• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perjudian (Studi Di Polres Kediri Kota)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Urgensi Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perjudian (Studi Di Polres Kediri Kota)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)URGENSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEREMPUAN SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIAN (Studi Di Polres Kediri Kota). SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh: AULIA MAHFIROTI RAHAJENG NIM. 105010107111085. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2014.

(2) i.

(3) ii.

(4) KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan hanya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan Rahmat dan Karunia yang tiada henti hingga penulis dapat sampai pada tahap ini, khususnya dengan selesainya skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang memberikan doa, semangat, motivasi, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Sihabudin, SH. MH., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. 2. Ibu Eny Harjati, SH. M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Faultas Hukum Universitas Brawijaya. 3. Dr. Nurini Aprilianda, SH.M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ardi Ferdian, SH.M.Kn., selaku Dosen Pembimbing Pendamping, atas waktu, tenaga, pikiran, bimbingan dan motivasi serta kesabarannya yang luar biasa untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis.. iii. yang telah.

(5) 6. Seluruh jajaran anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Timur Resort Kediri Kota yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 7. Keluarga tercinta, Bapak Sadjuri yang sudah menjadi bapak terhebat dunia, Ibuk Suprapti yang menjadi ibuk terbaik dunia, Nur Aziziah yang selalu menjadi mbak yang mendengar segala keluh kesah adik-adiknya, Auliana Rahmawati saudara kembar yang selalu menemani mulai dari dalam kandungan sampai lahir dan besar menjadi sekarang ini, M Gadang Pambudi adik laki-laki yang selalu dikangeni dan disayang-sayang. Saudara yang sudah seperti saudara kandung lagi Yazid Moh Waid Abror selaku adik laki-laki yang baik dan penurut. 8. Ahmad Faishal Abdurrahman, terima kasih buat kamu yang sangat sabar sekali menerima semua bentuk kekesalan, setia dan selalu ada dalam keadaan apapun, ikhlas memberikan segala sesuatu yang terbaik, kamu adalah motivator pribadi dan penyumbang semangat tiada henti. 9. Keluarga Sigura-gura Utama Kav. 23, Ainun Mustakhlafin, Dea Lintang Kinasih, Ani Nurina Laili dan Bulan Indah Permata, kalian adalah saudara terhebat yang selalu memberikan dukungan dan doa serta menjadi saudara yang selalu berbagi kebahagiaan. 10. Keluarga Griyashanta A104, Sukma, Mustika, Nessa, Ucha, Gita, Nana, Dini, Yesy, Liel, Clara, teman-teman terbaik yang memberikan banyak sekali kenangan manis, pahit, asam, asin yang kelak akan selalu indah untuk dikenang.. iv.

(6) 11. Keluarga Tata Surya No.9, Johar, Arih, Erwin dan Rian, terima kasih kesediaan waktunya menemani dan berbagi cerita, kalian tidak hanya menghibur saat lagi susah tetapi sudah menjadi bagian dari keluarga yang luar biasa dan bakal selalu dirindukan. 12. Keluarga Besar Forum Mahasiswa Hukum Peduli Keadilan Fakultas Hukum (FORMAH PK FH-UB) yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, pengalaman yang luar biasa dan segala hal baru yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Salam Kebenaran, Keadilan dan Kerakyatan. 13. Keluarga FORMAH PK FH-UB, kakak-kakak kesayanganku Angkatan 2009 yakni Mas Arma, Mas Kausar, Mas Adi, Mas Ferry, Mas Aping, Mas Diby, Mas Bara, Mas Memed, Mas Hafid, Mas Dhimas, Mas Geo, Mas Fikri, Mas, Mas Appendygta, Mba Siska, Mba Dewi, dan lain-lainnya yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat bagi penulis. 14. Keluarga FORMAH PK FH-UB, teman-teman terbaik Angkatan 2010 yakni Alfiolita, Mayang, Desemti, Shelvy, Santi, Tika, Nirwana, Dini, Anis, Diastri, Intan, Ayu Bimo, Isty, Widya, Eja, Rasya, Febi, Rizaldi, Aap, Satrio, Yossie, Anggi, Lucky, Hendro, Firman, Danang, Choiril dan lain-lainnya yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat yang luar biasa tiada henti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.. v.

(7) 15. Keluarga FORMAH PK FH-UB, adik-adik kesayanganku Angkatan 2011 yakni Ricky, Lery, Rian, Ichal, Andri, Robby, Gatra, Arya, Wildan, Periansyah, Dias, Erwin, Johar, Ghani, Nitha, Firda, Irine, Yulia, Fia, Salsa, Naya, Suchi, dan lain-lainnya yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat bagi penulis. 16. Keluarga FORMAH PK FH-UB, adik kesayanganku Angkatan 2012 yakni Devi, Hani, Gibtha, Fanny, Dita, Icha, Fifit, Wike, Laurensia, Imas, Fatimah, Inne, Azmy, Azhar, Ajay, Arik, Zaka, Shidiq, Rajendra, Yoga, Ardivarian, dan lain-lainnya yang telah memberikan doa dan dukungan bagi penulis. 17. Pihak-pihak lain yang turut membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis yakin skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, sehingga masukan dan kritik akan selalu penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam proses pembuatan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mengampuni kesalahan kita dan berkenan menunjukkan jalan yang benar. Malang, Mei 2014. Penulis. vi.

(8) DAFTAR ISI. Halaman Pengesahan .................................................................................... i Halaman Persetujuan .................................................................................... ii Kata Pengantar ............................................................................................. iii Daftar Isi....................................................................................................... vii Daftar Bagan ................................................................................................. ix Daftar Tabel .................................................................................................... x Daftar Lampiran .............................................................................................. xi Ringkasan ..................................................................................................... xii Summary...................................................................................................... xiii. BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 9 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10 E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 14 A. Kajian Umum Tentang Tindak Pidana .................................................. 14 1. Pengertian Tindak Pidana................................................................ 14 2. Unsur-unsur Tindak Pidana ............................................................. 15 3. Subyek Tindak Pidana ..................................................................... 16 4. Jenis-Jenis Tindak Pidana .............................................................. 17 B. Kajian Umum Tentang Perjudian ......................................................... 18 1. Pengertian Perjudian ....................................................................... 18 a. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ......................... 18 b. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian .................................................... 25 C. Kajian Umum Tentang Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Penyidikan...................................................................... 26 D. Kajian Umum Tentang Perempuan ...................................................... 28 E. Kajian Umum Tentang Penyidik Dalam Sistem Peradilan Pidana ....................................................................... 33 1. Penyidik Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ........ 33 2. Penyidik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.............................. 36 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 37 A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 37 B. Metode Pendeketan ............................................................................... 38 C. Lokasi Penelitian ................................................................................... 38 D. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................. 39 E. Teknik Memperoleh Data ..................................................................... 40 F. Populasi dan Sampel ............................................................................. 40. vii.

(9) viii. G. Teknis Analisis Data ............................................................................. 41 H. Definisi Operasional.............................................................................. 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 43 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 43 1. Gambaran Umum Kota Kediri .......................................................... 43 2. Gambaran Umum Polres Kediri Kota .............................................. 45 B. Realita Perjudian Yang Dilakukan Perempuan Yang Ditangani Polres Kediri Kota ...................................................... 58 C. Faktor-Faktor Penyebab Perempuan Melakukan Tindak Pidana Perjudian.................................................................................... 62 1. Faktor Memenuhi Kebutuhan Ekonomi ........................................... 63 2. Faktor Mengisi Waktu Luang ........................................................... 65 3. Faktor Lingkungan ........................................................................... 67 D. Pelaksanaan Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perjudian Ditingkat Penyidikan Di Polres Kediri Kota ........................................ 70 1. Kedudukan Dan Peranan Perempuan Didalam Hukum Dan Masyarakat .................................................................. 70 2. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Perjudian Ditingkat Perjudian ............................................... 72 E. KendalaYang Dihadapi Oleh Penyidik Polres Kediri Kota Dalam Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perjudian .............................................. 83 F. Upaya Yang Dilakukan Oleh Penyidik Polres Kediri Kota Untuk Mengatasi Kendala Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perjudian ........................... 86 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 90 A. Kesimpulan ........................................................................................... 90 B. Saran ...................................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93. viii.

(10) ix. DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 4.1 Struktur Organisasi Polres Kediri Kota .................................................. 46 Bagan 4.2 Struktur Organisasi Satreskrim Polres Kediri Kota .............................. 52. ix.

(11) x. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Data Kasus Perjudian dengan Tersangka Perempuan Yang Ditangani Polres Kediri Kota .......................................................... 58 Tabel 4.2 Jumlah tersangka perempuan Pelaku Tindak Pidana perjudian Sejak Tahun 2011 sampai dengan 2014 ..........................................60 Tabel 4.3 Umur Tersangka Perempuan Sebagai pelaku Tindak Pidana Perjudian Sejak tahun 2011 sampai dengan 2014.......................... 61. x.

(12) xi. DAFTAR LAMPIRAN A.. SURAT-SURAT 1. Surat Pernyataan Keaslian Skripsi 2. Surat Keterangan Pernah Melakukan Penelitian 3. Surat Penetapan Pembimbing Skripsi 4. Kartu Bimbingan Skripsi. xi.

(13) xii. RINGKASAN. Aulia Mahfiroti Rahajeng, Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Mei 2014, URGENSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEREMPUAN SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIAN (STUDI DI POLRES KEDIRI KOTA), Dr. Nurini Aprilianda, SH.M.Hum, Ardi Ferdian, SH.M.Kn. Pada penelitian ini, penulis mengangkat permasalahan Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perjudian. Pilihan tema tersebut dilatar belakangi oleh adanya perbuatan tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh perempuan. Tindak pidana perjudian yaitu mempertaruhkan sejumlah uang bentuk permainan yang bersifat untung-untungan bagi yang turut main. Dalam hal ini tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh perempuan mendapat perlindungan hukum ditingkat penyidikan mengenai hak-hak tersangka berdasarkan ketentuan yang ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Berdasarkan hal tersebut di atas, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah : (1) Apakah faktor-faktor penyebab perempuan melakukan tindak pidana perjudian? (2) Bagaimanakah pelaksanaan pemberian perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian ditingkat penyidikan di Polres Kediri Kota? (3) Apakah kendala yang dihadapi oleh penyidik Polres Kediri Kota dalam pemberian perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian dan bagaimana upaya untuk mengatasi kendala tersebut? Kemudian penulisan karya tulis ini menggunakan metode yuridis empiris dengan menggunakan metode pendekatan yuridis kriminologis dan yuridis sosiologis. Jenis data primer dan sekunder, serta sumber data primer dan sekunder yang diperoleh penulis akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu peneliti mendeskripsikan data-data yang diperoleh dilapangan (hasil wawacara, studi dokumentasi), kemudian data dilakukan suatu analisa, untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dari hasil penelitian dengan metode di atas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab perempuan melakukan tindak pidana perjudian yaitu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, mengisi waktu luang dan faktor lingkungan. Bentuk-bentuk perlindungan hukum yaitu Hak Penyelesaian Perkara Secepatnya, Hak Mempersiapkan Pembelaan, Hak Memberikan Keterangan Dengan Bebas, Hak Untuk Mendapatkan Bantuan Juru Bahasa, Hak Untuk Mendapatkan Bantuan Hukum dan Hak Menghubungi Dan Dikunjungi. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya jumlah penyidik, minimnya sarana dan prasarana dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang hukum. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah adanya pembagian tugas dan wewenag, memberikan fasilitas yang memadai guna sarana dan prasarana yang layak dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.. xii.

(14) xiii. SUMMARY. Aulia Mahfiroti Rahajeng, Criminal Law, Law Faculty Brawijaya University, May 2014, LEGAL PROTECTION TOWARD WOMEN ASGAMBLING PERPETRATOR (Study at KEDIRI POLICE OFFICE), Dr. Nurini Aprilianda, SH.M.Hum, Ardi Ferdian, SH.M.Kn. In this research, the writer adapt a problem about Law Protection toward Women as Gambling Perpetrator. The theme selection is motivated by gambling criminal action which is performed by women. Gambling is an action that is opposing against our law whereas this case has become the custom in almost every society. Gambling criminal action that is betting certain amount of money as a form of speculative game for each person who play. In this case the gambling criminal action which is performed by women has gotten the legal protection in investigation level regarding suspect’s rights based on provision in the book of law act criminal procedure (KUHAP). Based on those explanation above, this papers raise formulation of the problems: (1) what is the factors that makes women do the gambling criminal action? (2) How is the implementation of the provision of women’s legal protection as perpetrators of gambling at the level of investigation in the Kediri County Police Office? (3) What are the constraints faced by the investigator of Kediri County Police Office in granting legal protection toward women as perpetrators of gambling criminal action and how is the effort to overcome the obstacle? Later on writing this papers, the writer using juridical method of empirical by using juridical criminological approach to reveal the formulation problem number one and juridical sociological to reveal the formulation problem two and three. Primary and secondary data along with primary and secondary data source which is obtained by the writer will be analyzed using qualitative descriptive analysis technique, which the researcher describes the data obtained in the field (interviews and study documentation) then the data is grouped by type, and the data will be analyzed to answer the problems contained in the formulation of the problem. The results of research using the method above, the writer is acquiringthe answer to existing problems that there are many kindsof factor that causes women committing a gambling criminal action. First is because to meet the economic needs. Second is to spend leisure time. Third is environment factor. Fourth is cultural factor. Forms of legal protection that is, the right of settling disputes as soon as possible, the right to prepare a defense, the right to give information freely, the right to get interpreter assistance, the right to get legal assistance and the right to contact and be visited. As for obstacles faced is the limited number of investigators, lack of infrastructure and lack of public understanding about the law.There are efforts being made to resolve these constraints, first is the division of tasks and authority, second is providing adequate facilities for proper infrastructure and conducting socialization to society.. xiii.

(15) BAB I PENDAHULUAN. A.. Latar Belakang Kejahatan adalah suatu hal yang sering dan hampir terjadi setiap hari. Kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan.1 Tindakan kejahatan yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam. Mulai dari pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, perjudian hingga tindak pidana korupsi. Tindakan kejahatan banyak didominasi dengan kasus narkoba, miras dan juga perjudian. Perjudian salah satu tindak pidana yang mudah ditemui di tengah-tengah masyarakat saat ini karena subjeknya menyasar hampir semua golongan, baik kaya atau miskin.2 Adanya permainan judi di negara kita tidak terlepas dari sejarah panjang bangsa indonesia. Judi sudah terjadi sejak zaman dahulu di masyarakat. Pada mulanya judi dikenal sebagai permainan. Biasanya judi sering dimainkan untuk menghabiskan malam hari. Sehingga bermain judi, identik dengan dunia malam, hura-hura dan bersenang-senang. Akibatnya permainan judipun menjadi berkembang dan dilakukan sampai sekarang. Setelah Indonesia merdeka permainan judi semakin hari semakin marak, banyak sekali jenis permainan judi yang di mainkan. Semakin berkembangnya permainan judi itu, membuat opini yang jelek tentang. 1 2. M. Marwan dan Jimmy P., Kamus Hukum, Realiti Publiser, Surabaya, 2009, hlm. 326. A. Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 20.. 1.

(16) 2. permainan judi. Seperti yang diketahui bahwa permainan judi haram untuk di mainkan karena permainan judi adalah permainan malam yang identik dengan hura-hura, minuman keras dan masih banyak lagi. Oleh sebab itulah pemerintah mengambil keputusan untuk melarang permainan judi di mainkan di negara Indonesia dan itupun terjadi sampai sekarang. Orang yang suka judi banyak sekali, ada pula yang menggantungkan hidupnya dengan permainan judi dan dengan di larangnya permainan judi untuk di mainkan merekapun hanya bisa diam dan sesekali memainkan permainan judi secara diam-diam. Sebenarnya itu penuh dengan resiko kalau tetap bermain judi. Perjudian adalah suatu perilaku yang bertentangan dengan hukum kita dimana hal ini sudah jadi kebiasaan hampir di setiap lingkungan masyarakat. Berbagai macam dan bentuk perjudian sudah demikian merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Bahkan sebagian masyarakat. sudah cenderung permisif. (terbuka) dan seolah-olah. memandang perjudian sebagai sesuatu hal wajar, sehingga tidak perlu lagi dipermasalahkan. Sehingga yang terjadi di berbagai tempat sekarang ini banyak dibuka agen-agen judi togel dan judi-judi lainnya yang sebenarnya telah menyedot dana masyarakat dalam jumlah yang cukup besar. Tindak pidana perjudian yaitu mempertaruhkan sejumlah uang dimana yang menang mendapat uang taruhan itu atau dengan kata lain adu nasib dan setiap bentuk permainan yang bersifat untung-untungan bagi yang turut main, dan juga meliputi segala macam pertaruhan yang bertaruh. 2.

(17) 3. tidak ikut dalam perlombaan tersebut, termasuk juga segala macam pertaruhan lainnya Dimana tindak pidana perjudian ini dijumpai di berbagai lingkungan masyarakat. Kenyataan akan maraknya tindak perjudian ini tidak lepas dari moral manusia atau orang-orang itu sendiri.3 Perjudian tidak akan terlepas dari bangsa.. Pada. dasarnya. kejahatan. itu. masyarakat dan bagi moral mengakibatkan. ketertiban,. ketentraman, dan keamanan masyarakat menjadi terganggu dan begitu pula perjudian ini, selain itu pengaruh bagi anak-anak sangat besar, mereka akan ikut-ikutan melakukan tindak pidana perjudian yang mereka lihat terjadi di lingkungannya dan akan menimbulkan kerugian materiil bagi mereka yang melakukan. Dalam kenyataannya judi telah menjadi bagian dan kebiasaan di masyarakat, adat dan kebiasaan tiap masyarakat daerah, seperti dalam acara pernikahan dan pesta-pesta perayaan lainnya. Keberadaan adat dan kebiasaan ini menciptakan semacam kultur pada benak masyarakat. Kasus perjudian di Indonesia semakin merebak dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Semakin merebak artinya semakin banyak dijumpai kasus-kasus perjudian baik mulai dari nominal yang tergolong kecil, hingga nominal yang tergolong sangat besar yang bisa mencapai milyaran rupiah. Perjudian di Indonesia juga. makin. berkembang pula modus operandinya seiring dengan berkembangnya teknologi. Bila dahulu masih banyak ditemukan praktik togel, judi sabung ayam dan judi ding-dong, sekarang zaman lebih canggih para bandar mulai 3. J. Simorangkir, Pelajaran Hukum Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1990, hlm. 78.. 3.

(18) 4. memanfaatkan. perkembangan jaringan telekomunikasi dan jaringan. internet untuk mengeruk untung di bisnis haram ini. Namun dalam beberapa kasus perjudian ternyata ditemukan juga fakta yang menarik, yakni terlibatnya seorang perempuan di dalamnya. Seperti yang sudah diketahui, perjudian di Indonesia umumnya sangat identik dengan lakilaki. Ada beberapa kasus perjudian yang memunculkan fakta menarik, yakni terlibatnya seorang perempuan di balik judi tersebut. Memang tidak sedikit perempuan di Indonesia yang terlibat atau terjerembab dalam kasus pidana. Kasus yang pertama ialah terjadinya perjudian dalam ritual jagong bayi yang terjadi di Kediri. Saat menghadiri acara di rumah temannya yang baru melahirkan, empat ibu malah ditangkap polisi. Keempat ibu itu adalah “NT”, MS”, “PS” dan “US”. Ibu-ibu ini rata-rata umurnya di atas 45 tahun. Mereka merupakan warga jalan Mayor Bismo gang makam, kelurahan Semampir, kota Kediri.4 Para pelaku diamankan dari sebuah rumah di kompleks lokalisasi Semampir sesuai dengan apa yang dikatakan oleh AKP Surono, Kasubbag humas Polres Kediri Kota. Dari tempat kejadian perkara (TKP), polisi menyita 1 set kartu remi, 46 kecik potongan kartu remi sebagi pengganti uang taruhan. Ada pula uang tunai yang diduga sebagai uang taruhan sebanyak Rp 200.000,00.5 Informasi. yang. dihimpun. Radar. Kediri. mengungkapkan,. peristiwanya terjadi sekitar pukul 15.00. Sore itu, di rumah salah satu 4 5. Jawa Pos. Radar Kediri. Selasa 24 September 2013, hlm. 25. Jawa Pos. Radar Kediri. Selasa 24 September 2013, hlm. 25.. 4.

(19) 5. warga yang tinggal di lokalisasi pekerja seks komersial (PSK) di Semampir tampak ramai. Maklum penghuni rumah baru melahirkan. Tamu pun berdatangan untuk mengucap selamat dan melihat kondisi jabang bayi. Namun tidak semua tamu hanya ingin melihat bayi yang dilahirkan.. Empat. perempuan. yang. bertandang. kesana. justru. memanfaatkannya untuk berjudi. “NT”, MS”, “PS” dan “US” bermain kartu remi di ruang tamu.6 Ditengah permainan tersebut, keempat ibu ini ternyata juga bertaruh. Taruhannya sekitar Rp 1.000,00 sampai Rp 5.000,00. Hanya saja, untuk menyamarkan uang taruhan diganti dengan potongan kartu remi. Salah satu ibu yang terlibat perjudian itu yakni “PS” mengaku bahwa saat itu dia dan rekan-rekannya sedang jagong bayi lalu kemudian isengiseng main remi . Tak disangka ketika sedang asyik berjudi remi, patroli polisi sedang melintas di sekitar TKP. Mereka menerima pengaduan dari masyarakat, lantas segera menindaklanjuti pengaduan tersebut. Lalu petugas. mendatangi rumah warga yang baru melahirkan, petugas. memergoki ibu-ibu itu sedang bermain remi dan bertaruh. Para pelaku perjudian itu langsung diamankan ke mapolresta. Surono menjelaskan, mereka akan diproses sesuai aturan hukum yang berlaku. Atas perbuatannya, tersangka akan dijerat pasal 303 KUHP tentang perjudian yang ancaman hukumannya maksimal 10 tahun kurungan penjara.7 Dalam kasus perjudian di atas, keempat tersangka adalah perempuan. Acara yang semula merupakan tradisi yang sangat mulia, 6. Jawa Pos. Radar Kediri. Selasa 24 September 2013, hlm. 25. Jawa Pos. Radar Kediri. Selasa 24 September 2013, hlm. 25.. 7. 5.

(20) 6. sekarang berubah menjadi acara yang. bisa dikenakan undang-undang. pidana. Bukan dikarenakan tradisi jagong bayinya, melainkan adanya unsur perjudian yang terjadi disana, meskipun dengan nominal yang tidak besar. Dalam kasus di atas terungkap bahwasannya tidak semua ibu-ibu yang menghadiri acara tersebut melakukan perjudian, ada beberapa yang memang ingin berniat melihat atau ingin berbagi kebahagiaan atas kelahiran bayi si penghuni rumah dan yang lainnya selain berniat untuk jagong bayi, mereka juga berniat untuk melakukan main remi, yang menjadi persoalan adalah mereka bermain remi dan ikut menyertakan uang yang dimiliki untuk dijadikan taruhan. Kasus lain yang melibatkan perempuan sebagai tersangka kasus perjudian juga terjadi di desa Sidomulyo, Kediri. Kali ini melibatkan guru honorer. Dua pelaku perjudian togel. Minggu tanggal 22 September.. Mereka adalah “SW” dan “AT”. “SW” adalah warga dusun Wonorejo, Desa Sidomulyo. Sedangkan “AT”, warga Dusun Klodran, Desa Sidomulyo. Keduanya ditangkap di tempat yang sama, yaitu di sebuah warung kopi di Dusun Wonorejo sekitar pukul 13.30.8 Dari tangan “SW” polisi mengamankan satu handphone (HP) merek Nexcom warna hitam, satu buku tafsir mimpi, kertas rekapan judi togel, sobekan kertas tombokan, dan uang sebesar Rp 97.000,00. Sedangkan dari “AT”, diamankan barang bukti satu handphone (HP) merek cross warna hitam dan uang Rp 304.000,00. Surono mengatakan,. 8. Jawa Pos. Radar Kediri. Selasa 24 September 2013, hlm. 25.. 6.

(21) 7. penangkapan keduanya bermula dari informasi masyarakat yang resah karena lingkungannya dijadikan tempat bermain judi.9 Pada saat itu petugas mendapat informasi dari masyarakat, dan langsung langsung ditindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan. Dalam kasus ini “AT” ditangkap oleh Polisi dikarenakan terbukti terlibat dalam sindikat perjudian togel dengan tersangka lainnya yakni “SW”. Hubungan antara “SW” dan “AT” hanyalah sebatas rekan “bisnis”. “AT” memiliki. peran. untuk. membantu. “pemasaran”. judi. togel. yang. dilakukannya bersama “SW”.10 Dari kedua kasus perjudian di atas memiliki kesamaan. Kedua kasus tersebut sama-sama melibatkan seorang perempuan, bahkan dalam kasus pertama seluruh tersangkanya adalah perempuan, tidak ada tersangka pria dalam kasus pertama, lain halnya dengan kasus yang kedua. Kasus kedua terdapat dua tersangka utama, pertama adalah pria dan yang kedua adalah seorang perempuan. Umumnya perjudian ialah tindak pidana yang biasa menjerat kaum adam, namun ternyata saat ini mulai banyak kaum hawa yang terjerat di dalamnya. Tentu mereka memiliki motif atau hal yang melatar belakangi mereka untuk melakukan hal tersebut entah faktor internal atau faktor eksternal. Perjudian merupakan tergolong tindak. 9. Jawa Pos. Radar Kediri. Selasa 24 September 2013, hlm. 25. Jawa Pos. Radar Kediri. Selasa 24 September 2013, hlm. 25.. 10. 7.

(22) 8. pidana dan siapapun pelakunya diancam hukuman sesuai dengan yang tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).11 Melihat fakta yang ada, penegakan hukum terhadap perjudian ini juga tidak terlaksana, para penjudi dan bandar-bandar judi tidak dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku, padahal perjudian ini jelas suatu tindak pidana yang bertentangan dengan hukum di negara kita. Disamping itu dalam kenyataannya dimana masyarakat tidak ada yang peduli akan tindak pidana perjudian yang terjadi dilingkungannya, mereka memilih diam dan tidak ada perilaku hukum yang seharusnya ada dan dilakukan yaitu dengan menindak agar perjudian tersebut dapat dihilangkan dan para penjudi bisa ditangkap sesuai hukum yang berlaku. Kesadaran akan hukum tidak dapat dimiliki, bagaimana bisa hukum itu sendiri dapat berkembang sesuai dengan cita-cita hukum yang diharapkan. Hampir disetiap lingkungan masyarakat yang terdapat praktek perjudian, masyarakat setempat tidak ada yang melapor dan bertindak untuk memberantas tindak perjudian ini, mereka cenderung diam dan membiarkan perilaku judi ini berkembang dan terus-menerus dilakukan, padahal tindak pidana perjudian ini banyak membawa dampak negatif bagi masyarakat. Suatu kebiasaan buruk dan perbuatan yang melawan hukum ini yang terjadi di masyarakat butuh kepedulian secara penuh dari masyarakat itu sendiri dan dari aparat penegak hukum juga, harus jujur, konsekuen dan penuh dedikasi dalam pemberantasan perjudian ini. 11. Santoso, Topo, dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 160.. 8.

(23) 9. Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian tentang perjudian dari segi yuridis sosiologis dan yuridis kriminologis dalam hal tindak pidana perjudian, maka dilakukan penelitian dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIAN (Studi Di Polres Kediri Kota)”. B.. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor-faktor penyebab perempuan melakukan tindak pidana perjudian? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian ditingkat penyidikan di Polres Kediri Kota? 3. Apakah kendala yang dihadapi oleh penyidik Polres Kediri Kota dalam pemberian perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian dan bagaimana upaya untuk mengatasi kendala tersebut?. C.. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor penyebab perempuan melakukan tindak pidana perjudian 2. Untuk. mendeskripsikan. dan. menganalisis. pelaksanaan. pemberian. perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian ditingkat penyidikan di Polres Kediri Kota.. 9.

(24) 10. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi oleh penyidik Polres Kediri Kota dalam pemberian perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian dan bagaimana upaya untuk mengatasi kendala tersebut. D.. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini baik secara teoritis maupun secara praktis adalah : 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman ilmu hukum khususnya hukum pidana dalam hal peningkatan upaya aparat kepolisian untuk menanggulangi tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh perempuan. Manfaat penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum secara umum dan ilmu hukum pidana khususnya serta dapat memberikan pemikiran tentang penanganan terhadap perempuan yang melakukan tindak pidana perjudian serta memberikan pemahaman. mengidentifikasi. mengenai. pertanggungjawaban. hukum terkait dengan tindak pidana yang dilakukan para pelaku perjudian. 2. Manfaat praktis Setelah melakukan penelitian ini diharapkan bagi pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini mampu memberikan manfaat yang tepat:. 10.

(25) 11. a) Bagi Pemerintah Sebagai tambahan informasi dan sarana bagi pemerintah, baik pemerintah daerah tingkat Kota/Kabupaten maupun pemerintah daerah tingkat Provinsi ataupun pemerintah pusat serta pihak terkait dalam tujuannya untuk mengetahui akan. bahaya. perjudian,. sehingga. pemerintah. dapat. membuat peraturan mengenai masalah perjudian dan memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku perjudian tersebut. b) Bagi Kepolisian Memberikan referensi dan rujukan bagi seluruh aparat kepolisian, khususnya Polres Kediri Kota, untuk dijadikan suatu pandangan atau langkah ke depan yang positif agar dapat mengetahui perlindungan hukum yang tepat terhadap perempuan yang melakukan tindak pidana perjudian dan cara yang efisien dalam menanggulangi dan mengungkap modus operandi perjudian di dalam masyarakat. c) Bagi Masyarakat Agar. dapat. bermanfaat. bagi. masyarakat. sebagai. pengetahuan umum dan memberikan informasi mengenai perlindungan hukum terhadap perempuan yang melakukan tindak pidana perjudian, serta mengetahui upaya yang dilakukan oleh aparat Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian, sehingga masyarakat juga akan. 11.

(26) 12. mengerti akan bahaya perjudian, karena masih banyak sekali masyarakat tidak mengetahui akan dampak yang ditimbulkan dari tindak pidana perjudian tersebut. d) Bagi Mahasiswa Sebagai mahasiswa fakultas hukum diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan pandangan serta kontrol sosial dan dapat memberikan informasi pengetahuan di bidang hukum mengenai adanya perlindungan hukum terhadap perempuan yang melakukan tindak pidana perjudian dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh aparat Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian. E.. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terbagi menjadi lima bab. Masing-masing bab memperjelas secara detail tentang ruang lingkup dan cakupan permasalahan cakupan yang dikaji. Adapun urutan masing-masing bab adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai pokok pikiran yang termuat di dalam penulisan penelitian, yaitu latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistemetika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori ilmiah yang berhubungan dan terkait dengan konsep-konsep yang dipermasalahkan dan. 12.

(27) 13. dipakai dalam analisis yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian skripsi ini, sehingga nantinya akan memperoleh hasil penelitian yang ilmiah. Pada bab ini mengemukakan tentang jenis penelitian, metode pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengambilan data, teknik analisis data, dan definisi operasional. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini merupakan inti dari penulisan yang akan membahas tentang proses penelitian yang akan dilakukan serta hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh dan telah diolah dan dianalisis sehingga didapat penyelesaian dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian. BAB V : PENUTUP Pada bab terakhir ini dikemukakan kesimpulan berdasarkan urutan dan data hasil penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan serta saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat.. 13.

(28) BAB II KAJIAN PUSTAKA. A.. Kajian Umum tentang Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana dalam bahasa hukum Belanda istilah ini dikenal dengan Strafbaarfeit.12 Tindak pidana adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan secara fisik oleh seseorang itu baru dapat dikatakan sebagai tindak pidana ketika perbuatan itu menimbulkan akibat pidana, jadi selama suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang tersebut tidak menimbulkan akibat pidana, maka perbuatan tersebut belum bisa disebut sebagai tindak pidana. Tindak pidana dan istilah lain yang pernah digunakan untuk menggambarkan perbuatan yang dapat dipidana antara lain:13 1. Peristiwa pidana 2. Perbuatan pidana 3. Pelanggaran pidana 4. Perbuatan yang dapat dihukum Menurut Sudarto, bahwa pemakaian istilah yang bermacam-macam tersebut tidak menjadi soal, asal diketahui apa yang dimaksud dengan istilah tersebut dan isi dari pengertian itu. Mengenai penggunaan istilah "tindak pidana" didasarkan atas pertimbangan yang bersifat sosiologis,. 12. Masruchin Ruba'I, Asas-asas Hukum Pidana, UM Press dan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2001, hlm. 21. 13 Ibid.. 14.

(29) 15. sebab istilah tersebut sudah dapat diterima (dan karenanya tidak asing lagi didengar oleh masyarakat).14 Menurut Moeljatno, perbuatan tindak pidana adalah perbuatan yang dilakukan oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana, larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.15 2. Unsur-unsur tindak pidana Dalam unsur-unsur tindak pidana terdapat dua aliran yang mempengaruhi, yaitu aliran monistis dan aliran dualistis. Aliran monistis adalah aliran yang tidak memisahkan antara unsur yang melekat pada perbuatannya (criminal act) dengan unsur yang melekat pada orang yang melakukan tindak pidana (criminal responsibility). Unsur-unsur tindak pidana dalam aliran ini adalah: 1. Perbuatan manusia; 2. Diancam dengan pidana; 3. Melawan hukum; 4. Dilakukan dengan kesalahan; 5. Oleh orang yang mampu bertanggungjawab. Aliran dualistis adalah aliran yang mengadakan pemisahan antara dilarangnya suatu perbuatan dengan sanksi ancaman pidana (criminal act) dan dapat dipertanggungjawabkan oleh orang yang melakukan tindak. 14 15. A. Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, UM Press, Malang, 2004, hlm. 32. Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 54.. 15.

(30) 16. pidana (criminal responsibility). Unsur-unsur tindak pidana dalam aliran ini adalah: 1. Perbuatan manusia; 2. Memenuhi rumusan undang-undang; 3. Bersifat melawan hukum. 3. Subyek Tindak Pidana Subyek tindak pidana yang diakui oleh KUHP adalah manusia (natuurlijk person). Dalam KUHP menjelaskan bahwa hanya manusia yang dapat melakukan suatu tindak pidana. Hal ini didukung dengan adanya pasal 10 KUHP yang hanya dapat dikenakan pada manusia saja. Pidana terdiri atas:16 1. Pidana Pokok : a. Pidana mati; b. Pidana penjara; c. Kurungan; d. Denda 2. Pidana Tambahan : a. Pencabutan hak-hak tertentu; b. Perampasan barang-barang tertentu; c. Pengumuman putusan hakim. Dari jenis-jenis pidana di atas maka dapat disimpulkan bahwa subyek pidana dalam KUHP hanyalah manusia saja karena jenis-jenis pidana di atas hanya dapat diterapkan pada manusia saja. Namun dalam Rancangan KUHP ada usaha untuk menjadikan korporasi sebagai subyek hukum dalam hukum pidana, karena adanya hak dan kewajiban yang melekat padanya. Usaha tersebut dilatarbelakangi oleh fakta tidak jarang korporasi mendapat keuntungan yang banyak dari hasil kejahatan. 16. Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hlm. 5-6.. 16.

(31) 17. 4. Jenis-jenis Tindak Pidana Terdapat beberapa jenis tindak pidana yaitu tindak pidana kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan adalah perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak. Sekalipun tidak dirumuskan sebagai delik dalam undang-undang, perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang bertentangan dengan keadilan. Sedangkan pelanggaran adalah perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat baru. disadari. sebagai. perbuatan. pidana,. karena. undang-undang. merumuskannya sebagai delik. Perbuatan-perbuatan ini dianggap sebagai tindak pidana oleh masyarakat oleh karena undang-undang mengancamnya dengan sanksi pidana.17 Tindak pidana juga dibedakan atas tindak pidana formil dan tindak pidana materiil. Tindak pidana formil adalah perbuatan pidana yang telah dianggap selesai dengan telah dilakukannya perbuatan yang dilarang dalam undang-undang, tanpa mempersoalkan akibatnya seperti yang tercantum dalam pasal 362 KUHP tentang pencurian dan pasal 160 KUHP tentang penghasutan. Sedangkan tindak pidana materiil adalah perbuatan pidana yang perumusannya dititikberatkan pada akibat yang dilarang. Tindak pidana ini baru dianggap telah terjadi atau dianggap telah selesai apabila akibat yang dilarang itu telah terjadi seperti yang tercantum dalam. 17. Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 101.. 17.

(32) 18. pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan pasal 378 KUHP tentang penipuan.18 B.. Kajian Umum tentang Perjudian 1. Pengertian Perjudian a. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana Perjudian dalam hukum pidana diatur dalam Kitab Undangundang Hukum Pidana Pasal 303 dan Pasal 303 bis. Bunyi dari Pasal 303 Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah sebagai berikut:19 1) Diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak enam ribu rupiah, barang siapa tanpa mendapat ijin: (berdasarkan undang-undang No. 7 Tahun 1974, jumlah pidana penjara telah diubah menjadi sepuluh tahun dan denda menjadi dua puluh lima juta rupiah). a. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan untuk permainan judi dan menjadikan sebagai pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu; b. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk permainan judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak perduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara; c. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian. 2) Kalau yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu. 3) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu. 18. Ibid, hlm 102 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hlm. 111112. 19. 18.

(33) 19. termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Dalam rumusan kejahatan Pasal 303 tersebut di atas, ada lima macam kejahatan mengenai hal perjudian (Harzardspel), dimuat dalam ayat (1):20 1. Huruf a ada dua macam kejahatan; 2. Huruf b ada dua macam kejahatan; dan 3. Huruf c ada satu macam kejahatan. Sedangkan ayat (2) memuat tentang dasar pemberatan pidana, dan ayat (3) menerangkan tentang pengertian permainan judi yang dimaksudkan oleh ayat (1). 1. Kejahatan Pertama Kejahatan bentuk pertama ini dimuat dalam huruf a yaitu menuntut pencaharian dengan cara sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi, atau sengaja turut campur dalam perusahaan main judi. Adapun unsur-unsur kejahatan ini adalah sebagai berikut: Unsur Obyektif: a. Perbuatan: menawarkankesempatan dan memberi kesempatan; b. Obyek: untuk bermain judi tanpa ijin; c. Dijadikannya sebagai mata pencaharian. Unsur Subyektif: 20. Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Hlm 158.. 19.

(34) 20. d. Dengan sengaja Dalam kejahatan yang pertama ini, pembuat tidak melakukan bermain judi, serta tidak ada larangan bermain judi. Tetapi perbuatan yang dilarang adalah menawarkan kesempatan bermain judi dan memberikan kesempatan bermain judi.21 Maksud dari menawarkan kesempatan bermain judi adalah si pembuat. melakukan. perbuatan. dengan. cara. apapun. untuk. mengundang atau mengajak orang-orang untuk bermain judi dengan menyediakan tempat dan waktu tertentu. Jadi disinilah telah ada orang yang bermain judi.22 2. Kejahatan Kedua Kejahatan kedua yang dimuat dalam huruf a yaitu melarang orang yang tanpa ijin dengan sengaja turut serta dalam suatu kegiatan usaha permainan judi. Adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: Unsur Obyektif: a. Perbuatannya: turut serta; b. Obyek: dalam suatu kegiatan usaha permainan judi tanpa ijin. Unsur Subyektif: c. Dengan sengaja Dalam kejahatan yang kedua ini, perbuatannya adalah turut serta yang artinya ikut terlibat bersama orang lain dalam usaha permainan. 21 22. Ibid, hlm 159. Ibid, hlm 160.. 20.

(35) 21. judi yang disebutkan pada bentuk kejahatan pertama yang diterangkan di atas.23 3. Bentuk Ketiga Kejahatan bentuk ketiga adalah melarang orang yang tanpa ijin dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi. Adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: Unsur Obyektif: a. Perbuatan: menawarkan dan memberi kesempatan; b. Obyek: kepada khalayak umum; c. Untuk bermain judi tanpa ijin. Unsur Subyektif: d. Dengan sengaja. Kejahatan bentuk ketiga ini hamper sama dengan kejahatan bentuk pertama, yakni pada perbuatan menawarkan kesempatan dan perbuatan memberi kesempatan. Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut: 24 1) Pada bentuk pertama, perbuatan menawarkan kesempatan dan perbuatan memberikan kesempatan tidak disebutkan kepada siapa, oleh karena itu bisa termasuk seseorang atau beberapa orang tertentu. Tetapi bentuk ketiga, disebutkan ditunjukkan pada khalayak umum. Oleh karena itu bentuk ketiga tidak. 23 24. Ibid, hlm 161. Ibid, hlm 163.. 21.

(36) 22. berlaku jika kedua perbuatan itu hanya ditujukan pada satu orang tertentu. 2) Pada bentuk pertama secara tegas disebutkan bahwa kedua perbuatan itu dijadikan sebagai mata pencaharian. Sedangkan pada bentuk ketiga, tidak disebutkan dijadikannya sebagai mata pencaharian. 4. Bentuk Keempat Kejahatan perjudian bentuk keempat dalam ayat (1) Pasal 303, adalah larangan dengan sengaja turut serta dalam menjalankan kegiatan usaha perjudian tanpa ijin. Adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: Unsur Obyektif: a. Perbuatan: turut serta; b. Obyek: dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa ijin Unsur Subyektif: c. Dengan sengaja Perbedaan antara bentuk keempat dengan bentuk kedua adalah pada bentuk kedua perbuatan turut sertanya ada kegiatan usaha perjudian yang dijadikan sebagai mata pencaharian. Sedangkan pada bentuk keempat perbuatan turut sertanya ditujukan pada kegiatan usaha perjudian yang bukan sebagai mata pencaharian. Demikian juga kesengajaan si pembuat dalam melakukan turut sertanya ditujukan pada kegiatan usaha bukan sebagai mata pencaharian. 5. Bentuk Kelima. 22.

(37) 23. Kejahatan bentuk kelima ini adalah melarang orang yang melakukan perbuatan turut serta dalam permaianan judi tanpa ijin yang dijadikannya sebagai mata pencaharian. Adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: Unsur Obyektif: a. Perbuatan: turut serta; b. Obyek: dalam permainan judi tanpa ijin; c. Sebagai mata pencaharian. Perbuatan materiil turut serta terdapat pada kejahatan bentuk kedua, keempat dan kelima. Pada bentuk kelima ini, unsur dalam menjalankan kegiatan usaha tidak dimuat lagi. Artinya si pembuat disini tidak ikut serta dalam menjalankan usaha permainan judi. Menjalankan usaha adalah berupa perbuatan menawarkan kesempatan dan memberikan kesempatan bermain judi. Si pembuat ikut terlibat bermain judi bersama orang lain, dan bukan terlibat bersama pembuat yang melakukan kegiatan usaha perjudian yang orang ini tidak ikut bermain judi.25 Tindak pidana perjudian juga dirumuskan dalam Pasal 303 bis KUHP, yang intinya menggunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan melanggar Pasal 303 KUHP, adapun rumusannya adalah sebagai berikut: 1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah: a. barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303; 25. Ibid, hlm 165.. 23.

(38) 24. b. barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali jika ada ijin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi ijin untuk mengadakan perjudian itu. 2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima juta rupiah.. Kejahatan perjudian dalam ayat (1) terdapat dua bentuk yaitu dirumuskan dalam huruf a dan huruf b. Sedangkan pada ayat (2) merupakan pengulangannya yang menjadi dasar pemberatan pidana. Kejahatan perjudian dalam ayat (1) ada dua bentuk, yaitu: 1. Bentuk Pertama Adapun unsur-unsur dalam bentuk pertama adalah sebagai berikut: 26 a.. Perbuatannya adalah bermain judi;. b. Dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal 303 Perbuatan. menawarkan. kesempatan. dan. memberikan. kesempatan untuk bermain judi telah membuka kesempatan bagi khalayak umum untuk bermain judi. Barang siapa yang menggunakan kesempatan itu untuk bermain judi, maka telah melakukan kejahatan Pasal 303 bis KUHP. 2. Bentuk Kedua Adapun unsur-unsur dalam bentuk kedua adalah sebagai berikut:27 26. Ibid, hlm 169.. 24.

(39) 25. a. Perbuatan: ikut serta bermain judi; b. Tempat: di jalan umum, di pinggir jalan umum, di tempat yang banyak dikunjungi umum; c. Perjudian itu tanpa ijin dari penguasa yang berwenang. Bentuk kejahatan yang kedua perbuatannya turut serta yang artinya dimana dua orang melakukan tindak pidana perjudian bersama-sama yang perbuatan mereka memenuhi semua rumusan tindak pidana perjudian. Tempat permainan judi dapat dilakukan di tempat umum yang setiap orang bisa menujunya tanpa ada kesulitan. Perbedaan antara Pasal 303 KUHP dengan Pasal 303 bis KUHP adalah Pasal 303 KUHP mengenai orang yang membuka dan turut serta dalam kegiatan usaha perjudian atau menyediakan tempat bermain judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian biasa disebut dengan Bandar, sedangkan Pasal 303 bis KUHP mengenai orang yang menggunakan kesempatan main judi atau orang yang ikut dalam permainan judi. b. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian Dalam undang-undang nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian adalah kejahatan. Bahwa pada hakekatnya perjudian adalah perbuatan bertentangan dengan agama, kesusilaan, dan moral Pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa 27. Ibid, hlm 170.. 25.

(40) 26. dan negara. Perjudian adalah penyakit masyarakat yang manunggal dengan kejahatan yang dalam proses sejarah dari generasi ke generasi ternyata tidak mudah diberantas.28 Perjudian mempunyai dampak yang negatif dan merugikan terhadap moral dan mental masyarakat. Pemerintah harus mampu menertibkan dan mengatur kembali perjudian. Oleh. karena. itu. sangat pentingnya peraturan agar masyarakat menjauhi melakukan perjudian, guna menghindari dampak yang lebih parah. Maka untuk maksud tersebut perlu mengklasifikasikan segala macam bentuk tindak pidana perjudian sebagai. kejahatan,. dan. memberatkan ancaman hukumannya, karena ancaman hukuman yang sekarang berlaku ternyata sudah tidak sesuai lagi dan tidak membuat pelakunya jera.29 C.. Kajian Umum tentang Hak-hak Tersangka dalam Proses Penyidikan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Berkaitan dengan pelaku tindak pidana yang berhadapan atau berkonflik dengan hukum, terdapat beberapa pasal tentang adanya jaminan hak-hak yang dilindungi sebagai pelaku kejahatan khususnya dalam tahap penyidikan. Hak-hak tersebut diatur dalam KUHAP. Perlindungan hukum pada tahap penyidikan antara lain : 1. Hak penyelesaian perkara secepatnya Hak tersangka untuk segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dengan secepatnya juga diajukan kepada. 28 29. Penjelasan umum UU No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Ibid.. 26.

(41) 27. penuntut umum. Hal ini berpedoman kepada asas “peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan”. (Pasal 50 ayat (1) KUHAP) 2. Hak untuk mempersiapkan pembelaan Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai sehingga tersangka dapat mempertahankan kebenaran dan pembelaan diri atas apa yang disangkakan kepadanya. (Pasal 51 huruf a KUHAP) 3. Hak memberikan keterangan dengan bebas Setiap. tersangka. berhak. menyatakan. dan. didengar. pendapatnya. Tersangka dalam memberikan keterangan tidak boleh mendapat pengaruh tekanan maupun paksaan dalam bentuk apapun dari pihak manapun dan dengan cara apapun. Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan, tersangka berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik. (Pasal 52 KUHAP) 4. Hak untuk mendapat bantuan juru bahasa Setiap tersangka yang menderita bisu dan atau tuli dalam tahap pemeriksaan pada tingkat penyidikan berhak untuk mendapat bantuan juru bahasa guna mempermudah tersangka dalam memberikan keterangan kepada penyidik. (Pasal 53 KUHAP) 5. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum Setiap tersangka atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya. Bantuan hukum. 27.

(42) 28. ini bertujuan menghindari adanya kesewenang-wenangan penyidik dalam melakukan penyidikan. Pejabat yang melakukan penahanan dan penangkapan wajib memberitahukan kepada tersangka, orang tua, atau wali mengenai hak memperoleh bantuan hukum. Dalam menentukan penasihat hukum, tersangka berhak memilih sendiri penasihat. hukumnya. dan. berhak. menghubungi. penasehat. hukumnya. (Pasal 54-55 KUHAP, pasal 57 KUHAP) 6. Hak menghubungi dan dikunjungi Setiap tersangka yang dikenakan penahanan berhak untuk menghubungi dan menerima kunjungan dari dokter pribadinya, pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan guna mendapatkan jaminan penangguhan penahan dan usaha bantuan hukum, dan sanak keluarganya dalam hal tidak ada hubungannya dengan perkara tersangka. Tersangka yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya dan sanak keluarga dengan cara mengirim surat dan berhak menerima surat setiap kali yang diperlukan olehnya. (Pasal 58 KUHAP, pasal 60-61 KUHAP, pasal 62 ayat (1) KUHAP) D.. Kajian Umum tentang Perempuan 1.. Teori Hukum Feminis Teori hukum feminis atau feminist legal theory (FLT) muncul pertama kali pada tahun 1970-an di Amerika bersamaan dengan berkembangnya gerakan Critical Legal Studies (CLS).. Sebagai. sebuah pemikiran yang berusaha melakukan terobosan terhadap. 28.

(43) 29. berlakunya hukum terhadap perempuan dan diskriminasi yang didapat perempuan dari hukum, pokok teori hukum feminis dapat dikatakan memiliki kemiripan dengan CLS, maka teori hukum feminis diamsukkan dalam salah satu bab di dalam pembahasan CLS.30 Banyak para ahli yang belum dapat menerima dasar teori dari CLS, karena CLS masih di identifikasi sebagai sebuah gerakan semata. Sebagai sebuah gerakan, walaupun menuai kritik dari banyak kalangan karena diidentifikasi mengandung beberapa kontradiksi di dalam dirinya sendiri, namun para penganut gerakan CLS menyatakan bahwa apa yang dikemukakan akan bermanfaat bila dikombinasikan dengan Hermeneutika31 untuk menafsirkan kembali apa yang telah didekonstruksikan sebelumnya. Pihak yang mengemukakan teori hukum feminis beserta CLS menganggap bahwa keberlakuan hukum dilihat dari sudut pamdang laki-laki, demikian pula dengan pemikiran-pemikiran yurisprudensi. Artinya adalah laki-laki yang menyusun hukum dan teori tentang hukum. Nilai-nilai laki-laki dalam hukum itulah yang kemudian berdampak kepada kelompok lain yang tidak terwakili dalam nilainilai tersebut, sehingga nilai yang umum dan absolut dianggap meniadakan adanya nilai yang lain.. 30. Niken Savitri, HAM Perempuan- Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP, Refika Aditama, Bandung, 200, hlm. 26. 31 Jazim Hamidi, Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Intrepetasi Teks, Penerbit UII Press. 2005, hlm. 20. Pengertian Hermeneutika dapat dipahami sebagai proses mengubah sesuatu situasi dari ketidaktahuan menjadi mengerti. Pengertian tersebut merupakan peralihan dari sesuatu yang relatif abstrak dan gelap kepada ungkapan pikiran yang lebih jelas dalam bentuk bahasa yang dipahami manusia.. 29.

(44) 30. Para feminis yakin bahwa sejarah ditulis melalui sudut pandang laki-laki dan sama sekali tidak merefleksikan peranan perempuan di dalam pembuatan dan penyusunan sejarah. Walaupun feminis memiliki komitmen umum untuk kesetaraan, feminist jurisprudence32 terpisah ke dalam tiga aliran besar yaitu feminis tradisional, feminis liberal, dan feminis kultural. Feminis tradisional menyatakan bahwa perempuan sama rasionalnya dengan laki-laki dan karenanya harus memiliki kesempatan yang sama dalam memilih. Feminis liberal menentang asumsi adanya kewenangan laki-laki dan berusaha menghapus perbedaan gender yang disebabkan oleh hukum yang sekaligus membuat perempuan mampu bersaing di dalam pasar bebas. Feminis kultural memfokuskan diri pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam pengkajian teori hukum feminis terdapat hal penting berupa cara berpikir yang digunakan, yaitu analisis khususnya yang berkaitan dengan pengalaman perempuan, adanya bias gender secara implisit, jeratan/ikatan ganda dan dilema dari perbedaan, reproduksi model dominasi laki-laki, serta membuka pilihan-pilihan perempuan.33 2.. Teori Kriminologi a.. Kriminologi Feminis antara lain:34. 32. Niken Savitri, HAM Perempuan-Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 27. Feminist jurisprudence adalah filsafat hukum yang didasarkan pada kesetaraan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Melalui beberapa pendekatan, feminis telah mengidentifikasikan unsur-unsur gender dan akibatnya pada hukum yang netral serta elaksanaannya. Hukum akan mempengaruhi masalah-masalah perkawinan, perceraian, hak reproduksi, perkosaan, dan kekerasan terhadap perempuan. 33 Niken Savitri. Ibid., hlm. 28. 34 http://krisnaptik.wordpress.com/2013/04/14/793/diakses pada tanggal 26 April 2014. 30.

(45) 31. Teori Feminist Pathways Mungkin terobosan yang paling besar dalam teori dan penelitian. Kriminologi. Feminis. adalah. model. Feminist. Pathways. Dalam upaya untuk menunjukkan bagaimana kejahatan wanita terkait dengan pengalaman kehidupan wanita dan anak perempuan, teori ini berfokus pada cara-cara dimana tempat/kedudukan wanita di dalam masyarakat mengarahkan mereka kepada gaya hidup kriminal. Anak perempuan dan wanita telah menghadapi keterlibatan mereka dalam perilaku yang sebagian besar dilakukan pria. Teori Feminist Pathways berupaya meneliti perempuan dan pelanggaran yang mereka lakukan. Kriminologi Socialist Feminist Sebagian dari kritik kaum feminis terhadap kriminologi adalah pemeriksaan atau penelitian kejahatan tidak bergender. Keilmuan kriminologi feminis telah mengarah kepada upaya untuk memasukkan sebuah pemahaman yang lebih jelas tentang pengalaman baik pria maupun wanita. Masserschmidt (1986) berfokus. pada. cara-cara. dimana. kapitalisme. patriarchal. membangun pengalaman-pengalaman baik pria maupun wanita. Dia. meletakkan. sebuah. teori. yang. berupaya. mencoba. menjelaskan baik kejahatan pria maupun kejahatan wanita dari berbagai tipe dan mengatakan bahwa seseorang tidak bisa mengabaikan baik struktur ekonomi atau hubungan gender. 31.

(46) 32. dalam hubungan sesungguhnya apapun dari kejahatan. Teorinya menyatakan bahwa pria kelas rendah yang dimarjinalkan dan minoritas terlibat dalam kejahatan jalanan karena peluang mereka yang terhalang dan peran mereka sebagai pria dalam masyarakat hubungan. kapitalistis gender. patriarchal.. dalam. Sebaliknya,. masyarakat. cenderung. struktur untuk. menempatkan kejahatan wanita kepada penipuan dan pencurian kecil-kecilan (level rendah). b.. Teori-teori Penyimpangan Budaya (Cultural Deviance Theories) Teori-teori penyimpangan budaya berargumen bahwa masyarakat kita terdiri atas kelompok dan sub-kelompok yang berbeda, masing-masing dengan standart atau ukuran benar dan salahnya sendiri. Tingkah laku yang dianggap normal di satu masyarakat mungkin dianggap menyimpang oleh kelompok lain.35 Cultural Deviance Theories memandang kejahatan sebagai seperangkat nilai-nilai yang khas pada kelas menengah kebawah yang menyebabkan benturan dengan hukum-hukum masyarakat. Tiga teori utama dari Cultural Deviance Theories adalah:36 a). Social disorganization. Social disorganization theory memfokuskan diri pada. perkembangan area-area yang angka kejahatannyatinggi yang. 35. Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 68. 36 Ibid, hlm 69.. 32.

(47) 33. berkaitan dengan desintegrasi nilai-nilai konvensional yang disebabkan oleh industrialisasi. yang cepat,. peningkatan. imigrasi, dan urbanisasi. b). Differential association. Differential association theory memegang pendapat. bahwa orang belajar melakukan kejahatan sebagai akibat hubungan dengan nilai-nilai dan sikap-sikap anti sosial, serta pola-pola tingkah laku criminal. c). Culture conflict. Culture conflict theory menegaskan bahwa kelompok-. kelompok yang berlainan belajar aturan yang mengatur tingkah laku berbeda, dan bahwa aturan tersebut dari suatu kelompok mungkin. berbenturan. dengan. aturan-aturan. konvensional. kelompok lainnya. E.. Kajian umum tentang Penyidik dalam Sistem Peradilan Pidana 1. Penyidik berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, pengertian secara umum mengenai penyidik diatur dalam pasal 1 ayat 1 yang berbunyi : “Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.”37 Dari bunyi pasal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Penyidik berdasarkan KUHAP ialah pejabat Polisi negara yang mendapat. 37. R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Politeia, Bogor, 1995, hlm. 3.. 33.

(48) 34. wewenang khusus untuk melakukan tindakan penyidikan, dimana selain polisi negara Republik Indonesia, penyidik juga bisa berasal dari Pejabat Negeri Sipil yang mendapatkan wewenang khusus dari undang-undang untuk dapat melakukan maupun membantu dalam proses penyidikan. Kemudian penjelasan mengenai pengertian Penyidik diperjelas lagi dalam pasal 6 yang berbunyi : “(1) Penyidik adalah: a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. (2) Syarat kepangkatan tersebut pejabat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintahan.”38. Dalam pasal 6 ayat (1) diatas, lebih diperjelas lagi bahwa yang dapat menjabat sebagai penyidik hanya pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan juga Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Adapun contoh Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud ialah seperti polisi kehutanan, pejabat bea dan cukai, pejabat imigrasi, dan lain sebagainya. Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat penyidik, harus memenuhi syarat kepangkatan dan pengangkatan, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Pasal 2A yang berbunyi: 1) Untuk dapat diangkat sebagai pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, calon harus memenuhi persyaratan: a. berpangkat paling rendah Inspektur Dua Polisi dan berpendidikan paling rendah sarjana strata satu atau yang setara; 38. Ibid., hlm. 15.. 34.

(49) 35. b. bertugas di bidang fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun; c. mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi reserse kriminal; d. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; dan e. memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi. 2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3) Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai penyidik pembantu diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010. Syarat kepangkatan penyidik pembantu lebih rendah dari pangkat jabatan penyidik. Menurut ketentuan, syarat kepangkatan untuk dapat diangkat sebagai pejabat penyidik pembantu diatur dalam Pasal 3, yang berbunyi: 1) Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berpangkat paling rendah Brigadir Dua Polisi; b. mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi reserse kriminal; c. bertugas dibidang fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun; d. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; dan e. memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi. 2) Penyidik pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atas usul komandan atau pimpinan kesatuan masing-masing. 3) Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.. 35.

(50) 36. 2. Penyidik berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Secara umum penjelasan mengenai penyidik dalam undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian diatur dalam pasal 1 ayat 10 dan 11 yang berbunyi sebagai berikut : “Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.” “Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.”. Dari bunyi pasal diatas dapat diambil makna bahwa polisi yang dapat menjadi tenaga penyidik hanyalah anggota kepolisian yang telah diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan, dengan kata lain bagi polisi yang tidak diberi wewenang oleh undangundang untuk melakukan penyidikan maka polisi tersebut tidak berhak melakukan penyidikan. Sama halnya dengan penyidik pegawai negeri sipil, penyidik pegawai negeri sipil oleh undang-undang ditunjuk menjadi penyidik untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana. Bagi pegawai negeri sipil yang tidak diberi wewenang oleh undang-undang yang menjadi dasar hukumnya untuk melakukan penyidikan, maka tidak dibolehkan pegawai negeri sipil tersebut untuk melakukan segala jenis tindakan penyidikan meskipun perkara pidana itu muncul dalam tubuh instansinya.. 36.

(51) BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan bahan dan penjelasan terhadap rumusan masalah sehingga dapat membahas dan menjawab rumusan masalah tersebut secara akurat, membutuhkan suatu pedoman penelitian yang disebut dengan metodologi penelitian. Pengertian metodologi penelitian adalah cara meluluskan sesuatu dengan. menggunakan. pikiran. secara. seksama. untuk. mencapai. suatu. tujuan.39Suatu metode ialah cara kerja atau tata cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan atau berkaitan satu sama lain. Metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan memahami langkah-langkah yang dihadapi.40Sedangkan penelitian adalah rangkaian kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan.41 A.. Jenis Penelitian Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menentukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapai.42Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis empiris yaitu penelitian hukum yang difokuskan pada suatu aturan hukum atau peraturan-peraturan yang kemudian. 39. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Pustaka, Jakarta, 1997, hlm.. 1. 40. Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2012, hlm. 6. 41 Ibid hlm 6. 42 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 35.. 37.

(52) 38. dihubungkan dengan kenyataan yang ada dilapangan. 43 Penelitian ini akan melakukan kajian secara mendalam tentang perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian. B.. Metode Pendekatan Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis kriminologis untuk menjawab rumusan masalah nomor satu dan yuridis sosiologis untuk menjawab rumusan masalah nomor dua dan tiga. Yuridis sosiologis adalah pembahasan berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang diperoleh dari lapangan. Aspek yang hendak diteliti ialah. persoalan. hukum. mengenai. perlindungan. hukum. terhadap. perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian, kemudian dibahas dan dianalisis untuk menemukan pemecahan atau penyelesaian masalah. C.. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah di Polres Kediri Kota. Dengan pertimbangan bahwa di daerah atau wilayah hukum Polres Kediri Kota terjadi masalah tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh perempuan. Berdasarkan data kasus perjudian dengan tersangka perempuan di Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Timur Resort Kediri Kota tercatat 8 (delapan) perkara pada tahun 2011 sampai dengan akhir bulan Oktober 2013. Pada tahun 2011 sebanyak 4 (empat) perkara, pada tahun 2012 sebanyak 3 (tiga) perkara, pada tahun 2013 sebanyak 1 (satu) perkara.44. 43 44. Soejono Soekanto, Op.cit, Hlm 10 Survey awal tanggal 28 Oktober 2013 di Polres Kediri Kota.. 38.

(53) 39. D.. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer : Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya di lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara dengan narasumber yang berkompeten. Data diperoleh dengan melakukan penelitian di Polres Kediri Kota. 2. Data Sekunder : Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang. dapat. memeperkuat. atau. mendukung. data. primer. berupa. arsip/dokumen atau berita (artikel) dari media cetak ataupun media elektronik. Sedangkan sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer : Adapun sumber data primer diperoleh langsung dari hasil penelitian pada lokasi penelitian serta wawancara langsung dengan narasumber. 2. Data Sekunder : Data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendukung sumber data primer. Sumber data ini diperoleh dari Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya, Pusat Dokumentasi Ilmu Hukum (PDIH) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, situs-situs internet, undang-undang, Koran, dan sebagainya.. 39.

(54) 40. E.. Teknik Memperoleh Data Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara: 1. Data Primer : a) Teknik wawancara Wawancara adalah alat pengumpulan data dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subyek sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti.45 Cara melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. dan. wawancara. langsung dengan. pihak. yang. berwenang sebagai narasumber. b) Teknik dokumentasi Dokumentasi. dilakukan. dengan. cara. mengumpulkan. dan. mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. 2. Data Sekunder : Untuk data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran, membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini serta penelusuran situs-situs internet untuk mencari data-data yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. F.. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh polisi yang ada di Polres Kediri Kota dan seluruh tahanan di Polres Kediri. 45. Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Lembaga Kajian Islam dan Sosial, Yogyakarta, 2007, Hlm 132.. 40.

(55) 41. Kota. Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi. Sampel yang dimaksud adalah seluruh penyidik Sat-Reskrim Kediri kota dan seluruh tahanan perempuan di Polres Kediri Kota. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive Sampling yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang ada sangkut pautnya yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.46 Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah penyidik yang pernah menangani kasus perjudian yang dilakukan oleh perempuan dan tahanan perempuan sebagai pelaku tindak pidana perjudian. G.. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu peneliti mendeskripsikan data-data yang diperoleh dilapangan (hasil wawacara, studi dokumentasi), kemudian data dikelompokkan menurut jenisnya, dan terhadap data tersebut dilakukan suatu analisa, untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah. Permasalahan yang ada dianalisa dan dipecahkan sesuai dengan kerangka teori serta dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Maka analisis tersebut menghasilkan suatu kesimpulan tentang permasalahan-permasalahan yang diajukan.. H.. Definisi Operasional 1. Perlindungan Hukum. 46. Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang, 2009, Hlm 147.. 41.

(56) 42. Segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman. 2. Penyidik Penyidik Polres Kediri Kota yang menangani kasus tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh perempuan. 3. Perempuan Sebagai pelaku tindak pidana perjudian di Polres Kediri Kota 4. Tindak Pidana Perjudian Perbuatan judi bertentangan dengan agama, kesusilaan, dan moral Pancasila, serta membahayakan bagi kehidupan masyarakat dan bangsa.. 42.

(57) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A.. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.. Gambaran Umum Kota Kediri Sebagai wilayah kota yang merupakan salah satu Pemerintah Kota yang ada di wilayah propinsi Jawa Timur, Kota Kediri terletak di wilayah selatan bagian barat Jawa Timur. Kota Kediri dijadikan wilayah pengembangan kawasan lereng Wilis, dan sekaligus sebagai pusat pengembangan regional eks Wilayah Pembantu Gubernur Wilayah III Kediri yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan daerah sekitarnya.47 Secara geografis , Kota Kediri terletak di antara 111,05 derajat112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55 derajat Lintang Selatan dengan luas 63,404 Km2. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%. Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kec. Kota dan kec.Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kec. Mojoroto yang mana di bagian barat sungai ini merupakan lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m) sedang dibagian timur. 47. http://www.kedirikota.go.id/read/Profil/95/1/23/Geografi.html, diakses pada Rabu, 26 Februari 2014. 43.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada Pengaruh Media Audio Visual terhadap Prestasi Belajar Murid pada Mata Pelajaran

Pada kegiatan inti pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai soal-soal bersangkutan dengan longsor. Dari teks bacaan

Judul Skripsi : Hubungan Antara Derajat Keparahan Akne Vulgaris dan Kualitas Hidup Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.. dengan ini menyatakan

lompat ( jump shoot ) adalah suatu teknik dasar menembak yang sering digunakan oleh setiap pemain untuk meraih poin dalam setiap

Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) adalah suatu teknik dalam merencanakan suatu produk dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan biaya – biaya yang tidak perlu

8 Dari rumusan masalah yang sudah digali tersebut maka dapat ditemukan hasil penelitian ini membahas tentang proses pelaksanaan Mandi Safar, serta pemahaman

Trip atau usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dalam satu hari, dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan.Trip penangkapan ikan yang dilakukan