Nadiah Sabrina Himam/EI 3/ Makroekonomi 1
BAB IV
KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR
Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan.
A. Hubungan Antara Konsumsi dan Pendapatan
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting adalah
pendapatan rumah tangga. Pada pendapatan rumah tangga yang rendah, rumah tangga akan mengorek tabungan masa lalu untuk membiayai konsumsi masa kini. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pada pendapatan yang tinggi, rumah tangga akan menabung disamping mengkonsumsi.
Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung
Kecondongan Mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua yaitu 1. Kecondongan Mengkonsumsi Marginal (MPC= Marginal Propensity to
Consume) adalah perbandingan di antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (∆Y) yang diperoleh. 2. Kecondongan Mengkonsumsi Rata-rata (APC= Average Propensity to
Consume) adalah perbandingan diantara tingkat konsumsi (C) dengan pendapatan disposebel ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd).
Kecondongan Menabung perlu dibedakan menjadi dua yaitu;
1. Kecondongan Menabung Marginal (MPS= Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (∆S) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (∆Yd).
2. Kecondongan Menabung Rata-rata (APS= Average Propensity to Save) adalah perbandingan diantara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd).
B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Ciri-ciri Fungsi Konsumsi dan Tabungan
i. Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
ii. Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposebel) perekonomian tersebut
Kurva (a) menggambarkan bahwa titik A merupkan pendapatan nasional sejumlah Rp/ 360 triliun dan konsumsi adalah Rp 360 triliun. Sedangkan titik B menunjukkan pendapatan nasional bernilai Rp. 600 triliun sedangkan nilai konsumsi adalah Rp/ 540 triliun. Degan demikian, pergerakan dari titik A dan tiik B menggambarkan:
i. Pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp. 240 triliun ii. Konsumsi rumah tangga bertambah sebanyak 180 triliun
Ini menunjukkan kecondongan ungsi konsumsi sama dengan nilai MPC
Titik D menunjukkan tingkat tabungan adalah nol. Dan pendaptan nasional adalah sebanyak Rp. 360 triliun. Seterusnya titik E menggambarkan ketika tabungan mencapai Rp 60 triliun pendapatan nasional adalah sebanyak 600 triliun. Dengan demikian pergerakan dari titik D ke E menggambarkan:
ii. Tabungan bertambah sebanyak Rp 60 triliun
Ini berarti kecondongan fungsi tabungan adalah sama dengan nilai MPS
C. Penentu-penentu Lain Konsumsi dan Tabungan
Keynes berpendapat tingkat konsumsi dan tabungan terutama dtentukan olah tingkat pendapatan rumah tangga. Faktor-faktor tersebut seperti:
a) Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari harta warisan, atau tabungan yang banyak sebagai akibat usah masa lau. Yang membuatnya tidak lagi menabung lebih banyak.
b) Suku bunga
Akan lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan dari penabungan yang diperoleh
c) Sikap berhemat
d) Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak
pengangguran, masyarakat berkecenderunan melakukan pengeluaran yang lebih aktif.
e) Distribusi pendaptan
Dalam masyarakat yang distribusi nya tidak merata, lebih banyak tabungan yang akan dirperoleh
f) Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi
Apabila pendapatan dana pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong untuk menabung.
D. Investasi (Penanaman Modal)
Investasi disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Investasi adalah pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi bruto meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresikan. Apabila dikurangi dengan depresiasi maka akan tercipta investasi neto.
Penentu-penentu tingkat investasi yaitu:
a. Tingkat keuntungan yang diramalakn akan diperoleh b. Suku bunga
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan d. Kemajuan teknologi
2 faktor investasi perusahaan yaitu keuntungan yang diramalkan dan suku bunga. Ramalan mengenai keuntungan masa depan (i) akan memberikan gambnaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakandan (ii) besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barnag-barnag modal yang diperlukan. Sedangkan suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha.
Para penguasaha hanya akan melaksanakan penanaman modal apabila tingkat pengembalian modal dari investasi lebih besar dari bunga.
Berdasarkan kepada jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh, digambarkan sebuah kurva berikut:
Efisiensi marjinal adalah suatu kurva yang menunjukan hubungan antara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan di investasikan. Titk A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi adalah I0.
Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian dapat dilakukan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih
tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0.
F. Fungsi Investasi
Adalah kurva yang menunjukkan perkaitan diantara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional.
Kedudukan fungsi investasi dalam grafik sangat berhubungan dengan kurva MEI dan suku bunga yang berlaku.
Dalam grafik (a), misalkan suku bunga adalah 6 persen. Pada suku bunga ini, tingkat investasi yang dilakukan para penanam modal adalah RP 10 triliun. Dalam grafik (b), fungsi investasi I0 menggambarkan investasi sebanyak Rp 10
G. Penentu-penentu Investasi Yang Lain i. Ramalan Keadaan Perekonomian di Masa Depan
Ramalan yang menunjukkan bahwa keadaan perekonomian –termasuk situasi politik dari keamanab- akan menjadi lebih baik lagi di masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap berkembang stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi
ii. Perubahan dan Perkembangan Teknologi
Makin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaruan akan dilakukan yang mana berarti harus membeli barang-barang modal baru. Maka semakin banyak pembaruan yang dilakukan, makin tinggi tingkat investasi yang akan dicapai.
Gambar diatas menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi dan ramalan
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan lalu akan memperbesar tingkat permintaan barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertamanbah yang akan mendorong
dilakukannya investasi. Hal ini digambarkan dalam grafik:
iv. Keuntungan semakin besar keuntungan yang tetap disimpan perusahaan. Lalu
memungkinkan perluasan usaha yang akan menambah investasi.
G. Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi Dapat digunakan tiga cara yaitu:
i. Dengan menggunakan contoh angkan yang membandingkan pendapatan nasional dan pengeluaran agregat
ii. Dengan menggunakan grafik yang menunjukkan (a) kesamaan pengeluaran agregat dengan penawaran agregat, dan (b) kesamaan antara investasi dan tabungan
Garis Y=AE adalah garis yang membentuk sudut 450 dengan sumbu
datar. Setiap titik dalam garis ini menunjukkan keadaan dimana pendapatan nasional sama dengan pengeluaran agregat. Fungsi C+I memotong garis Y=AE di titik E. Dengan demikian titik E menunjukkan kedudukan dimana tingkat keseimbangan perekonomian negara tercapai, dan pendapatan nasional adalah Rp 840 triliun.
Dalam (b) adalah fungsi tabungan rumah tangga dan fungsi investasi para pengusaha. Nilai-nilai investasi dan tabungan ditunjukkan pada sumbu tegak, dan pendapatan nasional ditunjukkan pada sumbu datar. Titik
perpotongan fungsi S dan fungsi I menentukan kedudukan dari keseimbangan perekonomian negara. Tingkat keseimbangan poerekonomian akan dicapai pada titik E, yaitu pada keadaan di mana investasi sama dengan tabungan.
Dalam gambar diatas dimisalkan pada mulanya pengeluaran agregat adalah padan tingkat seperti yang digfambarkan oleh AE0=C+I. Dengan demikian tingkat
keseimbangan perekonomian negara dicapai di tiik E, dan oleh karenanya pendapatan nasional mencapai Ya. Penambahan investasi ditunjukkan sebanyak ΔI sehingga
tingkat investasi berubah dari I menjadi I1.
Apabila pengeluaran agregat adalah AE1=C+I1, pada pendapatan nasional UYa
akan berlaku kenaikan pengeluaran agregat menjadi EaA. Para pengusaha didorong
Nilai multiplier menggambarkan perbandingan diantara jumlah pertambahan/penguranagan dalam pendapatan nasional dengan jumlah