• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Analisis Hubungan Rusia dan Suriah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I Analisis Hubungan Rusia dan Suriah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang

Rusia merupakan salah satu negara yang kuat, baik dari segi power politik maupun

kekuatan militernya. Sehingga, Rusia menjadi salah satu aktor yang dominan dalam tatanan

politik di dunia internasional yang mampu merubah arah politik hubungan antar negara dan juga

tatanan internasional. Hal ini menyebabkan apapun kebijakan yang diambil Rusia akan sangat

menarik perhatian dunia internasional. Secara historis, Rusia merupakan negara yang dulunya

bernama Uni Soviet dan menjadi salah satu dari negara super power yang mampu menyeimbangi

kekuatan United States sebagai negara superpower lainnya. Kedua negara tersebut menjadi

representasi dari dua ideology yang saling bertolak belakang saat itu. Dimana keduanya

mempunyai negara negara pengikut yang berada dibawah pengaruh keduanya yang menciptakan

“Cold War” pada rezim saat itu.

Dalam menjalankan perannya sebagai negara superpower, Uni Soviet tidak mungkin

bekerja sendiri. Uni Soviet mempunyai aliansi-aliansi yang akan mendukungnya untuk mencapai

kepentingannya di dunia internasional, salah satunya dengan Suriah, sebagai pintu masuk yang

digunakan Uni Soviet untuk masuk ke Timur Tengah. Hubungan Uni Soviet dan Suriah

sebenarnya telah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum Suriah menjadi sebuah negara yang

diakui oleh dunia internasional dan PBB pada 17 April 1946. Suriah menjadi salah satu partner

yang sangat kronis bagi Uni Soviet kala itu yang menjadi salah satu kunci kekuatan Uni Soviet

dalam menjaga dominasinya di dunia internasional.

Kehadiran Rusia sebenarnya telah ada di Suriah bahkan sebelum Perang Dunia II.

Menurut sumber sumber dan jurnal Arab pada abad pertengahan, Rusia meletakkan “Byzantyne

(2)

Empire pada 1699 semakin banyak para pendatang Rusia yang mengunjungi Suriah dalam

perjalanan mereka ke Palestina dengan berbagai tujuan yang ada, termasuk didalamnya

masyarakat Kristen Orthodox1. Hal ini membuat Kekaisaran Orthodox memperluas pengaruhnya

hingga membuat sebuah pos konsuler yang beroperasi di Aleppo, Latkia, Beirut, dan Saida pada

1893. Pengaruhnya terus meluas sampai ke Suriah, dimana mereka juga membangun sebanyak

tujuh puluh empat sekolah untuk memajukan pendidikan di Suriah pada 1905. Hal ini menjadi

sebuah tirai yang membuka kedekatan antara Rusia dan Suriah yang nantinya akan semakin

mejadi lebih dekat.

Jatuhnya rezim Uni Soviet pada tahun 1991 menjadi sebuah momentum yang besar bagi

negara negara di dunia khususnya Amerika Serikat untuk melakukan ekspansi terhadap

negara-negara bekas aliansi Uni Soviet. Rivalitas antara Pakta Warsawa dan North Atlantic Treaty

Organization (NATO) akhirnya berakhir setelah Pakta Warsawa dibubarkan. Hal ini

dimanfaatkan NATO untuk memberikan pengaruhnya terhadap negara-negara terdekat Uni

Soviet di Eropa Timur dan termasuk partner Uni Soviet yang berada di Timur Tengah.

Pecahnya Uni Soviet membuat banyak bagian bagian wilayah membentuk negara-negara

kecil baru, namun secara umum masih mempunyai kawasan yang dominan yaitu Rusia. Rusia

mulai membenahi kondisi yang ada didalam negerinya untuk bisa kembali aktif dan

mendominasi dalam politik internasional.

(3)

Berdasarkan pada kejatuhan yang dialami oleh Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia

merumuskan kembali semua bentuk kebijakan luar negerinya. Keinginan Rusia tersebut untuk

kembali mencapai kejayaan masa lalunya dan hal itu tertuang di beberapa dokumen

keamanannya. Hal ini tercermin dari kebijakan yang dikeluarkan Presiden Vladimir Putin yang

ingin mengembalikan pengaruh Rusia dengan mengeluarkan National Security Concept pada

tahun 2000. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa Rusia telah kembali ke arena politik

internasional dan berusaha untuk mengembalikan keayaan masa lalu yang dimilikinya2.

Rusia memandang Timur Tengah merupakan kawasan yang krusial baginya untuk

mencapai kepentingan nasional. Hal ini membuat Rusia untuk kembali merefleksikan

hubungannya yang sempat terputus pada masa pemerintahan sebelumnya. Di kawasan tersebut,

Rusia bisa memulai kembali ambisinya untuk menjadi negara yang berpengaruh mengingat

kawasan Timur Tengah merupakan kawasan shatterbelt. Shatterbelt merujuk terhadap kawasan

geografis dengan dua kondisi yaitu, didalamnya benyak terjadi konflik lokal dengan atau antara

negara-negara kawasan tersebut, dan terdapat keterlibatan beberapa aktor major power yang

berasal dari luar kawasan tersebut3. Timur Tengah juga merupakan kawasan yang sangat bernilai

bagi negara negara berpengaruh seperti Amerika Serikat dan Rusia. Hal ini diperburuk dengan

terjadinya fenomena Arab Spring yang menjadi salah satu isu yang menarik perhatian di dunia

internasional. Arab Spring merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan

bentuk-bentuk pemberontakan yang terjadi di negara negara Arab di Timur Tengah seperti

demonstrasi, protes, dan konflik bersenjata. Pemberontakan tersebut dikarenakan adanya ketidak

2Ministry of Foreign Affairs Russian Federation, National Security Concept of The Russian Federation Approved by

Presidential Decree No. 24 of 10 january 2000, Ministry of Foreign Affairs Russian Federation Official Site

(4)

puasan terhadap pemerintah lokal yang dinilai diktator, monarki-absolut, dan melakukan

pelanggaran hak asasi manusia (HAM) kepada rakyatnya sendiri4.

Di sisi lain, saat ini Suriah sedang mengalami krisis yang dimotori gerakan oposisi

melawan pemerintah yang dinilai sebagai aristokrasi modern dimana rakyat tidak lagi terpenuhi

aspirasinya. Pemerintah Suriah dinilai sebagai bagian dari rezim diktator yang menindas rakyat

dan malah membuat rakyatnya menderita. Sehingga, hal ini menimbulkan tindakan protes untuk

menurunkan pemerintahan dalam bentuk demonstrasi turun ke jalan, litrasi media, dan cara- cara

militer, ditempuh oleh oposisi untuk mencapai keinginan mereka. Proses penurunan rezim

Bashar Al-Assad yang telah dimulai sejak awal 2000-an dinilai oleh rakyat Suriah telah

menghasilkan korban ratusan nyawa baik dari sipil maupun dari pemerintahan itu sendiri.

Apalagi timbulnya isu baru baru ini yang mengklaim penggunaan senjata kimia berbahaya yang

digunakan pihak pemerintah Suriah untuk melawan pihak oposisi yang mengakibatkan korban di

pihak sipil yang tidak bersalah dan memakan korban banyak orang. Konflik internal tersebut

telah memancing intervensi dari banyak pihak termasuk pihak Barat dan juga oposisinya. Pihak

Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, berdasarkan sejarah dan kebijakan luar negerinya di

Semenanjung Arab menginginkan Suriah yang demokratis dengan menggulingkan rezim Assad.

Namun, lain dengan pihak oposisinya yaitu Rusia dan Cina yang juga memainkan politik yang

sesuai dengan kepentingannya. Dimana jika rezim Assad mampu bertahan, maka hal tersebut

akan menjadi kerugian bagi pihak Barat. Dengan banyaknya campur tangan yang terjadi, maka

kompleksitas krisis di Suriah saat ini merupakan hasil dari konversi banyak kepentingan.

(5)

Rusia muncul dan secara nyata menawarkan bantuan untuk menghadapi desakan dan

campur tangan internasional dalam penyelesaian krisis domestik di Suriah. Sehingga, dengan

tegas Rusia menolak segala bentuk sanksi yang dapat memberatkan Suriah dalam hal ini,

termasuk sanksi ekonomi dan politik. Dewan Keamanan PBB menyepakati untuk

mengaplikasikan Chapter 7 Article 41 UN Charter maka jalan intervensi militer akan terbuka

bagi Suriah5. Namun, bersama dengan Rusia, China juga sepakat untuk membebaskan Suriah

dari jalan intervensi militer Dewan Keamanan. Sehingga, sebanyak tiga kali veto dijatuhkan

untuk Suriah.

Dengan ditolaknya Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Krisis Suriah, maka hal itu

berarti AS tidak dapat melakukan tindakan militer dan harus mengganti strateginya dengan cara

non-militer di Suriah. Maka, AS mulai memberikan bantuan dana terhadap oposisi sebagai

bentuk dukungannya untuk menjatuhkan rezim Assad.

Rusia menilai keterlibatannya di Suriah merupakan upaya untuk melindungi investasinya,

dikarenakan hubungan ekonomi dan militer antara Rusia dan Suriah telah berlangsung sejak

terjadinya Perang Dingin sampai dengan saat ini. Salah satu bukti nyatanya yaitu pendirian kamp

militer Rusia di Suriah di Pelabuhan tartus pada tahun1963 mencerminkan eratnya hubungan

kedua negara ini. Sedangkan dilihat dari kerjasama militer, pada tahun 2011, kontrak mliter

Rusia dan Suriah mencapai angka USD 4 mliyar dan diperkirakan angka ini akan bertambah

seiring dengan perkembangan krisis yang semakin meruncing6.

5United Nations Security Council, 2011, Security Council Fails to Adopt Draft Resolution Condemning Syria’s Crackdown on

Anti-Government Protestors, Owing to Veto by Russian Federation, China, United Nations Official Site, 4 Oktober 2011, New

York

(6)

Sikap Rusia yang begitu tegas dalam mempertahanakan hubungannya dengan Suriah dan

membela Suriah dari intervensi Dewan Keamanan PBB dan AS semakin menunjukkan

kepentingan nasional Rusia yang semakin menguat di Suriah. Hal tersebut membuat penulis

untuk mengangkat judul “Hubungan Rusia dan Suriah dari rezim Uni Soviet sampai saat ini”.

Disini kami akan menjelaskan bagaimana hubungan dan peta kebijakan dan aliansi kedua negara

dari periode Uni Soviet sampai sekarang.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan yang telah dijelaskan dan dipaparkan oleh penulis diatas, maka timbul

pertanyaan terkait dengan isu yang diangkat oleh penulis.

1. Bagaimana kedudukan dan hubungan Rusia di Suriah pada periode soviet? 2. Bagaimana kedudukan dan hubungan Rusia di Suriah pasca perang dingin?

3. Bagaimana kedudukan dan hubungan Rusia di Suriah saat ini yaitu pada periode

kepemimpinan Vladimir Putin?

4. Apa kepentingan Rusia yang ada di Suriah sehingga membuat Rusia begitu ingin

beraliansi dengan Suriah?

5. Dibalik aliansi tersebut apakah sebenarnya kebijakan Luar Negeri Rusia terhadap

Suriah merupakan suatu intervensi? Apa saja bentuk intervensi Rusia di negara

tersebut?

(7)

Hubungan internasional adalah hubungan antar negara dengan negara sebagai aktor

utama didalamnya. Negara menjadi subjek utama dalam setiap hubungan antar negara. Dengan

kata lain, negara memiliki power dalam menentukan setiap kebijakan. Dalam tulisan Thucydides,

The Peloponnesian War, power adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau mengendalikan

tindakan dari pihak lain. Selain itu Negara memiliki kepentingn besar atas powernya. Bagi

Negara, power merupakan kebutuhan penting untuk dapat bertahan diri.

Melihat itu, hubungan Suriah dan Rusia saat ini bisa dibilang sebagai upaya untuk

bertahan diri dengan usaha oposisi untuk menjatuhkan rezim pemerintah Assad. Dalam hal ini,

hubungan yang dilakukan Suriah adalah membentuk aliansi kuat untuk melawan oposisi dengan

digawangi oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Thucydides berpendapat dalam bukunya History

of Peloponnesian “makna keadilan itu tergantung dari perimbangan kekuatan yang ada,

terdapatan kenyataan bahwa pihak yang kuat melakukan apa yang hendak mereka lakukan dan

pihak yang lemah menerima apa yang seharusnya mereka terima”1.

Disisi lain, Machiavelli berpendapat bahwa Seorang penguasa harus melakukan tindakan

jahat jika dibutuhkan untu mempertahankan kekuasaan : Seorang pangeran dapat mengambil

tindakan ini jika dia berada dalam satu kebutuhan untuk mempertahankan negara, bertindak

bertentangan dengan iman, terhadap kemanusiaan, bahkan terhadap agama2.

Dalam hal ini, aliansi dibentuk jika suatu negara mendapatkan ancaman besar dari

lawannya, sehingga aliansi dibentuk dengan negara lain berdasarkan musuh bersama. Ketika

aliansi ini gagal, negara lemah akan mencari negara yang lebih kuat lagi untuk mengimbangi

kekuatannya. Seperti yang dikatakan oleh Machiavelli “Tidak ada yang perlu ditakutkan diantara

17Markus Fischer “Machiavelli`s of Foreign Politics”, dalam Benjamin Frankel, (1996), Roots of Realism (London : 8Frank Cass,1996), hal 250

(8)

anggota aliansi, apabila mereka memiliki musuh bersama yang kuat dan berbahaya sehingga

akan tetap mengikat para anggota aliansi untuk tetap bersama3”. Dengan kata lain, aliansi

dibentuk karena adanya musuh bersama, seperti hubungan Rusia dan Suriah ini, dimana musuh

bersama mereka adalah AS dan sekutunya.

Kemudian Joseph Grico (1988) mengatakan keuntungan keuntungan relatif dan absolut,

dimana negara tertarik untuk meningkatkan kekuasaan dan pengaruhnya (keuntungan absolut)

sehingga mereka akan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuannya. Sehingga jelas disini,

neo realisme menyatakan bahwa kerjasama itu mungkin bisa dibentuk dengan tujuan untuk

mengamankan kekuasaannya dalam menghadapi ancaman besar.

Metode Penelitian

(9)

Metode yang digunakan bersifat kualitatif dengan mengolah beberapa data yang dikumpulkan mengenai fenomena-fenomena yang terjadi terkait hubungan Suriah dengan Rezim Rusia. Dalam melakukan penelitian, setiap fenomena sosial tersebut di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, yakni variable dan indikator. Setiap variable yang ditentukan di ukur dengan memberikan simbol - simbol yang berbeda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dari simbol - simbol yang ditetapkan tersebut kemudian dirumuskan menjadi sebuah kesimpulan dalam memaknai suatu fenomena mengenai hubungan yang terjadi antara Suriah dengan Rusia. Hal inilah yang kemudian akan digunakan dalam memahami perkembangan dan perubahan yang terjadi antara Suriah dan Rusia selama beberapa periode yang diteliti.

Pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

Perselisihan dibidang hubungan industrial yang selama ini dikenal dapat terjadi mengenai hak yang telah ditetapkan, atau mengenai keadaan ketenagakerjaan yang belum ditetapkan baik

Dari uraian diatas dan fenomena-fenomena yang telah terjadi mengenai pendapatan suatu perusahaan kemudian pengumpulan data sebelum dilakukan pencatatan sampai dihasilkannya

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh pengetahuan tentang pemahaman dalam memaknai simbol-simbol pada ritual Wuad Wa’i oleh Ikatan

Penelitian kualitatif sebagai penghimpun data pada sebuah latar alamiah yang tujuannya memaknai fenomena yang terjadi yang mana peneliti sebagai instrumen kunci,

Berdasarkan pada fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik mendalami permasalahan ini dalam sebuah penelitian adakah “Hubungan Antara Religiusitas dengan Kesehatan

Bagi Penulis, penelitian ini dapat menjadi sebuah tambahan dan pendalaman pengetahuan mengenai strategi pemasaran dan fenomena traveling yang terjadi saat ini

Berdasarkan data-data dan fenomena yang terjadi, peneliti ingin mengetahui mengenai sikap pelanggan listrik pascabayar mengenai sosialisasi listrik pra bayar,

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mencari sebuah makna, definisi, versthen mengenai suatu fenomena yang terjadi dikehidupan manusia dengan terlibat secara