• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SOCIAL MEDIA TERHADAP FENOMENA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH SOCIAL MEDIA TERHADAP FENOMENA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SOCIAL MEDIA TERHADAP FENOMENA PENJUALAN PAKAIAN

BEKAS SECARA ONLINE

Ronaldo Panjaitan 10514232

Teknik & Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

A long time ago to wear used clothes is something percussive to do. Used clothes are only used by ordinary people who can not afford to buy new clothes. In Indonesia itself, used clothes has long been in and became a conversation. Initially used clothes become a negative thing because it is illegal and contains a virus that is not good for health. Along with the development of the era, used clothes has become popular consumption among the community and has turned to be called for a "new look". Demands great consumption and want to be fashionable to look attractive, clothing becomes something very important. A low economy makes people choose to wear quality clothing that remains qualified to keep it looking attractive. Selection of used clothing is based on many factors one of them, cheap, branded, has quality, and unique. Several years behind the advancement of technology makes a lot of emerging new social media such as instagram, twitter, and facebook. Because it is based on the thinking of new innovations people start to sell used clothes online, which gets a positive response by many people. Many people are switching to buy used clothes online because it is easier. In order to look attractive with a cheap budget from young to older people choose to buy used clothes, which can be obtained online. Few people hunt in social media to get rare items or vintage clothes to be collected.

Keywords: Social media, used clothes, fashionable.

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi selalu berubah dengan cepat setiap saat, hampir semua aspek kehidupan berkembang dan maju dengan pengaruh penuh oleh manusia dan ilmu teknologinya. Kemajuan globalisasi membuat negara-negara berkembang menjadikan negara-negara maju sebagai role model dalam hal untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dalam memuaskan hasrat dirinya.

Secara garis besar manusia memiliki kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan. Di zaman yang maju ini kebutuhan sandang yaitu pakaian menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan. Melupakan fungsi awalnya sebagai

pelindung dari panas matahari dan dinginnya udara, pakaian saat ini menjadi hal untuk pembuktian lambang jati diri, hal untuk pamer, dan berlomba menjadi yang terkeran diantara yang lain serta agar terlihat fashionable dan hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar pada saat ini.

(2)

dan mempercantik penampilannya dengan cara membeli pakaian baru di toko maupun membeli pakaian bekas. Yang menjadi perhatian banyak orang adalah pakaian bekas. Pakaian bekas menjadi sesuatu hal yang banyak diperbincangkan kebelakangan ini, karena pakaian bekas merupakan salah satu alternatif orang untuk mendapatkan pakaian murah dengan style yang berbeda yang memiliki point tambahan yaitu tetap bermerk.

Sebagian orang menganggap ini sebuah celah baru dalam berbisnis maka dengan adanya teknologi yang maju, social media digunakan sebagai tempat atau wadah untuk melakukan suatu bisnis perdagangan pakaian bekas. Di social media semua tipe pakaian bekas dapat dijual dari topi hingga sepatu.

Social media beperan sangat penting dalam tenarnya penjualan pakaian bekas.

Efek dari cepatnya tersebar informasi di social media membuat trend-trend fashion menjadi hal yang mudah untuk diketahui yang membuat orang dengan mudah untuk mengikutinya dan permintaan akan konsumsi pakaian akan meningkat. Oleh karena itu banyak orang menjual pakaian bekas secara online karena dapat menghasilkan banyak keuntungan. Efektif akan tempat adalah sebuah kelebihan dalam menjual pakaian bekas secara online ini, karena dengan online penjual dapat menjangkau pembeli secara global, tidak perlu membutuhkan toko atau lapak sehingga dapat menghemat biaya. Hal ini sangat menarik perhatian penulis untuk membuat jurnal dengan judul “PENGARUH SOCIAL MEDIA

TERHADAP FENOMENA

PENJUALAN PAKAIAN BEKAS SECARA ONLINE”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, uraian identifikasi masalah yang ada yaitu :

A. Barang bekas menjadi konsumsi publik.

B. Perkembangan zaman yang membuat pakaian bekas menjadi pilihan alternatif.

C. Social media mendorong tenarnya penjualan pakaian bekas.

1.3 RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana pakaian bekas bisa menjadi sebuah bisnis?

B. Bagaimana pakaian bekas menjadi pilihan oleh banyak masyarakat ?

C. Bagaimana social media berperan dalam fenomena penjualan barang bekas secara online ?

1.4 TUJUAN

Penulis tentu saja mempunyai maksud serta tujuan dalam hal pelaksanaan penelitian selain untuk memenuhi syarat mata kuliah. Adapun maksud dan tujuan penelitian kali ini diantaranya :

A. Untuk mengetahui awal mula barang bekas dapat di perjualbelikan.

B. Untuk mengetahui apa yang mendorong masyarakat untuk membeli dan menggunakan pakaian bekas.

C. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh social media terhadap penjualan pakaian bekas.

2. METODE

2.1. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk pemecahan masalah adalah teknik studi dokumen, studi

(3)

2.2. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik data secara deskriptif, teknik analisis data deskriptif adalah sebuah teknik analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada tujuan membuat perubahan dari hasil penelitian tersebut. Beberapa teknik yang ada didalam teknik analisis data deskriptif salah satunya seperti penyajian data berbentuk grafik, frekwensi, grafik, mean, modus, tabel, presentase, diagram.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEJARAH SINGKAT PENJUALAN PAKAIAN BEKAS

Pakaian bekas adalah bahan baku yang kompleks. Di satu sisi, pakaian bekas itu adalah anonim dan di sisi lain, mereka membawa tanda dan kenangan akan orang-orang yang menggunakan atau memakainya, dari masyarakat yang menciptakannya, dari kejadian yang mereka saksikan. Mereka berada di tempat antara anonimitas, suvenir dan fetish.

- Laurence Fontaine, Alternative Exchanges: Second-Hand Circulations from the Sixteenth Century to the Present

Perdagangan pakaian bekas telah menjadi mode yang sangat populer dizaman sekarang. Tetapi sebelum sampai setenar ini pakaian bekas memiliki sejarah panjang yang bisa dilacak kembali ke pertengahan 1300 Eropa (Seidel, 1991). Pada saat itu, Eropa mengalami tekanan ekonomi yang dalam, meningkatnya populasi, pemberontakan politik dan sosial, serta kelaparan massal yang parah (Smitha, 2015). Karena situasi

ekonomi dan kehidupan yang memburuk ini, pakaian bekas menjadi alternatif penting untuk memenuhi kebutuhan pakaian sehari-hari (Lemire, 2006; Barahona & Sanchez, 2012). Karena kemiskinan masyarkat terpaksa membeli pakaian bekas milik orang lain demi menutupi tubuhnya.

Pada masa sulit tersebut, peredaran pakaian bekas menjangkau konsumen melalui empat cara penting yaitu :

 Pertama, pakaian bekas diwariskan dari warisan anggota keluarga atau almarhum (Lambert, 2004) untuk melunasi hutang mereka atau dengan imbalan barang lain (Van Damme & Vermoesen, 2009).

 Kedua, pakaian bekas diberikan kepada anggota keluarga sebagai warisan (Charpy, 2008) atau memorabilia (Lambert, 2014) atau sebagai hadiah (Barahona & Sanchez, 2012).

 Ketiga, konsumen mendapatkan pakaian bekas dari pembuatan ulang atau memperbaiki pakaian lama (Lemire, 2006). Misalnya, seorang ibu mengubah pakaiannya untuk diberikan kepada anak perempuannya atau direnovasi sesuai dengan mode pada saat masanya (Benson, 2007).

 Keempat, konsumen membeli pakaian bekas dari pengecer (Lemire, 2006).

Pengeceran salah satu metode dalam penyebaran pakaian bekas. Pengecer dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yang berbeda, yaitu : pialang pakaian, pegadaian, dan mereka yang melakukan pelelangan sederhana.

(4)

menengah (Barahona & Sanchez, 2012). Sebaliknya gadai adalah menjual pakaian bekas ke konsumen kelas bawah dan rakyat jelata (Ginsburg, 1980). Dan terakhir, mereka yang mengadakan lelang sederhana menjual pakaian bekas dengan harga yang murah (Noon, 2011). popularitas pakaian bekas menunjukkan bawha juga menciptakan bisnis baru bernama Mauleros atau penjual sisa yang mendukung pelanggan pakaian bekas dengan menjual potongan-potongan kain

bekas yang dapat digunakan untuk memperbaiki pakaian bekas. Saat ini, pakaian bekas banyak tersedia di toko barang bekas, pasar loak, toko barang bekas, toko vintage, lelang dan garage sale.

Berikut studi yang pernah dilakukan oleh orang terhadap penggunaan pakaian bekas dibeberapa negara yang disajikan pada tabel 1.

Tabel 1

Penulis Kontribusi Tempat

Ginsburg (1980)

Memeriksa situasi perdagangan pakaian bekas di Inggris antara tahun 1700 dan 1978. Studi tersebut menemukan bahwa bisnis pakaian bekas dianggap sebagai infrastruktur penting untuk mendukung konsumen biasa dan menjelaskan kontribusi pakaian bekas terhadap kesejahteraan konsumen.

Inggris

Huck (2003)

Menjelajahi fungsi pakaian bekas di Irlandia selama tahun 1800an. Studi ini menemukan bahwa pakaian bekas mewakili tingkat kekuatan ekonomi dan sosial dan identitas inti.

Irlandia

Lemire (2006)

Selidiki tren konsumsi kedua di Eropa antara tahun1600 dan 1850. Studi ini mengungkapkan bahwa evolusi pakaian bekas mengalami 3 tahap: transisi dari kelangkaan, kelimpahan tumbuh, dan banyak industri.

Eropa

Benson (2007)

Memeriksa konsumsi pakaian bekas kelas menengah Amerika. Studi tersebut menemukan bahwa selama era perang, tipe pakaian bekas yang dominan di pasaran adalah pakaian untuk wanita dan anak-anak.

Amerika Serikat

Barahona & Sanchez (2012)

Teliti peran pakaian bekas dalam strategi bertahan hidup konsumen berpenghasilan rendah Spanyol di tahun 1800an. Studi ini menemukan bahwa pelanggan tersebut bertahan dengan mendaur ulang pakaian mereka dari generasi ke generasi dan untuk sumbangan.

Spanyol

PAKAIAN BEKAS MEMASUKI INDONESIA

Tidak dapat dipungkiri bahwa pakaian bekas memasuki indonesia dengan cara selundupan melalui beberapa pelabuhan. Pakaian-pakain bekas tersebut berasal dari negara-negara lain yang memiliki perekonomian relatif lebih baik dari Indonesia terutama yang memiliki 4

musim. Peredaran baju bekas tersebut menjamur juga karena didukung oleh permintaan masyarakat.

(5)

bekas ini menyebar tidak secara merata. Penjualan pakaian bekas lebih dulu ada di Sumatera, Batam, Kalimantan, dan Sulawesi daripada di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan sekitarnya. Di Provinsi Riau, penjualan pakaian bekas lebih dahulu di mulai di daerah terpencil Tembilahan dan baru mulai merambah secara perlahan ke daerah lain termasuk Tanjung Balai Karimun dan Pekan Baru.

Walaupun ada pelarangan keras terhadap pakaian bekas impor masuk ke Indonesia, namun penyelundupan pakaian bekas masih tetap marak. Pakaian bekas itu sendal, kaos, hem, jacket, ikat pinggal, celana panjang, sampai selimut-selimut tebal dan bed cover dan bahkan underware (pakaian dalam).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang didunia yang menjadi tujuan ekspor pakaian bekas. Hasil laporan analisis impor pakaian bekas yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan tahun 2015, mengatakan bahwa pada tahun 2013 Indonesia menjadi negara importir pakaian bekas terbesar ke-152 didunia. Berikut adalah daftar rangking negara-negara importir pakaian bekas didunia pada Tabel 2 : Indonesia menempati rangking ke 152 di dunia sebagai negara importir pakaian bekas. Tetapi secara trend peningkatan, Indonesia merupakan negara dengan trend peningkatan tertinggi diantara yang lain yaitu sebesar 39.42% dari tahun 2009-2013. PAKAIAN BEKAS MENJADI BISNIS YANG MENJANJIKAN

(6)

dibeberapa kota terdapat pasar khusus untuk menjual pakaian bekas ini. Melihat majunya dan menggeliatnya prospek jual beli pasar ini, banyak orang berbondong-bondong untuk menjual barang bekas tersebut, karena hanya mengeluarkan sedikit modal, yang memberi dampak akan penyumbangan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal melalui peningkatan tingkat lapangan kerja lokal.

Isu perdagangan pakaian bekas sudah merebak di berbagai negara di dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Isu yang berkembang memberikan dampak negatif bagi negara berkembang yang seolah-olah menjadi penadah dan tempat pembuangan bagi pakaian bekas dari negara-negara maju.

Anak-anak muda merupakan kosumen terbesar dari pakaian bekas ini, dan secara tidak langsung menjadi orang yang mempromosikannya. Pakaian bekas menjadi suatu trend dan membentuk sebuah gaya baru untuk anak muda. Karena jumlah dan jenis baju yang dijual ditempat pakaian bekas ini terbatas membuat sang pembeli terlihat beda dan lebih personal. Banyak juga anak muda yang memburu barang-barang vintage yang memiliki value yang tinggi karena tidak diproduksi lagi.

Melepas gengsi yang tinggi, untuk menjadi beda dan memiliki barang berkualitas banyak orang zaman sekarang tidak masalah dalam memakai barang bekas tersebut. Tidak hanya ank muda semua kalangan lebih memilih untuk mengunakan pakaian bekas, seperti tukang bangunan dan tukang bengkel yang membeli pakai bekas yang akan dipakai untuk bekerja. Banyak juga artis terkenal yang tidak malu untuk mengatakan bahwa mereka menggunakan pakaian bekas, seperti Macklemore rapper ternama di Amerika yang mengatakan bahwa dia

masih membeli barang bekas walaupun sudah memiliki banyak uang, dan juga membuat lagu tentang pakaian bekas dengan judul “Thrift Shop”.

Menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk dalam negeri karena memilih membeli barang bekas. Hal ini tidak bisa dihindari karena yang pada dasarnya semua orang ingin yang murah, berkualitas, bermerk, dan keren. Dan beberapa orang menganggap membeli pakaian baru adalah sebagai perilaku yang tidak bertanggung jawab karena mereka percaya bahwa membeli pakaian baru adalah pemborosan.

Beberapa faktor inilah yang membuat barang bekas menjadi barang yang paling dicari yang memberikan keuntungan tersendiri bagi penjual dan pembeli. Dan secara tidak sadar sektor penjualan pakaian bekas telah tumbuh menjadi faktor ekonomi penting yang memberi penghidupan bagi lebih dari seratus ribu orang. Ditambah dengan ini adalah kenyataan bahwa pakaian bekas mendapat tingkat penerimaan yang tinggi di banyak negara dan di antara semua sosial strata "(Baden & Barber, 2005).

MASUKNYA PENJUALAN

BARANG BEKAS KE SOCIAL MEDIA

Karena semakin dicari dan dikenal oleh banyak masyarakat, maka para pedagang merambah social media dalam penjualan barang bekas.

(7)

Sebagai anak muda yang memanfaatkan teknologi sebagai hal yang positif. Penulis juga mengambil andil dalam penyebaran penjualan barang bekas di social media. Penulis telah menjual pakaian bekas di social media khusunya di instagram mulai dari tahun 2016. Sebagai salah satu orang yang menjadi penjual pakaian bekas secara online, penulis merasakan peningkatan pembelian pakaian bekas yang begitu banyak.

Yang menjadi pertanyaan terbesar kenapa penulis dan penjual yang lain memilih social media untuk menjual pakaian bekas? Jawabannya karena harga jual bisa lebih tinggi dari pada penjualan secara offline. Para penjual semakin pintar untuk menyusun strategi penjualan agar menjadi penjual yang sukses dan mendapatkan laba yang banyak, dengan cara penjual harus mengetahui dan mencari tahu merk/brand yang lagi digandrungi oleh anak muda dan memiliki daya jual yang tinggi.

Di social media harga jual dari pakaian bekas tersebut bisa menjadi berlipat ganda. Sebagai contoh penulis sebagai penjual pernah menjual jacket Adidas x Starwars seharga 450 ribu dengan modal 50 ribu dan menjual kaos Thrasher X GhostBuster seharga 350 ribu dengan modal 30 ribu. Ini adalah sebagian kecil contoh dari hebatnya berjualan barang bekas di social media.

Hal lain yang membuat pakaian bekas menjadi salah satu barang yang paling dicari di social media karena, pembeli hanya perlu memilih barang yang ada difoto dengan mudah dan membayarnya via transfer sehingga pembeli tidak harus lagi pergi kepasar pakaian bekas, dan hunting seharian. Dan transaksi yang dilakukan juga santai tidak informal sehingga bisa nego yang membuat pembeli nyaman saat bertransaksi.

Pembeli, membeli pakaian bekas agar ingin terlihat stylish dengan budget seminimal mungkin, karena pakaian bekas adalah alternatif orang yang tidak mampu membeli barang baru yang branded dan memilih barang bekas dengan barang yang sama tetapi harga yang lebih murah.

Meningkatnya pemakaian social media secara drastis oleh manusia menyebabkan trend-trend fashion didunia dengan mudah tersebar. Banyaknya akun official di Instagram yang menjadi kiblat akan fashion dunia seperti @HYPEBEAST, @HIGHSNOBIETY, @COMPLEX. Yang membuat orang selalu ingin mengikuti apa trend terbaru yang disebarkan oleh akun-akun ini. Salah satu trend fashion yang terjadi di tahun 2017 adalah baju yang bolong hampir di seluruh bagian dan jeans yang memiliki warna sudah usang atau biasa dikenal dengan nama fading.

Pakaian tersebut bisa dengan mudah didapat tanpa mengeluarkan budget yang tinggi yaitu dengan cara membeli pakaian bekas. Karena faktanya tidak semua pakaian bekas yang dijual memiliki kondisi yang prima, sebagian ada yang memiliki minus seperti bolong dan warna sudah memudar. Karena munculnya trend-trend tersebut pedagang sangat diuntungkan, karena tetap bisa menjual pakaian yang bolong karena sebuah trend.

Pada hakekatnya di zaman milenial ini, banyak orang yang membeli barang berdasarkan apa yang diinginkan bukan apa yang dibutuhkan. Karena keinginan manusia zaman sekarang yang ingin terlihat update dan keren, mereka rela membeli barang yang jutaan harganya demi sebutan yang biasa dikenal dengan “HYPEBEAST” atau dengan arti lain orang yang paling up to date akan fashion.

(8)

mereka yang dari berbagai kalangan menurunkan gengsinya untuk membeli pakaian bekas agar tetap terlihat up to date dikalangannya. Dan penjual barang bekas lagi-lagi menjadi orang yang diuntungkan karena menjadi tempat pelarian oleh orang yang mencintai barang original yang tidak mampu membeli barang baru.

Tahun 2016-2017 bisa dikatakan sebagai tahunnya fashion dunia, karena ditahun itu banyak inovasi baru terhadap dunia fashion, yaitu clothing elit yang terkenal mahal melakukan kolaborasi dengan streetwear sebagai contoh LOUIS VUITTON X SUPREME. Banyak bermunculan design-design sepatu baru yang bisa dibilang aneh karena bentuknya yang tidak biasa seperti sepatu yeezy dan balenciaga. Banyak clothing-clothing company yang bekerja sama dengan musisi untuk menaikkan pamornya seperti justin bieber yang bekerja sama membuat marchandise tour dengan clothing fear of god.

Musik juga berperan secara tidak langsung terhadap fashion dunia. Dari tahun ke tahun penggunaan social media selalu meningkat dengan angka milyaran orang yang digambarkan pada Gambar 1. Karena peningkatan pemakaian social media itu, penyebaran musik di social media khususnya genre hip hop, membuat musik ini menjadi musik yang paling digemari dan paling banyak didengar

pada tahun ini. Banyak juga rapper diluar negeri yang mengenakan pakaian elit seperti gucci, lv, dior, prada sebagai ajang pamer.

Semua fenomena yang ada di social media ini secara tidak langsung membuat semua orang ingin menjadi fashionable, membuat semua fans dari rapper tersebut ingin mengikuti penampilannya, dari anak muda sampai orang tua.

Hal ini sangat mendorong minat semua orang untuk mengikuti fashion. dan lagi-lagi pakaian bekas menjadi sasaran atau alternatif mereka. Karena harga untuk barang-barang mewah itu tidaklah murah, maka dari itu mereka beralih untuk membeli pakaian bekas supaya tetap terlihat mirip dengan idola. Biarpun bekas barang, tetapi harganya tidaklah murah tapi setidaknya lebih masuk akal dari pada barang baru.

Penjualan barang bekas di social media memang banyak memberi keuntungan, wendy cagur selaku public figure juga ikut berpartisipasi untuk menjual barang bekas miliknya di instagram dan banyak lagi.

(9)

Gambar 1

4. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Pakaian bekas telah menyebarkan dan terus berkembang diseluruh dunia mengikuti dengan perkembangan zaman khususnya dibidang ekonomi. Pakaian bekas menjadi sebagai pelarian untuk orang yang tidak mampu membeli barang baru dan untuk orang yang ingin menghemat budget untuk berpenampilan menarik.

2. Pakaian bekas juga telah mendukung dan menjadi bagian dari fashion dunia. Semua orang dari berbagai kalangan dari artis hingga orang biasa ikut turut serta menjadi bagian pamornya pakaian bekas ini untuk digunakan. 3. Social media menjadi penunjang

dan peran pendukung bagi penjual dan pembeli untuk bertransaksi pakaian bekas secara online.

5. REFERENSI

[1] Halimin Herjanto, Jean Scheller-Sampson & Elizabeth Erickson (2016).

THE INCREASING

PHENOMENON OF SECOND-HAND CLOTHES PURCHASE: INSIGHTS FROM THE LITERATURE, Vol. 18 No. 1, Page 1-15.

[2] Erin Kwan, (2017). Clothes Make the (Wo)Man: Interpreting Evidence of the Secondhand Clothing Trade in Late World, Vol. 16, Page 114-130. [3] Karen Tranberg Hansen, (2014). The Secondhand Clothing Market in World and its Influence on Local Fashions, Vol. 64.

Gambar

Tabel  diatas  menunjukkan  bahwaIndonesia menempati rangking ke 152di  dunia  sebagai  negara  importirpakaian  bekas

Referensi

Dokumen terkait

Guru melakukan kegiatan Alpha zone setiap pagi hari sebelum siswa masuk kedalam kelas dengan tujuan untuk membangun semangat, kerjasama, keakraban, sosialisasi, dan rasa senang

Berdasarkan karakteristik yang diperoleh baik dari pengamatan megaskopis maupun mikroskopis serta analisa XRD berupa kenampakan dari tekstur kuarsa yaitu saccharoidal,

Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan

Siwas bid.pro gram bantua n pemba nguna n kota. Siwas bid.ruk im pertani an dan lingku

Selama pelaksanaan kerja magang sebagai social media marketing yang dilakukan di Syah Establishment pada gerai The Gunawarman Hotel, melibatkan banyak pihak agar social media dari

Berdasarkan hasil rata-rata jawaban responden dengan pernyataan berdasarkan AIDA (Attention, Interest, Desie, Action), untuk variable attention disini digunakan

Global Marine, dalam melakukan kegiatan pengiriman barang, perusahaan ini juga mengeluarkan ongkos angkut yang terdiri dari biaya-biaya trucking costs, lift off /

Dari penelitian ini dapat disimpulkan adanya polimorfisme Escherichia coli penghasil Extended-Spectrum Beta-Lactamases (ESBLs) pada pemotongan dengan enzim