• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AUDITOR PADA SEKTOR BISNIS DI ERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN AUDITOR PADA SEKTOR BISNIS DI ERA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga

penulis dapat menyusun makalah mengenai Harmonisasi Akuntansi Internasional

dengan judul “Memosisikan Peran Audit Intern Masa Kini ” dengan

sebaik-baiknya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memperluas

wawasan kita mengenai ‘tantangan yang harus dihadapi auditor internal pada abad

ini’ serta ‘beberapa cara untuk menjaga kredibilitas sebagai auditor intern’..

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak

menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat

diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian. Akhirnya,

penulis berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan setiap

pembacanya.

Manado, Februari 2018

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I, JUDUL : MEMOSISIKAN PERAN AUDIT INTERN MASA KINI

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH

BAB II, PEMBAHASAN

BEBERAPA TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI AUDITOR INTERNAL PADA ABAD INI

1. Orientasi berbasiskan risiko (Risk- based Orientation). 2. Perspektif global (Global Perspective).

3. Keahlian Tata Pemerintahan (Governance Expertise.) 4. Perkembangan Teknologi (Technologically Depelovment.) 5. Business Acumen.

6. Berpikir kreatif & solusi masalah (Creative Thinking & Problem Solving). 7. Strong Ethical Compass.

8. Communication Skills. BAB III, ISI/SARAN

BEBERAPA CARA UNTUK MENJAGA KREDIBILITAS SEBAGAI AUDITOR INTERN

1. Pendekatan yang Pre-emptif, Proaktif, Bukan Reaktif

2. Berupaya Melakukan Analisis Akar Permasalahan (Root Causes) 3. Mencari SDM Auditor yang Terbaik

4. Mengedukasi Dewan Komisaris atau Komite Audit dan Manajemen tentang Definisi Audit Intern

5. Mendorong Perubahan dan Perbaikan yang Kontinyu di Unit Kerja yang Diaudit

(3)

BAB I

JUDUL

“MEMOSISIKAN PERAN AUDIT INTERN MASA KINI”

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Auditor intern sampai dekade lalu masih menikmati posisi nyaman sebagai pemeriksa yang menemukan berbagai temuan atau finding di unit kerja yang diperiksa. Auditor intern selalu berkeling ke semua unit kerja di dalam organisasi untuk mencari tahu apakah unit kerja tersebut tidak melanggar semua ketentuan yang berlaku dan instruksi yang diberikan serta bekerja secara efisien dan efektif. Pada akhir pemeriksaan, auditor akan menyodorkan temuan, hasil penilaian, dan simpulan.

Tentu saja, pemimpin unit kerja yang diperiksa sangat khawatir rapor yang disodorkan berisi angka-angka merah, terlebih jika ditemukan korupsi atau fraud, penyalahgunaan

wewenang, pemborosan, dan hal negatif lainnya. Mungkin benar juga istilah auditor

intern datang tidak diundang, pulangnya tidak ditangisi. Auditor intern tidak dibutuhkan oleh pemimpin unit kerja.

RUMUSAN MASALAH

(4)

BEBERAPA TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI AUDITOR

INTERNAL PADA ABAD INI

1. Orientasi berbasiskan risiko (Risk- based Orientation).

Auditor internal harus merubah pendekatan dari audit secara konvensional menuju audit

berbasiskan risiko (risk based audit approach). Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko yang dilakukan oleh auditor internal lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang diformulasikan pada risk based audit plan. Berdasarkan risk assesment tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu auditor internal untuk menyusun risk audit matrix.

Manfaat yang akan diperoleh auditor internal apabila menggunakan risk based audit approach, antara lain auditor internal akan lebih efisien & efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja Departemen Audit internal. Auditor internal juga harus berubah dari paradigma lama menuju paradigma baru, yang ditandai dengan perubahan orientasi dan peran profesi internal auditor.

2. Perspektif global (Global Perspective).

Auditor internal harus berpandangan luas dan dalam menilai sesuatu secara global bukan secara sempit (mikro). Pada era globalisasi saat ini, sudah tidak ada lagi batas-batas antar negara dalam menjalankan bisnis.

3. Keahlian Tata Pemerintahan (Governance Expertise.)

Auditor internal harus melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu Good Corporate Governance (GCG) serta tata pemerintahan yang baik yaitu Good Goverment Governance (GGG). Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang GCG & GGG. Auditor internal berperanan penting dalam implementasi GCG di perusahaan dan GGG di pemerintahan. Efektivitas sistem pengendalian internal dan auditor internal merupakan salah satu kriteria penilaian dalam implementasi GCG.Para auditor internal harus menggunakan

kompetensi yang dimiliki dan agar bekerja secara profesional sehingga dapat bernilai tambah (added value) bagi organisasinya. Agar auditor internal bernilai tambah, maka hendaknya dapat melakukan asesmen atas :

Auditor internal harus senantiasa mengikuti perkembangan teknologi, terutama Teknologi Informasi. Auditor internal harus memiliki technology proficiency, misalnya ahli dibidang Audit Sistem Informasi (System Information Audit). Apabila diperlukan auditor internal dapat

(5)

(upgrade efficiency).

5. Business Acumen.

Auditor internal harus memiliki jiwa entrepeneurship yang tinggi, sehingga mengikuti setiap perkembangan dalam proses bisnis (business process). Pada masa lalu auditor internal lebih mengedepankan perannya sebagai watchdog, saat ini auditor internal diharapkan lebih berperan sebagai mitra bisnis (business partner) bagi manajemen dan lebih berorientasi untuk memberikan kepuasan kepada jajaran manajemen sebagai pelanggan (customer satisfaction).

6. Berpikir kreatif & solusi masalah (Creative Thinking & Problem Solving).

Auditor internal harus selalu berpikir positif dan inovatif serta lebih berorientasi pada pemecahan masalah. Untuk menjadi problem solver auditor internal memerlukan pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi / unit kerja suatu organisasi / perusahaan.

7. Strong Ethical Compass.

Auditor internal harus selalu menjaga kode etik dan moralitas yang berlandaskan ajaran agama dalam menjalankan tugas, sehingga terhindar dari perilaku yang tidak terpuji.

8. Communication Skills.

(6)

BEBERAPA CARA UNTUK MENJAGA KREDIBILITAS

SEBAGAI AUDITOR INTERN

Untuk auditor intern yang bekerja di organisasi komersial, cara berpikir dan mental sebagai pemeriksa dan pengawas yang tugas utamanya hanya memeriksa,

mendapatkan finding, dan menyusun laporan, adalah sangat berbahaya. Terlebih organisasi komersial tersebut berada di industri yang persaingannya sangat kompetitif baik persaingan yang datang dari sesama perusahaan lokal maupun dari serangan impor luar negeri dan perusahaan asing.

Bukan hanya faktor kompetisi yang dapat menyebabkan organisasi di mana auditor intern bekerja menjadi fosil atau cerita sejarah, namun risiko utama yang dihadapi dalah risiko perubahan. Teknologi, selera konsumen, lingkungan sosial politik yang berubah sangat cepat adalah risiko yang harus dimaknai oleh auditor intern agar mentransformasi organisasi kerja, cara atau metode kerja, dan kompetensi sehingga dapat memenuhi ekspektasi pengguna jasa audit intern.

Cita-cita besar yang dicanangkan the Institute of Internal Auditors (IIA) untuk profesi auditor intern masa kini adalah auditor intern dapat menjadi partner/mitra strategis dan advisor yang dapat dipercaya bagi manajemen, dewan komisaris dan seluruh unit kerja di organisasi. Hal ini bisa tercapai bila auditor intern memiliki visi dan motivasi yang sama dengan cita-cita tersebut dan pengguna utama jasa audit intern, yaitu manajemen dan dewan komisaris merasa butuh dan menganggap audit intern dapat membantu tugas mereka

menjalankan dan mengawasi organisasi.

Auditor intern seharusnya dapat memberikan solusi mendasar yang sesuai dengan masalah yang dihadapi organisasi. Solusi itu semestinya memberikan dampak wow, segar atau baru, cerdas atau bernilai tambah sehingga membantu manajemen dan dewan komisaris mengarahkan organisasi mencapai tujuannya. Auditor intern tidak zamannya lagi hanya sekedar melihat atau memotret masalah yang historis, melihat masalah hanya secara

sektoral/parsial dan tidak substansial karena hal itu bukan solusi yang dibutuhkan manajemen dan dewan komisaris.

Agar dapat menjadi mitra strategis, syarat utama kompetensi auditor intern adalah mampu menyelesaikan masalah (problem solving), berpikir analitis, dan komunikasi

atau relationship. Kegagalan auditor intern menampikkan output yang memiliki nilai tambah kepada kliennya akan membuat para pengguna jasa memandang audit intern sebagai fungsi yang tidak ada gunanya, tidak relevan lagi dengan kondisi bisnis, hanya menjadi beban operasional.

Dalam banyak kondisi, masih banyak organisasi yang tidak merasa butuh audit intern, menilai audit intern tidak memberikan manfaat, dan hanya menjadi beban. Sehingga, sumber daya manusia yang diberikan bukan yang top class dan anggaran operasional serta anggaran pengembangan kompetensi dibatasi.

(7)

diwajibkan oleh regulasi pemerintah. Saya menggunakan pokok-pokok saran tersebut dan memberikan penjelasan atas pokok-pokok saran.

1. Pendekatan yang Pre-emptif, Proaktif, Bukan Reaktif

Paradigma bahwa audit intern adalah aktivitas yang post ante atau bekerja setelah adanya transaksi, kontrak, dll membuat hasil keluaran audit intern sering disebut terlambat. Post ante cocok jika pendekatannya adalah compliance dan control centric yang hanya

menceritakan penyimpangan, efisiensi, kerugian, kelemahan kontrol. Namun jika

pendekatannya adalah dari sisi risk centric dan risk assurancemaka auditor intern dapat memberikan nilai tambah pada keluarannya.

Oleh karena itu, kombinasi compliance dan control centric dengan risk centric merupakan alternatif solusi bagi audit intern. Ini berarti agar audit intern mampu melakukan pendekatan dan paradigma risk-centric,auditor intern wajib selangkah di depan melalui pengembangan pengetahuan terkini secara mandiri atau diwajibkan oleh tempat bekerjanya.

2. Berupaya Melakukan Analisis Akar Permasalahan (Root Causes)

Menurut Murdock, setiap auditor intern yang berpengalaman tahu bahwa temuan yang diperolehnya sudah disadari oleh klien atau unit kerja yang diauditnya, namun klien tidak tahu atau enggan mencari akar masalah yang substansial atau enggan menyelesaikan

masalah. Auditor intern yang profesional semestinya tidak mengupas temuan sekedar dari kulit luar atau simtom saja, melainkan menggali informasi lebih dalam dari berbagai dimensi tentang masalah yang ditemukan untuk ditelusuri akar masalahnya.

Bisa jadi akar masalah menyangkut model bisnis, kebijakan manajemen, budaya organisasi, kualitas kompetensi pegawai. Inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh manajemen dan dewan komisaris. Elite organisasi harus berbesar hati bilamana akar masalah menyentuh hal yang hakiki yang terkait dengan kebijakan, sikap, perilaku, koordinasi, ego, dan gaya

kepemimpinan.

3. Mencari SDM Auditor yang Terbaik

Apabila manajemen dan dewan komisaris memandang atau ingin menjadikan audit

intern sebagai mitra strategis maka seharusnya mengubah unit audit intern setara dengan unit bisnis yang menghasilkan penghasilan dan uang bagi organisasi atau unit enabler lain yang menunjang organisasi memperoleh dan mempertahankan bisnis.

Karena kualitas audit intern sangat ditentukan pada brainware maka tidak mungkin dapat mencetakauditor intern dengan cepat. Butuh waktu, butuh anggaran, butuh kesempatan, dan butuh karier. Bekaliaudit intern dengan pengetahuan dan ketrampilan audit intern,

pengetahuan, dan ketrampilan lain yang menunjang dan selalu update dengan dinamika bisnis. Misal, saat ini sedang mengemuka IFRS 9, digital world & reinvention, intelligent process automation, cybersecurity dll.

4. Mengedukasi Dewan Komisaris atau Komite Audit dan Manajemen tentang Definisi Audit Intern

(8)

atau indikator kinerja lainnya dengan risiko-risiko melekat dan pengendalian intern serta tata kelola.

Pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pengendalian intern yang memadai dan efektif oleh pemilik risiko yang dilakukan assurance dan apa dampaknya terhadap tujuan organisasi jika pengendalianintern dan tata kelola tidak memadai dan tidak efektif perlu disampaikan oleh audit intern baik berupamarketing fungsi audit intern maupun saat

membahas hasil observasi oleh auditor. Dengan demikian, tidak perlu muncul persepsi klien dan unit kerja yang diaudit bahwa audit intern adalah orang yang gotcha, stopper, dan say no. 5. Mendorong Perubahan dan Perbaikan yang Kontinyu di Unit Kerja yang Diaudit Pada dasarnya inti dari temuan atau hasil observasi audit intern adalah menghendaki

perubahan dan perbaikan. Keberhasilan audit intern terletak bukan pada banyaknya temuan, terlebih jika hanya temuan administratif atau temuan dokumenter, namun terletak pada perubahan dan perbaikan.

Zona kenyamanan, keengganan bertransformasi, keengganan koordinasi, hilang motivasi atau perilaku organisasi lain yang disfungsional merupakan objek perubahan dan perbaikan. Aspek inilah yang menjadi tantangan auditor intern untuk mengembangkan temuan, akar masalah, dan solusi. Aspek ini juga yang menjadi tantangan pemimpin audit intern meyakinkan elite organisasi bahwa temuan ini sangat penting dan perlu perubahan bertahap, sistematis, komprehensif secara organization wide.

Saya sependapat dengan pertanyaan Murdock, "apakah auditor intern adalah agen perubahan ataukah penjaga status quo?" Kengganan untuk berubah merupakan risiko terbesar organisasi dan organisasi yang demikian akan menuju kematiannya sebab pada kondisi yang fluktuatif, berubah dengan sangat cepat bahkan chaos, organisasi yang dapat bertahan hidup adalah yang inovatif, kreatif, dinamis, fleksibel,resilient, intelligent, dan smart.

Adakah audit intern yang siap melakukan assessment terhadap perilaku organisasi, faktor manusia, daya dukung teknologi dan infrastruktur untuk meyakini membantu kesuksesan organisasi terhadap visi, tujuan, dan strateginya, serta risiko yang melekat?

Ubah citra audit intern yang hanya fungsi support atau penyedia jasa menjadi advisor yang dapat dipercaya (trusted advisor) dan kontibutor corporate leader. Untuk dapat

menjadi trusted advisor dan kontibutor corporate leader, audit intern tidak boleh sunyi senyap tertinggal (apalagi terbelakang), tidak nampak di pentas organisasi, dan statis memelihara status quo dan zona nyamannya.

Sebaliknya audit intern wajib memiliki kemampuan dan menawarkan hindsight (tinjauan yang empiris atas historis yang sudah terjadi), insight (kecemerlangan wawasan dan konsep yang dalam), dan foresight(tinjauan ke masa depan). Cara pandang auditor intern adalah masa lalu (past), saat ini (present), dan yang akan datang (future) akan membuat audit intern sebagai profil yang dicari pendapat dan pemikirannya.

Dengan cara ini, stigma auditor intern sebagai stopper atau berkutat pada compliance-centric akan berubah menjadi valued experts di nature of work-nya yaitu tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian.

(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

Tag: Diaz Priantara , The Institute of Internal Auditors Indonesia

Penulis: Diaz Priantara , Ak, BKP, CA, CPA, CICA, CCSA, CRMA, CFSA, CIA, CFE Editor: Cahyo Prayogo

Referensi

Dokumen terkait

pengelola satuan pendidikan dan para guru yang langsung berhadapan dengan situasi dan kondisi siswa di dalam kelas, mengacu pada GBPP yang disiapkan. Kemampuan guru

Dari 20 data yang penulis gunakaan, Tirto.id cenderung menampilkan representasi negatif dari Anies-Sandi dan representasi positif dari Ahok-Djarot dengan memanfaatkan

Pada penelitian ini, faktor faktor yang mempengaruhi kadar LDL serum ditiadakan dengan pengadaan kelompok kontrol yang disamakan aktivitas, dan pola makannya

dalam proses belajar, guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menetukan jawaban. Langkah kedua, guru

–– Arus atau tegangan yang terbentuk karena Arus atau tegangan yang terbentuk karena adanya energi yang masuk atau keluar dari adanya energi yang masuk atau keluar dari

Manajemen dan Organisasi memiliki hubungan yang erat, untuk men$apai suatu tujuan maka dibutuhkan kerja team, ibaratkan di suatu perusahaan seorang

Berdasarkan hasil analisis sampel menunjukkan bahwa dengan kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan rumput laut digunakan sebagai salah satu bahan penyusun utama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Mind Mapping terhadap keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS. Penelitian ini