KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH JAMBI
Jalan Kapten Sujono, Kotabaru, Jambi 36128 Telp. (0741) 40085 – 40127, Fax (0741) 444029 Website: http://jambi.kemenkumham.go.id Email: kanwiljambi@yahoo.co.id
Nomor : W.5-PW.02.02-3 02 Oktober 2017 Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Laporan Gratifikasi Triwulan IIITahun 2017
YTH:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM R.I 2. Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan HAM R.I di –
Jakarta
Bersama ini dengan hormat kami sampaikan Laporan Gratifikasi Triwulan III Tahun 2017 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi.
Demikian untuk menjadi periksa, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
KEPALA KANTOR WILAYAH,
LAPORAN GRATIFIKASI TRIWULAN III TAHUN 2017
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
JAMBI
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAMJAMBI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH JAMBI
Jalan Kapten Sujono, Kotabaru, Jambi 36128 Telp. (0741) 40085 – 40127, Fax (0741) 444029 Website: http://jambi.kemenkumham.go.id Email: kanwiljambi@yahoo.co.id
LAPORAN GRATIFIKASI TRIWULAN III TAHUN 2017
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
JAMBI
I. PENDAHULUAN
Korupsi merupakan salah satu kata yang cukup populer di masyarakat dan telah
menjadi tema pembicaraan sehari-hari. Namun demikian, ternyata masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui apa itu korupsi. Pada umumnya, masyarakat
memahami korupsi sebagai sesuatu yang merugikan keuangan negara semata.
Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada 30 jenis tindak
pidana korupsi. Ke-30 jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu:
1. Kerugian keuangan Negara;
2. Suap-menyuap;
3. Penggelapan dalam jabatan;
4. Pemerasan;
5. Perbuatan curang;
6. Penturan kepentingan dalam pengadaan; dan
7. Gratifikasi.
Dari berbagai jenis korupsi yang diatur dalam undang-undang, gratifikasi
merupakan suatu hal yang relatif baru dalam penegakan hukum tindak pidana
atas. Dalam penjelasan pasal tersebut, gratifikasi didefinisikan sebagai suatu
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, yang diterima di dalam negeri maupun
yang di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronika
maupun tanpa sarana elektronika. Meskipun sudah diterangkan di dalam
undang-undang, ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami
definisi gratifikasi, bahkan para pakar pun masih memperdebatkan hal ini.Dengan
latar belakang rendahnya pemahaman masyarakat Indonesia atas gratifikasi yang
dianggap suap sebagai salah satu jenis tindak pidana korupsi, untuk memahami
definisi dan konsep gratifikasi serta mengetahui harus bersikap bagaimana apabila
berhadapan dengan gratifikasi.Untuk mengendalikan gratifikasi di lingkungan Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia Jambi tentang pengendalian
gratifikasi dan pembentukan Unit Penanganan Gratifikasi (UPG) dari Kantpr
wilayah sampai dengan UPT (Unit Pelaksana Teknis) di level bawah. “Ada kriteria
gratifikasi yang harus dilaporkan, karena sudah diatur kriterianya. Gratifikasi lain
dengan pungli, kalau pungli ada petugas yang meminta uang kepada masyarakat,
sedangkan gratifikasi merupakan pemberian hadiah dari pihak ketiga, termasuk
pesta pernikahan, mana-mana yang harus dilaporkan, ini poin-poin yang kita berikan
hari ini”. Kegiatan ini merupakan anjuran dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
yang mewajibkan melaporkan hadiah atau pemberian apapun, sebagai upaya
membersihkan internal kita. Sebagai tempat pelayanan publik Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jambi sangat rawan terjadi tindak suap melalui
gratifikasi ataupun pungli, namun pungli sudah ada yang mengurusi yaitu Saber Anti
Pungli, sedangkan Gratifikasi ini akan diurusi oleh UPG atau Unit Penanganan
Tujuan Pemberantasan Unit Penanganan Gratifikasi untuk menciptakan
birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja
tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi,
dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
II. DASAR PELAKSANAAN
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Sanksi
Administratif Bagi Pegawai di Linkungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
III. TUJUAN
Tujuan Pencegahan dan Penanganan gratifikasi berupa pemberian dalam arti
luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjam
tanpabunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, pengobatan Cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya serta pemberian hadiah uang kepada pegawai diluar gaji yang
ditentukan, termasuk pesta pernikahan, gratifikasi di laksanakan oleh Tim Unit
Penanganan Gratifikasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Jambi. Sehingga akan terciptabirokrasi pemerintah yang profesional dengan
publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode
etik aparatur negara.
IV. SASARAN
Sasaran Pencegahan dan Penanganan gratifikasi ini adalah agar seluruh
Pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Jambi, menerapkan Pemberantasan gratifikasisehingga tercipta aparatur pemerintah
yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas
gratifikasi, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang
teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
V. MATERI LAPORAN
1. Penyusunan rencana kerja Unit Penanganan Gratifikasi (UPG)
Adapun penyusunan rencana kerja UPG(Unit Penanganan Gratifikasi) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi adalah sebagai berikut :
a. Membuat banner, spanduk atau informasi seputar gratifikasi di dalam ruangan layanan public, sehingga masyarakat dapat mengetahui tentang larangan gratifikasi;
b. Menyediakan kotak pengaduan masyarakat. Kotak ini berfungsi sebagai laporan masyarakat yang di jadikan sebagai alat ukur penentu kebijakan dalam upaya peningkatan pelayanan public;
c. Masing–masing Satuan kerja melakukan sosialisasi kepada pegawai yang menangani langsung pelayanan publik atau kepada Unit Penangana Gratifikasi serta kepada masyarakat, sehingga kedua belah pihak saling memahami dan tidak terindikasi terjadinya pungli.
2. Pemetaan Area Rawan Gratifikasi Dan Pencegahannya
Sebagian besar letak area rawan gratifikasi pada Sentra Pelayanan Publik yang terdapat pada masing – masing Divisi.
1) Layanan pengadaan Barang/Jasa (pejabat ULP dengan Vendor); Implementasi untuk mencegah terjadinya gratifikasi,
- Dengan adanya Aplikasi LPSE, Pejabat ULP dengan Vendor/Penyedia tidak ada kesempatan untuk betatap muka secara langsung, menyebabkan sampai dengan saat ini tidak adanya gratifikasi pada kegiatan APBN-P di 3 (tiga) UPT yaitu sebagai berikut :
a) Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi;
b) Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Klas IIB Muara Bulian; c) Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Muara Tebo.
2) Layanan pegawai pada kenaikan pangkat/golongan dan mutasi; Implementasi untuk mencegah terjadinya gratifikasi :
- Melakukan Sosialisasi ke Satker-Satker dalam Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi, bahwa dalam proses kenaikan
pangkat/Golongan dan Mutasi tidak ada pemberian
hadiah/gratifikasi.
3) Layanan pegawai pada kenaikan/peningkatan/promosi jabatan. Implementasi untuk mencegah terjadinya pungli :
- Dengan melakukan Open Bidding (seleksi terbuka) yang dilaksanakan di Kantor Wilayah untuk mencari Pegawai yang berkompeten untuk mengisi jabatan yang akan dipromosikan , maka sampai saat ini tidak adanya gratifikasi.
b. Divisi Pelayanan Hukum dan HAM
1) Pelayanan Hukum dan HAM
dengan petugas yang ada di Kantor Wilayah. Begitu pula dengan sistem pembayaran PNBP, pemohon dapat membayarkan biayanya langsung ke Bank yang telah ditunjuk maupun melalui mesin ATM karena semua pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) telah terhubung ke Sistem SIMPONI Kementerian Keuangan, maka dengan sistem yang sudah terbangun ini menutup adanya gratifikasi.
2) Layanan bantuan hukum bekerjasama dengan organisasi Bantuan Hukum (OBH);
- Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum bahwa pelaksanaan bantuan hukum kepada orang miskin di provinsi yang menjadi tugas dari Sub Bidang Penyuluhan Hukum dan Bantuan Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi dilaksanakan oleh Organisasi Bantuan Hukum yang telah lulus Verifikasi dan akreditasi, dimana untuk Provinsi Jambi terdapat 10 (sepuluh) Organisasi Bantuan Hukum. Untuk lebih efektifnya serta terintegrasinya data pemberian bantuan hukum maka di gunakan aplikasi SIDBANKUM Online sebagai sarana untuk melakukan reimbursement oleh Organisasi Bantuan Hukum yang telah memberikan bantuan hukum kepada orang miskin di Provinsi Jambi serta untuk menghindari adanya gratifikasi maka dana reimbursement langsung ditransfer ke rekening masing-masing Organisasi Bantuan Hukum yang telah menginput data serta memenuhi syarat yang ada di dalam SIDBANKUM Online, hal ini dapat menghindari terjadinya gratifikasi.
3) Layanan penyusunan perancang perundang-undangan.
pemangku kepentingan tidak dikenakan biaya apapun terkait dengan layanan yang diberikan dalam hal penyusunan peraturan perundang-undangan yaitu produk hukum daerah. Tim Perancang Peraturan Perundang-undangan akan menindaklanjuti setiap permintaan pendampingan, penyusunan, ataupun pembahasan suatu produk hukum daerah dari Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan melakukan analisa hukum terlebih dahulu baik secara yuridis maupun empiris, dalam hal ini tidak adanya gratifikasi.
4) Pelayanan Komunikasi Masyarakat masyarakat (YANKOMAS).
Yankomas mempunyai tugas menerima pengaduan masyarakat terkait adanya indikasi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh perorangan, masyarakat maupun aparat penegak hukum. Dalam pelaksanaannya pelapor tidak dipungut biaya sama sekali dan terhadap laporan tersebut Tim Analis Permasalahan HAM pada Bidang HAM akan menindak lanjuti laporan dengan melakukan penelaahan kasus (untuk mengetahui apakah ada indikasi pelanggaran HAM atau tidak), melakukan koordinasi dengan instansi terkait, melakukan rapat koordinasi serta membuat rekomendasi, dan sampai saat ini tidak adanya gratifikasi.
c. Divisi Keimigrasian.
Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Keimigrasian baik berupa teknis (substantif) maupun administrasi (fasilitatif) sesuai dengan fungsinya antara lain:
1) Melaksanakan koordinasi dalam rangka pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan teknis di bidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal dan status keimigrasian serta penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi, dalam melaksanakan tugas ini tidak adanya gratifikasi.
2) Memberikan persetujuan permohonan perpanjangan Izin Tinggal Keimigrasian Orang Asing dari UPT,dalam hal ini tidak adanya gratifikasi.
a) Sosialisasi melalui banner-banner tentang layanan bebas gratifikasi; b) Melakukan pengawasan terhadaplayanan kunjungan berbasis IT,
tidak adanya gratifikasi;
c) Sosialisasi melalui briefing, apel siaga, terhadap Petugas maupun Warga Binaan Pemasyarakatan tentang pelayanan bebas gratifikasi; d) Melakukan inspeksi mendadak terhadap pelaksanaan layanan
masyarakat di Lapas-Rutanifikasi;
e) Menyediakan layanan pengaduan masyarakat baik agar terdeteksi aganya gratifikasi;langsung maupun media online,(SMS, Email, aplikasi layanan pengaduan), agar terdeteksi adanya gratifikasi/tidak.
2)Layanan PB, CB,CMB dan Assimilasi WBP
a) Melakukan layanan PB,CB,CMB, Remisi berbasis IT (aplikasi SDP) untuk mempercepat pemberian layanan,indikasi bebas gratifikasi; b) Bersosialisasi melaui briefing, apel siaga untu memastikan tidak
adanya gratifikasi dalam pengurusan PB,CB,CMB dan Pemberian Remisi;
3)Layanan penempatan WBP;
a) Penempatan WBP disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku;
b) Melakukan sosialisasi untuk gerakan sapu bersih gratifikasi di Lapas atau Rutan, bebas gratifikasi.
c) Melakukan motinoring dan evaluasi serta inspeksi mendadak untuk memastikan ada/tidak adanya gratifikasi dalam penyelenggaraan pemasyarakatan;
3. Kegiatan Pencegahan
Dalam melakukan pencegahan, tindakan di lakukan salah satunya menempatkan poster/spanduk tentang gratifikasi di Kantor Wilayah dan UPT-UPT yang berfungsi sebagai iklan yang isinya himbauan, larangan, ajakan, pengumuman dan peringatan. Penempatan di tempatkan di tempat-tempat yang strategis yang dapat di lihat banyak orang. Kegiatan lainnya dalam melakukan pencegahan dengan melakukan sosialisasi ke UPT.
Penindakan langsung pada pegawai.
Dalam proses penindakan UPG (Unit Penanganan Gratifikasi) Kantor Wilayah
turun langsung ke lapangan, untuk memeriksa langsung indikasi keterlibatan
oknum pegawai. Dalam melakukan pemeriksaan UPG Kantor Wilayah
berkoordinasi dengan UPG Unit Pelaksana Teknis (UPT) pengawas internal yang
ada di UPT. Koordinasi perlu dilakukan agar tercapai penilaian yang objektif dan
tepat sasaran. Setelah melakukan pemeriksaan barulah didapat hasil dan
keputusan.
5. Kegiatan Yustisi
Tindakan Yustisi di lakukan dalam upaya penegakan hukum berdasarkan
undang-undang yang berlaku.
VI. TEMPAT PELAKSANAAN
Tempat Pelaksanaan Pencegahan dan Penanganan Gratifikasidi Kantor Wilayah dan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Jambi.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi diharapakan
agar Pegawai dalam lingkungan Kantor Wilayah Kementereian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Jambi dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) memahami untuk tidak
melakukan gartifikasidalam aktivitas kedinasan sehari-hari.
Dengan adanya UPG (Unit Penanganan Gratifikasi), akan menjadizero
berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik,
netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik
aparatur negara.
B. SARAN
1. Untuk Peningkatan pelayanan, Aparatur Sipil Negara harus memberikan
pelayanan yang merata di berbagai aspek. Diharapkan agar Aparatur Sipil
Negara dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan baik dan mencegah
serta meniadakan gratifikasi;
2. Aparatur Sipil Negara harus memiliki pembaharuan/perubahan mindset ke arah
yang lebih baik (Bebas Gratifikasi).
Kepala Kantor Wilayah
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH JAMBI
Jalan Kapten Sujono, Kotabaru, Jambi 36128 Telp. (0741) 40085 – 40127, Fax (0741) 444029 Website: http://jambi.kemenkumham.go.id Email: kanwiljambi@yahoo.co.id
Nomor : W.5-PW.02.02- 4 April 2017 Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Laporan Pencegahan dan Pengendalian PUNGLI Triwulan I Tahun 2017
YTH:
Tim Unit Pemberantasan Pungli
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI di –
Jakarta
Bersama ini dengan hormat kami sampaikan Laporan Kegiatan Unit Pemberantasan Pungli (Pungutan Liar) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi Triwulan I Tahun 2017.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
KEPALA KANTOR WILAYAH,
BAMBANG PALASARA NIP. 19580803 198503 1 001
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM RI, di Jakarta;
LAPORAN EFEKTIFITAS KINERJA UNIT PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PUNGLI TRIWULAN I
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
JAMBI
TAHUN 2017
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAMJAMBI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH JAMBI
Jalan Kapten Sujono, Kotabaru, Jambi 36128 Telp. (0741) 40085 – 40127, Fax (0741) 444029 Website: http://jambi.kemenkumham.go.id Email: kanwiljambi@yahoo.co.id
LAPORAN EFEKTIFITAS KINERJA UNIT PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PUNGLI TRIWULAN I
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
JAMBI
TAHUN 2017
VIII. PENDAHULUAN
Kondisi birokrasi Indonesia di era reformasi saat ini bisa dikatakan belum
menunjukan arah perkembangan yang baik, karena masih banyak ditemukan
birokrat yang arogan dan menganggap rakyatlah yang membutuhkannya,
praktik KKN yang masih banyak terjadi, dan mentalitas birokrat yang masih
jauh dari harapan. Untuk melaksanakan fungsi birokrasi secara tepat, cepat,
dan konsisten guna mewujudkan birokrasi yang akuntabel dan baik, maka
pemerintah telah merumuskan sebuah peraturan untuk menjadi landasan
dalam pelaksanaan pencegahan Pungutan Liardi internal Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, yaitu Intruksi Menteri
Hukum dan Hak Asas Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-04.OT.03.01
Tahun 2016 tentang pemberantasan Pungutan Liar di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia.
Pemberantasan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan
mencapai good governance dan melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan
sumber daya manusia aparatur. Melalui Pemberantasan Pungutan
Liar,dilakukan penataan terhadap sistem penyelangggaraan pemerintah
dimana uang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga Pemberantasan
Pungutan Liar menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Tujuan Pemberantasan Pungutan Liar untuk menciptakan birokrasi
pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja
tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera,
berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur
negara.
IX. DASAR PELAKSANAAN
4. Undang-Undang Indonesiag Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
5. Undang-Undang Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara;
6. Peraturan Pemerintah republik Indonesia Noomr 9 tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil;
7. Peraturan Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
8. Peraturan Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
negeri Sipil;
9. Peraturan Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Indonesiag Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
10.Peraturan Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu
Bersih Pungutan Liar;
11.Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
12.Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2015 tentang tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin
dan Sanksi Administratif Bagi Pegawai di Linkungan Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia;
13.Instruksi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : M.HH-04.OT.03.01 Tahun 2016 tentang Pemberantasan
Pemungutan Liar di Lingkungan Hukum dan Hak Asasi Manusia.
X. PESERTA
Peserta rapat Optimalisasi Pencegahan dan Penanganan Pungutan
Liaradalah Tim Unit Pemberantasan Pungutan Liar Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi (daftar hadir terlampir).
Tujuan rapat Optimalisasi Pencegahan dan Penanganan Pungutan Liardi
laksanakan oleh Tim Unit Pemberantasan Pungutan Liar Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi adalah untuk memberikan
semangat kepada seluruh Tim Unit Pemberantasan Pungutan Liardan Pegawai
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi berupaya
optimal didalam pencapaian tujuan organisasi yang bebas dari pungutan liar.
Sehingga akan terciptabirokrasi pemerintah yang profesional dengan
karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu
melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh
nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
XII. SASARAN
Sasaran rapat Optimalisasi Pencegahan dan Penanganan Pungutan Liar
ini adalah agar seluruh Pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi menerapkan Pemberantasan Pungutan
Liar, sehingga tercipta aparatur pemerintah yang profesional dengan
karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu
melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh
nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
XIII. MATERI RAPAT
6. Penyusunan rencana kerja UPP
d. Membuat banner, spanduk atau informasi seputar pungli di dalam ruangan layanan public, sehingga masyarakat dapat mengetahui tentang larangan pungli;
e. Menyediakan kotak pengaduan masyarakat. Kotak ini berfungsi sebagai laporan masyarakat yang di jadikan sebagai alat ukur penentu kebijakan dalam upaya peningkatan pelayanan public;
f. Masing–masing Satuan kerja melakukan sosialisasi kepada pegawai yang menangani langsung pelayanan publik atau kepada tim satgas saber pungli serta kepada masyarakat, sehingga kedua belah pihak saling memahami dan tidak terindikasi terjadinya pungli.
g. Relokasi penghuni Lembaga Pemasyarakatan yang Over kapasitas ke Lembaga Pemasyarakatan yang lebih sedikit isi hunian WBPnya;
h. Meningkatkan koordinasi dengan institusi lain seperti Kejaksaan, Kepolisian, Pemerintah Daerah maupun pengusaha.
7. Pemetaan Area Rawan Pungli
Sebagian besar letak area rawan pungli pada Sentra Pelayanan Publik yang terdapat pada masing – masing Divisi.
e. Divisi Administrasi
4) Layanan pengadaan Barang/Jasa (pejabat ULP dengan Vendor); Implementasi untuk mencegah terjadinya pungli :
- Layanan Pengadaan Barang/Jasa telah dilaksanakan dengan menggunakan Aplikasi SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya (Transparan) (dokumen terlampir);
- Dengan adanya Aplikasi SPSE, Pejabat ULP dengan Vendor/Penyedia tidak ada kesempatan untuk betatap muka secara langsung (dokumen terlampir).
Implementasi untuk mencegah terjadinya pungli :
- Melakukan Sosialisasi ke Satker-Satker dalam Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi, bahwa dalam proses kenaikan pangkat/Golongan dan Mutasi tidak ada pungutan liar (dokumen terlampir).
6) Layanan pegawai pada kenaikan/peningkatan/promosi jabatan. Implementasi untuk mencegah terjadinya pungli :
- Dengan melakukan Open Bidding (seleksi terbuka) yang dilaksanakan di Kantor Wilayah untuk mencari Pegawai yang berkompeten untuk mengisi jabatan yang akan dipromosikan (dokumen terlampir).
f. Divisi Pelayanan Hukum dan HAM
5) Pelayanan Hukum dan HAM
6) Layanan bantuan hukum bekerjasama dengan organisasi Bantuan Hukum (OBH);
- Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum bahwa pelaksanaan bantuan hukum kepada orang miskin di provinsi yang menjadi tugas dari Sub Bidang Penyuluhan Hukum dan Bantuan Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi dilaksanakan oleh Organisasi Bantuan Hukum yang telah lulus Verifikasi dan akreditasi, dimana untuk Provinsi Jambi terdapat 10 (sepuluh) Organisasi Bantuan Hukum. Untuk lebih efektifnya serta terintegrasinya data pemberian bantuan hukum maka di gunakan aplikasi SIDBANKUM Online sebagai sarana untuk melakukan reimbursement oleh Organisasi Bantuan Hukum yang telah memberikan bantuan hukum kepada orang miskin di Provinsi Jambi serta untuk menghindari adanya pungli maka dana reimbursement langsung ditransfer ke rekening masing-masing Organisasi Bantuan Hukum yang telah menginput data serta memenuhi syarat yang ada di dalam SIDBANKUM Online (dokumen terlampir).
7) Layanan penyusunan perancang perundang-undangan.
diberikan dalam hal penyusunan peraturan perundang-undangan yaitu produk hukum daerah. Tim Perancang Peraturan Perundang-undangan akan menindaklanjuti setiap permintaan pendampingan, penyusunan, ataupun pembahasan suatu produk hukum daerah dari Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan melakukan analisa hukum terlebih dahulu baik secara yuridis maupun empiris (dokumen terlampir).
8) Pelayanan Komunikasi Masyarakat masyarakat (YANKOMAS).
Yankomas mempunyai tugas menerima pengaduan masyarakat terkait adanya indikasi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh perorangan, masyarakat maupun aparat penegak hukum. Dalam pelaksanaannya pelapor tidak dipungut biaya sama sekali dan
Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Keimigrasian baik berupa teknis (substantif) maupun administrasi (fasilitatif) sesuai dengan fungsinya antara lain:
3) Melakukan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas teknis di bidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal dan status keimigrasian serta penindakan keimigrasi dan rumah detensi keimigrasian (dokumen terlampir);
keimigrasian, izin tinggal dan status keimigrasian serta penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi (dokumen terlampir); 5) Melakukan penyusunan rencana, program, kegiatan dan anggaran
di lingkungan Divisi Keimigrasian (dokumen terlampir);
6) Melaksanakan koordinasi dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan SDM, SARPRAS serta Adiministrasi Keuangan di lingkungan UPT Imigrasi yang berkoordinasi dengan Divisi Administrasi (dokumen terlampir), dan
7) Memberikan persetujuan permohonan perpanjangan Izin Tinggal Keimigrasian Orang Asing dari UPT (dokumen terlampir).
h. Divisi Pemasyarakatan.
4)Layanan Kunjungan WBP;
f) Sosialisasi melalui banner-banner tentang layanan bebas pungli (dokumen terlampir);
g) Melakukan pengawasan terhadaplayanan kunjungan berbasis IT (dokumen terlampir);
j) Melakukan inspeksi mendadak terhadap pelaksanaan layanan masyarakat di Lapas-Rutan (dokumen terlampir);
k) Menyediakan layanan pengaduan masyarakat baik langsung maupun media online,(SMS, Email, aplikasi layanan pengaduan) (dokumen terlampir).
5)Layanan PB, CB,CMB dan Assimilasi WBP
d) Bersosialisasi melaui briefing, apel siaga untu memastikan tidak adanya pungli dalam pengurusan PB,CB,CMB dan Pemberian Remisi (dokumen terlampir);
6)Layanan penempatan WBP;
d) Penempatan WBP disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku; e) Melakukan sosialisasi untuk gerakan sapu bersih pungutan liar
di Lapas atau Rutan (dokumen terlampir);
f) Melakukan motinoring dan evaluasi serta inspeksi mendadak untuk memastikan tidak adanya praktek pungutan liar dalam penyelenggaraan pemasyarakatan (dokumen terlampir).
8. Kegiatan Pencegahan
Dalam melakukan pencegahan, tindakan di lakukan salah satunya menempatkan poster/spanduk di Kantor Wilayah dan UPT-UPT yang berfungsi sebagai iklan yang isinya himbauan, larangan, ajakan, pengumuman dan peringatan. Penempatan di tempatkan di tempat-tempat yang strategis yang dapat di lihat banyak orang. Kegiatan lainnya dalam melakukan pencegahan dengan melakukan sosialisasi ke UPT.
9. Kegiatan Penindakan
Penindakan langsung pada pegawai.
Dalam proses penindakan tim saber pungli turun langsung ke lapangan,
untuk memeriksa langsung indikasi keterlibatan oknum pegawai. Dalam
melakukan pemeriksaan tim berkoordinasi dengan tim pengawas internal
yang ada di UPT. Koordinasi perlu dilakukan agar tercapai penilaian yang
objektif dan tepat sasaran. Setelah melakukan pemeriksaan barulah
didapat hasil dan keputusan.
Tindakan Yustisi di lakukan dalam upaya penegakan hukum berdasarkan
undang-undang yang berhubungan dengan kehakiman dan peradilan
peradilan.
XIV. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan pada tanggal 27 Maret 2017. Tempat Pelaksanaan rapat
Pencegahan dan Penanganan Pungli di ruang rapat Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi.
XV. PEMIMPIN RAPAT
Sebagai pemimpin rapat Pencegahan dan Penanganan Pungli Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi adalah Kepala Kantor
Wilayah dan Kepala Divisi Administrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Jambi.
XVI. KESIMPULAN DAN SARAN
C. KESIMPULAN
Dengan diadakannya rapat Optimalisasi Pencegahan dan Penanganan
Pungutan Liar pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Jambi diharapakan agar Pegawai dalam lingkungan Kantor Wilayah
Kementereian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi memahami untuk tidak
Pengimplementasian tidak melakukan pungutan liarakan menjadikan
aparatur pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi,
berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral,
sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik
aparatur negara.
D. SARAN
3. Untuk Peningkatan pelayanan, Aparatur Sipil Negara harus memberikan
pelayanan yang merata di berbagai aspek. Diharapkan agar Aparatur
Sipil Negara dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan baik dan
mencegah sertameniadakan Pungutan Liar;
4. Aparatur Sipil Negara harus memiliki pembaharuan/perubahan mindset
ke arah yang lebih baik (Bebas Punglui).
KETUA I
Rapat Anggota Unit Pemberantasan Pungutan Liar
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi
Tanggal 27 Maret 2017
Rapat Satgas
Saber Pungli
bertempat di Ruang Rapat Kepala kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi
Rapat di Pimpin Langsung oleh Kepala Kantor Wilayah dan di ikuti oleh Kepala Divisi Kepala Administrasi, Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Ham, Kepala Divisi Keimigrasian
RENCANA KEGIATAN KELOMPOK KERJA UNIT PENINDAKAN TRIWULAN I TAHUN 2017
1. Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
RENCANA KEGIATAN KELOMPOK KERJA UNIT YUSTISI TRIWULAN I TAHUN 2017
NO RENCANA AKSI/
1. Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil