• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Peran Keluarga Dan Motivasi Pasien Stroke Dengan Kepatuhan Kunjungan Di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hubungan Peran Keluarga Dan Motivasi Pasien Stroke Dengan Kepatuhan Kunjungan Di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

56

Hubungan Peran Keluarga Dan Motivasi Pasien Stroke Dengan Kepatuhan Kunjungan Di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang

Reska handayani1 , Chichi Hafifa Transyah2, Mira Okta Widia3 Prodi Profesi Ners STIKes YPAK Padang

mynameisreska@gmail.com

ABSTRAK

Prevalensi stroke di Indonesia meningkat setiap tahun, dari 7 % menjadi 12,1% per 1000 populasi dari 2013-2014. Data di Klinik Bedah Saraf DR. M. Djamil Padang, jumlah pasien stroke di poliklinik Neurologi dalam 3 bulan terakhir terakhir dari Mei hingga Juli 2015, ada 152 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Hubungan dan Motivasi Keluarga dengan kunjungan kepatuhan di poli Klinik Bedah Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data diolah secara komputerisasi dan dianalisis secara univariat dari distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square (p-value ≤ 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh pasien memiliki kepatuhan mengunjungi (53,3%), peran keluarga (71,7%), motivasi (56,7%). Adanya hubungan yang signifikan antara peran keluarga (p = 0,002), dan hubungan motivasi dengan kunjungan kepatuhan (p = 0,001). Disarankan kepada kepada manajemen RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk memberikan informasi kesehatan kepada pasien yang mengunjungi poliklinik dan memberikan arahan kepada keluarga pasien untuk terlibat dalam membantu pasien dalam perawatan

Kata kunci : Kepatuhan kunjungan, peran keluarga, motivasi

ABSTRACT

The prevalence of stroke in Indonesia is increasing every year, by 7.0 to 12.1 per 1000 population from 2013-2014. Data in Neurosurgery Clinic DR. M. Djamil Padang, the number of stroke patients in the Neurology Clinic in the last 3 month last from May until July 2015, there were 152 people.. The purpose of this study was to determine the role of Family Relations and Motivation with compliance visits in Neurosurgery Clinic DR. M. Djamil Padang. This types of research is descriptive analytic with cross sectional studied design.. Data is processed in a computerized and analyzed by univariate from of frequency distribution and bivariate analysis using chi-square test (p-value ≤ 0,05).

The result showed more than half of patients had a compliance visited (53,3%), the role of the family (71,7%), motivation (56,7%). The existence of a significant association between family roles (p=0,002), and the relationship of motivations with compliance visits (p=0,001). Suggested to the departement of health workes DR. M. Djamil Padang to provide health information to patients who visited the clinic and gived direction to the patients family to get involved in assisting patients in treatment.

Keywords : Compliance visit, Family roles, and Motivation.

(2)

57

PENDAHULUAN

Meningkatnya taraf hidup masyarakat yang disebabkan oleh pembangunan juga mempengaruhi gaya hidup masyarakat, dampaknya terhadap kesehatan adalah perubahan pola penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif atau sering disebut juga dengan transisi epidemiologi. Banyaknya ragam penyakit degenertif meningkat karena gaya hidup.

Gaya hidup hubungannya dengan kesehatan adalah kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam yang berlebihan, makanan berkolesterol, hipertensi, diabetes melitus, dan sebagainya. Salah satu penyakit degeneratif yang meningkat di dunia ini adalah stroke (Junaidi, 2011).

Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya stroke umumnya dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu faktor resiko internal (tidak dapat di ubah) dan faktor resiko eksternal (dapat di ubah).

Ada pun Dampak dari serangan stroke yaitu penderita stroke mengalami kecacatan yakni lumpuh dimensial seperti bicara dan melakukan kegiatan lain.

Kecacatan yang ditimbulkan oleh serangan stroke terbagi atas 5 derajat, dimana derajat 0 tidak ada gangguan fungsi yaitu pemulihan sempurna. Derajat 1 hampir tidak ada gangguan fungsi aktifitas sehari-hari, derajat 2 pasien tidak mampu melakukan beberapa aktivitas seperti sebelumnya, tetapi ia tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, derajat 3 pasien memerlukan bantuan orang lain tetapi masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain, walaupun mungkin menggunakan tongkat, derajat 4 pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan orang lain dan perlu bantuan orang lain untuk menyelesaikan sebagian aktivitas diri seperti mandi, pergi ke toilet, merias diri dan lain-lain, derajat 5 pasien terpaksa berbaring di tempat tidur dan buang air besar dan kecil, sehingga pasien yang

menderita/mengalami stroke derajat 5 sangat memerlukan perawatan dan perhatian yang khusus (Junaidi, 2011).

Seseorang yang pernah terserang stroke memiliki resiko mengalami stroke berulang terutama bila faktor resiko yang menyebabkan terjadinya stroke tidak ditanggulangi dengan baik. Tindakan pengobatan yang teratur menjadi hal yang harus diperhatikan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang agar lebih baik (Gunawan, 2010).

Proses utama yang harus dijalani pada pasien stroke dalam proses penyembuhan adalah dengan mengkonsumsi obat-obatan serta menjalankan rehabilitasi dengan melakukan kunjungan ulang kepusat pelayanan kesehatan secara rutin.

Kunjungan ulang secara rutin dan dengan pengobatan yang tepat dapat meredakan ketegangan pada jantung yang memicu kejadian stroke berulang (Niven, 2012).

Keyakinan dan kemampuan tindakan seseorang dapat dipengaruhi juga oleh motivasi, motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang tersebut ataupun dari diri sendiri melalui dukungan orang lain.

Seperti penderita stroke yang tidak dimotivasi oleh keluarga yang seharusnya keluarga tersebut juga membantu pasien dalam berlatih di bawah pengawasan perawat atau ahli terapi fisik, menyuntikan semangat dan motivasi pada pasien, agar melanjutkan hidupnya, meyakinkan pasien bahwa mereka juga bagian penting, dibutuhkan dan diinginkan dalam keluarga, meyakinkan bahwa banyak orang yang berhasil pulih dari stroke kemudian melakukan aktivitas normal (Valery, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Rhomadona (2014) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan frekuensi kunjungan ulang pasien stroke untuk berobat di RRJ Hortus Medicus Tawangmangu didapatkan hasil analisis data dengan menggunakan uji colerrasi pearson product moment diperoleh nilai p

= 0,007 (< 0,05) ini berarti bahwa ada

(3)

58

hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan ulang pasien stroke untuk berobat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study dimana penelitian mengukur variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Desain penelitian ini adalah hubungan variabel independen dengan variabel dependen pada pasien stroke (Notoatmodjo, 2010).

Populasi dari penelitian ini adalah pasien stroke yang berjumlah 152 orang berdasarkan laporan pada bulan Mei - Juli yang berobat di Poliklinik Syaraf RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2015.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Accidental Sampling yaitu sampel diambil pada seluruh pasien stroke yang menjalani pengobatan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang pada saat penelitian dilakukan. Dengan Jumlah responden pada penelitian ini adalah 60 responden yang telah memenuhi kriteria sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan teknik pengumpulan data dengan wawancara terpimpin. Data yang telah dikumpulkan diolah dalam bentuk analisa univariat dan bivariat secara komputerisasi, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Tabel. 1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,

Umur, dan Pendidikan Pasien Stroke di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil

Padang Tahun 2016

Karakteristik Pasien f % 1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

37 23

61,7 38,3

Jumlah 60 100

2. Umur a. 40-59 b. 60-74 c. 75-90

28 25 7

46,7 41,7 11,7

Jumlah 60 100

3. Pendidikan a. SD

b. SMP c. SMA d. DIII e. Sarjana

2 3 28

1 26

3,3 5,0

46,7 1,7

43,3

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian dari 60 pasien didapatkan karakteristiknya adalah lebih dari separuh 61,7% berjenis kelamin laki-laki, 46,7% berada pada rentang usia 46-59 tahun, dan lebih dari separuh 46,7% berpendidikan menengah atas .

2. Analisa Univariat

a. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke

Distribusi berdasarkan kepatuhan pada penelitian dapat terlihat pada tabel 2 :

Tabel. 2

Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanKepatuhan Kunjungan

Pasien Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun

2016

Kepatuhan f %

Patuh 28 46,7

Tidak Patuh

32 53,3

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa lebih dari (53,3%) pasien tidak patuh dalam menjalani kunjungan di Poliklinik Syaraf.

(4)

59

b. Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Pasien Stroke

Distribusi berdasarkan peran keluarga pada penelitian dapat terlihat pada tabel 3 :

Tabel. 3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Pasien

Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari (71,7%) pasien memiliki peran keluarga yang baik.

c. Distribusi Frekuensi Motivasi Pasien Stroke

Distribusi berdasarkan motivasi pada penelitian dapat terlihat pada tabel 4.4 :

Tabel. 4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Pasien Stroke

di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.

Djamil Padang Tahun 2016

Motivasi f %

Tinggi 34 56,7

Rendah 26 43,3

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (56,7%) pasien memiliki motivasi yang tinggi. Dan kurang dari separuh (43,3%) pasien memiliki motivasi yang rendah.

3. Analisa Bivariat

Hasil penelitian mengenai hubungan peran keluarga dan motivasi pasien stroke dengan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP

DR. M. Djamil Padang tahun 2016 dapat dilihat sebagai berikut :

a. Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke di Poliklinik Syaraf

Hasil analisis hubungan peran keluarga dengan kepatuhan kunjungan pasien stroke di Poliklinik Syaraf dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel. 5

Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuha Kunjungan

Pasien Stroke di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil

Padang Tahun 2016 Peran

Keluarga

Kepatuhan Kunjungan Total Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Kurang Baik

15 88,2 2 11, 8

17 100 Baik 17 39,5 26 60,

5

43 100 Total 32 53,3 28 46,

7

60 100 pvalue =

0,002 Berdasarkan tabel 5 dari 17 pasien dengan peran keluarga kurang baik terhadap kepatuhan kunjungan sebanyak (88,2%) tidak patuh dalam kepatuhan kunjungan dan (11,8%) patuh dalam melakukan kepatuhan kunjungan.

Sedangkan dari 43 pasien dengan peran keluarga yang baik terhadap kepatuhan kunjungan sebanyak (39,5%) tidak patuh dalam melakukan kunjungan dan (60,5%) patuh dalam melakukan kunjungan.

Hasil uji chi-square didapatkan p- value 0,002 berarti ada hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan kepatuhan pasien stroke melakukan kunjungan ulang di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil. Semakin baik peran keluarga yang dimiliki responden, maka semakin patuh pasien dalam melakukan kunjungan.

Peran Keluarga

f %

Baik 43 71,7

Kurang Baik

17 28,3

Total 60 100,

0

(5)

60

b. Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke di Poliklinik Syaraf

Hasil analisis hubungan motivasi dengan kepatuhan kunjungan pasien stroke di Poliklinik Syaraf dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6

Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke

di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.

Djamil Padang Tahun 2016 Motivasi Kepatuhan Kunjungan Total

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Rendah 21 80,8 5 19, 2

26 100 Tinggi 11 32,4 3 67,

6

34 100 Total 32 53,3 28 46,

7

60 100 pvalue =

0,001 Berdasarkan tabel 6 dari 26 pasien dengan motivasi rendah terhadap kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf sebanyak (80,8%) tidak patuh dalam melakukan kunjungan, dan (19,2%) patuh dalam melakukan kunjungan di Poliklinik Syaraf. Sedangkan dari 34 pasien dengan motivasi tinggi terhadap kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf sebanyak (32,4%) tidak patuh dalam melakukan kunjungan di Poliklinik Syaraf, dan (67,6%) patuh melakukan kunjungan di Poliklinik Syaraf.

Hasil uji chi-square didapatkan p- value 0,001 berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi pasien stroke dengan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki pasien, maka semakin meningkat motivasi pasien dalam melakukan kepatuhan kunjungan.

PEMBAHASAN

a. Kepatuhan Kunjungan Pada Pasien Stroke

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa (53,3%) pasien tidak patuh dalam menjalani kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf.

Sedangkan (46,7%) pasien yang patuh dalam kujungannya.

Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fadriyani (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien pasca stroke dalam menjalani fisioterapi di ruang rehabilitasi medik RSUP DR. M.

Djamil Padang didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh pasien stroke yang tidak patuh yaitu (62,5%). Hasil penelitian ini juga sama dengan Sobirin tentang tentang hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi didapatkan bahwa lebih dari separuh (54,0%) pasien pasca stroke tidak patuh. Namun hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Sulami (2012) tentang hubungan dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan kunjungan ulang pasien stroke di Poliklinik Syaraf RSUD Dokter Soesolo Kabupaten Tegal didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh pasien stroke (56,9%) yang patuh.

Menurut Niven (2012) kepatuhan pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.

Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi.

Menurut teori Lawreen Green (Notoatmodjo, 2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan kepatuhan, salah satunya adalah peran

(6)

61

keluarga. Peran keluarga sangat penting dari semua pengobatan manapun, peran keluarga yang dapat diwujudkan antara lain meliputi pemberian perhatian untuk meningkatkan derajat kesehatan yang diinginkan dengan cara meningkatkan jadwal kontrol (patuh kontrol), memperhatikan diit pasien serta mengingatkan jadwal untuk melakukan pengobatan sehingga menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun pisikis. Sehingga mampu menangkal atau mengurangi stress yang pada akhirnya mengurangi depresi.

Faktor lain yang menyebabkan pasien yang tidak patuh bisa disebabkan oleh jenis kelamin, umur dan pendidikan.

Dari hasil karakteristik menunjukkan bahwa sebagian responden yang terkena stroke adalah jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak (61,7%) . Hal ini diakibatkan karena antara pasien perempuan dan laki- laki mempunyai respon yang berbeda dalam menghadapi masalah. Dimana laki- laki cenderung kurang peduli dan kurang menjaga, serta mengontrol kebiasaan- kebiasaan buruk seperti merokok.

Sedangkan umur dari hasil karakteristik menunjukkan bahwa presentasi usia 40-59 ke atas (46,7%) hal ini disebabkan adanya perubahan hormon maupun prilaku yang kadang suka tidak patuh dalam melakukan kunjungan berobat. Menurut teori (Mauk, 2010) menyatakan bahwa semakin tua usia maka semakin besar ketidakpatuhan pasien dikarenakan perubahan pola pikir, sikap yang terkadang lebih sensitif dan depresi merupakan masalah yang umum dijumpai pada pasien stroke.

Berdasarkan pendidikan juga merupakan salah satu unsur karakteristik seseorang. Hal ini dapat dipahami banyaknya responden yang berpendidikan rendah (46,7%) dengan pendidikan yang rendah pasien mendapatkan kurangnya informasi dalam memperoleh kesehatannya.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu unsur karakteristik seseorang.

Hal ini dapat dipahami dengan pendidikan

yang lebih banyak untuk mendapatkan informasi dan ia akan terlatih untuk mengolah, memahami, mengevaluasi, mengingat kemudian menjadi pengetahuan yang dimilikinya. Khususnya dalam memberi dan memperoleh kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Analisa peneliti, dalam hal ini perlunya pasien memiliki kepatuhan yang lebih tinggi untuk menjalani pengobatannya. Apabila pasien memiliki kepatuhan yang tinggi maka pasien akan lebih terhindar dari komplikasi yang akan terjadi. Selain itu perlunya dalam motivasi untuk berperan serta dalam pendidikan, semua itu tidak terlepas dari penunjang pendidikan formal yang pernah dilalui seorang pasien karena makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan sebaiknya peran petugas mampu memotivasi pasien dan memberikan pendidikan kesehatan mengenai stroke. Peran keluargapun juga mempengaruhi terhadap peningkatan derajat kesehatan pada pasien. Petugas juga harus menjelaskan kepada keluarga dalam membantu untuk meningkatkan kepatuhan kunjungan pasien dalam berperilaku ke arah yang lebih baik.

Sehingga dengan proses tersebut nantinya pasien dapat meningkatkan kepatuhan kunjungan untuk mengontrol kesehatannya.

b. Peran Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa (71,7%) pasien memiliki peran keluarga yang baik.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kosassy (2011) tentang hubungan peran keluarga dalam merawat dan memotivasi penderita pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di RSUP DR. M. Djamil Padang yang menyatakan bahwa (70,9%) pasien memiliki peran keluarga yang baik.

(7)

62

Hasil penelitian ini tidak sama dengan Sobirin (2014) tentang hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang menyatakan bahwa (58,0%) pasien memiliki peran keluarga yang kurang baik.

Menurut (Pratt 1976, yang dikutip dari Niven 2012) peran keluarga sangat dimainkan dalam pengembangan kebiasaan kesehatan, keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit dalam melakukan program kesehatan seperti dalam program penyembuhan dari penyakit dengan cara memberi dukungan untuk minum obat.

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima (Niven, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa masih terdapat responden yang memiliki peran keluarga yang kurang baik, dapat dilihat dari beberapa pertanyaan yang diberikan oleh responden pada pengisian kuesioner. Hal ini terlihat dalam pengisian kuesioner bahwa kurang (28,3%) keluarga pernah kesal dengan keluhan yang dialami oleh pasien, (37,9%) keluarga menyuruh pasien untuk sering melakukan pengobatan di alternatif lain dibandingkan dengan pengobatan di Rumah Sakit, (38,8%) keluarga jarang mengingatkan jadwal dilaksanakannya kunjungan berobat kepada pasien, (48,75%) keluarga kurang memberikan informasi mengenai pentingnya untuk melakukan kepatuhan kunjungan.

Menurut analisa peneliti, dari pertanyaan yang diberikan responden terlihat bahwa persepsi peran keluarga yang belum baik terhadap pemanfaatan pelayanan Rumah Sakit dan terkadang

menyuruh pasien untuk melakukan berobat ditempat alternatif lain sebaiknya dibicarakan dahulu kepada dokter supaya mendapatkan izin agar tidak terjadi dampak yang kurang baik kedepannya.

Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien stroke yaitu dengan adanya peran keluarga yang dapat dilakukan dalam perawatan penderita stroke dirumah yaitu sebagai pengawas minum obat serta mengingatkan untuk melakukan gerakan-gerakan kecil yang telah diajarkan agar tidak terjadi penyumbatan pembuluh darah yang akan menyebabkan kematian sistem syaraf atau kelumpuhan dan memberikan informasi pentingnya peran keluarga dalam memantau atau mengontrol serta memotivasi pasien buat selalu meningkatkan kepatuhan kunjungan kontrol ulang berobat.

c. Motivasi

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa (56,7%) pasien memiliki motivasi yang tinggi sedangkan (43,3%) pasien memiliki motivasi yang rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi (2015) tentang Hubungan Self Efficacy Dengan Motivasi Pada Pasien Pasca Stroke Untuk Melakukan Mobilisasi Di Instalasi Fisioterapi Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang menyatakan bahwa (58,7%) pasien memiliki motivasi tinggi, sedangkan (41,3%) pasien memiliki motivasi rendah.

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Ariyadi (2010) tentang motivasi penderita stroke iskemik mengikuti fisioterapi di Rumah Sakit Umum Kelet Jepara yang menyatakan bahwa lebih dari separuh (75%) mempunyai motivasi yang tinggi.

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong atau pendorong seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu (Saam, 2013). Motivasi atau motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan

(8)

63

tertentu guna mencapai suatu tujuan (Notoadmodjo, 2012).

Motivasi diperlukan pasien stroke untuk mendorong perilaku mereka agar rutin dalam menjalani kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf. Pasien stroke memerlukan pengobatan yang dilakukan secara terus menerus untuk mengurangi resiko komplikasi.

Hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan bahwa masih terdapat pasien yang memiliki motivasi rendah, rendahnya motivasi responden terlihat dari beberapa pernyataan negatif tentang motivasi yang diberikan peneliti kepada pasien saat pengisian kuesioner. Dari (65%) pasien yang menyatakan jika saya sudah sembuh saya tidak perlu lagi berkunjung ke poliklinik syaraf, (86,7%) pasien juga merasa keluarga tidak peduli dengan keadaannya, (55%) bahwa pasien merasa sedih dan menangis jika memikirkan penyakitnya, dan motivasi rendah juga dimiliki pasien (60%) yang menyatakan bahwa pasien sudah pasrah dan tidak berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhannya.

Menurut analisa peneliti dari pernyataan negatif tersebut adanya faktor lain yang bisa menyebabkan motivasi rendah yaitu usia, dilihat dari karakteristik pasien bahwa usia yang sudah lansia mengalami pemikiran dan sikap yang lebih sensitif yang mengakibatkan rendahnya motivasi dalam diri pasien.

Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan motivasi pasien yaitu perlunya petugas kesehatan mampu meningkatkan komponen-komponen kognitif (persepsi), afektif (emosional) dan koanatif (perilaku) dengan memberikan arahan yang lebih positif kepada pasien yang memiliki motivasi yang rendah.

Petugaspun mampu memberikan arahan kepada pasien sehingga pasien lebih terbuka tentang apa yang dirasakannya dan keluargapun bisa mendampingi pasien untuk menerima keadaan serta keluhan tersebut dan bisa mendorong pasien untuk lebih meningkatkan kualitas kesehatannya

meskipun pasien dalam kondisi yang terbatas. Dalam hal ini, motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien.

a. Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke di Poliklinik Syaraf

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari separuh (88,2%) pasien memiliki peran kelurga yang kurang baik tidak patuh dalam kunjungan di Poliklinik Syaraf dibandingkan dengan peran kelurga yang baik (39,5%). Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p = 0,002 (p < 0,05) terdapat hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kosassy (2011) menurut hasil penelitiannya didapatkan p = 0,000 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan kepatuhan pasien stroke dalam mengikuti pelaksanaan rehabilitasi. Hasil penelitian ini juga sama dengan Sobirin (2014) menurut hasil penelitiannya didapatkan p

= 0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara peran keluarga dengan kepatuhan pasien mengikuti rehabilitasi.

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat diterima mereka. Keluarga juga dapat memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawataan dari anggota keluarga yang sakit (Mubarak, 2011). Peran keluarga menurut Effendy (2009), menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Keluarga juga menjadi faktor

(9)

64

yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai serta dapat juga menetukan program pengobatan yang dapat diterima mereka. Keluarga juga dapat memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota kelurga yang sakit.

Menurut Niven 2002 dalam Riyanti (2013), kepatuhan atau ketaatan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain.

Sedangkan menurut Suprayanto 2010 dalam Handayani (2011), kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh menjalankan program pengobatan bila mengikuti program yang telah ditentukan sesuai dengan yang telah dianjurkan oleh dokter ataupun petugas kesehatan.

Menurut analisa peneliti, berdasarkan hasil penelitian bahwa masih adanya peran keluarga yang kurang baik pasien tidak patuh untuk melakukan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf (71,4%). Hal ini terlihat dalam pengisian kuesioner yang mengatakan (38,8%) keluarga tidak mengingatkan jadwal melakukan kunjungan kepada pasien, (48,75%) keluarga kurang memberikan informasi tentang penyakit pasien dan (65%) kurangnya keluarga mengikut sertakan dirinya dalam menemani pasien untuk berobat. Faktor lain yang membuat peran keluarga pasien kurang baik terhadap tingkat ketidakpatuhan pasien disebabkan karena keluarga memiliki hambatan berbagai faktor seperti ; sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai waktu yang dimilki untuk bersama dengan keluarganya yang terkena stroke.

Kesibukan seseorang akan menyebabkan orang tersebut tidak memperhatikan dan memotivasi anggota keluarganya yang stroke untuk melakukan kepatuhan kunjungan. Kurangnya informasi yang diterima keluarga akan menyebabkan keluarga tidak menyadari dan tidak tahu betapa pentingnya peran keluarga untuk memberikan motivasi akan kesembuhan

pasien dari kelumpuhannya, kemudian jarak rumah dengan rumah sakit cukup jauh sehingga membuat keluarga pasien malas untuk membawa pasien ke Rumah Sakit.

Menurut hasil analisa dari hubungan peran keluarga dengan kepatuhan kunjungan pasien Stroke di Poliklinik Syaraf yaitu adanya peran keluarga yang baik terhadap kepatuhan maka akan meningkatkan kepatuhan pasien untuk melakukan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf. Hal ini disebabkan adanya minat dari keluarga itu sendiri, dapat dilihat juga dari hasil kuesioner terdapat (65%) keluarga selalu menemani pasien untuk pergi berobat, dan (79,2%) keluarga memberikan semangat supaya pasien cepat sembuh. Suatu keinginan itu dapat dikategorikan dalam motivasi atau dorongan yang bukan hanya diperoleh dari dalam diri seseorang tetapi dapat diperoleh dari orang yang ada disekelilingnya.

Upaya yang telah dilakukan yaitu mengarahkan kepada keluarga pasien untuk mengikut sertakan dirinya dalam menemani pasien agar keluarga mndapatkan informasi tentang kesehatannya dan memberikan informasi lebih lanjut kepada pasien untuk melakukan kepatuhan kunjungan sebulan sekali. Diperlukan juga motivasi dari intrinsik maupun dari ekstrinsik karena pasien stroke sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, dukungan sosial maupun dukungan psikososial. Sehingga pasien tidak menjadi stress dengan penyakitnya serta pasien merasa lebih diperhatikan dan dihargai.

b. Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke di Poliklinik Syaraf

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa lebih dari separuh responden (80,8%) memiliki motivasi yang rendah tidak patuh dalam kunjungan di Poliklinik Syaraf dibandingkan dengan

(10)

65

motivasi yang baik (32,4%). Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan p = 0,001 (p < 0,05) terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kepatuhan kunjungan pasien stroke di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016.

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Dewi (2015), menurut hasil penelitiannya didapatkan terdapat hubungan bermakna antara self-efficacy dengan motivasi pada pasien stroke untuk melakukan mobilisasi (p=0,039). Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian Nofril (2016), menurut hasil penelitiannya didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan melakukan fisioterapi (p=0.008).

Menurut Sunaryo (2010), motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat. Dukungan atau motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan dan mengarahkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan.

Menurut analisa peneliti, berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa masih adanya pasien yang memiliki motivasi yang rendah dengan ketidakpatuhan kunjungan, ini terbukti dikarenakan kurangnya dorongan didalam diri pasien untuk melakukan kepatuhan kunjungan ulang dan kurang rasa percaya diri pasien untuk sembuh. Kurangnya semangat dan rasa percaya diri untuk sembuh membuat pasien merasa malas dan jenuh. Hasil ini juga terlihat jelas dalam pengisian kuesioner yang memiliki motivasi yang rendah. Dari (86,7%) pasien juga merasa keluarga tidak peduli dengan

keadaannya, (55%) bahwa pasien merasa sedih dan menangis jika memikirkan penyakitnya, dan motivasi rendah juga dimiliki pasien (60%) yang menyatakan bahwa pasien sudah pasrah dan tidak berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhannya. Selain itu perlunya kesadaran pasien akan pentingnya patuh dalam kunjungan dan tidak adanya rasa putus asa dari dalam diri pasien sehingga pasien dapat meningkatkan kepatuhan kunjungannya di Poliklinik Syaraf.

Menurut hasil analisa peneliti dari hubungan antara motivasi dengan kepatuhan kunjungan pasien Stroke di Poliklinik Syaraf, lebih dari separuh masih adanya pasien yang memiliki motivasi yang tinggi yang dimiliki responden dengan kepatuhan kunjungan yang baik.

Hal itu disebabkan karena adanya keinginan niat untuk memiliki derajat kesehatan yang lebih baik. Ini terlihat dari pernyataan positif dari pasien, yaitu pasien tetap semangat dalam melakukan kegiatan apapun meskipun dengan kondisi yang lelah dan gerakan terbatas, berarti disini pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk berusaha melakukan apapun demi kesembuhannya.

Upaya yang telah dilakukan yaitu memberikan edukasi kepada pasien tentang bagaimana cara pencegahan agar tidak terjadi stroke berulang, selain itu peneliti juga memberikan masukan kepada pasien akan pentingnya menjaga hidup sehat secara teratur, memakan makanan yang sehat, meminum obat secara teratur, dan olahraga ringan secara teratur.

Kemudian peneliti juga memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menimbulkan kepercayaan diri dan pasien dapat mempercayai akan kemampuan yang dimiliki oleh pasien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan peran keluarga dan motivasi pasien stroke Hubungan Peran Keluarga dan Motivasi Pasien Stroke dengan Kepatuhan Kunjungan di

(11)

66

Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa :

1. Lebih dari separuh pasien memiliki tingkat kepatuhan yang rendah dalam melakukan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016

2. Lebih dari separuh pasien memiliki peran keluarga yang baik pada pasien yang melakukan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.

Djamil Padang Tahun 2016

3. Lebih dari separuh pasien memiliki motivasi yang tinggi pada pasien yang melakukan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.

Djamil Padang Tahun 2016

4. Terdapat hubungan bermakna antara peran keluarga dengan kepatuhan pada pasien yang melakukan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016 (pvalue = 0,002).

5. Terdapat hubungan bermakna antara motivasi dengan kepatuhan pada pasien yang melakukan kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016 (pvalue = 0,001).

Disarankan kepada pihak Rumah Sakit diperlukan adanya pemberian informasi kesehatan kepada pasien tentang bagaimana pencegahan agar stroke tidak berulang, selain itu juga petugas kesehatan memberikan arahan kepada keluarga pasien untuk ikut terlibat dalam mendampingi pasien yang melakukan kontrol ulang serta memotivasi kepada pasien agar pasien dapat membangun kepercayaan dirinya untuk meningkatkan kesehatan.

1. Institusi Pendidikan

Disarankan bagi mahasiswa bahwa penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan sebagai bahan bacaan / literature di perpustakaan bagi mahasiswa STIKes YPAK Padang.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang variabel yang berbeda terhadap kepatuhan pada pasien stroke. Serta dapat dijadikan pedoman referensi dalam melakukan penelitian sejenis untuk menuju hasil yang lebih sempurna.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada direktur RSUP Dr M. Djamil Padang serta semua pihak terkait yang telah mendukung dan membantu dalam proses pelaksanaan sehingga penelitian ini apat diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.2013. Riset Kesehatan Dasar. A ccesed

http://www.litbang.depkes.go.id/sit es/download/rkd2013/Laporan_Ris kesdas2013.PDF

Batticaca, B Fransisca. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta: Salemba Medika

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013.

Profil Kesehatan Tahun 2013 Edisi 2014.Accesed http://dinkeskotapada ng1.files.wordpress.com/2014/08/pr ofil-tahun-2013-edisi-2014.pdf Dewi, Rosvita Leni. 2015. Hubungan Self

Efficacy Dengan Motivasi Pada Pasien Pasca Stroke untuk Melakukan Mobilsasi Di Instalasi Fisioterapi Rehabilitasi Medik (Skripsi). Padang : STIKes Amanah Doenges Marlyn, E. 2000. Rencana

Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan

(12)

67

Pendokumentasikan Perawat Pasien.

Jakarta : EGC

Ferry Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika

Fadriyani. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasca Stroke dalam Menjalani Fisioterapi (Skripsi). Padang : STIKes Amanah Handayani, Widya. 2011. Pengaruh

Komunikasi Terapeutik Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Dalam Menjalankan Terapi Diet Pada Pasien Hemodialisa Di RSUD DR.

Pringadi Medan (Tesis) : USU Junaidi, dr. Iskandar. 2011. Stroke

Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : CV. Andi

Juwono T. Dr. 1996. Pemeriksaan Klinik Neorologik dalam Praktek. Jakarta : EGC

Kemenkes. 2014. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Kemenkes RI.

Mansjoer, A. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid 2.

Jakarta : FKUI

Mauk, K.L. 2010. Gerontological Nursing : Competencies for care. Second edition. Sudbury, Masschusetts : Jones and Bartlett Publisher

Medical Record. 2015. Medical Record 2012-2013. Padang : RSUP DR. M.

Djamil.

Mubarak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

Mutataqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta : Salemba Medika.

Niven, Neil. 2012. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan ProfessionalKesehatan Lain. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Nofril, Ricky. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien Pasca Stroke Dalam kepatuhan Melakukan Fisioterapi Di Poliklinik RSUD DR. Rasidin (Skripsi).

Padang : STIKes Amanah

Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelii an Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan

Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Teori Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan. Teori dan Aplikasi.

Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Poliklinik Syaraf. 2015. Profil Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Mei- Juli. Padang : RSUP DR. M. Djamil Price, S.A., dan Wilson, L.M. (1994).

Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Edisi Keempat.

Jakarta : Buku Kedokteran EGC . Rhomadona. 2014. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Frekuensi Kunjungan Ulang Pasien Stroke Untuk Berobat Di RRJ Hortus MedicusTawangmangu. Available fr om URL : Accesed 22 Desember 20

(13)

68

15http://eprints.ums.ac.id/32332/1/H ALAMAN%20DEPAN.pdf

Riyanti. 2013. Hubungan Motivasi dan Sikap Pasien Odha Dengan Kepatuhan Dalam Minum Obat Antiretoviral (Skripsi). Padang : STIKes Perintis

Poliklinik Syaraf. 2015. Profil Poliklinik Syaraf RSUP Dr. M.Djamil Mei- Juli. Padang : RSUP. Dr. M.Djamil . Siti Mutia Kosassy. 2011. Hubungan

Peran Keluarga Dalam Merawat Dan Memotivasi Penderita Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi Di Unit Reha bilitasi. Available from URL : Acces ed07 Agustus 2015

http://repository.unand.ac.id/18133/1 /Hubungan Peran Keluarga Dalam Merawat Dan Memotivasi Penderita Pasca Sroke Dengan Kepatuhan

Penderita Mengikuti

Rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi.pdf.

Siti Rohan. 2000. Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf Indonesia.

Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer, C.S and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : EGC

Sobirin, dkk. 2014. Hubungan Peran Keluarga Dalam Memotivasi Pasien Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi.

Bukit Tinggi : STIKes Prima Bukit Tinggi. Accesed 18 Agustus 2016 file:///c:/users/Downloads/50-167-1- PB.pdf

Sulami. 2012. Hubungan Dukungan Emosional Keluarga Dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang Pasien Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUD Dokter Soesolo Kabupaten Tegal.

Tegal : STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Wijaya Andra Saferi, dkk. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah.

Yogyakarta : Nuha Medika

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari visual branding ini adalah untuk membuat identitas brand Prince House cafe dan resto serta memperbaiki image secara visual yang lebih menarik, simple,

[r]

Setelah lengkap, buat tiga (3) salinan (SATU SALINAN PEMOHON, SATU SALINAN JPN DAN SATU SALINAN BPG) dan kemukakan permohonan asal bersama salinan ke Bahagian Pendidikan Guru

secara simultan ada pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan PDAM Tirta Moedal Semarang dengan kontribusi 27,7%. Berdasarkan hasil penelitian

meningkatkan hasil belajar matematika pengolahan data dengan menggunakan strategi pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) agar siswa lebih memahami

In more detail, those 76 adjective clauses use 20 zero relative pronouns, 31 relative pronouns denoting subject, 7 relative pronouns denoting object, 2

Program Studi Tata Niaga, Jurusan Ekonomi dan Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta yang telah meluangkan waktunya memberikan. bimbingan dan dukungan

Internal auditor adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan. oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan