• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Islam dan Keadilan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Islam dan Keadilan Sosial"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonomi Islam dan Keadilan Sosial Bayu Taufiq Possumah

Kandidat Phd dan Peneliti Ekonomi Islam

Research Center for Islamic Economic and Finance (EKONIS) Universitas Kebangsaan Malaysia

Keadilan Sosial dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, saat kita merujuk pada Qur’an maka kita dapati konsep keadilan sangat eksplisit. Hal itu terlihat dari penyebutan kata keadilan di dalam al- Qur’an mencapai lebih dari seribu kali, yang berarti; kata urutan ketiga yang banyak disebut al-Qur’an setelah kata Allah dan ‘ ilm. Term-term adil yang digunakan dalam al-Quran terdapat tiga bentuk, yaitu al-mizan, al-‘adl, dan al-qisth. Keadilan biasa dimaknakan dengan memberikan hak kepada yang berhak (yu’thi alhaqq haqqahu) atau meletakkan sesuatu pada tempatnya (wadh’u assyai ‘ala maudhi’ihi). Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas (1992), secara bahasa keadilan pada umumnya adalah tentang; (i) pengetahuan dan kemampuan untuk menempatkan yang betul dan wajar bagi sesuatu benda atau manusia, (ii) kebenaran yang menentang kesalahan, (iii) cara atau batasan, (iv) keuntungan kerohanian terhadap kerugian, dan (v) kebenaran terhadap kepalsuan.

(2)

Prinsip-prinsip Keadilan Sosial dalam Ekonomi Islam Berbasis Tauhid.

Keadilan sosial dalam Islam merupakan implikasi dari prinsip fundamental yang mendasari seluruh ajaran Islam, yakni tauhid. Tauhid bukanlah ajaran abstrak dan ‘melangit’ semata, akan tetapi berhubungan langsung dengan persoalan kehidupan individual dan sosial, serta mengilhami rasa tanggung jawab sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan atau berkekurangan. Jika Allah sebagai satu-satunya pencipta, maka seluruh ciptaannya adalah sama (egaliter) memiliki hak karunia-Nya. Semua pernyataan tadi diperkuat dengan keharusan mengimani akan Hari Pengadilan (yaumul hisab) sebagai pertanggungjawaban setiap individu terhadap-Nya. Sebab implikasi penolakan terhadap Hari kiamat adalah melemah bahkan hilangnya rasa tanggung jawab dan tidak peduli terhadap seruan berbuat baik kepada kaum yang lemah (dhu’afa). Oleh karenanya, sejak awal sekali al-Quran menuduh politeisme (syirk) masyarakat Mekkah yang menjadi gejala segmentasi masyarakat dan ketimpangan sosial adalah sebab utama kebangkrutan sosial dan hilangnya rasa solidaritas antar sesama. Karenanya keprihatinan Islam di Mekkah pada masa awalnya adalah politeisme dan kezaliman sistem ekonominya. Perilaku syirk (politeisme) dipandang sebagai dosa tak terampuni (QS 4:48,116) dan sebagai kejahatan manusia terbesar terhadap dirinya sendiri (QS.31:13). Implikasi politeisme, tidak adanya iman Hari kepada Hari Kiamat ini bukan saja menimbulkan kepincangan sosial tetapi juga menumpuk sikap individualistis dan menimbun kekayaan sebanyak mungkin, penindasan terhadap kaum lemah, bahkan berakibat terhadap pandangan bahwa dengan kekayaan seseorang dapat hidup secara abadi tanpa sangsi keagamaan apa pun, “Dan mereka berkata: ‘kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak dan sekali-kali kami tidak akan diazab” (QS. 34:35).

Distribusi kesejahteraan yang merata (Justified Distribution of Welfare)

(3)

Dalam praktiknya, seringkali timbul konflik pengertian antara prinsip keadilan distributif ini dengan konsep “charity . Konsep “charity menyangkut ide “bagi semua sesuai‟ ‟ kebutuhannya” (to each according to his needs), sedangkan dalam prinsip distributive justice, ideanya adalah “bagi semua sesuai dengan kontribusinya” (to each according to his contribution). Kesalahpahaman mengenai kedua pengertian ini sering menimbulkan dua cara pandangan ekstrim pada masing-masing posisi, sehingga menimbulkan perdebatan dan bahkan konflik yang tidak berkesudahan. Yang satu terlalu menekankan doktrin kesucian hak milik dan kesucian kontrak (the sanctity of property and the sanctity of contract), sedangkan yang lain menekankan pentingnya intervensi pemerintahan Negara untuk mempertahankan atau memaksakan tegaknya tata sosial yang berkeadilan.

Perlu diketahui, pada tataran konsep distribusi kekayaan inilah, salah satu prinsip yang menempatkan sistem ekonomi Islam berada ditengah antara sistim kapitalisme dan sistim sosialisme. Ekonomi Islam memfokuskan perhatiannya pada distribusi sebelum membahas sektor produksi. Siapakah yang memilikinya? Dengan cara bagaimana produk distribusikan, dan apa saja kewajibannya? Karenanya dalam rangka sistem distribusi kekayaan yang berkeadilan, Ekonomi Islam menganggap perlunya harmonitas antara tiga ranah kekuasaan ekonomi, yaitu negara (state), kekuatan masyarakat (civil society), dan kekuatan pasar (market) sekaligus. Bagaimana pun, dalam mekanismenya hubungan sinergis di antara ketiga cabang kekuasaan negara, pasar, dan masyarakat selalu diperlukan peran pengendali utama, yang berfungsi sebagai “dirigent‟ atau supervise. Peran demikian tidak lain harus dan hanya dapat dimainkan oleh negara yang mendapat mandat dari seluruh rakyat untuk memegang dan menyelenggarakan kekuasaan secara umum.

Prinsip Jaminan sosial (Social Security)

(4)

Tentang kaitan antara hukum-hukum syariah dengan kemaslahatan manusia banyak dibahas oleh para ulama diantaranya Imam Al-Izz bin Abdul Salam, dalam kitab beliau Qawaid al-Ahkam fi Masalih al-Anam. Sebagai kesimpulan, setidaknya ada empat nilai utama yang bisa ditarik dari sistem ekonomi Islam dalam membentuk keadilan sosial yaitu:

- Tauhid dan Maslahah Syari’yyah sebagai landasan pemikiran dan tujuan aplikasi dari ekonomi Islam untuk mewujudkan keadilan sosial dari semua aspek kehidupan. - Moralitas menjadi pembatas atas kebebasan yang dimiliki, sehingga setiap individu

dalam melakukan aktivitasnya selalu mempertimbangkan dampaknya bagi orang lain. - Kesetaraan (equality) kewajiban dan hak, hal ini mampu menyeimbangkan antara hak

yang diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

- Peranan positif dari negara, sebagai regulator yang mampu memastikan kegiatan ekonomi berjalan dengan baik sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain.

- berusaha untuk selalu bermusyawarah , bekerja sama, dan saling menyokong sebab hal ini menjadi salah satu fokus utama dalam ekonomi Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan membaca dan mencermati setiap kata dan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam hasil cerpen siswa dan pada akhirnya

hasil kajian dokumen hasil belajar aspek kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika di Semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan hasil belajar siswa masih

Lithos filling machine adalah suatu mesin yang digunakan untuk pengisian pelumas ke dalam lithos (botol kemasan plastik ) yang menggunakan

[r]

Upaya Yang Dilakukan Oleh Penyidik Polres Kediri Kota Untuk Mengatasi Kendala Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perjudian Adapun upaya

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

Sosialisasi ke koalisi perempuan indonesia (KPI), Pada segmen pemilih perempuan, KIP bekerjasama melakukan sosialisasi ke KPI Aceh, sehingga dari pihak KPI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puslitkes Atmajaya dengan Rifka Annisa (Hayati, 1999), tampak bahwa 76% dari 125 korban yang berkonsultasi ke RAWCC