• Tidak ada hasil yang ditemukan

tanggung jawab pemerintah terhadap penegakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "tanggung jawab pemerintah terhadap penegakan "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

HUKUM LINGKUNGAN

“TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH TERHADAP

LINGKUNGAN HIDUP”

Disusun Oleh:

Nama: Melia Dwi Putri. H

Nim: 02011181320093

Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya

(2)

Kata pengantar

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan semangat menulis makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Lingkungan yang berjudul

Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Lingkungan Hidup”.

Dalam makalah ini menyajikan pembahasan mengenai peran serta tanggung jawab pemerintah mengolah lingkungan hidup sebagai hak asasi dan konstitusional warga negara Indonesia.

Dengan adanya makalah ini diharapkan agar kita dapat memahami pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang dalam hal ini dilakukan oleh pemerintah selaku representasi rakyat.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini akan ditemukan kekurangan di sana- sininya yang harus diperbaiki, mudah- mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca.

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

Bab II Permasalahan

A. Pengertian Lingkungan Hidup

B. Keadaan Lingkungan Hidup

C. Peranan Pemerintah dalam Pengaturan Perundangan

D.Tanggung Jawab dan Kewajiban Penguasa

E.Tanggung Jawab Negara Terhadap Alam dan Lingkungan

F. Analisis Kasus Lumpur Lapindo

Bab III Kesimpulan dan Saran

(4)

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, bunyi pasal 28H Undang- undang dasar Republik Indonesia. Telah tertuang dalam konstitusi Negara Republik Indonesia tahun 1945 bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia, sehingga merupakan kewajiban pemerintah salah satunya untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dedalam pelaksanaan dan pembangunan berkelanjutan yang dikemudian hari merupakan penunjang hidup bagi rakyat dan juga makhluk hidup lainnya.

Dewasa ini ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas maupun kualitas yang tidak merata sedangkan untuk kebutuhan kegiatan pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat, disisi lain kegiatan pembangunan juga mengandung resiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan yang kemudian dari kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang kemudian menjadi beban dan perhatian sosial.

Oleh karena itu lingkungan hidup indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, dengan upaya- upaya apa saja yang dilakukan pemerintah selama ini bahkan untuk di masa yang akan datang karna tidak dipungkiri bahwa kekhawatiran akan pemanasan global telah menjadi masalah pelik dunia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas adapun permasalahan dalam makalah ini sebagai berikut :

- Apa pengertian lingkungan hidup?

- Bagaimana keadaan lingkungan hidup saat ini? - Dimana pengaturan dalam perundang- undangannya?

(5)

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.

B. Keadaan Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan, salah satu

problematika yang tengah menjadi sorotan dunia yaitu pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup.

(6)

Indonesia membutuhkan berbagai sumber daya alam untuk menghidupi negaranya.

Dan saat kita berbicara mengenai problematika lingkungan ada dua masalah terbesar yaitu masalah pemanfaatan atau pendayagunaan dan perusakan

lingkungan. Masalah pemanfaatan dan perusakan ini dibatasi oleh masalah etika dan masalah moral. Masalah pemanfaatan setiap manusia pasti memahami cara memanfaatkan lingkungan. Namun, mereka tidak memperhatikan batasan-batasan alam, pendayagunaan lingkungan sehingga tanpa sadar ataupun sadar mereka melakukan perusakan terhadap lingkungan hidup. Masalah kerusakan lingkungan hidup mengurai lebih lanjut, kita perlu memperjelas lebih dahulu apa pengertian dari etika dan moral. Etika dapat dipahami sebagai filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika memberikan peninjauan untuk menentukan sikap pada manusia agar manusia tidak hidup dengan cara mengekor saja terhadap berbagai pihak yang mau menetapkan bagaimana kita harus hidup, melainkan agar membantu kita lebih mampu untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita. Sedangkan moral adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, kotbah-kotbah,

patokan-patokan,kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik.

C. Peranan Pemerintah

(7)

lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, Analisis resiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrument lain sesuai dengan kebutuhan dan atau perkembangan ilmu pengetahuan. Mengenai hal – hal tersebut, akan dibahas pasal- pasal tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup berdasarkan dari Undang – undang No. 32 Tahun 2009.

D. Tanggung Jawab Dan Kewajiban Penguasa

Kekuasaan selalu berkaitan dengan tanggung jawab dan kewajiban. Dilihat dari segi perkembangan demokrasi, dua hal ini merupakan unsur dari kesatuan pengertian kekuasaan. Dewasa ini hampir tidak ada kekuasaan yang tidak diikuti oleh tanggung jawab dan kewajiban. Sebab bila tidak, hal demikian mengarah kepada negara totaliter. Dengan demikian kekuasaan akan diikuti kemudian, baik dengan kewajiban maupun tanggung jawab, karena keduanya memiliki hubungan konsekuensi.

Dalam sistem pemerintahan modern, kekuasaan yang tidak diikuti oleh tanggung jawab penguasanya sudah ditinggalkanberhubung aspek pengendalian yang datang dari pihak masyarakat (public control) sudah sedemikian besar. Demikian juga tidak terkecualinya kepada aspek pengelolaaan sumber daya alam dan lingkungan, negara tidak hanya berperan menguasai dan mendapatkan manfaat yang sebesar- besarnya, meskipun hal itu kemudian ditujukan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat (social prosperity).

Diatas telah disebutkan, bahwa dalam sistem pengelolaan lingkungan, dikenal negara memiliki kekuasaan atas sumber daya alam. Prinsip demikian berarti bahwa negara melalui pemerintah berwenang mengatur, memngendalikan, dan mengembangkan segala hal yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan.

(8)

pula merefleksikan adanya tanggung jawab yang sangat besar pula. Karena itu kekuasaan yang mahaluas harus pula diikuti dengan pengaturan pengelolaan lingkungan yang bervisi kepentingan rakyat banyak, pemeliharaan alam dan lingkungan, pencegahan pencemaran, perlindungan terhadap segala ancaman yang merusak dan berpotensi merugikan alam dan lingkungan, serta pula bertanggung jawab atas hal- hal yang merugikan masyarakat dari kerusakan alam dan

lingkungan termasuk bencana alam.

Mendasarkan pada aspek kekuasaan yang berlandaskan dan bersumber dari instrumen hukum yang kuat dan jelas yakni pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan diikuti UUPLH 2009 maka pada dasarnya negara pun sebenarnya harus

bertanggung jawab secara yuridis atas semua hal yang menjadi objek

penguasaannya. Sebab sekalipun kekuasaan negara demikian dikaitkan dengan aspek klausul bahwa kekuasaan bukan berarti memiliki namun aspek menguasai adalah identik dengan memiliki dan kalau dideskripsikan dengan bahasa lain maka kekuasaan negara demikian pada aspek yang lebih realistik akan terlihat menjadi menguasai atau dengan menguasai adalah memiliki batas keduanya begitu sangat tipis dan hampir tidak dapat dibedakan karena itu menurut pameo hukum, siapa yang menguasai ia memiliki maka ia pun senantiasa bertanggung jawab.

Tetapi jika ditinjau dari segi formal juridis, di berbagai produk legislatif mengenai pengaturan berbagai aspek sumber daya alam dan lingkungan dari tingkat undang- undang sampai dengan peraturan perundang- undangan yang lebih rendah, tidak terdapat pengaturan yang khusus memberikan tanggung jawab kepada negara atau pemerintah. Sepintas lalu bila melihat keadaan demikian memang tampak tidak begitu adil (fair) dan konsekuen, mengapa hanya

merumuskan masalah kekuasaan dan penguasaan negara saja namun tidak pula mengaitkannya dengan kewajiban negara mengenai formula juridis atau

(9)

Dilihat dari interpretasi yang lebih terpadu, sebenarnya aspek kekuasaan negara atas semua sumber daya alam dan lingkungan menjadikannya sudah sedemikian rupa memiliki tanggung jawab, apakah demikian halnya? Masalah ini masih memerlukan kesempatan untuk mengkaji secara khusus dengan berbagai aspek yang lebih integral dan komprehensif.

E. Tanggungjawab Negara Terhadap Alam dan Lingkungan

Berkaitan dengan faktor problematis mengenai penguasaan alam oleh negara, dan kemudian tanggung jawab hukum negara kepada pengaturan

lingkungan, pemeliharaan alam, pencegahan kerusakandan sifat tanggung jawab terhadap bencana alam, dibawah ini perlu dibahas secara lebih jauh. Siapa atau pihak mana yang dimintai tanggung jawab jika terjadi kerusakan alam dan bencana alam, termasuk bukan karena sebab atau berkaitan dengan rangkaian perbuatan manusia?

Pencemaran lingkungan, yang timbul dari aktifitas manusia, maupun yang timbul karena proses (aktifitas) alam, memiliki dampak yang sama terhadap perikehidupan manusia. Yaitu, sama- sama merugikan kepentingan manusia, dalam wujud mengancam kesehatan, merusak sumber daya lingkungan, mengurangi jumlah aset- aset ekonomi, dan menurunkan mutu tata ekologis.

Akan tetapi jika dihubungkan dengan proses tanggung jawaqb kedua macam insiden diatas,. Terjadi perbedaan karakter yang lebih mendasar. Perbedaan yang dimaksudkan disini ini ialah perbedaan karakter pertanggung jawaban atas kerugian- kerugian yang timbul sebagai akibat pencemaran lingkungan hidup, baik yang timbul karena aktifitas manusia maupun karena proses alam sendiri.

(10)

perbuatan yang timbul karena “ulah” alam itu sendiri? Berikutnya adalah apakah kerugian- kerugian yang timbul karena pencemaran yang berasal dqari aktifitas alam dapat dituntutkan suatu pertanggungjawaban ganti rugi oleh pihak- pihak korban, dan kepada siapa ia menuntut ganti rugi itu?

Disatu sisi, pencemaran lingkungan yang bersumber dari aktifitas manusia,. Kini tidak asing lagi kita lihat dan kita rasaskan sehari- hari. Hal demikian terjadi dengan pencemaran oleh pabrik- pabrik, kecelakaan lingkungan karena aktifitas perbuatan manusia, seperti runtuhnya bangunan, karena

pemakaian atau pemproduksian zat- zat berbahaya, atau karena pemakaian instalasi pertambangan, gudang amunisi, kilang minyak dan lain- lain,.

Disisi lain, tidak asing pula kita dengar pencemaran yang akibatnya justru lebih dahsyat ditimbulkan oleh pencemaran non alamiahseperti diatas, yakni bencana alam karena memang benar- benar perbuatan alam. Misalnya meletusnya gunung berapi yang memuntahkanlahar dingin atau panas, kemudian

memusnahkan sawah ladang serta harta benda penduduk bahkan ada yang meminta korban nyawa manusia seperti gunung galunngungg meletus beberapa tahun yang lalu. Bencana lainnya seperti banjir dan tsunamiyang terjadi di Aceh tahun 2004 dan Pantai Selatan Pulau Jawa tahun 2006, telah menghanyutkan ratusan ribu manusia, memporak porandahkan rumah- rumah penduduk, sawah, tambak- tambak perikanan, merusak waduk dan irigasi, menghanyuitkan jembatan hingga mengakibatkan kerugian bernilai puluhan miliar rupiah.

Jika pada sebab akibat yang pertama, pertanggung jawaban hukum dengan berbagai mekanisme juridisnya sudah jelas, yakni siapa yang melakukan

pencemaran itu dengan sendirinya dikaitkan kepada subyek pertanggung jawabannnya . sementara pada sebab akibat yang kedua, yakni bencana alam, apakah dapat dikaitkan dengan suatu subyek pertangungg jawaban tertentu?

(11)

dengan aspek kekuasaan negara kepada alam, sumber- sumber daya alam dan lingkungan.

Permasalaha yang hendak dikemukakan disini adalah, pertama, bagaimana mengaitkan bencana alam yang terjadi dengan suatu subyek pertanggung jawaban. Kedua, apakah dimungkinkan pihak korban bencana alam demikian menuntut suatu tanggung jawab.

Apakah kedua karakter pencemaran atau pengrusakan alam yang

disebutkan diatas dapat dituntut pertanggung jawaban, karena telah menimbulkan kerugian- kerugian pada korban?

Pertanggung jawaban hukum demikian, dapat dihubungkan kepada pengertian pencemaran lingkungan yang ditetapkan oleh undang- undang. Pengertian pencemaran lingkungan, perlu kiranya kita lihat dulu dalam UUPLH NO `32 tahun 2009, karena UUPLH memasukkan selain manusia, juga alam sebagai pelaku atau sumber perbuatan pencemaran. Definisi pencemaran

lingkungan menurut UUPLH adalah masukannya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Pengertian pencemaran lingkungan yang diberikan oleh UUPLH, hampir sama dengan pengertian yang ditetapkan lembaga- lembaga hukum, baik yang berbentuk konvensi internasional, rekomendasi, maupun prinsip yang diberikan pada perbincangan- perbincangan yang bersifat internasional.

(12)

bersumber dari aktifitas alam(man actifity), tidak bisa dianggap sebagai suatu pengertian pencemaran lingkungan bahwa konsekuensi yang terpenting adalah dalam kaitannnya dengan pertanggungjawaban secara hukum (liability).

Menurut hemat kita terlepas dari pencatuman perbuatan alam seperti itu, pemerintah dalam konsekuensinya sebagai pemegang kekuasaan atas alam dan lingkungan, sudah dengan sendirinya memiliki tanggung jawab hukum

berdasarkan aspek legal consequence dari aspek penguasaan alam dan lingkungan. Kalu proses alam dikaitkan dengan pencemaran, sebagai bagian dari aktifitas lain diluar perbuatan manusia, maka membuka peluang membahas masalah, yaitu siapakah yang bertanggung jawab andaikata timbul pencemaran- pencemaran lingkungan yang bersumber dari aktifitas alam atau bencana alam? Sampai sejauh mana pertanggungjwaban kepada pihak yang dibebankan tanggung jawab, dan siapa yang menjadi subyek pertanggung jawaban demikian? Apakah mula pertanggung jawaban jenis demikian masuk kategori pertanggung jawaban hukum, ataukah dapat dinilai dari dimensi lain diluar penilaian hukum seperti pertanggungjawaban moral atau politis, atau bahkan tidak bernilai

pertanggungjawaban sama sekali?

UUPLH tidak menjelaskan lebih lanjut tentang masalah demikian. Hanya dalam penjelasan pasal 1 butir 7, menyatakan pencemaran lingkungan hidup oleh proses alam dimasukkan dalam merumuskan mengingat akibatnya perlu di tanggulangi. Penanggulangan ini merupakan kewajiban pemerintah, artinya pemerintah yang bertanggung jawab apabila terjadi pencemaran lingkungan sebagai akibat dari aktifitas alam.

F. Analisis Kasus Lumpur Lapindo

(13)

permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Lokasi semburan lumpur panas berada di Kecamatan Porong, di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 kilometer sebelah selatan Kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan di sebelah selatan. Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur BanjarPanji-1, yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai pelaksana teknis blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut.

Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori yang berhubungan dengan asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kegiatan

pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.

Perbuatan pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas di blok Brantas yang telah terjadi selama beberapa periode eksplotasi ini telah membuat Lapindo Brantas menjadi tersangka utama dalam dugaan adanya pelanggaran terhadap UUPLH sekaligus penerapan sanksi pidana terhadap sangkaan terjadinya kejahatan korporasi oleh Lapindo Brantas, sampai saat ini menyebab dari

semburan lumpur tersebut masih diselidiki oleh pihak yang berwenang, namun korban serta lingkungan yang rusak terus bertambah besar dan luas jumlahnya, tanpa ada yang tahu kapan lumpur tersebut akan berhenti. Yang sangat jelas terlihat saat ini adalah Lapindo Brantas sebagai pemegang hak eksploitasi dan eksplorasi dari BP Migas telah menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan, dalam UUPLH No. 23 Tahun 1997 hal ini telah

(14)

Di Indonesia, salah satu peraturan yang mempidanakan kejahatan korporasi adalah Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. Hal ini dapat dilihat dari isi pasal 46. Meskipun tidak digariskan secara jelas seperti dalam KUHP Belanda, berdasarkan sistem hukum pidana di Indonesia pada saat ini terdapat 3 bentuk pertanggung jawaban pidana dalam kejahatan korporasi berdasarkan regulasi yang sudah ada, yaitu :

1. Dibebankan pada korporasi itu sendiri, seperti diatur dalam Pasal 65 ayat 1 dan 2 UU No.38/2004 tentang Jalan.

2. Dapat pula dibebankan kepada organ atau pengurus korporasi yang melakukan perbuatan atau mereka yang bertindak sebagai pemimpin dalam melakukan tindak pindana, seperti yang diatur dalam pasal 20 ayat

3. UU No.31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi dan UU No.31/2004 tentang Perikanan

4. Kemudian kemungkinan berikutnya adalah dapat dibebankan baik kepada pengurus korporasi sebagai pemberi perintah atau pemimpin dan juga dibebankan kepada koorporasi, contohnya seperti dalam pasal 20 ayat 1 UU No.31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.

Kejahatan korporasi adalah merupakan pelanggaran atau tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi, yang tentunya berkaitan dengan hubungan keperdataan, artinya hubungan yang menimbulkan tindak pidana tersebut adalah perbuatan perdata. Melakukan pengeboran yang bertujuan sebagai kegiatan penambangan gas, menurut pengertian kejahatan korporasi adalah merupakan perbuatan perdata, sedangkan hal yang berlanjut mengenai adanya kesalahan manusia atau human error dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain adalah merupakan perbuatan tindak pidana.

Human error yang dilakukan oleh Lapindo Brantas adalah tidak dipasangnya pipa selubung dalam aktivitas pengeborannya sehingga mengakibatkan bencana itu terjadi. Pemasangan pipa selubung yang tidak

(15)

Hal seperti ini dapat dikatakan sebagai sebuah perbuatan tindak kejahatan. Dalam kasus Lapindo ditemukan beberapa pelanggaran hukum yang bisa dijerat dengan pasal-pasal dalam undang-undang antara lain hukum lingkungan hidup, hukum Pidana dan hukum Perdata.

Sanksi dapat dijatuhkan kepada perorangan yaitu setiap orang yang memberi perintah maupun yang melaksanakan perintah, dalam kejadian ini, korporasi dapat juga dijadikan tersangka sesuai dalam Pasal 45 dan Pasal 46 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hingga saat ini tindakan nyata dari Lapindo sebagai pemegang izin eksplorasi dan eksplotasi pada Blok Brantas baru sebatas pemberian ganti rugi terhadap kerusakan fisik yang diderita warga sekitar daerah bencana. Sementara upaya menghentikan semburan lumpur dan upaya penanggulangan dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan sebagai akibat lain dari bencana tersebut belum ditangani secara benar dan sistematis.

definisi tentang perusakan lingkungan hidup yang terdapat dalam Pasal 1 angka 14 memuat unsur-unsur sebagai berikut :

1. Adanya tindakan, tindakan yang dilakukan adalah pengeboran migas oleh PT. Lapindo Brantas dalam rangka mengeksplorasi dan ekplotasi sumber migas di Blok Brantas tersebut.

2. Menimbulkan perubahan langsung atau tidak terhadap perubahan fisik dan atau hayati lingkungan, semburan dan luberan lumpur yang masih terjadi saat ini memuat kandungan bahan-bahan berbahaya dan beracun yang mengakibatkan perubahan langsung terhadap perubahan fisik lingkungan hidup di Kec. Porong dan sekitarnya yang belum ada kepastian sampai berapa lama lagi luberan lumpur ini akan berlanjut.

3. Yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan, melihat fakta luberan dan semburan lumpur yang semakin hari semakin meningkat sudah jelas tidak akan terjadi

(16)

belum jelas, ganti rugi yang diberikan oleh pihak Lapindo Brantas terhadap masyarakat ternyata tidak memberikan suatu keadaan yang cukup, masih banyak masyarakat yang mengeluhkan tentang ganti rugi yang tidak sepadan dengan apa yang masyarakat miliki sebelumnya. Hal ini mengakibatkan banyaknya warga yang terlantar dan tidak mempunyai suatu penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan.

Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk menindak lanjuti permasalahan yang hingga saat ini belum terselesaikan. Seharusnya

(17)

BAB III

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Lingkungan hidup di Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik yang didasarkan pada asas tanggung jawab negara yang artinya negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang akan memberikan manfaat yang sebesar- besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini dan masa yang akan datang, negara juga menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. Perlindungan dan pengelolaaan lingkungan hidupmenuntut

dikembangkannnya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus yang harus

dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dalam hal ini pemerintah telah memberi kuasanya kepada menteri untuk melaksanakan seluruh kewenangan dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta kepada pemerintah daerah dengan menerapkan sistem yang dibuat sedemikian oleh pemerintah sebagai langkah preventif dalam mencegah pencemaran dan kerusakaan lingkungan hidup.

Saran

Pembenahan dan konsistensi pemerintah dalam menjalankan dan menerapkan suatu sistem dianggap perlu dalam mengupayakan lingkungan hidup yang layak untuk generasi ke depan, kemudian yang dibebankan oleh pemerintah yaitu lembaga- lembaga yang mempunyai beban kerja mestinya melakukan koordinasi pelaksanaan kebijakan, serta dibutuhkan suatu organisasi dengan portofolio menetapkan, melaksanakan dan mengawasi kebijakan untuk kepentingan

(18)

BAB IV

Daftar Pustaka

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2006. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta:Gadjah Mada University.

Silalahi, Daud. 1996. Hukum Lingkungan. Bandung:Alumni.

Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan. Bandung:PT Refika Aditama.

Siahaan, N.H.T. 2009. Hukum Lingkungan. Jakarta:Pancuran Alam.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 144. Sekretariat Negara. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

BUMdes dengan semangat gotong royong harus bertujuan untuk memberikan keadilan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dalam pengelolaan

Berdasarkan pada hasil olahan statistik yang digunakan dalam penelitian ini hasil analisis regresi linier berganda yang terdapat dalam lampiran diketahui bahwa koefisien determinasi

yang direkomendasikan Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

nantinya dapat digabungkan dengan pemodelan emisi gas rumah nantinya dapat digabungkan dengan pemodelan emisi gas rumah nantinya dapat digabungkan dengan pemodelan emisi gas rumah

40 Hasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Paket Gizi & Kesehatan di Posyandu.. 4 I Hasil

Pada penelitian ini digunakan posisi kemunculan hiu paus dan faktor oseanografi dari data penginderaan jauh dengan menggunakan maximun entropy model untuk memprediksi daerah

Pada masa kini, kerajaan Malaysia telah memandang serius isu kemampuan memiliki rumah ini terutama bagi pembeli rumah pertama. Maka kajian ini akan menyediakan

Masyarakat di harapkan mengetahui ciri – ciri uang palsu dan lebih teliti dalam menerima uang sehingga pada akhirnya di harapkan peredaran uang palsu