalam Upaya

Rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan. Skripsi. USU.

22. Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta: Graha Ilmu.

23. Smeltzer dan Bare, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih. Bahasa:

Agung Waluyo, dkk, Edisi 8, EGC, Jakarta.

24. Sobirin, dkk. (2014). Hubungan Peran Keluarga Dalam Memotivasi Pasien Pasca

Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Medik

Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.Skripsi. STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.

25. Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC.

26. Suiraoka, (2012). Penyakit Degeneratif. Jogjakarta: Nuha Medika.

27. Wardhani dan Martini, (2014). Hubungan Antara Karakteristik Pasien Stroke Dan

Gambar

tabel di
tabel di

Referensi

Dokumen terkait

Handayani (2012) tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia.. mengikuti

Pada hasil penelitian menunjukan berdasarkan kepatuhan minum obat TB bahwa terdapat sebesar 33,3% responden yang tidak patuh minum obat TB dan sisanya sebesar

Adanya dukungan sosial keluarga akan mem- berikan rasa nyaman, rasa diperhatikan, dan rasa diperdulikan dalam menjalankan pengo- batan hipertensi sehingga, penderita hiperten- si

kepatuhan berobat pasien, ini berarti seseorang yang menjalani pengobatan baik yang mengalami efek samping obat maupun tidak, bukan menjadi masalah untuk patuh

Pada penelitian ini responden yang memiliki dukungan tenaga kesehatan yang buruk dengan kepatuhan mengikuti posyandu lansia yang masuk dalam kategori tidak patuh

Hasil penelitian ini juga sama dengan Sobirin tentang tentang hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti

Kualitas hidup pada pasien dengan PGK dinilai dari kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi hemodialisa, apabila responden patuh maka terdapat kualitas hidup yang baik sementara jika

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 7 Ibu Rumah Tangga dan yang memiliki perilaku Kepatuhan pada Perda yang Tidak Patuh